1. Nama : Rieke Auliana Putri
NIM : 2010712008
Mata Kuliah : Sejarah Ekonomi Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Anatona M.Hum
TANAM PAKSA
(Cultuurstelsel)
1830 - 1870
2. TANAM
PAKSA
?
(cultuurstelsel)
Sistem Tanam Paksa atau yang dikenal juga dengan
Cultuurstelsel adalah sebuah peraturan tentang sistem
Eksploitasi tanaman yang dikeluarkan oleh Gubernur
Jenderal Johannes Van den Bosch.
Sistem ini besifat wajib dan diberlakukan sebagai upaya
menghidupkan kembali sistem eksploitasi masa VOC
yang berupa penyerahan wajib.
Masyarakat Pribumi digerakan untuk bekerja
menghasilkan tanaman komoditi ekspor khususnya kopi,
tebu, dan nila.
3. LATAR
BELAKANG
Pada tahun 1830 kondisi Belanda sangat buruk,
beban hutang juga semakin besar dan kerugian
setelah terlibat dalam Perang Diponegoro (1825-
1830), kemudian diperparah dengan pecahnya Perang
Belgia (1830-1831). Alasan itulah pada akhirnya Raja
Wiliam 1 mengutus Johannes Van den Bosch dikirim
ke Nusantara dan dijadikan Gubernur untuk
menyelesaikan semua masalah, dengan tugas
mencari cara mengisi kekosongan kas Negara
tersebut. Kemudian Van den Bosch memberlakukan
kebijakan terhadap rakyat Nusantara untuk melakukan
penanaman tanaman yang hasilnya dapat laku di
pasaran ekspor dunia. Sistem ini kemudian dinamakan
dengan Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel).
4. KETENTUAN DALAM SISTEM TANAM PAKSA (dalam Lembaran
Negara (Staatblad) Tahun 1834 No. 22
1) Penduduk diwajibkan menyediakan 1/5 dari
tanahnya atau lebih untuk ditanami tanaman
yang laku di pasaran Eropa.
2) Tanah yang disediakan untuk menanam
tanaman dagangan di bebaskan pajak tanah.
3) Tanah yang ditanami tanaman yang laku di
pasaran Eropa tidak boleh melebihi 1/5 yang
dimiliki penduduk desa.
4) Hasil panen akan diserahkan kepada
pemerintah Hindia Belanda, dan setiap
kelebihan hasil tanaman akan dibayarkan
kembali pada rakyat.
5) Kegagalan panen akan menjadi tanggungan
pemerintah, terutama apabila kegagalan
bukan disebabkan oleh kelalailan penduduk.
6) Penggarapan tanaman dagangan itu dibawah
pengawasan langsung dari kepala-kepala
pribumi, dan pegawai-pegawai Belanda hanya
mengawasi secara umum jalannya
penggarapan sampai pengangkutannya.
5. PELAKSANAAN SISTEM TANAM
PAKSA
Sistem tanam paksa dalam prakteknya tidak sesuai
dengan peraturannya. Sistem tanam paksa yang
semula dimaksudkan sebagai usaha persetujuan yang
didasarkan atas sukarela, dalam prakteknya menjadi
suatu paksaaan. Adanya sistem pemberian persenan
bagi pengumpulan hasil tanaman yang melebihi jatah
akan diambil oleh para petugas, karena itulah para
petugas berusaha mempertinggi hasil dengan
menggunakan kekuasaannya. Untuk tujuan itu rakyat
pada akhirnya ditindas untuk menghasilkan sebanyak-
banyaknya.
6. Tanam Paksa tidak berlaku
di daerah kerajaan Surakarta
dan Yogyakarta
(Vorstelanden)
Tanaman wajib dan terpenting
dalam tanam paksa yakni kopi,
tebu, nila. Dan dalam skala lebih
kecil yakni teh, tembakau, lada
dan kayu manis
Tanam paksa melibatkan orang
pribumi dan juga orang
Belanda. Mulai dari pengawas
dari pihak Belanda, Bupati-
bupati di Jawa, Administrator
Belanda dan lokal, kemudian
Kepala desa dan Kaum Petani.
Sistem Tanam Paksa ini
berpusat di Jawa pada wilayah
gubernemen dan sebagian kecil
di luar Jawa seperti Minahasa,
Sumatera Barat, Madura, dan
Maluku.
7. Van den Bosch sendiri dalam melaksanakan
sistem Tanam Paksa tidak bermaksud untuk
merubah pola tradisional yang ada di desa,
maka jalan terbaiknya adalah menjalin
hubungan kerja sama dengan penguasa
Jawa hingga ketingkat kepala desa. Dia
terpaksa menggunakan hirerarki elite
tradisional sebagai perantara untuk masuk
ke desa dan mendorong komponen tenaga
kerja yang dibutuhkan melalui pelayanan
kerja tradisional lainnya. Tetapi tugas dan
kewajiban harus tetap dipenuhi oleh setiap
desa yang sebagian besar masih terkait
dengan hak-hak atas tanah desa.
8. PENYIMPANGAN
SISTEM
TANAM
PAKSA
03
Tanah yang harus diserahkan rakyat cenderung melebihi
dari ketentuan 1/5
01
Tanah yang ditanami tanaman wajib tetap ditarik pajak,
02
04
05 Kerusakan tanaman atau terjadi gagal panen tetap akan
ditanggung petani.
Kelebihan hasil panen dari jumlah pajak ternyata tidak
dikembalikan
Rakyat yang tidak punya tanah garapan ternyata bekerja di
pabrik atau perkebunan dengan waktu yang ditentukan yakni
65 hari dalam setahun, namun dalam pelaksanaannya bisa
sampai 200 hari lamanya dalam setahun.
9. AKHIR SISTEM TANAM
PAKSA
Terjadi penentangan di kalangan rakyat Nusantara,
kalangan pengusaha, hingga pertentangan dari kaum
humanis Belanda seperti Douwes Bekker dan Baron
Van Hoevell. Mereka mengkritik kebijakan Sistem
Tanam Paksa yang telah melakukan eksploitasi kerja
paksa secara berlebihan terhadap rakyat pribumi dan
menuntut agar Sistem Tanam Paksa dihentikan. Kritik-
kritik yang terus dilancarkan akhirnya di dengar oleh
Kerajaan Belanda. kemudian Sistem Tanam Paksa
akhirnya resmi berakhir sejak tahun 1870 dan diganti
dengan kebijakan baru, yang dikenal dengan Politik
Etis atau yang dikenal dengan Politik Balas Budi.
10. DAMPAK
TANAM
PAKSA
DAMPAK NEGATIF TANAM PAKSA
Terjadi eksploitasi tenaga kerja
masyarakat yang sangat besar
Kelaparan yang ekstrim dan
kemiskinan serta penderitaan fisik
dan mental berkepanjangan
dirasakan kaum pribumi
Menyebarnya wabah penyakit,
seperti tipus, kolera, cacar air,
dan pes. Menyebabkan angka
kematian semakin tinggi tiap
harinya.
Beban hidup rakyat semakin
berat dan sulit,
11. DAMPAK
POSITIF
BAGI
INDONESIA
1. Rakyat menjadi mengenal
berbagai teknik menanam
dan jenis-jenis tanaman
baru.
2. Dibangunnya infrastruktur
pertanian seperti irigasi
3. Dilakukan politik balas budi
akibat reaksi sistem tanam
paksa yang menghasilkan
kalangan terdididk dari
kalangan rakyat Nusantara
4. Masuknya ekonomi uang di
pedesaan. Kenyataan ini sudah
merujuk adanya perubahan
dalam kehidupan pedesaan
yang menganut ekonomi
tradisional , yang kemudian
perlahan-lahan menuju ekonomi
dualistik.
12. DAMPAK
POSITIF
BAGI
BELANDA
1. Kas yang semula kosong
kembali tersisi bahkan
mendapatkan keuntungan
berlipat-lipat
2. Pendapatan dari Tanam
Paksa melebihi anggaran
yang dikeluarkan
3. Hutang-hutang Belanda
menjadi terlunasi
4. Meningkatnya tanaman
ekspor dari negeri jajahan dan
dijual Belanda di pasaran Eropa
13. SUMBER PUSTAKA
Leirissa, dkk. 1996. Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta: Proyek Investarisasi dan
Dokumentasi Sejarah Nasional
Sondarika, Wulan. Dampak Cultuurstelsel (Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia dari
Tahun 1830-1870. Jurnal Artefak.
Wafiyatu & Arif. 2016. Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat di Jawa 1830-1870. Jurnal
Agastya Vol. 6 No. 2.