SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional (Bag.1) <br />Kelahiran organisasi Boedhi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 sesungguhnya amat tidak patut dan tidak pantas diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, karena organisasi ini mendukung penjajahan Belanda, sama sekali tidak pernah mencita- citakan Indonesia merdeka, a-nasionalis, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya merupakan anggota Freemasonry Belanda (Vritmejselareen). <br />Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam yang dilakukan oleh para penguasa sekular. Karena organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional. <br />Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan yang teramat nyata. <br />Anehnya, hal ini sama sekali tidak dikritisi oleh tokoh-tokoh Islam kita. Bahkan secara menyedihkan ada sejumlah tokoh Islam dan para Ustadz selebritis yang ikut-ikutan merayakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei di berbagai event. Mereka ini sebenarnya telah melakukan sesuatu tanpa memahami esensi di balik hal yang dilakukannya. Rasulullah SAW telah mewajibkan umatnya untuk bersikap: “Ilmu qabla amal” (Ilmu sebelum mengamalkan), yang berarti umat Islam wajib mengetahui duduk-perkara sesuatu hal secara benar sebelum mengerjakannya. <br />Bahkan Sayyid Quthb di dalam karyanya “Tafsir Baru Atas Realitas” (1996) menyatakan orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah, walau orang itu mungkin seorang ustadz bahkan profesor. Jangan sampai kita “Fa Innahu Minhum” (kita menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan. <br />Agar kita tidak terperosok berkali-kali ke dalam lubang yang sama, sesuatu yang bahkan tidak pernah dilakukan seekor keledai sekali pun, ada baiknya kita memahami siapa sebenarnya Boedhi Oetomo itu. <br />Pendukung Penjajahan Belanda <br />Akhir Februari 2003, sebuah amplop besar pagi-pagi telah tergeletak di atas meja kerja penulis. Pengirimnya KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924. Di dalam amplop coklat itu, tersembul sebuah buku berjudul “Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa” karya si pengirim. Di halaman pertama, KH. Firdaus AN menulis: “Hadiah kenang- kenangan untuk Ananda Rizki Ridyasmara dari Penulis, Semoga Bermanfaat!” Di bawah tanda tangan beliau tercantum tanggal 20. 2. 2003. <br />KH. Firdaus AN telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Namun pertemuan- <br />pertemuan dengan beliau, berbagai diskusi dan obrolan ringan antara penulis dengan <br />beliau, masih terbayang jelas seolah baru kemarin terjadi. Selain topik pengkhianatan the founding-fathers bangsa ini yang berakibat dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945, topik diskusi lainnya yang sangat konsern beliau bahas adalah tentang Boedhi Oetomo. <br />“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ” tegas KH. Firdaus AN. <br />BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya. <br />Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang- orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” papar KH. Firdaus AN. <br />Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. ” Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan. <br />Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan. ” <br />Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938. <br />Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka tidak ada satu pun anggota BO yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO. <br />Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan. Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895. <br />Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dikemukakan dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia. <br />Dalam tulisan kedua akan dibahas mengenai organisasi kebangsaan pertama di Indonesia, Syarikat Islam, yang telah berdiri tiga tahun sebelum BO, dan perbandinganya dengan BO, sehingga kita dengan akal yang jernih bisa menilai bahwa Hari Kebangkitan Nasional seharusnya mengacu pada kelahiran SI pada tanggal 16 Oktober 1905, sama sekali bukan 20 Mei 1908. (Bersambung/Rizki Ridyasmara) <br />20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional (Tamat) <br />Dalam tulisan bagian pertama, telah dipaparkan betapa organisasi Boedhi Oetomo (BO) sama sekali tidak pantas dijadikan tonggak kebangkitan nasional. Karena BO tidak pernah membahas kebangsaan dan nasionalisme, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya ternyata anggota Freemasonry. Ini semua mengecewakan dua pendiri BO sendiri yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya akhirnya hengkang dari BO. <br />Tiga tahun sebelum BO dibentuk, Haji Samanhudi dan kawan-kawan mendirikan Syarikat Islam (SI, awalnya Syarikat Dagang Islam, SDI) di Solo pada tanggal 16 Oktober 1905. “Ini merupakan organisasi Islam yang terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air Indonesia, ” tulis KH. Firdaus AN. <br />Berbeda dengan BO yang hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura—juga hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura, sehingga para pengurusnya pun hanya terdiri dari orang-orang Jawa dan Madura—sifat SI lebih nasionalis. Keanggotaan SI terbuka bagi semua rakyat Indonesia yang mayoritas Islam. Sebab itu, susunan para pengurusnya pun terdiri dari berbagai macam suku seperti: Haji Samanhudi dan HOS. Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku. <br />Guna mengetahui perbandingan antara kedua organisasi tersebut—SI dan BO—maka di <br />bawah ini dipaparkan perbandingan antara keduanya: <br />Tujuan: <br />- SI bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya, <br />- BO bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura (Anggaran Dasar <br />BO Pasal 2). <br />Sifat:- SI bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia,- BO besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura,<br />Bahasa:- SI berbahasa Indonesia, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Indonesia,- BO berbahasa Belanda, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Belanda<br />Sikap Terhadap Belanda: <br />- SI bersikap non-koperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda, <br />- BO bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar <br />tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda, <br />Sikap Terhadap Agama: <br />- SI membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya, <br />- BO bersikap anti Islam dan anti Arab (dibenarkna oleh sejarawan Hamid Algadrie dan <br />Dr. Radjiman) <br />Perjuangan Kemerdekaan:- SI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini melewati pintugerbang kemerdekaan,<br />- BO tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah membubarkan diri tahun 1935, sebab itu tidak mengantarkan bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan, <br />Korban Perjuangan: <br />- Anggota SI berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda, dan <br />banyak anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat,- Anggota BO tidak ada satu pun yang masuk penjara, apalagi ditembak dan dibuang keDigul,<br />Kerakyatan:- SI bersifat kerakyatan dan kebangsaan,- BO bersifat feodal dan keningratan,<br />Melawan Arus: <br />- SI berjuang melawan arus penjajahan, <br />- BO menurutkan kemauan arus penjajahan, <br />Kelahiran:- SI (SDI) lahir 3 tahun sebelum BO yakni 16 Oktober 1905,- BO baru lahir pada 20 Mei 1908,<br />Seharusnya 16 Oktober <br />Hari Kebangkitan Nasional yang sejak tahun 1948 kadung diperingati setiap tanggal 20 Mei sepanjang tahun, seharusnya dihapus dan digantikan dengan tanggal 16 Oktober, hari berdirinya Syarikat Islam. Hari Kebangkitan Nasional Indonesia seharusnya diperingati tiap tanggal 16 Oktober, bukan 20 Mei. Tidak ada alasan apa pun yang masuk akal dan logis untuk menolak hal ini. <br />Jika kesalahan tersebut masih saja dilakukan, bahkan dilestarikan, maka saya khawatir bahwa jangan-jangan kesalahan tersebut disengaja. Saya juga khawatir, jangan-jangan kesengajaan tersebut dilakukan oleh para pejabat bangsa ini yang sesungguhnya anti<br />Islam dan a-historis. <br />Jika keledai saja tidak terperosok ke lubang yang sama hingga dua kali, maka sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia seharusnya mulai hari ini juga menghapus tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan melingkari besar-besar tanggal 16 Oktober dengan spidol merah dengan catatan “Hari Kebangkitan Nasional”. (Tamat/Rizki Ridyasmara) <br />http://www.scribd.com/doc/3298449/20-Mei-Bukan-Hari-Kebangkitan-Nasional<br />20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional (Bag.1)<br />Sabtu, 19/05/2007 10:08 WIB | email | print<br />Kelahiran organisasi Boedhi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 sesungguhnya amat tidak patut dan tidak pantas diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, karena organisasi ini mendukung penjajahan Belanda, sama sekali tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, a-nasionalis, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya merupakan anggota Freemasonry Belanda (Vritmejselareen).<br />Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam yang dilakukan oleh para penguasa sekular. Karena organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional.<br />Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan yang teramat nyata.<br />Anehnya, hal ini sama sekali tidak dikritisi oleh tokoh-tokoh Islam kita. Bahkan secara menyedihkan ada sejumlah tokoh Islam dan para Ustadz selebritis yang ikut-ikutan merayakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei di berbagai event. Mereka ini sebenarnya telah melakukan sesuatu tanpa memahami esensi di balik hal yang dilakukannya. Rasulullah SAW telah mewajibkan umatnya untuk bersikap: “Ilmu qabla amal” (Ilmu sebelum mengamalkan), yang berarti umat Islam wajib mengetahui duduk-perkara sesuatu hal secara benar sebelum mengerjakannya.<br />Bahkan Sayyid Quthb di dalam karyanya “Tafsir Baru Atas Realitas” (1996) menyatakan orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah, walau orang itu mungkin seorang ustadz bahkan profesor. Jangan sampai kita “Fa Innahu Minhum” (kita menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan.<br />Agar kita tidak terperosok berkali-kali ke dalam lubang yang sama, sesuatu yang bahkan tidak pernah dilakukan seekor keledai sekali pun, ada baiknya kita memahami siapa sebenarnya Boedhi Oetomo itu.<br />Pendukung Penjajahan Belanda <br />Akhir Februari 2003, sebuah amplop besar pagi-pagi telah tergeletak di atas meja kerja penulis. Pengirimnya KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924. Di dalam amplop coklat itu, tersembul sebuah buku berjudul “Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa” karya si pengirim. Di halaman pertama, KH. Firdaus AN menulis: “Hadiah kenang-kenangan untuk Ananda Rizki Ridyasmara dari Penulis, Semoga Bermanfaat!” Di bawah tanda tangan beliau tercantum tanggal 20. 2. 2003.<br />KH. Firdaus AN telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Namun pertemuan-pertemuan dengan beliau, berbagai diskusi dan obrolan ringan antara penulis dengan beliau, masih terbayang jelas seolah baru kemarin terjadi. Selain topik pengkhianatan the founding-fathers bangsa ini yang berakibat dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945, topik diskusi lainnya yang sangat konsern beliau bahas adalah tentang Boedhi Oetomo.<br />“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ” tegas KH. Firdaus AN.<br />BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya.<br />Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” papar KH. Firdaus AN.<br />Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. ” Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan.<br />Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan. ”<br />Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938.<br />Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka tidak ada satu pun anggota BO yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO.<br />Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan. Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895.<br />Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dikemukakan dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia.<br />Dalam tulisan kedua akan dibahas mengenai organisasi kebangsaan pertama di Indonesia, Syarikat Islam, yang telah berdiri tiga tahun sebelum BO, dan perbandinganya dengan BO, sehingga kita dengan akal yang jernih bisa menilai bahwa Hari Kebangkitan Nasional seharusnya mengacu pada kelahiran SI pada tanggal 16 Oktober 1905, sama sekali bukan 20 Mei 1908. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)<br />http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/20-mei-bukan-hari-kebangkitan-nasional-bag-1.htm<br />20 Mei<br />OPINI | 20 May 2011 | 05:19 85 2 <br />1 dari 1 Kompasianer menilai bermanfaat <br />Malam beranjak pekat, Petikan senar gitar mengantar “Rayuan Pulau Kelapa” sampai dua bait terakhir.<br />Memuja pulau, yang indah permaiTanah airku Indonesia…<br />Berlanjut “Satu Nusa Satu Bangsa”, “Tanah Tumpah Darahku”, “Syukur”, “Gebyar-gebyar” dari Gombloh. “Garuda Pancasila” sampai dengan “Gugur Bunga” Ismail Marzuki. Menyusul kemudian “Bendera” dari Coklat.<br />Entah, kesadaran Nasionalisme, semangat persatuan dan semangat kesatuan tiba-tiba muncul. Lirik-lirik itu keluar ke permukaan dari pribadi masing-masing kawan-kawan yang -pada saat itu- ngomong ngawur “menyelami” Indonesia.<br />***<br />20 Mei 1908, Boedi Oetomo “Namanya yang selalu dikaitkan dengan Wahidin Soedirohoesodo, kakek musisi Setiawan Djodi” menjadi tongak Peristiwa penting sebagai pelopor kebangkitan Nasional. Berlanjut Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang Menyatakan Ke-Indonesiaannya, Tanah Indonesia, Bangsa Indonesia dan Kami menjunjung Bahasa Indonesia.<br />Bangsa Indonesia percaya bahwa kita mewarisi berbagai keunggulan sebagai anugerah sekaligus amanat Allah Maha Pencipta; mulai keunggulan natural (alam nusantara yang amat strategis dan luas, kaya dan subur alamnya; nyaman hawanya dan indah). Juga filosofis-ideologis (yang memancarkan identitas dan integritasnya sebagai sistem filsafat theisme-religious).<br />Nilai-nilai natural dan nilai fundamental diatas dihayati dan dibudayakan oleh rakyat Indonesia sepanjang sejarahnya; sebagai bangsa yang unggul (Kedaulatan Sriwijaya abad VII-XII; dan kedaulatan Majapahit abad XIII-XVI) sebagai monumen kejayaan dan zaman keemasan Nusantara Indonesia.<br />Karena konflik internal, maka kejayaan itu runtuh direbut kolonialisme-imperialisme. penjajahan yang amat panjang (3,5 abad) bangsa Indonesia sebagai bangsa ksatria dan patriot Nusantara terus berjuang merebut kemerdekaan…. Berpuncak (17 Agustus 45) dengan Proklamasi yang melahirkan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila!<br />Semangat dan jiwa ksatria demikian berkat tokoh-tokoh yang dijiwai nilai mental-moral dan budaya (filsafat, ideologi) Pancasila.<br />***<br />Menarik, ketika mengulik Pancasila, terutama tentang siapa yang merancang Lambang negara Garuda Pancasila. Yang pada waktu itu tentu ketrampilan tangan dan kreativitas tercurah betul. Masa itu tentu belum tersedia Software macam photoshop ataupun coerl draw yang memudahkan sebagian orang untuk membuat sesuatu.<br />Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.<br />Sekitar Tahun 1950 Sultan Hamid II ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Setelah beberapa kali revisi, gambar Burung Garuda diresmikan Presiden Sukarno sebagai lambang negara pada 10 Februari 1950.<br />Salinan sketsa masih tersimpan rapi di Keraton Kadriah, Pontianak. Disitu terlihat proses pembuatan lambang Negara sangat rumit hingga harus diubah berkali-kali.<br />http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/20/20-mei/<br />Apa Kata Sukarno Soal 20 Mei?<br />IST <br />Oleh: <br />Nasional - Jumat, 20 Mei 2011 | 14:15 WIB <br />TERKAIT <br />Mantan Ajudan Bung Karno Bicara Soal Intelijen<br />Aparat Gagalkan WN Kuwait Selundupkan 40 Piton<br />Kenali Sejarah Lewat Gedung Indonesia Menggugat<br />Sebagai Pemimpin, Mega-JK Harus Bela Kadernya<br />Bandara Suta Targetkan Layani 60.000 Orang di 2014<br />INILAH.COM, Jakarta – Seperti yang sudah-sudah, tak terdengar ingar bingar peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini. Peringatan hari nasional itu selalu sepi, bahkan mungkin nyaris terlupakan. Kalaupun ada, tidak lebih dari sekadar diskusi atau tukar menukar ide di seminar-seminar.<br />Padahal, 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional bukan tanpa alasan. Presiden Sukarno pernah mengingatkan hal itu saat berpidato pada Hari Peringatan Setengah Abad Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1958 di IstanaMerdeka.<br />Menurutnya, memang tidak ada peristiwa hebat terjadi pada 20 Mei, yang ada hanya pembentukan organisasi kecil bernama Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Organisasi itu teramat kecil untuk disebut sebuah organisasi kebangsaan. “Tujuannya pun belum jelas, sebagai tujuan kita yang sekarang ini,” ujar Sukarno.<br />Namun, Sukarno menekankan bukan di situ terletak pentingnya Boedi Oetomo. Organisasi kecil itu adalah kemenangan sebuah beginsel (prinsip), sebuah azas yang suci.<br />Berikut kutipan pidato tersebut, dikutip dari pidato Presiden Sukarno pada Hari Peringatan Setengah Abad Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1958 di Istana Merdeka yang diterbitkan situs resmi PDI Perjuangan.<br />Dulu sekadar satu kriwikan Saudara-saudara. Benar 20 Mei tahun 1908 sekadar adalah satu kriwikan, tetapi bukan itu jang kita peringati. Jang kita peringati ialah bahwa 20 Mei 1908 itu berisi kemenangan satu azas, kemenangan satu beginsel. Sebagai sering-sering saja katakan, gerakan nasional kita itu berdiri diatas satu beginsel, diatas satu azas, bukan satu gerakan kosong sekadar ramai-ramai. Tidak! Kita berdiri diatas satu azas, satu beginsel.<br />Satu azas sutji, satu beginsel jang mulia dan luhur. Apa beginsel jang mulia dan luhur jang kita tjetuskan pada tahun 1908 itu Saudara-saudara? Beginsel jang mulia dan luhur jang kita tjetuskan pada tahun 1908 jalah bahwa tiap-tiap bangsa mempunjai hak untuk mendjadi merdeka. Hak, hak bangsa, hak tiap-tiap bangsa untuk bebas merdeka memerintah dirinja sendiri. Saja ini seorang pentjinta tanah air. Saja ini sering dimaki-maki dikatakan komunis.<br />Padahal Saudara-saudara, saja pun sering berkata saja ini adalah seseorang pengagung, mengagungkan pemimpin-pemimpin bangsa lain-lain, juga mengagungkan pemimpin besar bangsa Amerika misalnja Abraham Lincoln. <br />Apa jang dikatakan oleh Abraham Lincoln? Abraham Lincoln berkata: no nation is good enough to govern another nation. Artinja: tidak ada satu bangsa tjukup baik untuk memerintah bangsa jang lain. Belanda tidak tjukup baik untuk memerintah bangsa Indonesia. India tidak tjukup baik untuk memerintah bangsa Indonesia. Amerika tidak tjukup baik untuk memerintah bangsa Indonesia. Sovjet Uni tidak tjukup baik untuk memerintah bangsa Indonesia. Tidak ada satu bangsa tjukup baik untuk memerintah bangsa jang lain. No nation is good enough to govern another nation. Ini satu azas, satu beginsel, jang pada tahun 1908 kita mulai kemukakan. Inilah salah satu sumber daripada kehendak kita, tekad kita untuk mendjadi satu bangsa jang bebas dan merdeka. [tjs]<br />http://nasional.inilah.com/read/detail/1529542/apa-kata-sukarno-soal-20-mei<br />
HKN20Mei
HKN20Mei
HKN20Mei
HKN20Mei
HKN20Mei
HKN20Mei
HKN20Mei
HKN20Mei
HKN20Mei
HKN20Mei
HKN20Mei

More Related Content

What's hot

BUDI UTOMO , SAREKAT ISLAM ,INDISCHE PARTIJ SEJARAH SMA
BUDI UTOMO , SAREKAT ISLAM ,INDISCHE PARTIJ SEJARAH SMABUDI UTOMO , SAREKAT ISLAM ,INDISCHE PARTIJ SEJARAH SMA
BUDI UTOMO , SAREKAT ISLAM ,INDISCHE PARTIJ SEJARAH SMAFadila Rahayu
 
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOCPerjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOCLikamp
 
Kelompok 2 - Sarekat Islam
Kelompok 2 - Sarekat IslamKelompok 2 - Sarekat Islam
Kelompok 2 - Sarekat IslamEudia16
 
Perjuangan organisasi pergerakan kebangsaan
Perjuangan organisasi pergerakan kebangsaanPerjuangan organisasi pergerakan kebangsaan
Perjuangan organisasi pergerakan kebangsaanUniversity OxFord
 
Sejarah organisasi fantasia imanda
Sejarah organisasi   fantasia imanda Sejarah organisasi   fantasia imanda
Sejarah organisasi fantasia imanda OSIS SMA Bina Insani
 
Bab 3 pergerakan nasional
Bab 3  pergerakan nasional  Bab 3  pergerakan nasional
Bab 3 pergerakan nasional Irma Suryani
 
SEJARAH DAN MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONAL
SEJARAH DAN MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONALSEJARAH DAN MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONAL
SEJARAH DAN MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONALWoro Handayani
 
Tumbuh dan berkembangnya semangat kebangsaan
Tumbuh  dan berkembangnya semangat kebangsaanTumbuh  dan berkembangnya semangat kebangsaan
Tumbuh dan berkembangnya semangat kebangsaanfaridaaritonang
 
Pergerakan dan perlawanan nasional
Pergerakan dan perlawanan nasional Pergerakan dan perlawanan nasional
Pergerakan dan perlawanan nasional Ania Zahra
 
Organisasi pergerakan indonesia part 2
Organisasi pergerakan indonesia part 2Organisasi pergerakan indonesia part 2
Organisasi pergerakan indonesia part 2Suci Mairoza Sya
 
Pancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesa
Pancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesaPancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesa
Pancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesaEmillia Ardhiana
 
makalah organisasi pergerakan di indonesia
makalah organisasi pergerakan di indonesiamakalah organisasi pergerakan di indonesia
makalah organisasi pergerakan di indonesiaetto kono
 
Riwayat bung hatta
Riwayat bung hattaRiwayat bung hatta
Riwayat bung hattaany_susanti
 
Membangun jati diri bangsa indonesia
Membangun jati diri bangsa indonesiaMembangun jati diri bangsa indonesia
Membangun jati diri bangsa indonesiamashud94jkt
 
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesiaPertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesiaSMA Negeri 9 KERINCI
 
pergerakan nasional dan sumpah pemuda
pergerakan nasional dan sumpah pemudapergerakan nasional dan sumpah pemuda
pergerakan nasional dan sumpah pemudaabd_
 
Organisasi pergerakan indonesia Part 1
Organisasi pergerakan indonesia Part 1Organisasi pergerakan indonesia Part 1
Organisasi pergerakan indonesia Part 1Suci Mairoza Sya
 
Sejarah (sarekat islam)
Sejarah (sarekat islam)Sejarah (sarekat islam)
Sejarah (sarekat islam)Nisa Ghaisani
 

What's hot (20)

BUDI UTOMO , SAREKAT ISLAM ,INDISCHE PARTIJ SEJARAH SMA
BUDI UTOMO , SAREKAT ISLAM ,INDISCHE PARTIJ SEJARAH SMABUDI UTOMO , SAREKAT ISLAM ,INDISCHE PARTIJ SEJARAH SMA
BUDI UTOMO , SAREKAT ISLAM ,INDISCHE PARTIJ SEJARAH SMA
 
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOCPerjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
Perjuangan bangsa Indonesia melawan VOC
 
Kelompok 2 - Sarekat Islam
Kelompok 2 - Sarekat IslamKelompok 2 - Sarekat Islam
Kelompok 2 - Sarekat Islam
 
Perjuangan organisasi pergerakan kebangsaan
Perjuangan organisasi pergerakan kebangsaanPerjuangan organisasi pergerakan kebangsaan
Perjuangan organisasi pergerakan kebangsaan
 
Sejarah organisasi fantasia imanda
Sejarah organisasi   fantasia imanda Sejarah organisasi   fantasia imanda
Sejarah organisasi fantasia imanda
 
Bab 3 pergerakan nasional
Bab 3  pergerakan nasional  Bab 3  pergerakan nasional
Bab 3 pergerakan nasional
 
SEJARAH DAN MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONAL
SEJARAH DAN MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONALSEJARAH DAN MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONAL
SEJARAH DAN MAKNA HARI KEBANGKITAN NASIONAL
 
Tumbuh dan berkembangnya semangat kebangsaan
Tumbuh  dan berkembangnya semangat kebangsaanTumbuh  dan berkembangnya semangat kebangsaan
Tumbuh dan berkembangnya semangat kebangsaan
 
Pergerakan dan perlawanan nasional
Pergerakan dan perlawanan nasional Pergerakan dan perlawanan nasional
Pergerakan dan perlawanan nasional
 
Organisasi pergerakan indonesia part 2
Organisasi pergerakan indonesia part 2Organisasi pergerakan indonesia part 2
Organisasi pergerakan indonesia part 2
 
Pancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesa
Pancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesaPancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesa
Pancasila dan pergergerakan pemuda tahun 1908 by emillia ardhiana w. unesa
 
Pend pancasila imam
Pend pancasila imamPend pancasila imam
Pend pancasila imam
 
makalah organisasi pergerakan di indonesia
makalah organisasi pergerakan di indonesiamakalah organisasi pergerakan di indonesia
makalah organisasi pergerakan di indonesia
 
Riwayat bung hatta
Riwayat bung hattaRiwayat bung hatta
Riwayat bung hatta
 
Membangun jati diri bangsa indonesia
Membangun jati diri bangsa indonesiaMembangun jati diri bangsa indonesia
Membangun jati diri bangsa indonesia
 
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesiaPertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
 
Bab 3 sejarah wajib sma xi
Bab 3 sejarah wajib sma xiBab 3 sejarah wajib sma xi
Bab 3 sejarah wajib sma xi
 
pergerakan nasional dan sumpah pemuda
pergerakan nasional dan sumpah pemudapergerakan nasional dan sumpah pemuda
pergerakan nasional dan sumpah pemuda
 
Organisasi pergerakan indonesia Part 1
Organisasi pergerakan indonesia Part 1Organisasi pergerakan indonesia Part 1
Organisasi pergerakan indonesia Part 1
 
Sejarah (sarekat islam)
Sejarah (sarekat islam)Sejarah (sarekat islam)
Sejarah (sarekat islam)
 

Similar to HKN20Mei

Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah BangsaDinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah BangsaMisiTriCahyanti
 
pergerakan kebangsaan di indonesia
 pergerakan  kebangsaan di indonesia pergerakan  kebangsaan di indonesia
pergerakan kebangsaan di indonesiaSiti Jum'atun
 
Pergerakan nasional
Pergerakan nasionalPergerakan nasional
Pergerakan nasionallisa widya
 
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdfBAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdfAhmadFauzanBaihaqi
 
Organisasi pergerakan nasional
Organisasi pergerakan nasionalOrganisasi pergerakan nasional
Organisasi pergerakan nasionalRohman Efendi
 
Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)Indry19
 
Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)Indry19
 
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonialstrategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonialAey Doank
 
Sejarah - Organisasi Nasional Indonesia (SAREKAT ISLAM)
Sejarah - Organisasi Nasional Indonesia (SAREKAT ISLAM)Sejarah - Organisasi Nasional Indonesia (SAREKAT ISLAM)
Sejarah - Organisasi Nasional Indonesia (SAREKAT ISLAM)maghfiraputeri
 
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3Kinanti Jati Kinasih
 
Ips kelas 8 kesadaran-nasional
Ips kelas 8 kesadaran-nasionalIps kelas 8 kesadaran-nasional
Ips kelas 8 kesadaran-nasionalJeJe JeJe
 
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri KeindonesiaanSejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaanmaghfiraputeri
 
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaanzaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaanecstasya
 
SEJARAH KELAS 11 - BUDI UTOMO (ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL)
SEJARAH KELAS 11 - BUDI UTOMO (ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL)SEJARAH KELAS 11 - BUDI UTOMO (ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL)
SEJARAH KELAS 11 - BUDI UTOMO (ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL)maghfiraputeri
 
Perhimpunan Indonesia (Pegerakan Masa Radikal)
Perhimpunan Indonesia (Pegerakan Masa Radikal)Perhimpunan Indonesia (Pegerakan Masa Radikal)
Perhimpunan Indonesia (Pegerakan Masa Radikal)Armadira Enno
 

Similar to HKN20Mei (20)

Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah BangsaDinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa
 
pergerakan kebangsaan di indonesia
 pergerakan  kebangsaan di indonesia pergerakan  kebangsaan di indonesia
pergerakan kebangsaan di indonesia
 
Pergerakan nasional
Pergerakan nasionalPergerakan nasional
Pergerakan nasional
 
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdfBAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
BAB 3-.PERGERAKAN NASIONAL.pdf
 
Organisasi pergerakan nasional
Organisasi pergerakan nasionalOrganisasi pergerakan nasional
Organisasi pergerakan nasional
 
Nasionalisme indonesia
Nasionalisme indonesiaNasionalisme indonesia
Nasionalisme indonesia
 
Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme IndonesiaNasionalisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia
 
serikat dagang islam
serikat dagang islamserikat dagang islam
serikat dagang islam
 
Bab 1 sni 6
Bab 1 sni 6Bab 1 sni 6
Bab 1 sni 6
 
Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)
 
Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)
 
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonialstrategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial
 
Sejarah - Organisasi Nasional Indonesia (SAREKAT ISLAM)
Sejarah - Organisasi Nasional Indonesia (SAREKAT ISLAM)Sejarah - Organisasi Nasional Indonesia (SAREKAT ISLAM)
Sejarah - Organisasi Nasional Indonesia (SAREKAT ISLAM)
 
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA - Sejarah bab 3
 
Ips kelas 8 kesadaran-nasional
Ips kelas 8 kesadaran-nasionalIps kelas 8 kesadaran-nasional
Ips kelas 8 kesadaran-nasional
 
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri KeindonesiaanSejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
Sejarah Wajib - Membangun Jati Diri Keindonesiaan
 
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaanzaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
zaman pergerakan nasional hingga kemerdekaan
 
Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)Kelompok 2 (sejarah)
Kelompok 2 (sejarah)
 
SEJARAH KELAS 11 - BUDI UTOMO (ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL)
SEJARAH KELAS 11 - BUDI UTOMO (ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL)SEJARAH KELAS 11 - BUDI UTOMO (ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL)
SEJARAH KELAS 11 - BUDI UTOMO (ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL)
 
Perhimpunan Indonesia (Pegerakan Masa Radikal)
Perhimpunan Indonesia (Pegerakan Masa Radikal)Perhimpunan Indonesia (Pegerakan Masa Radikal)
Perhimpunan Indonesia (Pegerakan Masa Radikal)
 

HKN20Mei

  • 1. 20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional (Bag.1) <br />Kelahiran organisasi Boedhi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 sesungguhnya amat tidak patut dan tidak pantas diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, karena organisasi ini mendukung penjajahan Belanda, sama sekali tidak pernah mencita- citakan Indonesia merdeka, a-nasionalis, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya merupakan anggota Freemasonry Belanda (Vritmejselareen). <br />Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam yang dilakukan oleh para penguasa sekular. Karena organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional. <br />Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan yang teramat nyata. <br />Anehnya, hal ini sama sekali tidak dikritisi oleh tokoh-tokoh Islam kita. Bahkan secara menyedihkan ada sejumlah tokoh Islam dan para Ustadz selebritis yang ikut-ikutan merayakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei di berbagai event. Mereka ini sebenarnya telah melakukan sesuatu tanpa memahami esensi di balik hal yang dilakukannya. Rasulullah SAW telah mewajibkan umatnya untuk bersikap: “Ilmu qabla amal” (Ilmu sebelum mengamalkan), yang berarti umat Islam wajib mengetahui duduk-perkara sesuatu hal secara benar sebelum mengerjakannya. <br />Bahkan Sayyid Quthb di dalam karyanya “Tafsir Baru Atas Realitas” (1996) menyatakan orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah, walau orang itu mungkin seorang ustadz bahkan profesor. Jangan sampai kita “Fa Innahu Minhum” (kita menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan. <br />Agar kita tidak terperosok berkali-kali ke dalam lubang yang sama, sesuatu yang bahkan tidak pernah dilakukan seekor keledai sekali pun, ada baiknya kita memahami siapa sebenarnya Boedhi Oetomo itu. <br />Pendukung Penjajahan Belanda <br />Akhir Februari 2003, sebuah amplop besar pagi-pagi telah tergeletak di atas meja kerja penulis. Pengirimnya KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924. Di dalam amplop coklat itu, tersembul sebuah buku berjudul “Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa” karya si pengirim. Di halaman pertama, KH. Firdaus AN menulis: “Hadiah kenang- kenangan untuk Ananda Rizki Ridyasmara dari Penulis, Semoga Bermanfaat!” Di bawah tanda tangan beliau tercantum tanggal 20. 2. 2003. <br />KH. Firdaus AN telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Namun pertemuan- <br />pertemuan dengan beliau, berbagai diskusi dan obrolan ringan antara penulis dengan <br />beliau, masih terbayang jelas seolah baru kemarin terjadi. Selain topik pengkhianatan the founding-fathers bangsa ini yang berakibat dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945, topik diskusi lainnya yang sangat konsern beliau bahas adalah tentang Boedhi Oetomo. <br />“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ” tegas KH. Firdaus AN. <br />BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya. <br />Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang- orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” papar KH. Firdaus AN. <br />Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. ” Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan. <br />Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan. ” <br />Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938. <br />Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka tidak ada satu pun anggota BO yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO. <br />Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan. Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895. <br />Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dikemukakan dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia. <br />Dalam tulisan kedua akan dibahas mengenai organisasi kebangsaan pertama di Indonesia, Syarikat Islam, yang telah berdiri tiga tahun sebelum BO, dan perbandinganya dengan BO, sehingga kita dengan akal yang jernih bisa menilai bahwa Hari Kebangkitan Nasional seharusnya mengacu pada kelahiran SI pada tanggal 16 Oktober 1905, sama sekali bukan 20 Mei 1908. (Bersambung/Rizki Ridyasmara) <br />20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional (Tamat) <br />Dalam tulisan bagian pertama, telah dipaparkan betapa organisasi Boedhi Oetomo (BO) sama sekali tidak pantas dijadikan tonggak kebangkitan nasional. Karena BO tidak pernah membahas kebangsaan dan nasionalisme, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya ternyata anggota Freemasonry. Ini semua mengecewakan dua pendiri BO sendiri yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya akhirnya hengkang dari BO. <br />Tiga tahun sebelum BO dibentuk, Haji Samanhudi dan kawan-kawan mendirikan Syarikat Islam (SI, awalnya Syarikat Dagang Islam, SDI) di Solo pada tanggal 16 Oktober 1905. “Ini merupakan organisasi Islam yang terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air Indonesia, ” tulis KH. Firdaus AN. <br />Berbeda dengan BO yang hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura—juga hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura, sehingga para pengurusnya pun hanya terdiri dari orang-orang Jawa dan Madura—sifat SI lebih nasionalis. Keanggotaan SI terbuka bagi semua rakyat Indonesia yang mayoritas Islam. Sebab itu, susunan para pengurusnya pun terdiri dari berbagai macam suku seperti: Haji Samanhudi dan HOS. Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku. <br />Guna mengetahui perbandingan antara kedua organisasi tersebut—SI dan BO—maka di <br />bawah ini dipaparkan perbandingan antara keduanya: <br />Tujuan: <br />- SI bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya, <br />- BO bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura (Anggaran Dasar <br />BO Pasal 2). <br />Sifat:- SI bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia,- BO besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura,<br />Bahasa:- SI berbahasa Indonesia, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Indonesia,- BO berbahasa Belanda, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Belanda<br />Sikap Terhadap Belanda: <br />- SI bersikap non-koperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda, <br />- BO bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar <br />tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda, <br />Sikap Terhadap Agama: <br />- SI membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya, <br />- BO bersikap anti Islam dan anti Arab (dibenarkna oleh sejarawan Hamid Algadrie dan <br />Dr. Radjiman) <br />Perjuangan Kemerdekaan:- SI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini melewati pintugerbang kemerdekaan,<br />- BO tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah membubarkan diri tahun 1935, sebab itu tidak mengantarkan bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan, <br />Korban Perjuangan: <br />- Anggota SI berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda, dan <br />banyak anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat,- Anggota BO tidak ada satu pun yang masuk penjara, apalagi ditembak dan dibuang keDigul,<br />Kerakyatan:- SI bersifat kerakyatan dan kebangsaan,- BO bersifat feodal dan keningratan,<br />Melawan Arus: <br />- SI berjuang melawan arus penjajahan, <br />- BO menurutkan kemauan arus penjajahan, <br />Kelahiran:- SI (SDI) lahir 3 tahun sebelum BO yakni 16 Oktober 1905,- BO baru lahir pada 20 Mei 1908,<br />Seharusnya 16 Oktober <br />Hari Kebangkitan Nasional yang sejak tahun 1948 kadung diperingati setiap tanggal 20 Mei sepanjang tahun, seharusnya dihapus dan digantikan dengan tanggal 16 Oktober, hari berdirinya Syarikat Islam. Hari Kebangkitan Nasional Indonesia seharusnya diperingati tiap tanggal 16 Oktober, bukan 20 Mei. Tidak ada alasan apa pun yang masuk akal dan logis untuk menolak hal ini. <br />Jika kesalahan tersebut masih saja dilakukan, bahkan dilestarikan, maka saya khawatir bahwa jangan-jangan kesalahan tersebut disengaja. Saya juga khawatir, jangan-jangan kesengajaan tersebut dilakukan oleh para pejabat bangsa ini yang sesungguhnya anti<br />Islam dan a-historis. <br />Jika keledai saja tidak terperosok ke lubang yang sama hingga dua kali, maka sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia seharusnya mulai hari ini juga menghapus tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan melingkari besar-besar tanggal 16 Oktober dengan spidol merah dengan catatan “Hari Kebangkitan Nasional”. (Tamat/Rizki Ridyasmara) <br />http://www.scribd.com/doc/3298449/20-Mei-Bukan-Hari-Kebangkitan-Nasional<br />20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional (Bag.1)<br />Sabtu, 19/05/2007 10:08 WIB | email | print<br />Kelahiran organisasi Boedhi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 sesungguhnya amat tidak patut dan tidak pantas diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, karena organisasi ini mendukung penjajahan Belanda, sama sekali tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, a-nasionalis, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya merupakan anggota Freemasonry Belanda (Vritmejselareen).<br />Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam yang dilakukan oleh para penguasa sekular. Karena organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional.<br />Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan yang teramat nyata.<br />Anehnya, hal ini sama sekali tidak dikritisi oleh tokoh-tokoh Islam kita. Bahkan secara menyedihkan ada sejumlah tokoh Islam dan para Ustadz selebritis yang ikut-ikutan merayakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei di berbagai event. Mereka ini sebenarnya telah melakukan sesuatu tanpa memahami esensi di balik hal yang dilakukannya. Rasulullah SAW telah mewajibkan umatnya untuk bersikap: “Ilmu qabla amal” (Ilmu sebelum mengamalkan), yang berarti umat Islam wajib mengetahui duduk-perkara sesuatu hal secara benar sebelum mengerjakannya.<br />Bahkan Sayyid Quthb di dalam karyanya “Tafsir Baru Atas Realitas” (1996) menyatakan orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah, walau orang itu mungkin seorang ustadz bahkan profesor. Jangan sampai kita “Fa Innahu Minhum” (kita menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan.<br />Agar kita tidak terperosok berkali-kali ke dalam lubang yang sama, sesuatu yang bahkan tidak pernah dilakukan seekor keledai sekali pun, ada baiknya kita memahami siapa sebenarnya Boedhi Oetomo itu.<br />Pendukung Penjajahan Belanda <br />Akhir Februari 2003, sebuah amplop besar pagi-pagi telah tergeletak di atas meja kerja penulis. Pengirimnya KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924. Di dalam amplop coklat itu, tersembul sebuah buku berjudul “Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa” karya si pengirim. Di halaman pertama, KH. Firdaus AN menulis: “Hadiah kenang-kenangan untuk Ananda Rizki Ridyasmara dari Penulis, Semoga Bermanfaat!” Di bawah tanda tangan beliau tercantum tanggal 20. 2. 2003.<br />KH. Firdaus AN telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Namun pertemuan-pertemuan dengan beliau, berbagai diskusi dan obrolan ringan antara penulis dengan beliau, masih terbayang jelas seolah baru kemarin terjadi. Selain topik pengkhianatan the founding-fathers bangsa ini yang berakibat dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945, topik diskusi lainnya yang sangat konsern beliau bahas adalah tentang Boedhi Oetomo.<br />“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ” tegas KH. Firdaus AN.<br />BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya.<br />Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” papar KH. Firdaus AN.<br />Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. ” Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan.<br />Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan. ”<br />Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938.<br />Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka tidak ada satu pun anggota BO yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO.<br />Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan. Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895.<br />Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dikemukakan dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia.<br />Dalam tulisan kedua akan dibahas mengenai organisasi kebangsaan pertama di Indonesia, Syarikat Islam, yang telah berdiri tiga tahun sebelum BO, dan perbandinganya dengan BO, sehingga kita dengan akal yang jernih bisa menilai bahwa Hari Kebangkitan Nasional seharusnya mengacu pada kelahiran SI pada tanggal 16 Oktober 1905, sama sekali bukan 20 Mei 1908. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)<br />http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/20-mei-bukan-hari-kebangkitan-nasional-bag-1.htm<br />20 Mei<br />OPINI | 20 May 2011 | 05:19 85 2 <br />1 dari 1 Kompasianer menilai bermanfaat <br />Malam beranjak pekat, Petikan senar gitar mengantar “Rayuan Pulau Kelapa” sampai dua bait terakhir.<br />Memuja pulau, yang indah permaiTanah airku Indonesia…<br />Berlanjut “Satu Nusa Satu Bangsa”, “Tanah Tumpah Darahku”, “Syukur”, “Gebyar-gebyar” dari Gombloh. “Garuda Pancasila” sampai dengan “Gugur Bunga” Ismail Marzuki. Menyusul kemudian “Bendera” dari Coklat.<br />Entah, kesadaran Nasionalisme, semangat persatuan dan semangat kesatuan tiba-tiba muncul. Lirik-lirik itu keluar ke permukaan dari pribadi masing-masing kawan-kawan yang -pada saat itu- ngomong ngawur “menyelami” Indonesia.<br />***<br />20 Mei 1908, Boedi Oetomo “Namanya yang selalu dikaitkan dengan Wahidin Soedirohoesodo, kakek musisi Setiawan Djodi” menjadi tongak Peristiwa penting sebagai pelopor kebangkitan Nasional. Berlanjut Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang Menyatakan Ke-Indonesiaannya, Tanah Indonesia, Bangsa Indonesia dan Kami menjunjung Bahasa Indonesia.<br />Bangsa Indonesia percaya bahwa kita mewarisi berbagai keunggulan sebagai anugerah sekaligus amanat Allah Maha Pencipta; mulai keunggulan natural (alam nusantara yang amat strategis dan luas, kaya dan subur alamnya; nyaman hawanya dan indah). Juga filosofis-ideologis (yang memancarkan identitas dan integritasnya sebagai sistem filsafat theisme-religious).<br />Nilai-nilai natural dan nilai fundamental diatas dihayati dan dibudayakan oleh rakyat Indonesia sepanjang sejarahnya; sebagai bangsa yang unggul (Kedaulatan Sriwijaya abad VII-XII; dan kedaulatan Majapahit abad XIII-XVI) sebagai monumen kejayaan dan zaman keemasan Nusantara Indonesia.<br />Karena konflik internal, maka kejayaan itu runtuh direbut kolonialisme-imperialisme. penjajahan yang amat panjang (3,5 abad) bangsa Indonesia sebagai bangsa ksatria dan patriot Nusantara terus berjuang merebut kemerdekaan…. Berpuncak (17 Agustus 45) dengan Proklamasi yang melahirkan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila!<br />Semangat dan jiwa ksatria demikian berkat tokoh-tokoh yang dijiwai nilai mental-moral dan budaya (filsafat, ideologi) Pancasila.<br />***<br />Menarik, ketika mengulik Pancasila, terutama tentang siapa yang merancang Lambang negara Garuda Pancasila. Yang pada waktu itu tentu ketrampilan tangan dan kreativitas tercurah betul. Masa itu tentu belum tersedia Software macam photoshop ataupun coerl draw yang memudahkan sebagian orang untuk membuat sesuatu.<br />Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.<br />Sekitar Tahun 1950 Sultan Hamid II ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Setelah beberapa kali revisi, gambar Burung Garuda diresmikan Presiden Sukarno sebagai lambang negara pada 10 Februari 1950.<br />Salinan sketsa masih tersimpan rapi di Keraton Kadriah, Pontianak. Disitu terlihat proses pembuatan lambang Negara sangat rumit hingga harus diubah berkali-kali.<br />http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/20/20-mei/<br />Apa Kata Sukarno Soal 20 Mei?<br />IST <br />Oleh: <br />Nasional - Jumat, 20 Mei 2011 | 14:15 WIB <br />TERKAIT <br />Mantan Ajudan Bung Karno Bicara Soal Intelijen<br />Aparat Gagalkan WN Kuwait Selundupkan 40 Piton<br />Kenali Sejarah Lewat Gedung Indonesia Menggugat<br />Sebagai Pemimpin, Mega-JK Harus Bela Kadernya<br />Bandara Suta Targetkan Layani 60.000 Orang di 2014<br />INILAH.COM, Jakarta – Seperti yang sudah-sudah, tak terdengar ingar bingar peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini. Peringatan hari nasional itu selalu sepi, bahkan mungkin nyaris terlupakan. Kalaupun ada, tidak lebih dari sekadar diskusi atau tukar menukar ide di seminar-seminar.<br />Padahal, 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional bukan tanpa alasan. Presiden Sukarno pernah mengingatkan hal itu saat berpidato pada Hari Peringatan Setengah Abad Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1958 di IstanaMerdeka.<br />Menurutnya, memang tidak ada peristiwa hebat terjadi pada 20 Mei, yang ada hanya pembentukan organisasi kecil bernama Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Organisasi itu teramat kecil untuk disebut sebuah organisasi kebangsaan. “Tujuannya pun belum jelas, sebagai tujuan kita yang sekarang ini,” ujar Sukarno.<br />Namun, Sukarno menekankan bukan di situ terletak pentingnya Boedi Oetomo. Organisasi kecil itu adalah kemenangan sebuah beginsel (prinsip), sebuah azas yang suci.<br />Berikut kutipan pidato tersebut, dikutip dari pidato Presiden Sukarno pada Hari Peringatan Setengah Abad Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1958 di Istana Merdeka yang diterbitkan situs resmi PDI Perjuangan.<br />Dulu sekadar satu kriwikan Saudara-saudara. Benar 20 Mei tahun 1908 sekadar adalah satu kriwikan, tetapi bukan itu jang kita peringati. Jang kita peringati ialah bahwa 20 Mei 1908 itu berisi kemenangan satu azas, kemenangan satu beginsel. Sebagai sering-sering saja katakan, gerakan nasional kita itu berdiri diatas satu beginsel, diatas satu azas, bukan satu gerakan kosong sekadar ramai-ramai. Tidak! Kita berdiri diatas satu azas, satu beginsel.<br />Satu azas sutji, satu beginsel jang mulia dan luhur. Apa beginsel jang mulia dan luhur jang kita tjetuskan pada tahun 1908 itu Saudara-saudara? Beginsel jang mulia dan luhur jang kita tjetuskan pada tahun 1908 jalah bahwa tiap-tiap bangsa mempunjai hak untuk mendjadi merdeka. Hak, hak bangsa, hak tiap-tiap bangsa untuk bebas merdeka memerintah dirinja sendiri. Saja ini seorang pentjinta tanah air. Saja ini sering dimaki-maki dikatakan komunis.<br />Padahal Saudara-saudara, saja pun sering berkata saja ini adalah seseorang pengagung, mengagungkan pemimpin-pemimpin bangsa lain-lain, juga mengagungkan pemimpin besar bangsa Amerika misalnja Abraham Lincoln. <br />Apa jang dikatakan oleh Abraham Lincoln? Abraham Lincoln berkata: no nation is good enough to govern another nation. Artinja: tidak ada satu bangsa tjukup baik untuk memerintah bangsa jang lain. Belanda tidak tjukup baik untuk memerintah bangsa Indonesia. India tidak tjukup baik untuk memerintah bangsa Indonesia. Amerika tidak tjukup baik untuk memerintah bangsa Indonesia. Sovjet Uni tidak tjukup baik untuk memerintah bangsa Indonesia. Tidak ada satu bangsa tjukup baik untuk memerintah bangsa jang lain. No nation is good enough to govern another nation. Ini satu azas, satu beginsel, jang pada tahun 1908 kita mulai kemukakan. Inilah salah satu sumber daripada kehendak kita, tekad kita untuk mendjadi satu bangsa jang bebas dan merdeka. [tjs]<br />http://nasional.inilah.com/read/detail/1529542/apa-kata-sukarno-soal-20-mei<br />