KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP POLITIK”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Raha, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
1. Pengetian Globalisasi.............................................................................. 3
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia................... 4
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi
Dampak Globalisasi.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
1. BAB I
PENDAHULUAN
PENYAKIT AKIBAT JAMUR
a. Keputihan
Keputihan Patologis, merupakan keputihan yang tidak normal yang terjadi karena
infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena keganasan. Infeksi bisa
sebagai akibat dari virus, bakteri, jamur, dan parasit bersel satu Trichomonas vaginalis. Dapat
pula disebabkan oleh iritasi karena berbagai sebab seperti iritasi akibat bahan pembersih
vagina, iritasi saat berhubungan seksual, penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi. Infeksi
virus, bakteri, dan parasit bersel satu umumnya didapatkan saat melakukan aktivitas seksual.
Keputihan ini berupa cairan berwarna kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya
banyak bahkan bisa sampai keluar dari celana dalam, kental, lengket, berbau tidak sedap atau
busuk, terasa sangat gatal atau panas, dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina.
Keputihan jenis ini harus diwaspadai mengingat dapat menjadi salah satu indikasi gejala
adanya kanker leher rahim. Oleh karena itu, keputihan patologis harus dicari penyebabnya
dan diobati secara adekuat sejak dini.
b. Panu dan Kudis
Panu dan Kudis disebabkan oleh jamur mikroskopis. Jamur bertahan dengan hidup dari sel-sel
kulit mati kita. Sebagian besar waktu, organisme ini tidak berbahaya. Tapi jamur bisa
menjadi masalah ketika mereka berkembang biak dengan cepat.
c. Penyakit histoplasmosis
Penyebab dari histoplasmosis adalah terpaparnya seseorang oleh jamur yang diberi
nama Histoplasma capsulatum. Jamur ini terutama sering berada pada kandang ayam dan
2. merpati, lumbung tua, taman dan gua yang merupakan tanah basah yang kaya bahan organik,
terutama kotoran dari burung dan kelelawar.
Suhu tubuh burung yang terlalu tinggi, menyebabkan burung tidak dapat terinfeksi
dengan histoplasmosis, namun burung dapat membawa H. capsulatum di bulu mereka. Selain
itu, kotoran burung dapat mendukung pertumbuhan jamur. Kelelawar memiliki suhu tubuh
lebih rendah dan dapat terinfeksi, namun seseorang tidak dapat terjangkit penyakit ini dari
kelelawar atau dari orang lain.
d. Viginitas
Penyakit Vagina yang disebabbkan oleh jamur dan bakteri. Jenis bakteri penyebab penyakit
ini adalah bakteri Clhamydia dan Gonorrhea. Walaupun jenis bakteri ini kurang berbahaya,
namun bakteri ini dapat menetap menimbulkan penyakit.
e. Kutu Kelamin
Penyakit yang seperti kutu di rambut kepala yang berwarna kelabu dan kecoklatan. Memiliki
ukuran tubuh sekitar satu per delapan inci yang tinggal diantara rambut-rambut kemaluan.
f. Kutu kelamin dibawah kulit Kelamin
Kutu ini lebih kecil disbanding kutu kelamin, dan kutu ini sangat berbahaya hingga akan
membuat saran dibawah kulit kelamin yang akan menyebabkan gatal-gatal dan akan
membuat luka disekitarnya.
Banyak sekali hal – hal yang dapat menyebabkan keputihan patologis, tapi umumnya
disebabkan oleh infeksi saluran reproduksi. Infeksi tersebut dapat berasal dari:
a. Jamur Candida atau Monilia
Keputihan akibat jamur ini akan berwarna putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa
gatal yang dominan pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang.
Keputihan ini biasanya dipicu oleh kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB,
dan rendahnya daya tahan tubuh. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat
3. jamur Candida ini karena tanpa sengaja tertelan cairan ibunya yang adalah penderita saat
persalinan.
b. Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan terutama lewat hubungan seks sehingga termasuk salah satu dalam Penyakit
Menular Seksual (PMS), namun selain hal itu juga dapat lewat perlengkapan mandi, atau
bibir kloset yang telah terkontaminasi. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna
kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit ini tidak menyebabkan
gatal, tapi nyeri bila liang vagina ditekan.
c. Bakteri Gardnella
Sebagian besar wanita yang mengalami infeksi vagina bakterial tanpa gejala – gejala berarti
disebabkan oleh bakteri ini. Keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu-abuan, berair,
berbuih, dan berbau amis (fishy odor). Bau akan lebih menusuk setelah melakukan hubungan
seksual dan menyebabkan darah menstruasi berbau tidak enak. Jika ditemukan iritasi daerah
vagina seperti gatal biasanya bersifat lebih ringan daripada keputihan yang disebabkan oleh
Candida albicans atau Trichomonas vaginalis.
d. Blastomikosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cendawan dimorfik
Blastomyces dermatitidis. Cendawan B. dermatitidis banyak ditemukan di tanah yang
mengandung sisa-sisa bahan organik dan kotoran hewan. Ketika konidia (salah satu bagian
tubuh) dari B. dermatitidis terhirup oleh manusia maka akan terjadi perubahan bentuk dari
miselium menjadi khamir dan sistem imun manusia tidak sempat menghasilkan respon imun
terhadap perubahan tersebut. Agen penyakit akan menyebar melalui sistem limfa dan aliran
darah. Gejala penyakit ini sangat bervariasi karena banyak sistem organ yang berperan dalam
penyebarannya. Namun, beberapa gejala yang paling sering diperiksakan adalah gejala yang
berkaitan dengan manifestasi pulmonari, lesi pada kulit yang tidak sembuh, lesi tulang yang
seringkali tanpa rasa sakit, dan gejala yang berkaitan dengan sistem genitouorinari
4. (urogenital). Uji keberadaan infeksi dalam tubuh dapat dilakukan dengan biopsi jaringan
tubuh untuk mengkultur dan melihat histopatologinya, mengambil sampel dari sekresi
(pembuangan) sisa kotoran tubuh dan jaringan.
e. Kandidiasis
adalah infeksi spesies Candida, dengan Candida albicans sebagai penyebab yang paling
banyak ditemui.
f. Kriptokokosis adalah infeksi yang diterima oleh pernapasan pada tanah yang terkontaminasi
oleh fungi Cryptococcus neoformans. Kriptokokosis adalah infeksi oportunistik yang terjadi
untuk AIDS. Penyakit ini didistribusikan ke seluruh dunia. Jumlah kriptokokosis meningkat
selama 20 tahun terakhir untuk banyak alasan, termasuk meningkatnya insiden AIDS.
g. Panau atau Pitriyasis versikolor merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh
jamur. Penyakit panau ditandai oleh bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada
saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat atau merah tergantung kepada
warna kulit penderita. Jamur yang menyebabkan panau adalah Candida Albicans. Panau
paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun begitu panau juga bisa
ditemukan pada penderita berumur yang lebih tua atau lebih muda. Penyakit ini biasanya
menyerang kulit di daerah yang menghasilkan banyak keringat. Biasanya panau terdapat pada
bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipatan paha, muka dan kepala. Panau
terutama ditemukan di daerah yang lembap dan dilindungi pakaian.
h. Pneumonia pneumocystis (PCP) adalah bentuk pneumonia yang disebabkan oleh fungi
Pneumocystis jirovecii. Agen yang menyebabkan pneumonia ini dideskripsikan sebagai
protozoa dan disebut P. jiroveci.[1][2] Nama tersebut didiskusikan dan hasilnya, pneumonia
pneumosistis juga diketahui sebagai pneumonia pneumosistis jiroveci dan sebagai
pneumonia pneumosistis carinii, yang juga dijelaskan.
5. Sumber :
1. Robert H. Gates (2003). Infectious disease secrets. Hanley & Belfus. ISBN 978-1-56053-
543-0.Page.194-195
2. Buku Kantong Biologi SMA, Oleh Nuri Handayani, S.Si
3. http://sudiantoaditya.blogspot.com/2012/01/kenali- infeksi-keputihan-patologis.html
4. http://sudiantoaditya.blogspot.com/2012/01/9-penyakit-akibat-virus.html
5. Frank J. Domino (2006). The 5-Minute Clinical Consult. Lippincott Williams & Wilkins.
ISBN 978-0-7817-6334-9.Page.160-161
6. Redhead SA, Cushion MT, Frenkel JK, Stringer JR (2006). "Pneumocystis and Trypanosoma
cruzi: nomenclature and typifications". J Eukaryot Microbiol 53 (1): 2–11. PMID 16441572.
7. Cushion MT . (1998). Chapter 34. Pneumocystis carinii. In: Collier, L., Balows, A. &
Sussman, M. (ed.), Topley and Wilson's Microbiology and Microbial Infections 9th ed.
Arnold and Oxford Press, New York.. pp. 645–683.
8. Cushion MT (2004). "Pneumocystis: unraveling the cloak of obscurity". Trends Microbiol 12
(5): 243–249.
9. Hatta M (Maret 2002). "Detection of IgM to Leptospira Agent with ELISA ang
Leptodipstick Method". Jurnal Kedokteran dan Kesehatan FK Universitas Tarumanegara
10. Bovet P (1999). "Factor Assosiated with Clinical Leptospirosis, A Population Based Control
Study in Seychelles". American Journal Tropical Medicine and Hygiene