Asma merupakan penyakit obstruksi saluran nafas kronis yang sering dijumpai pada kehamilan dan dapat mempengaruhi hasil kehamilan seperti abortus, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Penatalaksanaannya meliputi pencegahan serangan, penggunaan obat-obatan seperti teofilin, kortikosteroid, dan inhalasi, serta menghindari faktor pemicu seperti asap rokok dan alergen.
2. Nama Anggota :
1. Whinike Cintya (30718031)
2. Lilis Erfiana (307180
3. Alda Fitriani (30718001)
4. Binti Murofiqoh I (307180
5. Mega Kumala (30718021)
6. Risky Dewi (307180
7. Elisa Febri A (307180
3. Pengertian
Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan heredites
utama dimana otot-otot bronchi (saluran udara pada paru)
mengalami kontraksi penyimpitan sehingga menyulitkan
pernapasan.
4. Asma Pada Kehamilan
• Asma bronkiale merupakan penyakit obstruksi saluran nafas yang
sering dijumpai pada kehamilan dan persalinan, diperkirakan 1%-
4% wanita hamil menderita asma. Efek kehamilan pada asma tidak
dapat diprediksi.
5. Jenis – Jenis Asma
• Asma interisik (berasal dari dalam) Yang sebab serangannya tidak
diketahui.
• Asma eksterisik (berasal dari luar) Yang pemicu serangannya
berasal dari luar tubuh (biasanya lewat pernafasan) Serangan
asma dapat berlangsung singkat atau berhari-hari. Bisanya
serangan dimulai hanya beberapa menit setelah timbulnya
pemicu. Frekuensi asma berbeda-beda pada tiap penderita.
Serangan asma yang hebat dapat menyebabkan kematian.
6. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor Predisposisi
Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita alergi.
2. Faktor Prepisitas Alergen Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis,
yaitu :
• Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan Ex : debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
• Ingestan, yahg masuk melalui mulut Ex : Makanan dan obat-obatan
• Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.Ex : perhiasan,
logam, dan jam tangan
7. Cont..
3. Perubahan Cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
4. Stress Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada.
5. Lingkungan Kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma.
6. Olahraga / aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita
asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau olahraga yang berat.
8. Tanda dan Gejala
• Kesulitan bernafas
• Kenaikan denyut nadi
• Nafas berbunyi, terutama saat menghembuskan udara
• Batuk kering
• Kejang otot di sekitar dada
9. Patofisiologi
Asma merupakan obstruksi saluran nafas yang reversible dari
kontraksi otot polos bronkus, hipersekresi mukus dan edem mukosa.
Terjadi peradangan di saluran nafas dan menjadi responsive
terhadap beberapa rangsangan termasuk zat iritan, infeksi virus,
aspirin, air dingin dan olahraga. Aktifitas sel mast oleh sitokin
menjadi media konstriksi bronkus dengan lepasnya histamine,
prostalgladine D2 dan leukotrienes. Karena prostagladin seri F dan
ergonovine dapat menjadikan asma, maka penggunaanya sebagai
obat-obat dibidang obstetric sebaiknya dapat dihindari jika
memungkinkan.
11. Pengaruh Asma Terhadap Kehamilan
Pengaruh asma terhadap kehamilan bervariasi tergantung
derajat berat ringannya asma tersebut. Asma terutama jika berat
bisa secara bermakna mempengaruhi hasil akhir kehamilan,
beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan insidensi
abortus, kelahiran prematur, janin dengan berat badan lahir rendah,
dan hipoksia neonatus. Beratnya derajat serangan asma sangat
mempengaruhi hal ini, terdapat korelasi bermakna antara fungsi
paru ibu dengan berat lahir janin. Angka kematian perinatal
meningkat dua kali lipat pada wanita hamil dengan asma
dibandingkan kelompok kontrol.
12. Cont....
Asma berat yang tidak terkontrol juga menimbulkan resiko
bagi ibu, kematian ibu biasanya dihubungkan dengan terjadinya
status asmatikus, dan komplikasi yang mengancam jiwa seperti
pneumotoraks, pneumomediastinum, kor pulmonale akut, aritmia
jantung, serta kelemahan otot dengan gagal nafas. Angka kematian
menjadi lebih dari 40% jika penderita memerlukan ventilasi
mekanik.
13. Diagnosis Asma Bronkial
Adanya riwayat asma sebelumnya, riwayat penyakit alergik
seperti rinitis alergik, dan keluarga yang menderita penyakit
alergik, dapat memperkuat dugaan penyakit asma. Selain hal-hal di
atas, pada anamnesa perlu ditanyakan mengenai faktor pencetus
serangan. Penemuan pada pemerikasaan fisik penderita asma
tergantung dari derajat obstruksi jalan nafas.
Dalam praktek tidak sering ditemukan kesulitan dalam
menegakkan diagnosis asma, tetapi banyak pula penderita yang
bukan asma menimbulkan mengi sehingga diperlukan pemeriksaan
penunjang.
14. Pemeriksaan lab
1. Pemeriksaan Sputum Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
• Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil
• Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
• Crede yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
• Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
• Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
• Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
• Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15000 / mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
• Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
16. Penatalaksanaan
Dalam penanganan penderita asma dengan kehamilan, dan tidak
dalam serangan akut, diperlukan adanya kerja sama yang baik
antara ahli kebidanan dan ahli paru. Usaha-usaha melalui edukasi
terhadap penderita dan intervensi melalui pengobatan dilakukan
untuk menghindari timbulnya serangan asma yang berat.
17. Adapun usaha penanganan penderita asma
kronik meliputi :
• Bantuan psikologik menenangkan penderita bahwa kehamilannya tidak akan memperburuk
perjalanan klinis penyakit, karena keadaan gelisah dan stres dapat memacu timbulnya serangan
asma.
• Menghindari alergen yang telah diketahui dapat menimbulkan serangan asma
• Desensitisasi atau imunoterapi, aman dilakukan selama kehamilan tanpa adanya peningkatan
resiko terjadinya prematuritas, toksemia, abortus, kematian neonatus, dan malformasi
kongenital, akan tetapi efek terapinya terhadap penderita asma belum diketahui jelas.
• Diberikan dosis teofilin per oral sampai tercapai kadar terapeutik dalam plasma antara 10-22
mikrogram/ml, biasa dosis oral berkisar antara 200-600 mg tiap 8-12 jam
• Dosis oral teofilin ini sangat bervariasi antara penderita yang satu dengan yang lainnya.
• Jika diperlukan dapat diberikan terbulatin sulfat 2,5-5 mh per oral 3 kali sehari, atau beta
agonis lainnya.
• Tambahkan kortikosteroid oral, jika pengobatan masih belum adekuat gunakan prednison
dengan dosis sekecil mungkin
• Pertimbangan antibiotika profilaksis pada kemungkinan adanya infeksi saluran nafas atas.
• Cromolyn sodium dapat dipergunakan untuk mencegah terjadinya serangan asma, dengan dosis
20-40 mg, 4 kali sehari secara inhalasi.
18. Hal-Hal Untuk Mencegah Agar Tidak Terjadi
Serangan Asma Selama Hamil
• Jangan merokok
• Kenali faktor pencetus
• Hindari flu, batuk, pilek atau infeksi saluran nafas lainnya. Kalu tubuh terkena flu segera obati. Jangan
tunda pengobatan kalu ingin asma kambuh.
• Bila tetap mendapat serangan asma, segera berobat untuk menghindari terjadinya kekurangan oksigen
pada janin
• Hanya makan obat-obatan yang dianjurkan dokter.
• Hindari faktor risiko lain selama kehamilan
• Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya.
• Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan dalam rumah dari perabotan yang
membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap rokok, dan debu yang menempel di alat-alat rumah
tangga.
• Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang
• Sering – sering melakukan rileksasi dan mengatur pernafasan
• Lakukan olahraga atau senam asma, agar daya tahan tubuh makin kuat sehingga tahan terhadap faktor
pencetus.