Naskah 1 merupakan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Naskah 2 merupakan pidato tentang dampak negatif perdagangan bebas di bidang sosial, di mana perdagangan bebas dapat menyebabkan kemandulan pada sektor ekonomi tertentu di Indonesia seperti pertanian dan industri serta meningkatnya pengangguran.
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
Tugas bin 1
1. NASKAH 1 (NASKAH PIDATO)
8P R O K L A M A S I
1Kami bangsa 2Indonesia dengan ini me3nyatakan kemerdekaan Indonesia.
4Hal-hal yang me5ngenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan de6ngan cara saksama dan dalam tempo yang 7sesingkat-
singkatnya.
Djakarta20, 1817 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
NASKAH 2 (NASKAH PIDATO)
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bu Elvry yang saya hormati, dan teman-teman sekalian yang saya sayangi.
Marilah kita 9panjatkan puja dan puji syukur kehadirat 12Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan berkahnya sehingga kita dapat berkumpul
disini dalam keadaan sehat dan wal’afiat. Di kesempatan kali ini, saya akan
membahas tentang beberapa dampak negatif dari perdagangan bebas, tepatnya di
bidang sosial.
Perdagangan bebas adalah kebijakan di mana pemerintah tidak melakukan
diskriminasi terhadap impor atau ekspor. Perdagangan bebas merupakan aplikasi
dari konsep ekonomi yang berpatokan kepada 10Harmonized Commodity
Description and Coding System dengan ketatapan dari World Custom
Organization yang berpusat di Brussles Belgia. Dengan adanya perdagangan
bebas, maka proses pemindahan barang atau jasa dari satu negara ke negara lain
akan bebas dari berbagai pajak ekspor impor serta berbagai hambatan
perdagangan lainnya.
Walau begitu, dengan adanya pasar bebas maka secara perlahan
trend budaya asing akhirnya 11mengkulturasi masyarakat Indonesia sehingga
mereka akan berpindah selera dari barang-barang dalam negeri ke barang-barang
impor. Kemudian 13saat masyarakat Indonesia sudah mulai mengikuti tren
kebarat-baratan, mereka enggan untuk menabung dan menambah investasi mereka
2. untuk mengembangkan usaha melainkan membelanjakan harta mereka membeli
produk impor dari luar. 14Alhasil, hal ini akan menyebabkan kemandulan pada
sektor-sektor ekonomi tertentu 15di Indonesia seperti sektor pertanian, industri,
pangan, 16dll dikarenakan harga pasaran anjlok sebab membudaknya produk
impor yang masuk ke Indonesia secara besar-besaran. Kemudian tidak berhenti
hanya pada dampak tersebut saja, nantinya jika terjadi kemandulan pada salah
satu sektor, otomatis untuk menghindari kebangkrutan maka suatu perusahaan
akan mengurangi jumlah tenaga kerja dengan melakukan 17PHK.
Dengan adanya PHK berarti angka pengangguran meningkat yang ini bisa
menimbulkan multiplier effect untuk masalah sosial lainnya. Selain menimbulkan
masalah baru di bidang sosial, melonjaknya angka pengangguran menyebabkan
adanya kondisi perekonomian yang menjadi rapuh dan adanya kesenjangan sosial
yang tinggi antar masyarakat. Dengan adanya pencabutan tarif menyebabkan
membanjirnya barang ilegal kiriman dari luar negeri. Barang-barang ilegal itu
bebas keluar masuk karena tidak ada proteksi yang menjadi penghalangnya. Hal
tersebut menyebabkan perdagangan bebas menjadi tidak terkendali dan menjadi
sarana transformasi penyakit yang berbahaya bagi kesehatan manusia di negeri
tujuan barang itu diperdagangkan. Sehingga akan menimbulkan masalah di bidang
sosial.
Ada beberapa sosiolog yang memberikan kritik terhadap keberadaan pasar
bebas yang salah satunya yakni Granovetter, yang beranggapan bahwa pasar
menyebabkan kesenjangan sosial atau juga menciptakan kerusakan lingkungan.
Hal ini mengindikasikan bahwa perdagangan bebas bisa jadi
menguntungkan, tapi hanya berlaku untuk satu sisi atau negara pengekspor,
sedang negara tujuan bisa jadi justru mengalami kerugian baik dalam segala
bidang, khususnya di bidang sosial.
Terima kasih atas perhatiannya, mohon maaf bila ada kesalahan kata yang
terucap. Semoga pidato ini dapat berguna bagi teman-temanku semua19.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
3. Penjelasan
1. F1 (hal. 3) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat.
2. F7.a (Hal 5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
3. E (Hal 3) Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
4. C1-1 (Hal 12-13) Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di
antara unsur-unsurnya. (1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan
mengulang unsur pertama saja.
5. E2.(1) Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di
antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu. (1) Pemenggalan kata
berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti
pada kata dasar.
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
6. E1.c (Hal 14) Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya
dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
7. C2 (Hal 13) Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya: kekanak-kanakan, perundang-undangan.
8. H1 (Hal 9) Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku,
bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks,
dan lampiran.
9. B1.a (Hal 11) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan
bentuk dasarnya. Misalnya: berjalan, dipermainkan, dll.
4. 10. G3.a (Hal 9) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau
ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
11. B1.b (Hal 11) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan
pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
12. B4-3 (Hal 12) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan
dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
13. E1.a (Hal 14) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
14. D3 (Hal 14) Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
15. F (Hal 16) Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D,
Butir 3.)
16. H1.c.2 (Hal 18) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri
dengan tanda titik. Misalnya: dll. dan lain-lain
17. H2.a (Hal 19) Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang
diperlakukan sebagai sebuah kata. a. Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
18. I4 (Hal 20) Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat,
luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
19. A1 (Hal 24) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
20. B8 (Hal 27) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-
bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
5. TUGAS BAHASA INDONESIA
“KAIDAH DALAM EYD”
Oleh:
NAMA MAHASISWA NIM
Sita Agustina 151910201085
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2017