Makalah ini membahas tentang perkembangan Islam di Mekkah pada masa awal, mencakup aspek sosial budaya, politik, ekonomi dan pendidikan. Islam mulai berkembang di Mekkah melalui dakwah diam-diam Nabi Muhammad dan para sahabat meskipun dihadapkan berbagai rintangan.
Makalah sejarah pendidikan islam : Islam di Mekkah
1. i
ISLAM DI MEKKAH
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pembimbing :
Bapak Hasyim Amrullah, M. A.
Disusun Oleh:
Muhammad Dede Herda S 17180021
Kenny Shania Lestari R 17180018
JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
2019
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah yang membahas mengenai “Islam di Mekah” ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Tersusunnya
makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sehingga dengan
selesainya penulisan dan penyusunan kami selaku penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu kami Bapak Hasyim Amrullah, M. A.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Kami menyadari makalah ini memang masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kami selalu mengharapkan kritik dan saran para pembaca agar dapat
memperbaiki di waktu selanjutnya.
Malang, 13 September 2019
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................3
2.1 Pengertian Islam........................................................................................3
2.2 Perkembangan Islam di Makkah ...............................................................5
2.2.1 Sosial-Budaya .....................................................................................5
2.2.2 Politik .................................................................................................7
2.2.3 Ekonomi ................................................................................................7
2.2.4 Pendidikan..........................................................................................8
2.3 Peristiwa Penting yang Terjadi Selama Perkembangan Islam di Mekah..10
2.3.1 Fathu Mekkah................................................................................... 10
2.3.2 Penyebaran Dakwah Mekkah (Sembunyi-Sembunyi)....................... 12
2.3.3 Daratan Habbyasah.......................................................................... 14
2.3.4 Peletakan Hajar Aswad.....................................................................15
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUPAN .......................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah melalui Nabi
Muhammad SAW, yaitu nabi terkahir yang akan menyatukan seluruh umat
manusia. Wahyu dari Allah SWT turun melalui malaikat Jibril. Proses
penurunan wahyu sampai penyebaran dakwah di berbagai tempat
memakan waktu yang sangat panjang. Sejarah cikal bakal Islam tumbuh
tak lepas dari kata Jazirah Arab. Arab merupakan negara besar yang
seluruh geografisnya memiliki keterkaitan kuat dengan sejarah munculnya
agmaa Islam. Islam mulai tumbuh di wilayah padang pasir. Sejak zaman
Nabi Muhammad SAW, Islam terus berkembang menjadi agama yang
kuat di daerah Mekkah.
Mekkah atau Makkah al-Mukarramah adalah sebuah kota penting
di negara Arab Saudi. Kota ini menjadi saksi akan besarnya agama Islam
dan sejalan dengan perkembangan pemikiran dan meluasnya kekuatan
polituk, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan. Sejarah peradaban Islam
di Mekkah juga tidak berjalan mulus, banyak rintang-rintangan yang harus
dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Meskipun itu,
orang muslim selalu bersabar dan istiqomah dalam berdakwah menyebar
agama Allah SWT. Tetapi, setiap rintangan tersebut membawa peristiwa
penting yang akan mengubah sejarah dan perekembangan dunia khususnya
dalam agama Islam,
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Islam di Mekkah?
2. Bagaimana perkembangan Islam di Mekah pada bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan?
3. Bagaimana peristiwa penting yang terjadi perkembangan Islam di
Mekah?
5. 2
1.3 Tujuan Masalah
2. Mengetahui tentang Islam di Mekkah.
3. Mengetahui perkembangan Islam di Mekah pada bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan.
4. Mengetahui peristiwa penting yang terjadi perkembangan Islam di
Mekah.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Islam
Secara praktis, Islam adalah sebuah agama. Namun, sebelum
membahas lebih lanjut tentang pengertian Islam, alangkah baiknya
pengertian agama lebih dahulu dipaparkan. Agama tidak memiliki
pengertian yang konkrit benar dan paten. Banyak ahli filosofi yang
memiliki definisi agama masing-masing. Hal ini disebabkan karena
pengalaman agama itu adalah soal bathin dan subyektif dan juga sangat
individualistis1. Namun, Harun Nasution2 mendefinisikan agama sebagai
berikut:
1. Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib
yang harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
manusia
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada di Iuar diri manusia dan
yang mempengaruhi perbuatan manusia.
4. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari
kekuatan gaib.
5. Kepercayaan kepada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan
cara hidup tertentu.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber dari suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan
lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang
terdapat pada alam sekitar manusia
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
seorang Rasul
1 Sodikin,R., Abun, “Konsep Agama Dan Islam”, Al-Qalam,2009,hal.2.
2 Ibid.
7. 4
Kata Agama adalah pinjaman dari bahasa Sanskerta untuk menunjuk
sistem kepercayaan dalam tradisi agama Hindu atau Budha. Kata ini
menurut salah satu teori berasal (berakar) dari gam yang berarti pergi,
sebagaimana kata ga, gaan (Belanda), dan go (Inggris) berarti pergi.
Setelah mendapat awalan dan akhiran A (a-gam-a), pengertian berubah
menjadi jalan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata agama
merupakan kata benda yang berarti ajaran. Secara rinci dijelaskan bahwa
yang dimaksud agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaaan) kepada Tuhan yang Maha Kuasa, tata peribadatan, dan tata
kaidah yang bertalian dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya dengan kepercayaan itu3
Kemudian, Kata Islām berasal dari bahasa Arab aslama - yuslimu-
islāman). Dalam kamus Lisān al-‘Arab dijelaskan bahwa Islām
mempunyai arti semantik sebagai berikut: tunduk dan patuh (khaḍa’a -
khuḍū’ wa istaslama - istislām), berserah diri, menyerahkan, memasrahkan
(sallama - taslīm), mengikuti (atba’a – itbā’), menunaikan, menyampaikan
(addā - ta’diyah), masuk dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian
(dakhala fi al-salm au al-silm au al-salām)4
Secara Istilah, Islam adalah sebuah agama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad ibn Abdullah lewat perantara Malaikat Jibril. Islam
adalah satu-satunya agama Samawi yang ada dan asli, karena agama
Nasrani dan agama Yahudi sudah tidak mumi lagi dan keluar dari
bentuknya yang asli sebagai agama Samawi. Yahudi dan Nasrani dalam
bentuknya yang ash dahulu menurut pandangan AIQur'an adalah Islam.
Bahkan menurut Al-Qur'an, agama yang dianut oleh semua Nabi-Nabi
Allah SWT itu seluruhnya adalah agama Islam5
Menurut ahli, secara etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab.
Berasal dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Pendapat ini
dipegangi o]eh hampir semua ahli, khususnya para ulama Islam.
Selanjutnya dari kata salima yang berarti selamat sentosa di atas, dibentuk
3 Wasik,Ali,‘Islam Agama Semua Nabi: Dalam Perspektif Al-Qur’an’, ESENSIA, 2016,hlm. 2
4 Wasik,Ibid,hlm.2
5 Ibid.hlm. 3
8. 5
muta 'adi (transitif) menjadi aslama yang artinya memelihara diri, tunduk
patuh dan taat. Orang yang melakukan aslama atau masuk Islam
dinamakan Muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya telah taat,
menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah SWT.6. Islam adalah agama
Allah yang diwahyukan kepada Rasulrasul-Nya guna diajarkan kepada
manusia. Ia dibawa secara kontinium dari suatu generasi ke generasi
selanjutnya. Ia adalah rahmat, hidayah dan petunjuk bagi manusia yang
berkelana dalam kehidupan duniawi, sebagai perwujudan dari sifat rahman
dan rahim Allah. Ia juga merupakan agama yang telah sempuma
(penyempuma) terhadap agama (syari'at-syari'at) yang ada sebelumnya7.
Sebelum masa risalah Muhammad Saw. Islam masih bersifat lokal. Ia
hanya ditujukan untuk kepentingan bangsa dan daerah tertentu, dan
terbatas pada periodenya.
2.2 Perkembangan Islam di Makkah
Sektor yang dibahas dalam sub-bab kali ini dibagi menjadi 4, yakni (1)
Sosial-Budaya (2) Politik (3) Pendidikan, dan (4) Ekonomi.
2.2.1 Sosial-Budaya
Di tanah arab, kebudayaan awalnya bukanlah hal yang mudah
untuk dipelajari. Akibat peperangan yang terus menerus kebudayaan
mereka tidak berkembang kerena itu bahan-bahan sejarah Arab pra
Islam sangat langka di dapatkan di dunia Arab8. Berkembangnya
budaya di daerah Arab menjelang kebangkitan Islam berasal dari
pengaruh budaya bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih awal maju
dari pada kebudayaan dan peradaban Arab. Pengaruh tersebut masuk
ke jazirah Arab melalui beberapa jalur di antaranya ialah melalui
hubungan dagang dengan bangsa lain, melalui kerajaan-kerajaan
Protektorat, Hirah dan Ghassan dan melalui masuknya misi yahudi dan
Kristen9
6 Ibid.hlm . 4
7 Op. Cit. hlm. 5
8 Yamin, M, ‘Peradaban Islam Pada Jaman Nabi Muhammad SAW’, 2017, hlm. 3
9 Ibid.
9. 6
Pada masa Islam atau masa Rasulullah, terdapat banyak perubahan
social. Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral menuju
moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad Al-Husairy, diuraikan
bahwa peradaban pada masa Nabi dilandasi dengan asas-asas yang
diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan wahyu.
Diantaranya sebagai berikut.10
a. Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Ansar
Dalam Negara islam yang baru dibangun itu, Nabi
meletakan dasar-dasarnya untuk menata kehidupan sosial
dan politik. Dikukuhkannya ikatan persaudaraan
(UkhwahIslamiyah) antara golongan Anshar dan Muhajirin,
dan mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang telah lama
bermusuhan dan bersaing..
Ikatan persaudaraan Anshar dan Muhajirin melebihi
ikatan persaudaraan karena pertalian darah, sebab ikatannya
berdasar iman. Terbukti apa yang dimiliki Anshar
disediakan penuh untuk saudaranya Muhajirin. Rasulullah
mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka
kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan
juga istri-istri dan harta mereka. Persaudaraan ini terjadi
lebih kuat daripada hanya persaudaraan yang berdasarkan
keturunan. Dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah
menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama
sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan
kabilah11
b. Kesepakatan saling membantu antara muslim dan non-
muslim
Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum
muslimin, orang-orang arab, serta kaum non-muslim, dan
10 Op. Cit. hlm. 4
11 Op. Cit. hlm. 5
10. 7
orang-orang yahudi (BaniNadhir, BaniQuraizhah, dan
BaniQainuqa’).
Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan
mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan
kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling
membantu dan toleransi diantara golongan tersebut.
2.2.2 Politik
Dalam bidang politik, pada masa Rasulullah, beliau menjadi kepala
Negara yang sangat bijaksana. Politik dilaksanakan dengan bersih dan
adil. Rasulullah Merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh
pendudukan Yatsrib, baik orang muslim maupun non-muslim
(Yahudi). Piagam inilah yang oleh IbnuHasyim disebut sebagai
Undang-undang Dasar Negara Islam (DaulahIslamiyah) yang
pertama.12 Isi dari undang-undang tersebut ialah:
a. Setiap kelompok mempunyai pribadi keagamaan dan
politik. Adalah hak kelompok, menghukum orang yang
membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang
patuh.
b. Kebebasan beragama terjamin buat semua warga Negara.
c. Adalah kewajiban penduduk madinah, baik kaum muslimin
maupun bangsa Yahudi, untuk saling membantu, baik
secara moril atau materil. Semuanya dengan bahu
membahu harus menangkis setiap serangan terhadap kota
Madinah.
2.2.3 Ekonomi
Pada masa awal masuknya Islam di Makkah, Rasulullah
menerapkan kebijakan moneter (keuangan) di Makkah. Sebagai
langkah awal, Islam memiliki pandangan yang khas mengenai sistem
moneter. Sistem moneter adalah sekumpulan kaedah pengadaan dan
pengaturan keuangan dalam suatu negara, yang paling penting dalam
12 Yamin, M, ‘Peradaban Islam Pada Jaman Nabi Muhammad SAW’, 2017, hlm. 7
11. 8
setiap keuangan adalah penentuan dasar keuangan dimana kesatuan itu
dinisbahkan seluruh nilai-nilai berbagai mata uang lain13
Adapun juga, penghasilan Negara banyak didapatkan dari, (1) Zakat
(2) Al-Khums Al-Ghanaaim/Seperlima Rampasan Perang (3)
Jizyah/Pajak (4) Kharaj/Pajak Pertanian (5) Usyur/Bea Cukai (6) Harta
Warisan Orang Tanpa Ahli Waris.
2.2.4 Pendidikan
Dalam sejarah, pendidikan Islam sebagai suatu sub sistem dari
sistem pendidikan pada umumnya baru dikenal sesudah diutusnya
Muhammad saw sebagai rasul. Sistem pendidikan Islam mengacu
kepada nilai-nilai Islam. Karena itu, sistem pendidikan Islam
menciptakan perbedaan yang mendasar dengan sistem pendidikan pada
umumnya (modern) baik dari Timur maupun dari Barat. Perbedaan
yang menonjol antara keduanya terletak pada sikap atau pandangan
terhadap hidup itu sendiri, dimana Islam menganggap hidup bukan
suatu akhir dari segalanya tetapi alasan untuk mencapai tujuan-tujuan
spritual setelah hidup. Sedangkan dalam pandangan Barat, kenikmatan
menjadi tujuan akhir hidup yang didukung oleh materi yang
berkecukupan14
Terdapat dua macam tahap pendidikan pada jaman Rasulullah,
yakni:
1. Pendidikan Secara Rahasia
Setelah turun ayat-ayat yang kedua yaitu Q.S. al-
Muddatstsir/74:1-7, Rasulullah memulai tugasnya untuk
menyampaikan risalahnya dengan sembunyi-sembunyi dan
ditujukan kepada keluarganya dan sahabat terdekatnya. Dan
yang pertama menerima seruan itu adalah keluarga di dalam
rumahnya sendiri yang terdiri dari istri beliau St. Khadijah,
Ali bin Abi Thalib, dan Zaid Ibnu Tsabit. Usaha berikutnya
adalah ditujukan kepada sahabatnya yang paling dekat dan
13 Amri, Hoirul,‘Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam Dalam Pembangunan
Perekonomian (Studi Analisis Pada Masa Rasulullah Saw Dan Sahabat)’, 2017, hlm. 3
14 B. Chaeruddin, Pendidikan Islam Masa Rasulullah, 2016, hlm. 2
12. 9
paling dipercaya antara lain adalah Abu Bakar, dan sesudah
Abu Bakar ditujukan kepada sahabat-sahabat lainnya dan
mereka dikenal al-Sabiqun al-Awwalun. Pelaksanaan
pendidikan dipusatkan di rumah Nabi saw., dan yang menjadi
gurunya adalah Nabi saw. sendiri. Caranya adalah dengan
memberikan nasihat-nasihat yang langsung diamalkan baik
yang berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti yang luhur
maupun ibadah yaitu menyembah hanya kepada Allah semata
dan menjauhkan diri dari kemusyrikan, takhayul dan
khurafat. Di samping rumah Rasulullah saw., digunakan
sebagai tempat pelaksanaan pendidikan juga dilaksanakan di
rumah Al-Arqam bin Al-Arqam. Rumah ini dipilih oleh
Rasulullah saw., selain disebabkan oleh kesetiaan Al-Arqam
kepada beliau dan Islam, juga letaknya sangat baik terlindung
dari penglihatan kaum Quraisy sehingga akan memberikan
keamanan dan ketenangan kaum muslimin yang sedang
mengadakan kegiatan dan pertemuan untuk menerima
pelajaran atau wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah
saw15
2. Pendidikan Secara Terang-terangan
Setelah perintah Allah ini sampai kepada Rasulullah maka
beliau mulai menyeru dan mengajak seluruh lapisan
masyarakat untuk masuk Islam, baik ia bangsawan, hamba
sahaya, orang kaya, orang miskin, maupun pedagang, baik
orang-orang Makkah maupun orang luar Makkah. Pada setiap
musim haji Rasulullah mengunjungi kemah-kemah jamaah
haji membicarakan masalah agama dan menyampaikan
seruan Islam kepada mereka. Namun, tidak semua jamaah
yang didatangi Rasulullah mau menerima seruan tersebut,
kecuali satu kelompok jamaah haji dari Yasrib yaitu Kabilah
Khazraj. Peristiwa ini merupakan titik balik misi nabi
15 Op. Cit. hlm. 7
13. 10
Muhammad saw., beliau mempunyai tumpuan harapan yang
cerah dari umatnya yang telah memiliki kesiapan mental
untuk menerima dan menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam di
negerinya16
2.3 Peristiwa Penting yang Terjadi Selama Perkembangan Islam di
Mekah
Terdapat banyak sekali peristiwa penting yang terjadi selama
perkembangan Islam di Makkah, yakni dijabarkan sebagai berikut.
2.3.1 Fathu Mekkah
Peristiwa penting ini terjadi tepat pada tahun 630, tepatnya pada 10
Ramadhan 8 Hijria. Peristiwa Fathu Mekkah, dimana Nabi
Muhammad SAW beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah
menuju Mekkah. Semua pasukan berhasil mendudukin kota Mekkah
tanpa sedikitpun pertumpahan darah lalu menghandurkan berhala yang
diletakkan di sisi-sisi ka’bah. Latar belakang terjadinya Fathu Mekkah
adalah ketika diawalinya perjanjian damai antara kaum Musyikin
Quraisy dan Kaum Muslimin Madinah, pada tahun ke-6 Hijriyah
mereka menadatangani perjanjian shulh Hudaibiyah. Isi kesepakatan
perjanjian tersebut meliputi setiap orang diperbolehkan masuk di salah
satu kubu, baik kubu muslimin Madinah, kubu orang kafir Quraisy,
dan kubu Nabi Muhammad SAW.
Maka, bergabunglah suku Khuza’ah di kubu Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam dan suku Bakr bergabung di kubu orang kafir
Quraisy. Padahal, di zaman Jahiliyah dahulu, terjadi pertumpahan
darah antara dua suku ini dan saling bermusuhan. Dengan adanya
perjanjian Hudaibiyah, masing-masing suku melakukan gencatan
senjata. Namun, secara licik, Bani Bakr menggunakan kesempatan ini
melakukan balas dendam kepada suku Khuza’ah. Bani Bakr
melakukan serangan mendadak di malam hari pada Bani Khuza’ah
16 Lihat Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan filsafat Pendidikan Islam (Cet.II, Bandung:
Penerbit Angkasa, 1990),h. 29-30.
14. 11
ketika mereka sedang di mata air mereka. Secara diam-diam, orang
kafir Quraisy mengirimkan senjata dan bantuan personil pada Bani
Bakr. Lalu, datanglah beberapa orang diantara suku Khuza’ah
menghadap Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di Madinah. Mereka
mengabarkan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh orang kafir
Quraisy dan Bani Bakr.
Merasa dirinya telah melanggar perjanjian, orang kafir Quraisy pun
mengutus Abu Sufyan ke Madinah untuk memperbarui isi perjanjian.
Sesampainya di Madinah, dia memberikan penjelasan panjang lebar
kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, namun beliau tidak
menanggapinya dan tidak memperdulikannya. Akhirnya Abu Sufyan
menemui Abu Bakar dan Umar radliallahu ‘anhuma agar mereka
memberikan bantuan untuk membujuk Nabi shallallahu ‘alahi wa
sallam. Namun usahanya ini gagal. Terakhir kalinya, dia menemui Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu agar memberikan pertolongan
kepadanya di hadapan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Untuk
kesekian kalinya,
Ali pun menolak permintaan Abu Sufyan. Dunia terasa sempit bagi
Abu Sufyan, dia pun terus memelas agar diberi solusi. Kemudian, Ali
memberikan saran, “Demi Allah, aku tidak mengetahui sedikit pun
solusi yang bermanfaat bagimu. Akan tetapi, bukankah Engkau
seorang pemimpin Bani Kinanah? Maka, bangkitlah dan mintalah
sendiri perlindungan kepada orang-orang. Kemudian, kembalilah ke
daerahmu.”
Abu Sufyan berkata,
“Apakah menurutmu ini akan bermanfaat bagiku?”
Ali menjawab,
“Demi Allah, aku sendiri tidak yakin, tetapi aku tidak memiliki
solusi lain bagimu.”
Abu Sufyan kemudian berdiri di masjid dan berkata,
“Wahai manusia, aku telah diberi perlindungan oleh orang-orang!”
Lalu dia naik ontanya dan beranjak pergi.
15. 12
Adanya pengkhianatan ini, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam
memerintahkan para shahabat agar menyiapkan senjata serta
perlengkapan perang. Beliau mengajak semua shahabat untuk
menyerang Makkah. Nabi Muhammad SAW barsabda, “Ya Allah,
buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar hingga aku
tiba di sana secara tiba-tiba.”
Dalam kisah ini ada pelajaran penting yang bisa dipetik, bahwa
kaum muslimin diperbolehkan untuk membatalkan perjanjian damai
dengan orang kafir. Namun pembatalan perjanjian damai ini harus
dilakukan seimbang. Artinya tidak boleh sepihak, tetapi masing-
masing pihak tahu sama tahu. Allah berfirman,
وَإِم َّا َخَّاَّونََّّ ِخِإ َو ِمٍَّ ِيَّاوَّة ًِ ِاِِْاوَّا ِلِيِةَّمِم عَّلَّى ََو َّمٍَّ َنِم َّ ََه َّا
ُح ِبُّ َّةخِاَِِّونِمَ
“Jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu
golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan
sama-sama tahu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berkhianat.”(Qs. Al Anfal: 58)17
2.3.2 Penyebaran Dakwah Mekkah(Sembunyi-Sembunyi)
Pada saat Nabi saw 40 tahun (tahun kerasulan), Malaikat
Jibril turun membawa wahyu yang kedua, yaitu surah al-Muddatsir
membuat Rasulullah memasuki fase dakwah yang baru. Ketika Nabi
Muhammad SAW berada di gua Hira’. Selama 3 tahun, Nabi
Muhammad SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Empat
orang pertama yang menerima dakwah Nabi adalah adalah Khadijah
binti Khuwailid, Abu Bakar ash- Shidddiq , Ali bin Abi Thalib, dan
Zaid bin Haritsa, mereka disebut sebagai As-Sabiqun Al- Awwalun
(orang-orang yang paling dulu masuk Islam). Beliau mengumpulkan
kerabat dan keluarganya lalu menyampaikan kepada mereka tentang
kebenaran Islam, akan tetapi paman Beliau, Abu Lahab menolaknya
dengan keras bahkan menentang dakwah beliau18.
17 Nofi Ari Widiastuti.Peristiwa Fathu Mekkah (studi tentang perkembangan). 2000. Hal. 28.
18 Loc.cit.
16. 13
Sebelum datangnya agama Islam, Orang Arab menyembah berhala,
membunuh anak laki-laki, menghinakan anak perempuan lalu
mengubur hidup-hidup anak perempuan, saling membunuh, melakukan
berzina, suka minuman keras, dan tidak menghormati tetangga. Ketika
Rasulullah SAW mengajak mereka menyembah Allah swt, maka
berbaliklah rasa cinta dan hormat mereka kepada Nabi menjadi
kemarahan.
Paman Nabi, Abu Tholib melindungi dakwah beliau. Ketika kaum
Quraisy melihat hal itu, mereka menyakiti Nabi Muhammad SAW,
mengejek, dan bahkan merendahkan, namun Nabi tetap sabar dan
selalu memaafkan. Lalu gangguan dan siksaan itu ditujukkan kepada
para sahabat Nabi yang rata-rata adalah orang-orang miskin dan budak.
Karena siksaan ini, Nabi memerintahkan kaum Muslimin hijrah ke
Habasyah (Ethiopia). Berhijrahlah 10 laki-laki dan 5 perempuan,
mereka tinggal di sana selama 3 bulan, inilah hijrah pertama dalam
Islam.
Setelah menjadi nabi, Muhammad SAW tinggal di Mekkah
sampai tahun ke 13 kenabian. Tahun ke-7 kenabian, kaum Quraisy
memboikot Nabi dan keluarganya. Mereka memutuskan hubungan
dagang dengan keluarga nabi dan mengasingkan mereka ke lembah.
Selama 3 tahun di lembah gunung, makan seadanya, bahkan sampai
makan daun. Setelah bebas, datanglah utusan dari Najran kepada Nabi
SAW menyatakan masuk islam. Di tahun itu pula wafat Istri tercinta
Beliau Khadijah, dan paman Beliau Abu Thalib.
Tahun kesebelas kenabian, Allah swt memuliakan Beliau dengan
Isra’ dan Mi’raj, di tahun yang sama juga Nabi SAW keluar dari
kabilah ke kabilah untuk menyiarkan Islam. Akhirnya Berimanlah
diantara mereka 6 orang dari Madinah. Tahun 12 kenabian, datanglah
12 orang laki-laki dari Madinah, mereka beriman dan kemudian
kembali lagi ke Madinah dan tersebarlah Islam di sana. Di tahun 13
kenabian, tiba-tiba datang kepada Nabi seorang 73 laki-laki dan 2
17. 14
perempuan dari Madinah mereka beriman dan kembali ke Madinah
untuk mensyiarkan Islam.
Di tahun ke-13 pula, Nabi Muhammad SAW memerintahkan
sahabat untuk hijrah ke Madinah. Ketika kaum Quraisy mendengar hal
ini, lalu mereka mempunyai rencana keji untuk membunuh Nabi agar
islam tidak tersebar, lalu Allah SWT perintahkan Beliau untuk ikut
berhijrah. Sebelum Hijrah rumah beliau sudah dikepung kaum
Quraisy, kemudian Allah menyelamatkan Nabi dengan membuat kaum
Quraisy tertidur pulas sehingga Nabi dan para sahabat dapat keluar
rumah dengan mudah.
Kemudian Nabi Muhammad SAW bersama Abu Bakar pergi ke
gua Hira’ untuk bersembunyi selama tiga malam. Di hari ketiga
paginya mereka berjalan menuju Quba’. Nabi SAW tinggal di sini
selama 22 malam, dan mendirikan masjid pertama di situ. Kemudian
Nabi pergi ke Madinah, Kaum Anshor atau penduduk madinah
menyambut nabi dengan bahagia. Di Madinah nabi menjadi Imam
sekaligus pemimpin mereka. Dua perahu terapung di Pelabuhan
Shuaibah siap mengantarkan 12 pria dan empat wanita sahabat
Rasulullah SAW menuju ke sebuah negeri untuk menghindari
kemurkaan dan kebiadaban kafir Quraisy.
2.3.3 Daratan Habbyasah
Peristiwa ini tepatnya berada di kota Makkah, pada bulan Rajab
tahun ke-7 Sebelum Hijriyah (SH)/615 M, di tengah kegelapan malam
yang mencekam, dua belas pria dan empat wanita sahabat Rasulullah
SAW mengendap-endap meninggalkan Makkah. Mereka akan pergi ke
negeri Habasyah atau Abyssinia yang kini dikenal sebagai negara
Ethiopia, sebuah kerajaan di daratan benua Afrika. Atas saran
Rasulullah SAW para sahabat hijrah ke Habasyah.
Alasan ditetapkannya Habasyah sebagai tempat pengungsian.
Karena, Raja Negus (Najasyi) yang berkuasa di negeri itu dikenal
sebagai pemimpin yang sangat adil, berhati lapang, dan suka menerima
tamu. Inilah proses hijrah pertama yang dilakukan kaum Muslim
18. 15
sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Di antara sahabat yang hijrah ke
Ethiopia itu antara lain adalah Usman bin Affan dan istrinya Ruqayyah
yang juga putri Rasulullah SAW serta sahabat dekat lainnya.
Setibanya di Ethiopia, mereka disambut dengan penuh keramahan
dan persahabatan. Inilah kali pertama ajaran Islam tiba di Afrika. Raja
Ethopia lalu menempatkan mereka di Negash yang terletak di sebelah
utara Provinsi Tigray. Wilayah itu lalu menjadi pusat penyebaran
Islam di Ethiopia yang masuk dalam bagian Afrika Timur.
Setelah tiga bulan menetap di Ethiopia dan mendapat
perlindungan, para sahabat mencoba kembali pulang ke kampung
halamannya, Makkah. Namun, situasi Makkah ternyata belum aman.
Rasulullah SAW lalu memerintahkan umat Muslim agar kembali ke
Ethiopia untuk yang kedua kalinya. Jumlah sahabat yang hijrah pada
gelombang kedua itu terdiri atas 80 sahabat. Rasulullah pun berpesan
kepada para sahabat untuk menghormati, menjaga, dan berbuat santun
di Ethiopia.
Orang kafir Quraisy lalu mengirimkan utusannya, Amr bin Ash
dan Abdullah bin Abi Rabi'ah al-Makhzumi, untuk menghadap Raja
Najasyi. Keduanya meminta Raja Najasyi mengusir umat Islam dari
tanah Ethiopia. Permintaan orang kafir Quraisy itu ditolak Raja
Najasyi dan para sahabat tetap tinggal di negeri itu hingga Rasulullah
SAW hijrah ke Madinah. Tak semua sahabat kembali berkumpul
dengan Rasulullah SAW, sebagian di antara mereka memutuskan
menetap di Ethiopia. Mereka lalu menyebarkan agama Islam di
wilayah timur 'benua hitam' itu.
2.3.4 Peletakan Hajar Aswad
Hajar Aswad berasal dari bahasa arab yang artinya Al –Hajru Al-
Aswad, ialah sebuah batu yang diyakini oleh umat Islam berasal dari
surga. Batu ini pertama kali di temukan oleh Nabi Ismail AS dan yang
meletakkan batu tersebut adalah Nabi Ismail AS, pada zaman dulu
Hajar Aswad bersinar terang menerangi semua kota Jazirah Arab.
Akan tetapi, lama-kelamaan sinar dari Hajar Aswad semakin redup dan
19. 16
akhirnya warna Hajar Aswad berubah menjadi hitam. Karakteristik
dari batu Hajar Aswad adalah mempunyai aroma wangi alami yang
khas, batu ini diletakkan di luar kabah agar memungkinkan semua
jamaah haji dapat memcium batu ini.
Sejarah dari peletakan batu mulia ini adalah ketika Nabi
Muhammad SAW berusia 35 tahun, pada masa itu orang-orang
Quraisy berselisih paham tentang siapa yang berhak untuk meletekkan
Hajar Aswad di tempatnya, lalu Nabi Muhammad menjadi pihak
penengah dalam pertikaian ini. Pada saat itu, Mekah di landa banjir
bandang yang merusak dinding ka’bah beserta pondasinya. Orang
Quraisy bermaksud untuk menghancurkan ka’bah dan memulai
pembangunan mulai dari awal, tetapi tidak ada satu pun dari mereka
yang berani memulainya. Lalu, munculah Al-Walid bin Al-Mughirah
dan diikuti oleh lainya. Nabi Muhammad SAW juga terlibat dalam
pembangunan Ka’bah, terjadilah perselisihan siapa yang akan
mengangkat Hajar aswad, semua orang di situ mengingkan kemulyaan
tersebut. Perselisihan ini terjadi hingga beberapa hari, sampai
munculah sesorang tetua yang bernama Abu Umayyah bin al-
Mughiroh diangkat menjadi penengah, beliau memberikan usulan
bahwa orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah orang yang
pertama kali melangkahkan kakinya ke Masjid,akhirnya mereka
menerima usulan tersebut dan terpilihlah Nabi Muhammad SAW
sebagai peletak Hajar Aswad.
Nabi Muhammad menyelesaikan perselisihan dengan
membentangkan kain lalu mengambil batu Hajar Aswad diletakkan
diatas kain tersebut, lalu meminta setiap pemimpin kabilah untuk
memegang setiap ujung kain tersebut, lalu nabi Muhammad SAW
meletakan Hajar Aswad ke sisi kab’ah, karena ide cemerlang dari Nabi
Muhammad SAW tersebut terhindarilah pertumpahan darah di
penduduk Jazirah Arab. 19
19 Din Muhammad Zakariya, Sejarah Peradaban Islam (Malang:Penerbit Madani,2018),hal 61.
20. 17
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Menurut Harun Nasution, secara istilah islam Pengakuan adanya
hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi, pengakuan
terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia, dan pengikat diri pada
suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada
di Iuar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan manusia. Islam adalah
agama yang diturunkan oleh Allah melalui Nabi Muhammad SAW, yaitu nabi
terkahir yang akan menyatukan seluruh umat manusia.
Mekkah atau Makkah al-Mukarramah adalah sebuah kota penting di
negara Arab Saudi. Kota ini menjadi saksi akan besarnya agama Islam dan sejalan
dengan perkembangan pemikiran dan meluasnya kekuatan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pendidikan. Sejarah peradaban Islam di Mekkah juga tidak berjalan
mulus, banyak rintang-rintangan yang harus dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW
dan para sahabat. Dengan berkembangan peradaban dan kebudayaan Islam dari
masa ke masa, hal ini di dorong dengan beberapa peristiwa penting, yaitu daratan
Habbasyah, Periode dakwah Mekah (sembunyi-sembunyi), penyatuan kota Mekah
(fathu Mekkah), dan peletakan hajjar aswad.
21. 18
DAFTAR PUSTAKA
Abun, Sodikin. 2009. Konsep Agama Dan Islam, Malang: Al-Qalam.
Zakariya, Din Muhammad. 2018. Sejarah Peradaban Islam. Malang : Madani
Media.
Ali, Wasik. 2016. Islam Agama Semua Nabi: Dalam Perspektif Al-Qur’an’.
ESENSIA
Yamin. 2017. Peradaban Islam Pada Jaman Nabi Muhammad. Jakarta: PT Sekar
Jaya.
Hoirul, Amri. 2017. Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam Dalam
Pembangunan Perekonomian (Studi Analisis Pada Masa Rasulullah Saw
Dan Sahabat). Medan: PT.Prasando.
B. Chaeruddin. 2016. Pendidikan Islam Masa Rasulullah.
Soekarno dan Ahmad Supardi. 1990. Sejarah dan filsafat Pendidikan Islam
(Cet.II, Bandung: Penerbit Angkasa.
Nofi Ari Widiastuti. 2000. Peristiwa Fathu Mekkah (studi tentang perkembangan.
Malang: PT. Madani Publising.
Zakariya, Din Muhammad, 2018. Sejarah Peradaban Islam (Malang: Penerbit
Madani.
.