Koloid merupakan sistem heterogen yang terdiri dari partikel-partikel kecil yang terdispersi secara merata dalam medium lain. Terdapat beberapa jenis koloid seperti sol, emulsi, aerosol dan busa. Sol terdiri dari partikel padat dalam medium cair, sedangkan emulsi terdiri dari cairan dalam cairan lain. Aerosol memiliki fase gas sebagai medium, sedangkan busa memiliki fase gas dalam medium cair atau padat.
1. Sistem Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdipersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain
(medium pendispersi/ pemecah).Ukuran partikel koloid berkisar antara
1–100 nm, ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang,
lebar, maupun tebal dari suatu partikel.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan campuran yang
tergolong larutan, koloid, atau suspensi. Contoh larutan: larutan gula,
larutan garam, spritus dan alkohol 70%. Contoh koloid: susu, santan,
sabun, selai, mentega, dan mayonnaise. Contoh suspensi: air sungai
yang keruh, campuran air dengan pasir.
2.
3. 1. Sol
Sol merupakan jenis koloid di mana fase terdispersinya berupa zat padat, sedangkan medium
pendispersinya berupa zat cair atau zat padat. Jika medium pendispersinya zat padat, disebut sol
padat. Contoh koloid jenis sol cair adalah tinta, sol belerang, dan sol emas. Contoh sol padat adalah
kaca hitam, intan hitam, dan paduan logam.
Lebih tepatnya Sol adalah koloid yang terbuat dari partikel padat yang sangat kecil [1] dalam
media cair kontinu. Sol cukup stabil dan menunjukkan efek Tyndall . Contohnya
termasuk darah , tinta berpigmen , cairan sel, cat , antasida dan lumpur .
Sol buatan dapat dibuat dengan dispersi atau kondensasi. Teknik dispersi meliputi penggilingan
padatan ke dimensi koloid dengan ball milling dan metode busur Bredig . Stabilitas sol dapat
dipertahankan dengan menggunakan zat pendispersi.Sol biasanya digunakan sebagai bagian dari
proses sol-gel .Sol umumnya memiliki cairan sebagai media pendispersi dan padatan sebagai fase
terdispersi .
4. 2. Aerosol
Aerosol merupakan jenis koloid di mana fase terdispersinya berupa zat padat atau cair dan
medium pendispersinya berupa gas. Jika fase terdispersinya padat, maka disebut aerosol padat.
Jika fase terdispersinya cair, maka disebut aerosol cair. Contoh koloid jenis aerosol adalah minyak
wangi (parfum), obat nyamuk semprot, dan cat semprot.
Lebih tepatnya lagi Aerosol adalah Aerosol secara teknis merujuk pada partikel padat yang ada di
udara (juga disebut abu atau partikulat) maupun tetesan cair. Dalam bahasa sehari-
hari, aerosol merujuk pada tabung semprot aerosol maupun isi tabung itu.
Istilah aerosol berasal dari kenyataan bahwa bahan yang "melayang" di udara adalah suspensi
(campuran di mana partikel padat, cair, maupun gabungan keduanya disuspensikan di cairan).
Untuk membedakan suspensi dari larutan yang sesungguhnya, istilah sol yang semula
berkembang berarti meliputi dispersi partikel tipis (sub-mikroscopik) dalam sebuah cairan.
Dengan studi dispersi di udara, istilah aerosol berkembang dan kini mencakupi tetesan padat,
partikel padat, dan gabungan keduanya.
5. 2. Emulsi
Emulsi merupakan jenis koloid di mana fase terdispersinya zat cair dan
medium pendispersinya juga zat cair. Lalu, apa bedanya dengan larutan?
Pada emulsi, kedua zat cair tidak saling melarutkan. Hal itu karena adanya
peran zat pengemulsi. Contoh emulsi adalah kasen di dalam susu, kuning
telur, santan, mayones, sirup dan kopi.
6. 4. Busa
Busa merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi gas dalam medium
pendispersi cair atau padat. Busa cair disebut juga buih, buih dapat dibuat dengan
mengalirkan gas ke dalam zat cair yang mengandung zat pembuih. Contoh busa
cair antara lain adalah buih sabun dan krim kocok. Zat pembuih berfungsi
menstabilkan buih yang terbentuk, contoh sabun, detergen, dan protein.
Sementara itu, busa padat terjadi apabila fase gas terdispersi dalam medium
padat. Tipe koloid ini terbentuk pada suhu tinggi dalam medium pendispersi yang
mempunyai titik lebur diatas suhu kamar. Hal inilah yang mengakibatkan sistem
koloid ini pada suhu kamar berwujud padat. Contohnya batu, krikil, pasir.
7.
8. 1.Efek Tyindall
Efek Tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid
yang cukup besar. Efek Tyndall ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika Inggris.
Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya
dilewatkan pada sistem koloid maka berkas cahaya tadi akan tampak.
Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada dilewatkan pada
larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak akan tampak. Oleh karena itu sifat
itu disebut efek tyndall.
9. 2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan terus menerus dari suatu partikel zat cair ataupun gas, artinya
partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan stasioner atau sepenuhnya diam. Hal ini,
pertama kali dibuktikan dan dicetuskan oleh Robert Brown seorang botanis Skotlandia pada
tahun 1827. Prinsip gerak ini mudah sekali, Brown mengamati beberapa partikel dengan
mikroskop dan dia menemukan bahwa pergerakan terus menerus dari partikel-partikel kecil
tersebut makin lama makin cepat bila temperaturnya makin tinggi.
Gerak ini dapat diamati pada zat cair koloid atau gas. Di dalam suatu ruang pergerakan partikel
gas tersebut (analogi terhadap zat cair juga) bergerak bebas dan tidak teratur, dengan kata lain
partikel gas itu bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Bila partikel gas tersebut
menabrak partikel gas lain atau menabrak tembok dinding ruang, maka kecepatan serta arah
vektornya ikut berubah. Penyebaran kecepatan ini dapat dirumuskan dengan penyebaran
kecepatan Maxwell yang memberikan gambaran bahwa kecepatan partikel tergantung dari
temperatur ruang dan lingkungannya.
Kecepatan rata-rata pergerakan molekul di udara adalah 500 m/s atau 1800 km/h. Kecepatan ini
melebihi kecepatan gelombang suara yang besarnya 330 m/s. Energi dari partikel gas ideal juga
tergantung dari suhu udara.
10. 3. Elektroforesis
Adalah peristiwa pergerakan
partikel koloid karena pengaruh
medan listrik. Partikel koloid
merupakan partikel yang
mempunyai muatan. Adanya
medan listrik mengakibatkan
partikel-partikel koloid yang
bergerak ke elektrode yang
mempunyai muatan berlawanan
dengan muatan listrik partikel
koloid. Pergerakan partikel koloid
ini dapat diamati menggunakan
alat sel elektroforesis.
11. 4. Adsorpsi
Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi
ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada
suatu padatan atau cairan (zat penjerap, adsorben) dan
akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat
terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda
dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh
fluida lainnya membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan
substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh
permukaan zat atau benda penyerap, di mana terjadi
suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan
penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa
penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, di
mana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan
pengadsorpsi atau absorben.[1]
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika
(disebabkan oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya
kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada
permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat
yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya
yang merupakan fungsi tekanan dan suhu)
12. 5. Koagulasi
Adalah peristiwa pengendapan partikel-partikel
koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari
medium pendespersinya. Koagulasi disebut juga
dengan penggumpalan. Koagulasi terjadi
karena dispersi koloid kehilangan kestabilan
dalam mempertahankan partikel-partikelnya
untuk tetap tersebar di dalam mediumnya. Hal
ini terjadi karena kedua mempunyai muatan
yang berlawanan sehingga saling menetralkan.
Keadaan ini mengakibatkan penggabungan
partikel-partikel koloid sehingga ukuran
partikelnya menjadi besar (hingga berukuran
suspensis).
13. 6. Dialisis
Dialisis adalah proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran larutan yang terjadi
akibat difusi pada membran semi-permeabel. Molekul terlarut yang oke berukuran lebih kecil dari pori-pori
membran tersebut dapat keluar, sedangkan molekul lainnya yang lebih besar akan tertahan di dalam kantung
membran. Selulosa adalah salah satu jenis materi penyusun membran dialisis yang cukup umum dipakai karena
bersifat inert untuk berbagai jenis senyawa atau molekul yang akan dipisahkan. Laju difusi ditentukan oleh
beberapa kondisi:
• Konsentrasi molekul pelarut yang akan keluar dari kantung dialisis. Jika konsentrasi molekul terlarut di
lingkungan lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di dalam kantung dialisis maka laju difusi akan semakin
cepat.
• Luas permukaan kantung dialisis. Semakin luas permukaan membran yang digunakan maka laju difusi akan
semakin cept.
• Volume pelarut. Jika rasio luas permukaan membran dengan volume pelarut besar maka laju difusi akan
berlangsung dengan cepat karena molekul terlarut dapat berdifusi dalam jarak yang dekat.
Metode dialsis banyak digunakan dalam pemurnian protein (terutama enzim). Dalam proses ini, dialisis
digunakan untuk menghilangkan molekul garam, seperti amonium sulfat, sebelum dilanjutkan dalam proses
pemurnian berikutnya ataupun pada tahap akhir pemurnian. Dialisis juga banyak digunakan dalam proses
pencucian darah pada pasien penderita gagal ginjal. Untuk kasus ini, peranan ginjal untuk menghilangkan
senyawa beracun, garam dan air berlebih digantikan dengan sistem buatan. Hemodialisis adalah metode
pencucian darah dengan menggunakan mesin, sedangkan dialisis peritoneal menggunakan membran
peritoneal yang berlokasi di daerah perut untuk menggantikan peranan ginjal.
15. 7. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang
dapat melindungi koloid lain agar
tidak terjadi koagulasis. Koloid
pelindung bekerja dengan cara
membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid lain. Lapisan ini
berfungsi sebagai pelindung muatan
koloid sehingga partikel koloid tidak
menggupal atau terpisah dari
mediumnya
8. Koloid Liofil dan Liofob
Koloid liofil
Sol liofil atau koloid liofil merupakan
jenis koloid yang fase terdispersinya
dapat mengikat atau menarik medium
pendispersinya. Jika medium
pendispersinya air disebut hidrofil.
Contoh : protein, sabun, deterjen, agar-
agar, kanji, dan gelatin
Koloid liofob
Koloid liofob atau sol liofob merupakan
koloid yang fase terdispersinya tidak
dapat menarik medium pendispersinya
(tidak suka cairan). Jika medium
pendispersinya air disebut hidrofob.
Contoh : susu, mayonaise, sol belerang,
sol Fe(OH)3, sol sulfida, dan sol-sol
logam
16.
17. 1. CARA KONDENSASI
Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan menjadi koloid. Proses ini umumnya
melibatkan reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan zat yang menjadi partikel – partikel terdispersi.
a. Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan
air).
• Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3.
FeCl(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
b. Reaksi Redoks
Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi atau reduksi.
• Contoh:
Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)
• c. Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat – zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan
pada reaksi kimia.
• Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.
3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)
18. 2. PEMBUATAN KOLOID SECARA DISPERSI
a. Dispersi langsung (mekanik)
Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke
dalam medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling
atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah
pembuatan sol belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu
dengan menggerus bersama kristal gula secara berulang – ulang. Campuran
semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung karena partikel –
partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya
menjadi ukuran koloid.
b. Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan
mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi
sehingga partikel – partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid.
Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi
mengunakan mesin homogenisasi.
c. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar,
misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah
tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan
menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid
dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya. Contoh lain, karet bisa
dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air, nitroselulosa oleh aseton. Endapan
NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.
d. Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid
logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan
dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang
cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya
loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutnya
terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam.
19.
20. Bidang Industri
1. Karet
Contoh koloid yang digunakan di bidang industri adalah getah karet. Getah karet merupakan
koloid tipe sol, yaitu dispersi koloid fase padat daiam cairan. Partikel karet alam terdispersi
sebagai partikel koloid daiam sol getah karet. Karet alam dengan rumus kimia (C5H8)x
merupakan zat padat dengan mOlekul raksasa. Karet alam dianggap sebagai polimer dari
C5H8 (isoprena) yang saling berikatan membentuk rantai atom C yang sangat panjang
melalui reaksi adisi.
2. Cat
Cat merupakan koloid tipe sol cair. Dalam pembuatan cat, partikel-partikel padat
didispersikan daiam suatu pelarut berwujud cair. Partikel-partikel ini berupa zat warna,
oksida logam, bahan penstabil, bahan pengawet, zat pencemerlang, dan zat pereduksi yang
dihaluskan hingga berukuran partikel koloid. Agar kestabilan cat tetap terjaga dan bahan-
bahan yang didispersikan tidak menggumpal atau mengendap, ke daiam cat ditambahkan
emulgator. Jenis emulgator ini tergantung dari jenis medium pendispersinya. Apabila
medium pendispersinya berupa senyawa polar, misal air dan alkohol, emulgatomya harus
dapat larut daiam pelarut polar. Sebaiiknya, jika medium pendispersinya bersifat nonpolar
seperti minyak, emulgatomya harus dapat larut daiam pelarut nonpolar.
21. 3. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputih- kan. Gula dilarutkan ke
dalam air dan dialirkan meialui sistem koloid tanah diatome atau karbon.
Partikel koloid tersebut akan mengadsorpsi zat warna dari gula tebu
sehingga gula menjadi berwarna putih.
4. Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dilepaskan dari suatu proses industri mengandung zat-
zat pengotor berupa partikel-partikel koloid yang bermuatan. Pengotor ini
dapat dipisahkan dengan cara menarik partikel-partikel koloid
menggunakan alat pengendap elektrostatik (pengendap Cottrell). Alat ini
memiliki pelat logam yang bermuatan berlawanan dengan partikel-partikel
koloid.
5. Pewarnaan Kain
Kain menjadi berwarna karena terlebih dahulu diwarnai dengan zat-zat
pewarna dengan cara pencelupan. Kualitas kain yang dicelup bergantung
pada daya serap kain terhadap zat pewarna.Untuk itu, kain yang akan
dicelup terlebih dahulu dicampurkan dengan garam AI2(S04)3. Ketika
dicelupkan ke dalam iarutan zat pewarna, akan dihasilkan koloid AI(OH)3
sehingga kain akan lebih mudah menyerap wama.
6. Penjernihan Air
Air dari PDAM mengandung partikel-partikel koloid yang bermuatan
negatif. Partikel koloid tersebut dapat dipisahkan dengan penambahan
tawas. Ion Al3+ dari tawas akan terhidrolisis membentuk partikel koioid
AI(OH)3 yang bermuatan positif meialui reaksi berikut.
Al3+ + 3H20 → AI(OH)3 + 3H+
Senyawa AI(ON3) akan menetralkan muatan negatif dari partikel koloid
dalam air keran dan menggumpalkannya. Dengan demikian, partikel
tersebut akan mengendap bersama tawas karena pengaruh gravitasi.
22. Bidang Makanan
Susu dan santan merupakan sistem koloid di bidang makanan. Susu dan santan
termasuk emulsi lemak dalam air. Emulsi biasanya distabilkan oleh emulgator,
contoh kasein dalam susu. Kasein terdiri atas berbagai macam protein yang
mengandung fosfor. Kasein berfungsi menstabilkan dispersi lemak dalam air. Lemak
tidak dapat terdispersi saat susu menjadi basi. Ini disebabkan oleh adanya bakteri
yang merusak protein (kasein) dalam susu. Akibatnya, lemak menggumpal dan
terpisah dari medium pendispersinya yaitu air.
23. Bidang Farmasi
Di bidang farmasi, prinsip koloid diterapkan saat mengobati sakit
perut akibat bakteri patogen dengan norit. Sakit perut dapat
terjadi jika terdapat gas yang terjebak dalam pencernaan. Sakit
perut juga dapat disebabkan oleh bakteri dalam perut yang
menghasilkan zat racun. Norit yang terbuat dari karbon aktif
akan membentuk sistem koloid di dalam pencernaan. Koloid
yang terbentuk akan mengadsorpsi gas atau zat racun sehingga
konsentrasinya berkurang.
24. Bidang Kosmetik
Bahan-bahan kosmetik hampir 90% dibuat dalam bentuk koloid. Bahan berbentuk
koloid mempunyai beberapa kelebihan seperti berikut.
- Mudah dibersihkan.
- Tidak merusak kulit dan rambut.
- Mengandung dua jenis bahan yang tidak saling melarutkan.
- Mudah menyerap berbagai bahan yang berfungsi sebagai pewangi, pelembut, dan
pewarna.
Beberapa tipe koloid yang digunakan dalam kosmetik sebagai berikut.
- Sol padat, contoh lipstik dan pensil alis.
- Sol, contoh cat kuku, masker, dan maskara.
- Emulsi, contoh pembersih muka.
- Aerosol, contoh hair spray, parfum semprot, dan penyegar mulut bentuk semprot.
- Buih, contoh sabun cukur.
- Gel, contoh minyak rambut (Jelly) dan deodoran.