Makalah ini membahas tentang puasa dalam agama Islam, mulai dari definisi puasa, filosofi puasa, macam-macam puasa menurut madzhab Syafi'iyyah An-Nahdliyah, syarat dan rukun puasa, serta hal-hal yang membatalkan puasa menurut madzhab tersebut.
1. MAKALAH AGAMA ISLAM III
“PUASA”
Dosen Pengampu : Abdul Hamid Aly,S.Pd.,M.Pd
Disusun oleh:
1. Mohammad Hamami Najih (21601081505/M2)
2. Dwi Ihsani Mahendra P (21801081377/M2)
3. Aslinda (21801081416/M2)
4. Vindha Ayu Novitasari (21801081424/M2)
5. Ahmad Junaidi (21801081534/M2)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISALAM MALANG
2019
2. i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya –lah maka kami biasa menyelesaikan makalaah ini.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah
“AGAMA ISLAM III” yang diampu oleh Bapak Abdul Hamid Aly,S.Pd.,M.Pd yang merupakan
dosen serta pembimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memebantu proses
penyusunan makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka pemenuhan wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalaah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Akhir kata, kami
memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Malang, 26 September 2019
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
2.1 Definisi dan Filosofi Puasa.................................................................................................... 2
2.2 Macam-Macam Puasa ala Madzhab Syafiyyah An-Nahdliyah............................................. 4
2.3 Syarat, Rukun dan Yang Membatalkan Puasa Ala Madzhab Syafiiyyah An-Nahdliyah ..... 6
BAB III ........................................................................................................................................... 8
PENUTUP....................................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah
satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa
itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada
kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua
karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga
masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa
dengan baik dan benar.
Banyak orang-orang yang melakasanakan puasa hanya sekedar melaksanakan, tanpa
mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya,pada saat
mereka berpuasa mereka hanyalah mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita
jika sudah berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala. Seperti yang dikatakan hadits: urung
rampung
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang apa itu puasa, manfaat
puasa, hikmah puasa, dan alasan mengapa kita wajib menjalankannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dan filosofi puasa?
2. Sebutkan macam-macam puasa menurut madzhab Syafiiyyah An-Nahdliyah?
3. Bagaimana syarat-syarat dan rukun-rukun dalam berpuasa menurut madzhab
Syafiiyyah An-Nahdliyah?
4. Hal apa saja yang membatalkan puasa menurut madzhab Syafiiyyah An-nahdliyah?
1.3 Tujuan
Memberikan pengetahuan kepada kita tentang definisi atau filosofi puasa
Mengetahui macam-macam puasa menurut madzhab Syafiiyyah An-Nahdliyah dan
bagaimana hokum puasa tersebut
Mengetahui syarat sah dan syarat wajib puasa
Mengetahui rukun-rukun islam dalam puasa
Mengetahui hal apa saja yang membatalkan puasa menurut madzhab Syafiiyyah An-
Nahdliyah
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
5.1 Definisi dan Filosofi Puasa
5.1.1 Definisi puasa
Puasa berasal dari bahasa arab: shâma yashûmu shauman wa shiyâman ( يصوم صام
(ًاوصيام ًاصوم yang artinya menahan diri. Makna ini sebagaimana yang disebutkan Allah
ketika menceritakan tentang Maryam:
يِسْنِإ َم ْوَيْلا َمِلَكُأ ْنَلَف اًم ْوَص ِنَمْحَّلرِل ُتْرَذَن يِنِإ
“Sesungguhnya aku telah bernazar puasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah,
maka tidak akan berbicara dengan siapapun pada hari ini.” (Maryam:26).
Maksud puasa disini adalah menahan diri untuk tidak berbicara.
Secara istilah, puasa adalah menahan diri dari semua yang membatalkan puasa
sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat tertentu.
a) Sejarah dan dalil penyariatan
Puasa Ramadhan diturunkan perintah kewajibannya pada bulan Syaban
tahun 2 H. Puasa bukan ibadah yang dikhususkan kepada umat Islam saja tetapi
juga umat-umat sebelumnya. Allah SWT berfirman:
وُقَّتَت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَق ْنِم َينِذَّلا ىَلَع َبِتُك اَمَك ُماَي ِالص ُمُكْيَلَع َبِتُك واُنَمآ َينِذَّلا اَهُّيَأ اَيَن
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian
bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Rasulullah SAW bersabda:
ِةالَّصال ِامَقِإ َو ،ِهللا ُل ْوُس َر ًاَدَّمَحُم َّنَأ َو هللا َّالِإ َهَلِإ َال ْنَأ ِةَداَهَش : ٍسْمَخ ىَلَع ُمالْس ِاإل َيِنُب،ِةاَكَّالز ِاءَتْيِإ َو ،
َمَر ِم ْوَص َو ،ِتْيِبال ِجَح َوَانَض
“Islam dibangun diatas lima perkara: kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah
dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar
zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Selama hidupnya, Rasulullah SAW telah berpuasa sebanyak sembilan kali.
Seluruhnya berjumlah 29 hari kecuali sekali berjumlah lengkap 30 hari.
Ramadhan adalah nama bulan bangsa Arab yang kesembilan. Dan
merupakan bulan yang paling afdal. Dinamakan Ramadhan karena ketika
bangsa Arab menetapkan nama untuk bulan tersebut bertepatan dengan suasana
yang sangat panas. Maka dinamakanlah Ramadhan yang berasal dari
kata ramdhâ’ yang berarti sangat panas. Ada juga yang mengatakan bahwa
dinamakan demikian karena Ramadhan membakar dosa-dosa manusia.
b) Hukuman Orang Yang Tidak Berpuasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam dan sebuah perkara yang
diketahui secara umum (ma’lûmun minad dîni bid dharûrah). Oleh karena itu,
barang siapa yang mengingkari kewajibannya maka ia telah kafir dan
diperlakukan sebagai orang murtad, yaitu diberi kesempatan tiga hari untuk
bertaubat dan melaksanakan puasa. Jika menolak maka dihukum mati.
Adapun orang yang tidak mengingkari kewajiban puasa Ramadhan tapi ia
enggan atau malas melaksanakannya maka dihukumi fasik dan berlaku semua
6. 3
hukum kefasikan, seperti tidak diterima kesaksiannya, makruh shalat di
belakangnya, dan lain-lain. Penguasa harus menahannya dan tidak memberinya
makanan dan minuman pada siang hari sehingga ia seperti orang yang berpuasa
meskipun secara zahir saja.
c) Keutamaan puasa
Terdapat banyak sekali ayat dan hadis yang menjelaskan keutamaan puasa.
Diantaranya adalah:
1) Allah berfirman:
اَمِبًاْئيِنَه ا ُْوبَرْشا َو ا ْوُلُكِةَيِلَاخْلا َِّاميَألْا يِف ْمُتْفَلْسَأ
“Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu
kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Al-Haaqqah:24).
Imam Waki’ berkata: “Maksudnya hari-hari puasa karena mereka
meninggalkan makan dan minum.”
2) Allah berfirman:
ِتاَرِكاَّذال َو اًيرِثَك َ َّاَّلل َين ِرِكاَّذال َو ِتاَظِفاَحْلا َو ْمُهَجوُرُف َينِظِفاَحْلا َو ِتاَمِئاَّصال َو َينِمِئاَّصال َوُ َّاَّلل َّدَعَأْمُهَل
ِظَع اًرْجَأ َو ًة َرِفْغَماًمي
“Laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
menjaga kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang menyebut Allah
(berzikir), Allah telah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang
besar.”(Al-Ahzaab: 35).
3) Dalam hadits qudsi Allah berfirman:
ِهِب ي ِزْجَأ َانَأ َو ْيِل َوُهَف َماَي ِالص َّالِإ ،ٍفْع ِض ِةَئِم ِْعبَس ىَلِإ اَهِلاَثْمَأ ِرْشَعِب ٍةَنَسَح ُّلُك
“Semua kebaikan dikali sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Kecuali puasa
karena dia untukku dan Akulah yang akan memberinya pahala sendiri.”
(HR. Bukhari dan Malik).
4) Rasulullah SAW bersabda:
ٍامَع ِةَئِم َةْريِسَم َمَّنَهَج ُهْنِم ُهللا َدَعاَب ِهللا ِلْيِبَس ْيِف ًام ْوَي َماَص ْنَم
“Barang siapa berpuasa satu hari di jalan Allah maka Allah akan
menjauhkan dirinya dari neraka Jahanam sejauh jarak perjalanan seratus
tahun.” (HR. Nasa’i).
5) Rasulullah SAW bersabda:
ِهِم ْوَصِب َح ِرَف َهللا َيِقَل اَذِإ َو ،َح ِرَف َرَطْفَأ اَذِإ :ِانَتَحْرَف ِمِئاَّصلِل
“Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika
berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu Allah.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
6) Nabi SAW bersabda:
َتْسُم ُه ُاؤَعُد َو ،ٌةَداَبِع ُهُم َْون َو ،ٌحْيِبْسَت ِمِئاَّصال ُتْمَصٌفَعاَضُم ُهُلَمَع َو ،ٌابَج
“Diamnya orang puasa adalah seperti bertasbih, tidurnya adalah ibadah,
doanya terkabulkan, dan amal ibadahnya dilipatgandakan.” (HR. Dailami).
7). Dalam hadis lain:
َنِم ٌْني ِصَح ٌنْص ِح َو ٌةَّنُج ُماَي ِالصِارَّنال
“Puasa adalah tameng dan benteng yang kuat dari api neraka.” (HR.
Ahmad).
5.1.2 Nilai Filosofi Puasa
Jika dicermati secara saksama, pelaksanaan puasa memiliki beberapa makna
filosofis. Penyempurnaan diri atau sering disebut takwa. Hal ini sebagaimana
7. 4
terekam dalam surah Al-Baqarah ayat 183, "Hai orang-orang yang beriman
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa". Takwa merupakan sebuah identitas
paripurna yang keberhasilan interaksinya dengan Allah tercermin dalam kebaikan
interaksinya dengan sesama umat manusia. Karena itu, takwa sebagai tujuan akhir
puasa, tidak sekadar berdimensi ketuhanan (ilahiah) atau spiritual, tapi juga
berdimensi kemanusiaan (basyariyah), sosial.
Yang terkandung dalam perintah menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah
memupuk rasa kasih sayang antarsesama umat manusia. Dengan menahan rasa
lapar dan dahaga hati kita akan tersentuh dan merasakan kesengsaraan kaum
dhu’afa yang senantiasa serba kekurangan dalam segala hal. Mereka menanti
uluran tangan dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan sebagian harta kita
guna didermakan. Itulah sebabnya, dalam bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk
memperbanyak sedekah dan berbagi pada sesame dengan balasan pahala yang
berlipat.
Selain itu, pelaksanaan puasa dapat membina dan menata diri kita kaum Muslim
agar senantiasa hidup teratur, seperti dalam mengkonsumsi makanan dan
minuman atau dalam mengatur waktu. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman, “Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 7: 31) Jika kita mengkonsumsi makanan
dan minuman dengan cara tidak teratur tentu akan mengakibatkan gangguan
pencernaan atau kesehatan. Karena itu, dengan mengatur pola makan dan minum
secara teratur akan menjadikan kita lebih sehat.
Dari perintah menjalankan ibadah puasa yang tidak kalah penting adalah
manajemen hati agar lebih suci dan bersih. Hal ini memiliki arti penting agar kita
terhindar dari sifat-sifat tercela, seperti dengki, iri hati, dan riya’ (pamer). Jika
sifat-sifat tercela itu tumbuh subur di hati kita, maka ibadah puasa kita tidak akan
mendapatkan ganjaran apa-apa selain rasa lapar dan dahaga.
2.2 Macam-Macam Puasa ala Madzhab Syafiyyah An-Nahdliyah
2.2.1 Puasa yang dihukumi wajib
Puasa wajib ini, sebagaimana dijelaskan dalam beberapa referensifikih Madzhab
al-Imam al-Syafi'i, ada enam:
1. Puasa Ramadlan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadan yang
jumlah harinya antara 29 dan 30 hari dalam puasa. Sedangkan menurut syariat
Islam puasa ramadlan adalah suatu amalan ibadah yang dilakukan dengan
menahan diri dari segala sesuatu seperti makan, minum, perbuatan buruk
maupun dari yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari yang disertai dengan niat karena Allah SWT, dengan
syarat dan rukun tertentu.
2. Puasa Qadla' adalah puasa yang dialkukan untuk mengganti puasa wajib
3. Puasa Kaffarat, seperti kaffarat dzihar, kaffarat pembunuhan, atau kaffarat
jimak (persetubuhan) siang hari pada bulan Ramadlan
4. Puasa pada haji dan umrah sebagai ganti dari penyembelihan dalam fidyah
8. 5
5. Puasa dalam kaitannya dengan shalat minta hujan (al-istisqa') apabila ada
perintah dari pemerintah (al-hakim).
6. Puasa nadzar adalah puasa yang wajib ditunaikan oleh oorang yang telah
melakukan janji untuk berpuasa
2.2.2 Puasa yang hukumnya sunnah.
Puasa yang hukumnya sunnah ini terbagi tiga, sebagai berikut:
1. Puasa yang datangnya berulang sebab berulangnya tahun, antara lain:
- Puasa hari Arafah, yaitu puasa bagi selain orang yang berhaji
- Puasa tanggal 9 (tasua') dan tanggal 10 ('asyura') , dan tanggal 11 dari Bulan
Muharram, yaitu puasa sunnah untuk mengingat peristiwa bersejarah saat Allah
SWT menyelamatkan nabi-Nya, Musa AS, dari kejaran Fir' aun dan bala
tentaranya
- Puasa enam hari dari bulan Syawwal, yang utamanya dikerjakan beriringan
setelah usainya puasa Ramadlan, yakni secara langsung setelah hari raya Idul
Fitri (tanggal 1 Syawwal) yang diharamkan untuk berpuasa.
2. Puasa yang berulang karena berulangnya bulan, seperti:
- Puasa ayyaam al-bidl (مايأ ,)ضيبلا yaitu puasa setiap tanggal 13, 14, dan 15
setiap bulan dalam kalender Hijriah. Disebut "ayyaam al-biidl" karena malam
hari yang terang benderang pada beberapa tanggal tersebut yang disebabkan
oleh adanya kesempurnaan bulan purnama
- Puasa ayyaam al-suud (مايأ ,)دوسلا yaitu puasa pada tanggal 28, 29, dan 30
setiap bulan dalam kalender Hijriah. Puasa ini dinamai "ayyam al-suud" karena
kegelapan malam-malam pada tanggal-tanggal tersebut.
Al-Imam al-Nawawi dalam karyanya, al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab,
jilid VI, halaman 385, menulis sebagai berikut: “Sebab penamaan malam-
malam ini dengan nama "biidl (putih)" menurut Ibnu Qutaibah dan jumhur
ulama karena malam-malam itu menjadi putih (terang benderang) disebabkan
munculnya bulan purnama sejak awalnya hingga akhirnya. Konon ada
pendapat lain yang berbeda dari pendapat tersebut”.
3. Puasa yang berulang karena berulangnya setiap tujuh hari, yaitu puasa sunnah
pada hari Senin dan hari Kamis. Puasa sunnah yang paling utama adalah puasa
sehari dan tidak puasa sehari. Ini adalah puasa yang biasa dilakukan oleh Nabi
Daud AS.
2.2.3 Puasa yang hukumnya Makruh
Puasa yang hukumnya makruh ini seperti mengkhususkan hari Jumat, Sabtu,
atau Ahad (Minggu) untuk berpuasa. Hari Jumat adalah hari raya umat muslim, hari
Sabtu adalah hari raya umat Yahudi, sedangkan hari Minggu adalah hari raya bagi
umat Nashrani.
2.2.4 Puasa yang hukumnya Haram
Puasa yang hukumnya haram ini dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut:
1. Puasa yang haram namun sah puasanya , yaitu puasanya isteri tanpa izin suami
dan puasanya budak tanpa izin tuannya
2. Puasa yang haram yang sekaligus tidak sah puasanya, yang terdiri dari lima
bentuk, yaitu:
a.puasa pada hari raya Idul fitri, yaitu berpuasa pada tanggal 1 Syawwal
b.puasa pada hari raya Idul Adha, yaitu berpuasa pada tanggal 10 Dzulhijjah
9. 6
c.puasa pada hari Tasyriq, yaitu berpuasa pada tanggal 11, 12, dan 13 dari bulan
Dzulhijjah
d.puasa separuh yang akhir dari bulan Sya'ban, yaitu berpuasa pada tanggal 16,
17, 18, dan seterusnya hingga akhir bulan Sya'ban
e.puasa pada hari yang meragukan, yaitu berpuasa pada tanggal 30 Sya'ban
bilamana orang-orang telah membicarakan tentang ru'yatul hilal (melihat bulan
sabit di ufuk), atau ketika ada orang yang kesaksiannya melihat hilal tidak bisa
diterima, seperti kesaksian seorang anak kecil
2.3 Syarat, Rukun dan Yang Membatalkan Puasa Ala Madzhab Syafiiyyah An-
Nahdliyah
2.3.1 Terdapat dua syarat dalam puasa, yaitu:
a. Syarat sah puasa
1. Islam
2. Berakal
3. Bersih dari haid/ nifas
4. Mengetahui waktu diperbolehkan untuk berpuasa.Tidak Sah puasa bagi orang
kafir, orang gila walau pun sebentar, perempuan haid atau nifas dan puasa pada
waktu yang diharamkan berpuasa, seperti hari raya atau hari tasyriq. Adapun
perempuan yang terputus haid atau nifasnya sebelum fajar, maka puasanya tetap
Sah dengan syarat telah niat, sekali pun belum mandi sampai pagi.
b. Syarat wajib puasa
1. Islam: Puasa tidak wajib bagi orang kafir dalam hukum dunia, namun di akhirat
mereka tetap akan diadzab karena kekafirannya. Adapun orang murtad, maka
wajib baginya mengqodho’ apabila ia kembali masuk Islam
2. Mukallaf (baligh dan berakal): Anak yang belum baligh tidak wajib puasa,
namun orang tua wajib memerintahkan putra-putrinya berpuasa sejak kecil (7
tahun) dan memukul (sewajarnya) jika meninggalkan puasa saat berumur 10
tahun
3. Mampu mengerjakan puasa (bukan orang lansia atau orang sakit): Lansia yang
tidak mampu berpuasa atau orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh
menurut medis wajib mengganti puasanya dengan membayar fidyah yaitu satu
mud (sekitar 6,25 ons) makanan pokok (beras) untuk setiap harinya
4. Mukim: Tidak wajib bagi Musafir selama ia bepergian sejauh lebih dari 82 km,
keluar dari batas kotanya sebelum fajar dan menetap di kota tujuan tidak lebih
dari 4 hari.
2.3.2 Rukun-rukun puasa
1. Niat: (untuk puasa wajib maupun sunnah), mulai terbenamnya matahari hingga
sebelum terbitnya fajar. Niat hendaknya dilakukan setiap malam hari selama bulan
Ramadhan. Niat (rukun) dilakukan di dalam hati, tanpa niat (dalam hati) puasanya
tidak Sah. Adapun mengucapkan/ talaffud adalah sunnah
2. Menghindari perkara yang membatalkan puasa, kecuali jika lupa atau dipaksa atau
karena kebodohan yang ditolerir oleh syari’at (jahil ma’dzur).
Jahil ma’dzur/ kebodohan yang ditolerir syari’at ada dua:
a. Hidup jauh dari ulama
b. Baru masuk Islam
10. 7
2.3.3 Hal-hal yang membatalkan puasa
1. Masuknya sesuatu ke dalam rongga terbuka yang tembus ke dalam tubuh seperti
mulut, hidung, telinga dan dua lubang qubul-dubur dengan disengaja, mengetahui
keharamannya dan atas kehendak sendiri. Namun jika dalam keadaan lupa, tidak
mengetahui keharamannya karena bodoh yang ditolerir atau karena dipaksa, maka
puasanya tetap Sah
2. Murtad, yakni keluar dari Islam, baik dengan niat dalam hati, perkataan, perbuatan,
walau pun perbuatan murtad tersebut sekejap saja
3. Haid, nifas dan melahirkan sekali pun sebentar
4. Gila meski pun sebentar
5. Pingsan dan mabuk (tidak disengaja) sehari penuh. Jika masih ada kesadaran sekali
pun sebentar, puasanya tetap Sah
6. Bersetubuh dengan sengaja dan mengetahui keharamannya
7. Mengeluarkan mani, baik dengan tangan, atau tangan istrinya, atau dengan
berhayal, atau dengan melihat (jika dengan berhayal dan melihat itu dia tahu kalau
akan mengeluarkan mani), atau dengan tidur berdampingan (bersenang-senang)
bersama istrinya. Jika mani keluar dengan salah satu sebab di atas, maka puasanya
batal
8. Muntah dengan sengaja.
11. 8
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita untuk
melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap imbalan dari orang lain.
Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat imbalan atau pujian dari orang lain, maka
puasa kita tidak ada artinya. Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus
dan tidak mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib bagi
seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita.
Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa”(Q.S Al-Baqarah).
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh Allah swt. Allah
telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan) untuk mengerjakan ibadah puasa ini,
jadi jika kita berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas,
kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat
yang kita dapatkan dari berpuasa ini.
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali meninggalkan puasa,
karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai dari langkah, tidur dan apapun
pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah ibadah.
12. 9
DAFTAR PUSTAKA
Dari Internet:
https://www.kompasiana.com/harapanrakyat/55087b258133114222b1e13c/nilai-filosofis-
ibadah-puasa diakses pada tanggal 26 September 2019 pukul 20.45
https://islam.nu.or.id/post/read/105463/inilah-beberapa-hukum-berpuasa tgl25 diakses
pada tanggal 26 September 2019 pukul 21.16
https://www.google.com/search?q=syarat%2C+rukun+dan+yang+membatalkan+puasa+me
nurut+madzhab+syafi%27i&oq=syarat%2C+rukun+dan+yang+membatalkan+puasa+menuru
t+madzhab+syafi%27i&aqs=chrome..69i57.46147j1j8&sourceid=chrome&ie=UTF-8 diakses
pada tanggal 26 September 2019 pukul 21.27