SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
Download to read offline
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 0
P E R S Y A R A T A N D A N P R O S E D U R
Pendirian, Perubahan Bentuk,
dan
Pembukaan Program Studi
Perguruan Tinggi Swasta
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Jl. Pintu Satu Senayan, Gedung D
Jakarta Pusat
2015
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 1
Kata Pengantar
Sejak tanggal 10 Agustus 2012 telah dilakukan pembaharuan dan strategi pembangunan pendidikan
tinggi melalui penerbitan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti).
Setelah dilakukan penghentian sementara (moratorium) pendirian Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
dan Pembukaan Program Studi PTS (kecuali jenis pendidikan vokasi) sejak 1 September 2012 selama
2 (dua) tahun, maka pada tanggal 18 September 2014 telah diterbitkan Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 95 Tahun 2014 Tentang Pendirian, Perubahan,
Dan Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri Serta Pendirian, Perubahan, dan Pencabutan Izin
Perguruan Tinggi Swasta.
Berdasarkan Surat Edaran Menristekdikti No: 01/M/SE/V/2015, tentang Evaluasi Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 95 Tahun 2014 tersebut termasuk salah satu yang
harus dievaluasi. Pada saat Buku ini disusun Rancangan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi tentang Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri Serta
Pendirian, Perubahan, dan Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta, sebagai pengganti
Permendikbud No. 95 Tahun 2014 telah masuk pada tahap pembahasan akhir, dan akan ditetapkan
sebagai Permenristekdikti yang baru Tentang Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perguruan
Tinggi Negeri Serta Pendirian, Perubahan, dan Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta.
Proses administrasi Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta, serta Pembukaan
Program Studi pada Perguruan Tinggi Swasta telah dilakukan secara digital atau online sejak bulan
Januari 2015, sehingga selain dapat mengurangi waktu, biaya, dan tenaga, juga diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan yang bersih dan efisien.
Penerbitan buku ‘Persyaratan dan Prosedur Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program
Studi Perguruan Tinggi Swasta’ dimaksudkan untuk memandu para pihak yang akan mengusulkan
pendirian, perubahan bentuk, dan pembukaan program studi pada Perguruan Tinggi Swasta, yang
berbentuk Universitas. Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik, dan Akademi.
Terhitung sejak Buku ini diterbitkan, pendirian, perubahan bentuk, dan pembukaan program studi
pada PTS dilakukan sesuai dengan persyaratan dan prosedur yang diuraikan dalam Buku ini.
Atas bantuan dan kerja keras semua pihak dalam penerbitan Buku ini, saya menyampaikan
penghargaan dan terima kasih.
Jakarta, 1 Desember 2015
Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan DIKTI
Patdono Suwignyo
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 2
Daftar Isi
halaman
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I Pendahuluan 3
1. Latar Belakang 3
2. Standar Nasional Pendidikan Tinggi 3
3. Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta, serta
Pembukaan Program Studi pada Perguruan Tinggi Swasta 4
Bab II Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta 6
1. Pengertian 6
2. Persyaratan dan Dokumen 7
3. Prosedur 10
4. Jadwal 16
Bab III Pembukaan Program Studi Pada Perguruan Tinggi Swasta 18
1. Pengertian 18
2. Persyaratan dan Dokumen 18
3. Prosedur 22
4. Jadwal 24
Lampiran: 25
********
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 3
Bab I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Mulai tanggal 10 Agustus 2012 Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
(UU Dikti) telah menetapkan pola baru dalam perizinan pendirian dan perubahan bentuk PTS dan
pembukaan prodi pada PTS.
Sebelum UU Dikti ditetapkan, baik izin pendirian dan perubahan bentuk PTS maupun izin
pembukaan prodi pada PTS diterbitkan terlebih dahulu oleh Mendikbud (sekarang
Menristekdikti) setelah memenuhi persyaratan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
kemudian dalam kurun waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam surat keputusan izin
tersebut, PTS wajib meminta akreditasi kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(BAN-PT).
Setelah UU Dikti berlaku, izin pendirian dan perubahan bentuk PTS akan diterbitkan
Menristekdikti apabila proposal pendirian atau perubahan bentuk PTS telah memenuhi syarat
minimum akreditasi institusi sebagaimana ditetapkan oleh BAN-PT. Demikian pula, izin
pembukaan prodi pada PTS akan diterbitkan apabila proposal pembukaan prodi pada PTS telah
memenuhi syarat minimum akreditasi prodi, sebagaimana ditetapkan oleh Lembaga Akreditasi
Mandiri (LAM) dari Prodi yang bersangkutan, atau BAN-PT dalam hal belum dibentuk LAM dari
prodi tersebut.
Dengan demikian, sebelum Menristekdikti menerbitkan keputusan izin tentang pendirian atau
perubahan bentuk PTS, maupun izin pembukaan prodi pada PTS, BAN PT atau LAM terkait akan
menerbitkan terlebih dahulu surat keputusan pemenuhan syarat minimum akreditasi dari PTS
yang akan didirikan atau diubah bentuknya, dan/atau prodi yang akan dibuka pada PTS yang
bersangkutan.
Perlu dicatat bahwa permohonan izin perubahan bentuk PTS harus memenuhi persyaratan dan
prosedur seperti pendirian PTS baru.
Adapun pengaturan pendirian PTS dapat ditemukan dalam Pasal 60 ayat (2) dan ayat (4) UU Dikti
yang menetapkan sebagai berikut:
• Ayat (2): PTS didirikan oleh Masyarakat dengan membentuk badan penyelenggara berbadan
hukum yang berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri.
• Ayat (4): Perguruan Tinggi yang didirikan harus memenuhi standar minimum akreditasi.
Sedangkan pengaturan penyelenggaraan prodi pada PTS dapat ditemukan dalam Pasal 33 ayat
(3) dan ayat (5) UU Dikti yang menetapkan sebagai berikut:
• Ayat (3): Program Studi diselenggarakan atas izin Menteri setelah memenuhi persyaratan
minimum akreditasi.
• Ayat (5): Program Studi mendapatkan akreditasi pada saat memperoleh izin penyeleng-
garaan.
2. Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Sebelum UU Dikti berlaku, penerbitan izin pendirian atau perubahan bentuk PTS dan/atau
pembukaan prodi pada PTS didasarkan pada standar yang diatur dalam Kepmendiknas No.
234/U/2000 Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi.
Setelah UU Dikti berlaku, penerbitan izin pendirian atau perubahan bentuk PTS dan/atau
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 4
pembukaan prodi pada PTS didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti)
sebagaimana diatur dalam Pasal 54 ayat (1) huruf a dan ayat (2) UU Dikti yang menyatakan
sebagai berikut:
• Ayat (1) huruf a: SN Dikti ditetapkan oleh Menteri atas usul suatu badan yang bertugas
menyusun dan mengembangkan SN Dikti;
• Ayat (2): SN Dikti merupakan satuan standar yang meliputi standar nasional pendidikan,
ditambah dengan standar penelitian, dan standar pengabdian kepada masyarakat.
Untuk melaksanakan Pasal tersebut telah diterbitkan Permendikbud No. 49 Tahun 2014 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Sesuai dengan Surat Edaran Menristekdikti No:
01/M/SE/V/2015, Tentang Evaluasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tersebut merupakan salah satu peraturan yang harus
dievaluasi. Pada saat ini Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang baru
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) dalam proses akhir penetapannya, sebagai
pengganti Permendikbud No. 49 Tahun 2014.
SN Dikti merupakan standar minimum akreditasi untuk pendirian atau perubahan bentuk PTS,
dan/atau pembukaan program studi pada PTS. Dengan demikian, izin pendirian atau perubahan
bentuk PTS, dan/atau izin pembukaan prodi pada PTS yang harus memenuhi syarat minimum
akreditasi berarti harus memenuhi SN Dikti.
3. Pendirian dan Perubahan Bentuk PTS, serta Pembukaan Prodi pada PTS
Secara garis besar, pendirian PTS diusulkan oleh badan penyelenggara berbadan hukum yang
nirlaba kepada Menristekdikti dengan mengajukan proposal pendirian PTS yang memuat
pemenuhan semua persyaratan yang diuraikan di dalam buku ini. Kelengkapan persyaratan
tersebut akan menentukan pemenuhan syarat minimum akreditasi dari PTS yang akan didirikan,
atau akreditasi program studi yang akan dibuka. Evaluasi kecukupan tentang pemenuhan
persyaratan minimum akreditasi pendirian PTS tersebut akan dilakukan oleh BAN-PT, sedangkan
akreditasi pembukaan program studi akan dilakukan oleh BAN-PT dan/atau LAM.
Demikian pula proposal perubahan bentuk PTS harus diajukan oleh badan penyelenggara kepada
Menristekdikti dengan memenuhi semua persyaratan yang sama dengan persyaratan pendirian
PTS, untuk selanjutnya dilakukan evaluasi kecukupan oleh BAN-PT.
Baik pada pendirian PTS maupun pada perubahan bentuk PTS, terdapat persyaratan minimum
akreditasi untuk pembukaan program studi yang harus dipenuhi oleh badan penyelenggara.
Evaluasi kecukupan tentang pemenuhan persyaratan minimum akreditasi pembukaan program
studi akan dilakukan oleh BAN-PT, atau oleh LAM jika telah terdapat LAM untuk prodi terkait.
Apabila BAN-PT atau LAM untuk prodi terkait menyatakan bahwa persyaratan minimum
akreditasi untuk pembukaan prodi, dan persyaratan minimum akreditasi untuk pendirian/
perubahan bentuk PTS telah dipenuhi, maka Menristekdikti akan menerbitkan izin
pendirian/perubahan bentuk PTS tersebut.
Dalam hal dilakukan perubahan bentuk PTS, maka evaluasi kecukupan oleh BAN-PT hanya
dilakukan terhadap prodi baru yang akan dibuka atau ditambahkan, sedangkan terhadap prodi
yang telah memiliki status dan peringkat terakreditasi dari BAN-PT atau LAM tidak akan
dilakukan evaluasi kecukupan. Status dan peringkat terakreditasi dari prodi tersebut tetap
berlaku sampai dengan akhir masa berlakunya status dan peringkat terakreditasi prodi tersebut,
sebagaimana telah ditetapkan oleh BAN-PT atau LAM.
Terhadap pembukaan atau penambahan prodi baru pada PTS yang tidak menyebabkan
perubahan bentuk PTS, akan dilakukan evaluasi kecukupan oleh BAN-PT atau LAM untuk prodi
terkait. Apabila BAN-PT atau LAM untuk prodi terkait menyatakan bahwa persyaratan minimum
akreditasi untuk pembukaan atau penambahan prodi telah dipenuhi, maka Menristekdikti akan
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 5
menerbitkan izin pembukaan prodi pada PTS tersebut.
Baik prosedur pendirian atau perubahan bentuk PTS yang disertai dengan pembukaan atau
penambahan prodi, maupun pembukaan atau penambahan prodi pada PTS yang telah ada,
dilakukan secara digital atau online.
********
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 6
Bab II
Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta
1. Pengertian
1.1. Pendirian PTS oleh Badan Penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba, adalah
pembentukan baru:
a. Universitas, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan jenis pendidikan akademik,
dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi, dan/atau profesi dalam berbagai
rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, melalui:
• Program Sarjana;
• Program Magister;
• Program Doktor;
• Program Diploma Tiga;
• Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan;
• Program Magister Terapan;
• Program Doktor Terapan; dan/atau
• Program Profesi;
yang terdiri atas paling sedikit 10 (sepuluh) program studi pada Program Sarjana yang
mewakili 6 (enam) kelompok bidang ilmu pengetahuan alam, dan 4 (empat) kelompok
bidang ilmu pengetahuan sosial;
b. Institut, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan jenis pendidikan akademik dan
dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dan/atau profesi dalam sejumlah rumpun
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tertentu, melalui:
• Program Sarjana;
• Program Magister;
• Program Doktor;
• Program Diploma Tiga;
• Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan;
• Program Magister Terapan;
• Program Doktor Terapan; dan/atau
• Program Profesi;
yang terdiri atas paling sedikit 6 (enam) program studi pada Program Sarjana;
c. Sekolah Tinggi, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan menyelenggarakan jenis
pendidikan akademik, dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi, dan/atau profesi
dalam 1 (satu) rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tertentu, melalui:
• Program Sarjana;
• Program Magister;
• Program Doktor;
• Program Diploma Tiga;
• Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan;
• Program Magister Terapan;
• Program Doktor Terapan; dan/atau
• Program Profesi;
yang terdiri atas paling sedikit 1 (satu) program studi pada Program Sarjana;
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 7
d. Politeknik, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan jenis pendidikan vokasi dan
dapat menyelenggarakan pendidikan profesi dalam berbagai rumpun Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, melalui:
• Program Diploma Satu;
• Program Diploma Dua;
• Program Diploma Tiga;
• Program Diploma Empat atau Program Sarjana Terapan;
• Program Magister Terapan;
• Program Doktor Terapan; dan/atau
• Program Profesi;
yang terdiri atas paling sedikit 3 (tiga) program studi pada Program Diploma Tiga
dan/atau Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan;
e. Akademi, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan jenis pendidikan vokasi dalam 1
(satu) atau beberapa cabang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tertentu, melalui:
• Program Diploma Satu;
• Program Diploma Dua;
• Program Diploma Tiga; dan/atau
• Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan;
yang terdiri atas paling sedikit 1 (satu) program studi pada Program Diploma Tiga.
1.2. Perubahan bentuk PTS oleh badan penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba
adalah penggantian bentuk PTS dari suatu bentuk PTS ke bentuk PTS lain, karena:
a. bentuk PTS yang ditetapkan dalam izin pendirian tidak memenuhi lagi komposisi jumlah
dan jenis program studi untuk bentuk PTS tersebut, sehingga PTS tersebut harus
mengubah bentuknya sesuai dengan komposisi jumlah dan jenis program studi yang
dapat diselenggarakannya;
b. keputusan pencabutan status dan peringkat terakreditasi 1 (satu) atau lebih program
studi oleh BAN-PT/LAM, yang mengakibatkan komposisi jumlah dan jenis program studi
terakreditasi yang masih ada di PTS tersebut tidak memenuhi lagi komposisi jumlah dan
jenis program studi terakreditasi yang disyaratkan untuk bentuk PTS sebagaimana
dicantumkan dalam izin pendiriannya;
c. penggabungan 2 (dua) atau lebih PTS menjadi 1 (satu) PTS bentuk baru;
d. penggabungan dari 1 (satu) atau lebih PTS ke 1 (satu) PTS lain;
e. perubahan kebijakan Pemerintah;
f. keputusan badan penyelenggara PTS yang bersangkutan.
Badan penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba sebagaimana dimaksud di atas
adalah subyek hukum berbentuk yayasan, persyarikatan, perkumpulan, atau bentuk lain yang
berprinsip nirlaba, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Persyaratan dan Dokumen
2.1. Persyaratan dan Dokumen Pendirian PTS
Persyaratan pendirian PTS terdiri atas:
a. Memenuhi syarat minimum akreditasi prodi dan perguruan tinggi sesuai standar nasional
pendidikan tinggi;
b. Program Diploma yang akan dibuka di dalam Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang
akan didirikan:
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 8
1. paling banyak 10 (sepuluh) persen dari jumlah Program Sarjana; dan
2. tidak menyelenggarakan prodi sebidang dengan prodi pada Program Diploma di
Politeknik dan/atau Akademi yang berdomisili di dalam kota atau kabupaten yang
sama dengan Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang akan didirikan;
c. Kurikulum disusun berdasarkan kompetensi lulusan sesuai standar nasional pendidikan
tinggi;
d. Dosen paling sedikit berjumlah 6 (enam) orang untuk setiap program studi pada Program
Diploma atau Program Sarjana, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan, dengan kualifikasi:
1. paling rendah berijazah Magister atau Magister Terapan atau Spesialis I untuk Program
Diploma, dan Magister atau Spesialis I untuk Program Sarjana, dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan didirikan;
2. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai dosen
pada PTS yang akan didirikan;
3. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam per
minggu;
4. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional atau Nomor Induk Dosen Khusus;
5. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan
6. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara;
e. Tenaga Kependidikan paling sedikit berjumlah 3 (tiga) orang untuk melayani setiap
program studi pada Program Diploma atau Program Sarjana, dan 1 (satu) orang untuk
melayani Perpustakaan, dengan kualifikasi:
1. paling rendah berijazah Diploma Tiga;
2. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai tenaga
kependidikan pada PTS yang akan didirikan; dan
3. bersedia bekerja penuh waktu selama 40 (empat puluh) jam per minggu;
f. Organisasi dan tata kerja PTS memiliki 5 (lima) unsur, yaitu:
1. penyusun kebijakan;
2. pelaksana akademik;
3. pengawas dan penjaminan mutu;
4. penunjang akademik atau sumber belajar; dan 

5. pelaksana administrasi atau tata usaha. 

g. Lahan untuk kampus PTS yang akan didirikan berada dalam 1 (satu) lokasi memiliki luas
paling sedikit:
1. 10.000 (sepuluh ribu) m2
untuk Universitas;
2. 8.000 (delapan ribu) m2
untuk Institut;
3. 5.000 (lima ribu) m2
untuk Sekolah Tinggi, Politeknik, atau Akademi;
dengan status Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas nama Badan
Penyelenggara, sebagaimana dibuktikan dengan Sertifikat Hak Milik atau Hak Guna
Bangunan atau Hak Pakai. Dalam hal status hak atas lahan belum atas nama Badan
Penyelenggara, diperkenankan membuat perjanjian sewa menyewa lahan dengan pihak
pemegang hak atas lahan, dengan ketentuan:
1. luas lahan sebagaimana disebutkan di atas;
2. perjanjian sewa menyewa dibuat di hadapan notaris;
3. memuat hak opsi, yaitu hak prioritas membeli lahan tersebut apabila lahan dijual oleh
pemegang hak atas lahan;
4. jangka waktu sewa paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak pengesahan Rancangan
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang Pendirian,
Perubahan, Dan Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri Serta Pendirian, Perubahan, dan
Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta;
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 9
h. Menyediakan sarana dan prasarana terdiri atas:
1. Ruang kuliah paling sedikit 0,5 (nol koma lima) m2
per mahasiswa;
2. Ruang dosen tetap paling sedikit 4 (empat) m2
per orang;
3. Ruang administrasi dan kantor paling sedikit 4 (empat) m2
per orang;
4. Ruang perpustakaan paling sedikit 200 (dua ratus) m2
termasuk ruang baca yang harus
dikembangkan sesuai dengan pertambahan jumlah mahasiswa;
5. Buku paling sedikit 200 (dua ratus) judul per program studi sesuai dengan bidang
keilmuan pada program studi;
6. Memiliki koleksi atau akses paling sedikit 1 (satu) jurnal dengan volume lengkap untuk
setiap Program Studi; dan
7. Ruang laboratorium, komputer, dan sarana praktikum dan/atau penelitian sesuai
kebutuhan setiap Program Studi;
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
Dokumen yang memuat persyaratan pendirian PTS dibuat dengan format pdf yang harus
diunggah ke laman: silemkerma.dikti.go.id. Dokumen yang dimaksud terdiri atas:
a. Surat usul pendirian PTS yang disusun oleh Badan Penyelenggara dari PTS yang akan
didirikan dialamatkan kepada Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti;
b. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dari PTS yang akan didirikan beserta semua
perubahan yang telah dilakukan;
c. Surat Keputusan dari pihak yang berwenang tentang pengesahan Badan Penyelenggara
sebagai badan hukum dari PTS yang akan didirikan;
d. Sertifikat status lahan calon kampus PTS atas nama Badan Penyelenggara dari PTS yang
akan didirikan, atau perjanjian sewa menyewa lahan;
e. Studi kelayakan pendirian PTS beserta Lampiran yang disusun oleh Badan Penyelenggara
dari PTS yang akan didirikan;
f. Instrumen akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan
Penyelenggara;
g. Instrumen akreditasi pembukaan prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan
Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi);
h. Laporan Keuangan Badan Penyelenggara;
i. Surat bukti kepemilikan dana Badan Penyelenggara;
j. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS yang akan
didirikan; dan
k. Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi
terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan).
Format dokumen pendirian PTS sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf j
dapat dilihat dalam Lampiran.
2.2. Persyaratan dan Dokumen Perubahan Bentuk PTS
Persyaratan perubahan bentuk PTS adalah sama dengan persyaratan pendirian PTS
sebagaimana diuraikan pada angka 2.1. di atas.
Dokumen yang memuat persyaratan perubahan bentuk PTS dibuat dengan format pdf yang
harus diunggah ke laman: silemkerma.dikti.go.id. Dokumen yang dimaksud terdiri atas:
a. Surat usul perubahan bentuk dari PTS lama ke PTS baru yang akan dibentuk, yang disusun
oleh Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk;
b. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk, beserta
semua perubahan yang telah dilakukan ;
c. Dokumen Keputusan dari pihak yang berwenang tentang pengesahan Badan
Penyelenggara sebagai badan hukum dari PTS baru yang akan dibentuk;
d. Sertifikat status lahan kampus PTS baru yang akan dibentuk atas nama Badan
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 10
Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk, atau perjanjian sewa menyewa lahan;
e. Studi kelayakan perubahan PTS beserta Lampiran yang disusun oleh Badan Penyelenggara
dari PTS baru yang akan dibentuk;
f. Instrumen akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan
Penyelenggara;
g. Instrumen akreditasi pembukaan prodi baru dari BAN-PT pada PTS baru yang akan
dibentuk yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan Prodi
untuk setiap prodi);
h. Laporan Keuangan Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk;
i. Surat bukti kepemilikan dana Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk;
j. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS baru yang akan
dibentuk;
k. Akta Notaris tentang:
• kesepakatan antara 2 (dua) Badan Penyelenggara atau lebih, yang masing-masing
mengelola PTS, untuk menggabungkan PTS di bawah pengelolaannya menjadi 1 (satu)
PTS bentuk baru, baik yang dikelola oleh salah satu Badan Penyelenggara tersebut atau
dikelola oleh Badan Penyelenggara yang baru dibentuk; atau
• kesepakatan antara 2 (dua) Badan Penyelenggara atau lebih, yang masing-masing
mengelola PTS, untuk menggabungkan PTS di bawah pengelolaannya ke 1 (satu) PTS
bentuk baru yang dikelola oleh salah satu Badan Penyelenggara tersebut;
l. Semua Surat Keputusan Izin Pendirian PTS lama dan Surat Keputusan Izin Pembukaan
Prodi pada PTS lama;
m.Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi
terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan).
Format dokumen untuk PTS baru yang akan dibentuk sebagaimana dimaksud pada huruf a
sampai dengan huruf j dapat dilihat dalam Lampiran.
3. Prosedur
3.1. Prosedur Pendirian PTS
a. Badan penyelenggara yang akan mendirikan PTS meminta rekomendasi L2 Dikti di
wilayah PTS akan didirikan. Dalam hal L2 Dikti belum terbentuk di wilayah di mana PTS
akan didirikan, maka tugas dan fungsinya masih dijalankan oleh Kopertis wilayah tersebut.
L2 Dikti atau Kopertis setempat memberi rekomendasi tentang:
• rekam jejak Badan Penyelenggara yang akan mendirikan PTS;
• tingkat kejenuhan berbagai prodi yang akan diselenggarakan dalam pendirian PTS
tersebut di wilayah L2 Dikti;
• tingkat keberlanjutan PTS tersebut jika diberi izin oleh Pemerintah;
b. Badan Penyelenggara yang akan mendirikan PTS menyiapkan dan menyusun dokumen
sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 2.1. huruf a sampai dengan huruf
k, dengan susunan sebagai berikut:
No Dokumen Contoh di
Lampiran
Bentuk
a Surat usul pendirian PTS Lihat
Lampiran 1
b Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara
dan semua perubahannya
Lihat
Lampiran 2
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 11
c Dokumen pengesahan Badan Penyelenggara
sebagai Badan Hukum
Lihat
Lampiran 3
Semua dokumen:
• Dibuat dalam file pdf;
• Dipindai (scan);
• Dikirim secara digital
ke Direktur Jenderal
Kelembagaan IPTEK
dan Dikti dengan
alamat:
silemkerma.dikti. go.id
d Sertifikat status lahan calon kampus PTS an.
Badan Penyelenggara, atau perjanjian sewa
menyewa lahan dilampiri sertifikat status
lahan yang disewa
Lihat
Lampiran 4
e Studi Kelayakan Pendirian PTS Lihat
Lampiran 5
f Usul Pendirian Perguruan Tinggi yang berisi
Instrumen Akreditasi pendirian perguruan
tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh
Badan Penyelenggara
Lihat
Lampiran 6
g Usul Pembukaan Program Studi yang berisi
Instrumen Akreditasi Pembukaan Prodi dari
BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan
Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan
Prodi untuk setiap prodi)
Lihat
Lampiran 7
h Laporan Keuangan Badan Penyelenggara Lihat
Lampiran 8
i Surat bukti kepemilikan dana Badan
Penyelenggara
Lihat
Lampiran 9
j Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan
Tinggi (L2 Dikti)
Lihat
Lampiran 10
k Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan
organisasi profesi dari organisasi profesi
terkait (bila disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan)
Tidak diberi
contoh
Perhatian:
Badan Penyelenggara yang akan mendirikan PTS bertanggungjawab atas kebenaran data dan informasi yang
dimuat dalam semua Dokumen di atas. Apabila Badan Penyelenggara memberikan data dan informasi yang
tidak benar, Badan Penyelenggara dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 242 ayat (1) juncto ayat
(3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
c. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk
melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.1.
huruf a sampai dengan huruf k secara digital.
d. Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk presentasi usul pendirian PTS oleh
pengusul pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal
Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
Presentasi usul pendirian PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara
(tidak dapat diwakilkan) didampingi oleh para anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim
Evaluator, dengan susunan acara sebagai berikut:
 Pembukaan oleh Tim Evaluator;
 Presentasi ringkasan Studi Kelayakan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara
disajikan dalam bentuk slide presentasi;
 Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator.
e. Setelah presentasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk dilakukan
visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara online.
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 12
Visitasi dilakukan ke lokasi lahan kampus PTS oleh Tim Evaluator didampingi oleh wakil
dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara (tidak
dapat diwakilkan) serta para anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai
berikut:
 Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara;
 Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam dokumen sebagaimana
dimaksud dalam angka 2.1. huruf a sampai dengan huruf j dengan fakta di lapangan,
antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon sarana dan prasarana,
dan penerimaan lingkungan masyarakat setempat.
f. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin pendirian PTS
kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
g. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin pendirian PTS dari
Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin pendirian PTS
dilampiri keputusan BAN-PT atau LAM tentang akreditasi minimum proposal pendirian
perguruan tinggi kepada Menteri.
h. Menteri menetapkan izin pendirian PTS yang berbentuk universitas, institut, sekolah
tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara online.
i. Setelah penetapan Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf h, PTS baru tersebut dapat
menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Perbaikan Dokumen Pendirian PTS
Pengusul yang belum berhasil memenuhi persyaratan pendirian PTS, diberi kesempatan
untuk memperbaiki dokumen yang telah dikirimkan, dengan langkah sebagai berikut:
a. Badan Penyelenggara PTS yang akan didirikan memperbaiki dokumen sesuai permintaan
Tim Evaluator yang akan diberitahukan secara online, dan mengirimkan kembali secara
online ke alamat: silemkerma.dikti. go.id.
b. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk
melakukan evaluasi dan verifikasi perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
angka huruf a secara digital.
c. Jika dipandang perlu, Tim Evaluator memberikan rekomendasi untuk presentasi
perbaikan dokumen pendirian PTS oleh pengusul, pada waktu yang diberitahukan secara
online oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
Presentasi perbaikan dokumen pendirian PTS dilakukan oleh Badan Penyelenggara PTS
yang akan didirikan pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal
Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
Presentasi perbaikan dokumen pendirian PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus Badan
Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) PTS yang akan didirikan, didampingi oleh para
anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim Evaluator, dengan susunan acara sebagai
berikut:
 Pembukaan oleh Tim Evaluator;
 Presentasi ringkasan perbaikan dokumen pendirian PTS oleh Ketua Pengurus Badan
Penyelenggara disajikan dalam bentuk slide presentasi;
 Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator.
d. Jika dipandang perlu, setelah presentasi Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi
untuk dilakukan visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara
online.
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 13
Visitasi dilakukan ke lokasi lahan kampus PTS yang akan didirikan oleh Tim Evaluator
didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus Badan
Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS yang akan didirikan, serta para anggota
Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut:
• Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara PTS yang akan didirikan;
• Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam perbaikan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam angka 2.1. huruf a sampai dengan huruf j dengan fakta
lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon prasarana dan
sarana, dan penerimaan lingkungan masyarakat setempat.
e. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin pendirian PTS
kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
f. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin pendirian PTS dari
Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin pendirian PTS
dilampiri keputusan akreditasi minimum dari BAP-PT atau LAM kepada Menteri.
g. Menteri menetapkan izin pendirian PTS yang berbentuk universitas, institut, sekolah
tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara online.
h. Setelah penetapan pendirian PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf h, PTS
baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Pengusul yang tidak memanfaatkan kesempatan perbaikan dokumen, dianggap
mengundurkan diri dari proses pengusulan. Jika di kemudian hari pengusul mengajukan
usul baru, maka usul tersebut akan diperlakukan sama dengan usul baru dari pengusul
lain.
3.2. Prosedur Perubahan Bentuk PTS
a. Badan penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk meminta rekomendasi L2 Dikti di
wilayah PTS baru yang akan dibentuk. Dalam hal L2 Dikti belum terbentuk di wilayah di
mana PTS baru yang akan dibentuk, maka tugas dan fungsinya masih dijalankan oleh
Kopertis wilayah tersebut.
L2 Dikti atau Kopertis setempat memberi rekomendasi tentang:
• rekam jejak Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk;
• tingkat kejenuhan berbagai prodi yang akan diselenggarakan dalam PTS baru yang
akan dibentuk di wilayah L2 Dikti;
• tingkat keberlanjutan PTS baru yang akan dibentuk, jika diberi izin perubahan bentuk
PTS oleh Pemerintah.
b. Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk menyiapkan dan menyusun
dokumen sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai
dengan huruf m, dengan susunan sebagai berikut:
No Dokumen Contoh di
Lampiran
Bentuk
a Surat usul perubahan bentuk dari PTS lama
ke PTS baru yang akan dibentuk, yang
disusun oleh Badan Penyelenggara dari PTS
baru yang akan dibentuk
Lihat
Lampiran 11
Semua dokumen:
• Dibuat dalam file pdf;
• Dipindai (scan);
• Dikirim secara digital
ke Direktur Jenderal
b Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara
dan semua perubahannya
Lihat
Lampiran 2
c Dokumen pengesahan Badan Penyelenggara
sebagai Badan Hukum
Lihat
Lampiran 3
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 14
d Sertifikat status lahan kampus PTS baru yang
akan dibentuk an. Badan Penyelenggara atau
perjanjian sewa menyewa lahan
Lihat
Lampiran 4
Kelembagaan IPTEK
dan Dikti dengan
alamat:
silemkerma.dikti. go.id
e Studi kelayakan perubahan bentuk PTS Lihat
Lampiran 5
f Usul Pendirian Perguruan Tinggi yang berisi
Instrumen Akreditasi pendirian perguruan
tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh
Badan Penyelenggara
Lihat
Lampiran 6
g Usul Pembukaan Program Studi yang berisi
Instrumen Akreditasi Pembukaan Prodi dari
BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan
Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan
Prodi untuk setiap prodi)
Lihat
Lampiran 7
h Laporan Keuangan Badan Penyelenggara dari
PTS baru yang akan dibentuk
Lihat
Lampiran 8
i Surat bukti kepemilikan dana Badan
Penyelenggara dari PTS baru yang akan
dibentuk
Lihat
Lampiran 9
j Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan
Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS baru yang
akan dibentuk
Lihat
Lampiran 10
k Akta Notaris berisi kesepakatan 2 (dua) atau
lebih Badan Penyelenggara
Tidak diberi
contoh
l Semua SK Izin Pendirian PTS dan Izin
Pembukaan Prodi pada PTS lama
Tidak diberi
contoh
m Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan
organisasi profesi dari organisasi profesi
terkait (bila disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan)
Tidak diberi
contoh
Perhatian:
Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk bertanggungjawab atas kebenaran data dan
informasi yang dimuat dalam semua Dokumen di atas. Apabila Badan Penyelenggara dari PTS baru yang
akan dibentuk memberikan data dan informasi yang tidak benar, Badan Penyelenggara tersebut dapat
dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 242 ayat (1) juncto ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
c. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk
melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2.
huruf a sampai dengan huruf m secara digital.
d. Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk presentasi usul perubahan bentuk
PTS oleh pengusul pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal
Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
Presentasi usul perubahan bentuk PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus Badan
Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS baru yang akan dibentuk, didampingi
oleh para anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim Evaluator, dengan susunan acara
sebagai berikut:
 Pembukaan oleh Tim Evaluator;
 Presentasi ringkasan Studi Kelayakan perubahan bentuk PTS oleh Ketua Pengurus
Badan Penyelenggara disajikan dalam bentuk slide presentasi;
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 15
 Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator.
e. Setelah presentasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk dilakukan
visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara online.
Visitasi dilakukan ke lokasi lahan kampus PTS baru yang akan dibentuk oleh Tim Evaluator
didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus Badan
Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS baru yang akan dibentuk, serta para
anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut:
 Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan
dibentuk;
 Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam dokumen sebagaimana
dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf l dengan fakta lapangan,
antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon sarana dan prasarana,
penerimaan lingkungan masyarakat setempat. dan
f. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin perubahan
bentuk PTS kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
g. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin perubahan bentuk
PTS dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti mengajukan usul
tertulis perubahan bentuk PTS dilampiri keputusan BAN-PT atau LAM, kepada Menteri.
h. Menteri menetapkan izin perubahan bentuk PTS yang berbentuk universitas, institut,
sekolah tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara
online.
i. Setelah penetapan izin perubahan bentuk PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada
huruf h, PTS baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Perbaikan Dokumen Perubahan Bentuk PTS
Pengusul yang belum berhasil memenuhi persyaratan perubahan bentuk PTS, diberi
kesempatan untuk memperbaiki dokumen yang telah dikirimkan, dengan langkah sebagai
berikut:
a. Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk memperbaiki dokumen sesuai
permintaan Tim Evaluator yang akan diberitahukan secara online, dan mengirimkan
kembali secara online ke alamat: silemkerma.dikti. go.id.
b. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk
melakukan evaluasi dan verifikasi perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
angka huruf a secara digital.
c. Jika dipandang perlu, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk presentasi
perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS oleh pengusul, pada waktu yang
diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
Presentasi perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS dilakukan oleh Badan
Penyelenggara PTS baru yang akan dibentuk pada waktu yang diberitahukan secara online
oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
Presentasi perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus
Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS baru yang akan dibentuk,
didampingi oleh para anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim Evaluator, dengan
susunan acara sebagai berikut:
 Pembukaan oleh Tim Evaluator;
 Presentasi ringkasan perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS oleh Ketua Pengurus
Badan Penyelenggara disajikan dalam bentuk slide presentasi;
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 16
Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator.
d. Jika dipandang perlu, setelah presentasi Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi
untuk dilakukan visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara
online.
Visitasi dilakukan ke lokasi rencana kampus PTS baru yang akan dibentuk oleh Tim
Evaluator didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus
Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS baru yang akan dibentuk, serta
para anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut:
• Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan
dibentuk;
• Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam perbaikan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf l dengan fakta
lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon prasarana dan
calon sarana, dan penerimaan lingkungan masyarakat setempat
e. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin perubahan
bentuk PTS kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
f. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin perubahan bentuk
PTS dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin
perubahan bentuk PTS dilampiri keputusan BAN-PT atau LAM, kepada Menteri.
g. Menteri menetapkan izin perubahan bentuk PTS yang berbentuk universitas, institut,
sekolah tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara
online.
h. Setelah penetapan perubahan bentuk PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada
huruf g, PTS baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Pengusul yang tidak memanfaatkan kesempatan perbaikan dokumen, dianggap
mengundurkan diri dari proses pengusulan. Jika di kemudian hari pengusul mengajukan
usul baru, maka usul tersebut akan diperlakukan sama dengan usul baru dari pengusul
lain.
4. Jadwal
Masa pengusulan pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS dengan jadwal sebagai berikut:
No Waktu Kegiatan
1 Desember - Februari Penerimaan dokumen pendirian/perubahan bentuk PTS
2 Januari - Februari Evaluasi dan verifikasi dokumen secara digital
3 Maret Pengumuman hasil evaluasi dan verifikasi dokumen – untuk
usul yang belum memenuhi persyaratan
4 Maret Presentasi pengusul yang lolos evaluasi dan verifikasi dokumen
5 April Pengumuman hasil presentasi – untuk usul yang belum
memenuhi persyaratan
6 April Visitasi ke lokasi lahan kampus pengusul yang lolos presentasi
7 Mei Pengumuman hasil visitasi – untuk usul yang belum memenuhi
persyaratan.
8 Mei - Juni Penerbitan izin pendirian/perubahan bentuk PTS
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 17
Masa perbaikan usul pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS dengan jadwal sebagai berikut:
No Waktu Kegiatan
1 Mei - Juni Penerimaan dokumen perbaikan pendirian PTS atau perubahan
bentuk PTS
2 Juli - Oktober Evaluasi dan verifikasi dokumen perbaikan
3 Agustus - September Presentasi pengusul yang lolos evaluasi dan verifikasi dokumen
perbaikan
4 Agustus - Oktober Visitasi ke lokasi lahan kampus pengusul yang lolos presentasi
(jika diperlukan)
5 November Pengumuman hasil evaluasi perbaikan usul pendirian/
perubahan bentuk PTS yang belum lolos
6 November - Desember Penerbitan izin pendirian/perubahan bentuk PTS
********
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 18
Bab III
Pembukaan Program Studi Pada Perguruan Tinggi Swasta
1. Pengertian
Pembukaan program studi (prodi) pada PTS dapat terdiri atas:
a. Pembukaan prodi untuk pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS;
b. Pembukaan prodi sebagai penambahan prodi pada PTS yang telah memiliki izin PTS.
Pada Bab ini akan diuraikan persyaratan dan prosedur baik pembukaan prodi untuk pendirian
PTS atau perubahan bentuk PTS, maupun sebagai penambahan prodi pada PTS yang telah
memiliki izin PTS.
2. Persyaratan dan Dokumen
2.1. Persyaratan dan Dokumen Pembukaan Prodi untuk pendirian atau perubahan bentuk PTS
Persyaratan Pembukaan Prodi untuk pendirian atau perubahan bentuk PTS terdiri atas:
a. Program Diploma yang akan dibuka di dalam Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang
akan didirikan atau hasil perubahan bentuk:
1. paling banyak 10 (sepuluh) persen dari jumlah Program Sarjana; dan
2. tidak menyelenggarakan prodi sebidang dengan prodi pada Program Diploma di
Politeknik dan/atau Akademi yang berdomisili di dalam kota atau kabupaten yang
sama dengan Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang akan didirikan atau diubah
bentuknya;
b. Kurikulum Program Studi disusun berdasarkan kompetensi lulusan sesuai standar
nasional pendidikan tinggi;
c. Dosen paling sedikit berjumlah 6 (enam) orang untuk setiap Program Studi pada Program
Diploma dan Program Sarjana, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan, dengan kualifikasi:
1. paling rendah berijazah Magister atau Spesialis I dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan dibuka;
2. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai dosen
pada PTS yang akan membuka Program Studi;
3. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam per
minggu;
4. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau telah
memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus pada Program
Studi lain di PTS yang akan membuka Program Studi, sejauh nisbah dosen dan
mahasiswa pada Program Studi yang ditinggalkan tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk
kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk
kelompok bidang ilmu pengetahuan alam;
5. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan
6. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang akan
dibuka di PTS;
d. Program Studi dikelola oleh Unit Pengelola Program Studi dengan organisasi dan tata
kerja yang disusun dan ditetapkan oleh Badan Penyelenggara.
Dokumen yang memuat persyaratan pembukaan prodi untuk pendirian atau perubahan
bentuk PTS dibuat dengan format pdf, yang harus diunggah ke laman: silemkerma.
dikti.go.id. Dokumen yang dimaksud adalah Usul Pembukaan Program Studi yang berisi
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 19
Instrumen Pembukaan Prodi pada PTS (satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi)
yang diisi oleh Badan Penyelenggara.
Usul Pembukaan Program Studi untuk pendirian/perubahan bentuk PTS baru diunggah
bersama dengan dokumen lain dalam pendirian/perubahan bentuk PTS sebagaimana
diuraikan di dalam Bab II.
Usul Pembukaan Program Studi sebagai penambahan prodi baru pada PTS lama, diunggah
bersama dengan dokumen lain sebagaimana diuraikan di bawah ini.
Format Usul Pembukaan Program Studi (yang berisi Instrumen Akreditasi Progam Studi)
sebagai penambahan prodi pada PTS, beserta dokumen lain yang disusun oleh Badan
Penyelenggara dari PTS yang akan membuka program studi, dapat dilihat dalam Lampiran.
2.2. Persyaratan dan Dokumen Pembukaan Prodi sebagai penambahan Prodi pada PTS
Persyaratan Pembukaan Prodi sebagai penambahan Prodi pada PTS terdiri atas:
a. Memenuhi syarat minimum akreditasi prodi sesuai standar nasional pendidikan tinggi;
b. Rencana penambahan prodi telah dicantumkan dalam Rencana Strategis PTS yang
bersangkutan;
c. Penambahan program studi pada Program Diploma di dalam Universitas, Institut, dan
Sekolah Tinggi, tidak boleh:
1. menyebabkan jumlah Program Diploma melebihi 10 (sepuluh) persen dari jumlah
Program Sarjana; dan
2. tidak menyelenggarakan prodi sebidang dengan prodi pada Program Diploma di
Politeknik dan/atau Akademi yang berdomisili di dalam kota atau kabupaten yang
sama dengan Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang akan menambah program
studi;
d. Prodi pada Program Magister atau Program Magister Terapan dapat diselenggarakan
setelah prodi sebidang pada Program Sarjana atau Program Diploma Empat atau Sarjana
Terapan telah terakreditasi dengan peringkat terakreditasi paling sedikit B atau Baik
Sekali, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
e. Prodi pada Program Doktor atau Program Doktor Terapan dapat diselenggarakan setelah
prodi sebidang pada Program Magister atau Program Magister Terapan telah
terakreditasi dengan peringkat terakreditasi paling sedikit B atau Baik Sekali, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
f. Dalam hal Program Magister atau Program Magister Terapan merupakan Program
Magister atau Program Magister Terapan multidisiplin, maka paling sedikit 2 (dua) prodi
yang relevan pada Program Sarjana atau Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan
telah terakreditasi dengan peringkat terakreditasi paling sedikit B atau Baik Sekali, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
g. Dalam hal Program Doktor atau Program Doktor Terapan merupakan Program Doktor
atau Program Doktor Terapan multidisiplin, maka paling sedikit 2 (dua) prodi yang
relevan pada Program Magister atau Program Magister Terapan telah terakreditasi
dengan peringkat terakreditasi paling sedikit B atau Baik Sekali, kecuali ditentukan lain
oleh peraturan perundang-undangan;
h. Program Profesi dapat diselenggarakan setelah prodi sebidang pada Program Sarjana
atau Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan telah terakreditasi dengan peringkat
terakreditasi paling sedikit B atau Baik Sekali, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
i. Kurikulum prodi disusun berdasarkan kompetensi lulusan sesuai standar nasional
pendidikan tinggi;
j. Dosen paling sedikit berjumlah 6 (enam) orang untuk setiap prodi, kecuali ditetapkan lain
oleh peraturan perundang-undangan:
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 20
1. Pada Program Diploma dan Program Sarjana dengan kualifikasi:
a. paling rendah berijazah Magister dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sebidang dengan program studi yang akan dibuka;
b. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai
dosen pada PTS yang akan menambah program studi;
c. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam
per minggu;
d. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau
telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada
Program Studi lain di PTS yang akan menambah program studi, sejauh nisbah dosen
dan mahasiswa pada program studi yang ditinggalkan tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh)
untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh)
untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan alam;
e. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan
f. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi dosen program studi yang
akan dibuka di PTS;
2. Pada Program Magister dan Magister Terapan, dengan kualifikasi:
a. paling rendah berijazah Doktor dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sebidang dengan program studi yang akan dibuka;
b. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai
dosen pada PTS yang akan menambah Program Studi;
c. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam
per minggu;
d. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau
telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada
Program Studi lain di PTS yang akan menambah Program Studi, sejauh nisbah dosen
dan mahasiswa pada Program Studi Program Sarjana atau Program Sarjana Terapan
yang ditinggalkan, tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu
pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu
pengetahuan alam;
e. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan
f. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang
akan dibuka di PTS.
3. Pada Program Doktor dan Doktor Terapan, dengan kualifikasi:
a. paling rendah berijazah Doktor atau Doktor Terapan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan dibuka;
b. paling sedikit 2 (dua) dosen memiliki jabatan fungsional Guru Besar dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan
dibuka;
c. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai
dosen pada PTS yang akan menambah Program Studi, kecuali yang berjabatan
fungsional Guru Besar;
d. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam
per minggu;
e. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau
telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada
Program Studi lain di PTS yang akan menambah Program Studi, sejauh nisbah dosen
dan mahasiswa pada Program Studi Program Sarjana atau Program Sarjana Terapan
yang ditinggalkan, tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu
pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 21
pengetahuan alam;
f. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan
g. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang
akan dibuka di PTS.
4. Pada Program Profesi dengan kualifikasi:
a. paling rendah berijazah dan bersertifikat profesi atau berijazah Magister atau
Spesialis I dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan
Program Studi yang akan dibuka;
b. memiliki pengalaman praktek profesi paling sedikit 2 (dua) tahun yang dibuktikan
dengan surat izin praktek profesi atau spesialis;
c. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai
dosen pada PTS yang akan menambah Program Studi;
d. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam
per minggu;
e. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau
telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada
Program Studi lain di PTS yang akan menambah Program Studi, sejauh nisbah dosen
dan mahasiswa pada Program Studi Program Sarjana atau Program Sarjana Terapan
yang ditinggalkan, tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu
pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu
pengetahuan alam; dan
f. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain;
g. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang
akan dibuka di PTS.
5. Pada Program Spesialis dengan kualifikasi:
a. paling rendah berijazah dan bersertifikat spesialis atau berijazah Doktor dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan Program Studi yang
akan dibuka;
b. memiliki pengalaman praktek spesialis paling sedikit 2 (dua) tahun yang dibuktikan
dengan surat izin praktek profesi atau spesialis;
c. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai
dosen pada PTS yang akan menambah Program Studi;
d. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam
per minggu;
e. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau
telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada
Program Studi lain di PTS yang akan menambah Program Studi, sejauh nisbah dosen
dan mahasiswa pada Program Studi Program Sarjana atau Program Sarjana Terapan
yang ditinggalkan, tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu
pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu
pengetahuan alam;
f. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan
g. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang
akan dibuka di PTS.
Dokumen yang memuat persyaratan pembukaan prodi sebagai penambahan prodi pada
PTS dibuat dengan format pdf yang harus diunggah ke laman: silemkerma.dikti.go.id.
Dokumen yang dimaksud terdiri atas:
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 22
a. Surat usul penambahan prodi dari Pemimpin PTS;
b. Surat persetujuan penambahan prodi dari Badan Penyelenggara PTS;
c. Surat pertimbangan penambahan prodi dari Senat Perguruan Tinggi Swasta;
d. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dari PTS yang akan membuka prodi beserta
semua perubahan yang telah dilakukan;
e. Dokumen Keputusan dari pihak yang berwenang tentang pengesahan Badan
Penyelenggara PTS yang mengusulkan pembukaan prodi sebagai badan hukum;
f. Surat Keputusan Menteri Tentang Izin Pendirian PTS atau Perubahan bentuk PTS yang
akan menambah prodi;
g. Rencana Strategis dari PTS yang akan menambah prodi;
h. Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen akreditasi prodi dari BAN-PT/LAM
(satu instrumen akreditasi untuk setiap prodi yang akan ditambahkan) yang sudah diisi
oleh Pemimpin PTS;
i. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS yang akan
menambah prodi; dan
j. Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi
terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan).
Format dokumen pembukaan prodi sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan j dapat
dilihat dalam Lampiran.
3. Prosedur
3.2. Prosedur Pembukaan Prodi untuk pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS
Prosedur pembukaan prodi untuk pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS terintegrasi
dalam prosedur pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS sebagaimana dicantumkan dalam
Bab II tentang Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta.
3.3. Prosedur Pembukaan Prodi sebagai penambahan Prodi pada PTS
a. Pemimpin PTS meminta Rekomendasi dari L2 Dikti di wilayah PTS yang akan menambah
prodi. Dalam hal L2 Dikti belum terbentuk di wilayah PTS yang akan membuka prodi,
maka tugas dan fungsinya masih dijalankan oleh Kopertis wilayah tersebut.
L2 Dikti atau Kopertis setempat memberi rekomendasi tentang:
• rekam jejak Badan Penyelenggara dan PTS yang akan menambah prodi;
• tingkat kejenuhan prodi yang akan dibuka oleh PTS tersebut di wilayah L2 Dikti;
• tingkat keberlanjutan prodi yang akan ditambahkan jika diizinkan oleh Pemerintah;
• bebas konflik internal PTS di tingkat Badan Penyelenggara dan/atau tingkat PTS.
b. Pemimpin PTS membuat dokumen sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf j, dengan susunan sebagai berikut:
No Dokumen Contoh di
Lampiran
Bentuk
a Surat usul penambahan prodi dari Pemimpin
PTS
Lihat
Lampiran 12
Semua dokumen:
• Dibuat dalam file pdf;
• Dipindai (scan);
• Dikirim secara digital
ke Direktur Jenderal
b Surat persetujuan penambahan prodi dari
Badan Penyelenggara PTS
Lihat
Lampiran 13
c Surat pertimbangan penambahan prodi dari
Senat PTS
Lihat
Lampiran 14
d Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara
dan semua perubahannya
Lihat
Lampiran 2
e Dokumen pengesahan Badan Penyelenggara Lihat
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 23
sebagai Badan Hukum Lampiran
3
Kelembagaan IPTEK
dan Dikti dengan
alamat:
silemkerma.dikti. go.id
f Surat Keputusan Menteri Tentang Izin
Pendirian PTS atau Perubahan bentuk PTS
Tidak diberi
contoh
g Rencana Strategis dari PTS yang akan
menambah prodi
Tidak diberi
contoh
h Usul Pembukaan Program Studi yang berisi
Instrumen Akreditasi prodi dari BAN-PT/LAM
yang sudah diisi oleh Pemimpin PTS (satu
instrumen untuk satu prodi)
Lihat
Lampiran 7
i Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan
Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS yang akan
membuka prodi
Lihat
Lampiran 10
j Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan
organisasi profesi dari organisasi profesi
terkait (bila disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan)
Tidak diberi
contoh
Perhatian:
Pemimpin PTS bertanggungjawab atas kebenaran data dan informasi yang dimuat dalam semua Dokumen
di atas. Apabila Pemimpin PTS memberikan data dan informasi yang tidak benar, Pemimpin PTS dapat
dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 242 ayat (1) juncto ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
c. Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk
melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2.
huruf a sampai dengan huruf j secara digital.
d. Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c, Direktur
Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti dapat menugaskan Tim Evaluator untuk melakukan
visitasi ke PTS yang mengusulkan pembukaan prodi, atau langsung menetapkan izin
pembukaan prodi tersebut.
e. Apabila dilakukan visitasi, proses penetapan izin sebagai berikut:
1. Visitasi dilakukan ke PTS yang akan membuka prodi oleh Tim Evaluator didampingi
oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Pemimpin PTS (tidak dapat
diwakilkan), serta para Wakil Pemimpin PTS, dengan susunan acara sebagai berikut:
• Pembukaan oleh Pemimpin PTS;
• Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam Rancangan Prodi dengan
fakta lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon
prasarana dan calon sarana.
2. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin
pembukaan prodi kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
f. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin pembukaan prodi
(baik visit atau tanpa visit) dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis
penerbitan izin pembukaan prodi dilampiri surat keputusan akreditasi minimum dari BAN-
PT atau LAM, kepada Menteri.
g. Menteri menetapkan izin prodi pada PTS bersangkutan, yang akan diberitahukan kepada
pengusul secara online.
h. Setelah penetapan izin prodi pada PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf g,
PTS dapat menyelenggarakan prodi.
Perbaikan Dokumen Pembukaan Prodi
Pengusul yang belum berhasil memenuhi persyaratan pembukaan prodi, diberi kesempatan
untuk memperbaiki dokumen yang telah dikirimkan, dengan langkah sebagai berikut:
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 24
a. Pemimpin PTS yang membuka prodi memperbaiki dokumen sesuai permintaan Tim
Evaluator yang akan diberitahukan secara online, dan mengirimkan kembali secara online
ke alamat: silemkerma.dikti. go.id.
b. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk
melakukan evaluasi dan verifikasi perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
angka huruf a secara digital.
c. Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin pembukaan prodi kepada
Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti.
d. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin pembukaan prodi
dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin pembukaan
prodi dilampiri keputusan akreditasi minimum dari BAN-PT atau LAM, kepada Menteri.
i. Menteri menetapkan izin prodi pada PTS bersangkutan, yang akan diberitahukan kepada
pengusul secara online.
j. Setelah penetapan izin prodi pada PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf g,
PTS dapat menyelenggarakan program studi baru.
Pengusul yang tidak memanfaatkan kesempatan perbaikan dokumen, dianggap
mengundurkan diri dari proses pengusulan. Jika di kemudian hari pengusul mengajukan
usul baru, maka usul tersebut akan diperlakukan sama dengan usul baru dari pengusul
lain.
4. Jadwal
Masa pengusulan penambahan prodi dengan jadwal sebagai berikut:
No Waktu Kegiatan
1 Desember - Februari Penerimaan dokumen usul penambahan prodi
2 Januari - Maret Evaluasi dan verifikasi dokumen
3 April Pengumuman hasil evaluasi dan verifikasi dokumen
4 Maret - April Visitasi (apabila diperlukan)
5 Mei Pengumuman hasil visitasi – untuk usul yang belum memenuhi
syarat (perlu perbaikan)
6 Mei - Juni Penerbitan izin penambahan prodi
Masa perbaikan usul penambahan prodi dengan jadwal sebagai berikut:
No Waktu Kegiatan
1 Mei - Juni Penerimaan dokumen perbaikan usul penambahan prodi
2 Juli - Oktober Evaluasi dan verifikasi dokumen perbaikan
3 September - Oktober Visitasi (apabila diperlukan)
4 November Pengumuman hasil evaluasi perbaikan usul penambahan prodi
5 November - Desember Penerbitan izin penambahan prodi
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 25
Lampiran
Lampiran 1 : Surat usul pendirian PTS
Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba Lain
Skolahan Notobotosongo Tibolimo
Alamat: Jl. Majuterus Raya 888 Blumbangjero 99923 Indonesia
Telepon: 020 – 302020 Fax: 020 – 393098 – Email: skola@yayasan.com
Nomor : 73/YSN/08/2015
Hal : Usul pendirian Perguruan Tinggi Swasta
Lampiran : 10 (sepuluh) dokumen.
Kepada yang terhormat,
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Jl. Pintu I Senayan
Jakarta
Dengan hormat,
Melalui surat ini perkenankan kami, Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba
lain ............................ mengusulkan pendirian Universitas/Institut/Sekolah Tinggi/ Politeknik/
Akademi ....................., dengan program studi sebagai berikut:
1. Program Studi .................................................................................................................
2. Program Studi .................................................................................................................
3. Program Studi .................................................................................................................
4. dst.
Bersama ini kami unggah 10 (sepuluh) dokumen sebagai berikut: 1. Akta Notaris Pendirian Badan
Penyelenggara dan semua perubahannya; 2. SK Pengesahan Badan Penyelenggara sebagai Badan
Hukum; 3. Sertifikat status lahan calon kampus atas nama Badan Penyelenggara (atau perjanjian
sewa menyewa lahan); 4. Studi Kelayakan pendirian PTS; 5. Usul Pendirian Perguruan Tinggi yang
berisi Instrumen Akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan
Penyelenggara; 6. Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi Pembukaan
Prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan Prodi
untuk setiap prodi); 7. Laporan Keuangan Badan Penyelenggara 8. Surat Bukti Kepemilikan Dana
Badan Penyelenggara; 9. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi; 10. Surat pernyataan
telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan).
Atas perhatian dan bantuan Bapak, kami sampaikan terima kasih.
Blumbangjero, .... Januari 2015.
Ketua,
Prof.Dr.H.R.Notobotosongo,ST.,Empty
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 26
Lampiran 2 : Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 27
Lampiran 3 : Dokumen Pengesahan Badan Penyelenggara sebagai Badan Hukum
Contoh Keputusan Menkumham Tentang
Pengesahan Yayasan
Contoh Berita Negara Tentang
Pengesahan Yayasan
Contoh Keputusan Menkumham Tentang
Pengesahan Yayasan (online) 1
Contoh Keputusan Menkumham Tentang
Pengesahan Yayasan (online) 2
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 28
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 29
Lampiran 4 : Sertifikat status lahan calon kampus PTS an. Badan Penyelenggara
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 30
Lampiran 5 : Studi Kelayakan Pendirian PTS
BAB ISI
Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel (Jika Ada)
Bab I Pendahuluan
Bab II Kebutuhan Dunia Kerja Terhadap Lulusan
Bab II Bentuk, Nama, Visi, Misi, dan Ciri Khas PTS
Bab III Penyelenggaraan, Organisasi, Dan Lembaga Penunjang Kegiatan PTS
Bab IV Bidang Ilmu, Program Studi, dan Metode Pembelajaran
Bab V Prospek Minat dan Daya Tampung Mahasiswa Setiap Program Studi
Bab VI Dosen dan Tenaga Kependidikan Setiap Program Studi
Bab VII Prasarana Dan Sarana PTS
Bab VIII Sumber Dana Dan Pembiayaan Selama Lima Tahun PTS
Bab IX Kesimpulan
Lampiran 1: Prasarana dan Sarana yang disediakan
Lampiran 2: Rancangan Pengembangan Kampus (akan disediakan)
Lampiran 3: Surat Pernyataan Badan Penyelenggara Tentang Kesanggupan
Merealisasikan Rancangan Pengembangan Kampus
Lampiran 4: Proyeksi Arus Kas
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 31
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 32
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 33
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 34
Lampiran 6 : Usul Pendirian Perguruan Tinggi yang berisi Instrumen Akreditasi
pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 35
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 36
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 37
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 38
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 39
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 40
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 41
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 42
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 43
Lampiran 7 : Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi
Pembukaan Prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 44
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 45
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 46
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 47
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 48
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 49
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 50
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 51
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 52
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 53
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 54
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 55
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 56
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 57
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 58
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 59
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 60
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 61
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 62
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 63
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 64
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 65
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 66
Lampiran 8 : Laporan Keuangan Badan Penyelenggara
Laporan Keuangan Badan Penyelenggara
1. Badan penyelenggara diminta untuk menyampaikan Laporan Keuangan Badan Penyelenggara 3
tahun terakhir (2012, 2013, 2104) bagi Badan Penyelenggara yang didirikan sebelum atau pada
tahun 2012 , 2 tahun terakhir (2013, 2014) bagi Badan Penyelenggara yang didirikan pada tahun
2013, dan 1 tahun terakhir bagi Badan Penyelenggara yang didirikan pada tahun 2014.
2. Seluruh Badan Penyelenggara diminta sudah dapat menyampaikan Laporan Keuangan tahun
2015 pada saat presentasi dan visitasi
3. Laporan Keuangan disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45
revisi 2011 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba.
4. Berdasarkan PSAK tersebut, maka laporan keuangan yang harus disampaikan terdiri dari:
a. Laporan Posisi Keuangan
b. Laporan Aktivitas
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
5. Badan penyelenggara yang memperoleh bantuan Negara, bantuan luar negeri, dan/atau pihak
lain sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih, dalam I (satu) tahun buku;
atau mempunyai kekayaan di luar harta wakaf sebesar Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar
rupiah) atau lebih diwajibkan untuk menyampaikan Laporan Keuangan yang diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik.
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 67
Lampiran 9 : Surat bukti kepemilikan dana Badan Penyelenggara
Bukti Kepemilikan Dana
1. Badan penyelenggara diminta untuk menyampaikan fotocopy bukti kepemilikan dana dalam
jumlah yang menyukupi kekurangan dana untuk operasional dan investasi penyelenggaraan
perguruan tinggi sesuai dengan komitmen Subsidi Badan Penyelenggara pada Proyeksi Arus Kas.
Bukti kepemilikan dana dapat berupa fotocopy rekening koran, tabungan, sertifikat deposito,
dan surat berharga lainnya atas nama Badan Penyelenggara. Bukti kepemilikan dana bukan
berupa surat keterangan bank atas rekening yang dimiliki, surat jaminan bank, atau garansi
bank.
2. Jika dalam pengusulan pendirian perguruan tinggi ini Badan Penyelenggara memperoleh hibah,
maka Badan Penyelenggara diminta untuk menyampaikan fotocopy Akta Hibah atas dana
tersebut, sebagai bagian dari Bukti Kepemilikan Dana.
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 68
Lampiran 10: Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti)
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 69
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 70
Lampiran 11: Surat usul perubahan bentuk dari PTS Lama ke PTS Baru
Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba Lain
Skolahan Notobotosongo Tibolimo
Alamat: Jl. Majuterus Raya 888 Blumbangjero 99923 Indonesia
Telepon: 020 – 302020 Fax: 020 – 393098 – Email: skola@yayasan.com
Nomor : 73/YSN/08/2015
Hal : Usul Perubahan Bentuk PTS
Lampiran : 12 (dua belas) Dokumen
Kepada yang terhormat,
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Jl. Pintu I Senayan
Jakarta
Dengan hormat,
Melalui surat ini perkenankan kami, Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum
Nirlaba lain ............................ mengusulkan perubahan bentuk dari Universitas/Institut/
Sekolah Tinggi/Politeknik/Akademi ..................... menjadi ..................., dengan program
studi sebagai berikut:
1. Program Studi .................................................................................................................
2. Program Studi .................................................................................................................
3. Program Studi .................................................................................................................
4. dst.
Bersama ini kami unggah 12 (dua belas) dokumen sebagai berikut: 1. Akta Notaris
Pendirian Badan Penyelenggara dan semua perubahannya; 2. SK Pengesahan Badan
Penyelenggara sebagai Badan Hukum; 3. Sertifikat status lahan kampus PTS baru atas
nama Badan Penyelenggara atau perjanjian sewa menyewa lahan; 4. Studi Kelayakan
perubahan bentuk PTS; 5. Usul Pendirian /Perubahan Perguruan Tinggi yang berisi
Instrumen Akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan
Penyelenggara; 6. Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi
Pembukaan Prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara (satu
Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi); 7. Laporan Keuangan Badan
Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk 8. Surat Bukti Kepemilikan Dana Badan
Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk; 9. Rekomendasi Lembaga Layanan
Pendidikan Tinggi; 10. Akta Notaris berisi kesepakatan atau pernyataan Badan
Penyelenggara 11. Semua SK Izin Pendirian PTS dan Izin Pembukaan Prodi pada PTS lama
12. Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi
profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan).
Atas perhatian dan bantuan Bapak, kami sampaikan terima kasih.
Blumbangjero, .... Januari 2015.
Ketua,
Prof.Dr.H.R.Notobotosongo,ST.,Empty
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 71
Lampiran 12: Surat usul penambahan prodi dari Pemimpin PTS
Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba Lain..............
Universitas Salapantibalima
Alamat: Jl. Majengteras Raya 777 Jeropisan 99923 Indonesia
Telepon: 020 – 301010 Fax: 020 – 303035 – Email: salapan@tibalima.com
Nomor : 7/US/../20..
Hal : Usul Pembukaan sebagai Penambahan Prodi pada PTS
Lampiran : 9 (sembilan) Dokumen
Kepada yang terhormat,
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Jl. Pintu I Senayan
Jakarta
Dengan hormat,
Melalui surat ini perkenankan kami, Rektor/Ketua/Direktur Universitas/Institut/Sekolah
Tinggi/Politeknik/Akademi ............................ mengusulkan penamabahan Program Studi pada
Universitas/Institut/Sekolah Tinggi/Politeknik/Akademi ....................., dengan program studi
sebagai berikut:
1. Program Studi .................................................................................................................
2. Program Studi .................................................................................................................
3. Program Studi .................................................................................................................
4. dst.
Bersama ini kami unggah 9 (sembilan) dokumen sebagai berikut: 1. Surat persetujuan
pembukaan sebagai penambahan prodi dari Badan Penyelenggara; 2. Surat pertimbangan
pembukaan sebagai penambahan prodi dari Senat PTS; 3. Akta Notaris Pendirian Badan
Penyelenggara dan semua perubahannya; 4. Dokumen Pengesahan Badan Penyelenggara sebagai
Badan Hukum; 5. SK Menteri Tentang Izin Pendirian PTS atau Perubahan bentuk PTS 6. Rencana
Strategis dari PTS yang akan menambah prodi; 7. Usul Pembukaan Program Studi yang berisi
Instrumen Akreditasi prodi dari BAN-PT/LAM yang sudah diisi oleh Pemimpin PTS (satu instrumen
untuk satu prodi); 8. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS
yang akan menambah prodi 9. Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi
dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan).
Atas perhatian dan bantuan Bapak, kami sampaikan terima kasih.
Jeropisan, .... ................. 20...
Rektor,
Prof.Dr.Entis Surentis,M.Sc
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 72
Lampiran 13: Surat persetujuan penambahan prodi dari Badan Penyelenggara PTS
Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba Lain
Playuningbanyu Ngeli
Alamat: Jl. Satubarisan 56 Kalasan 99999 Indonesia
Telepon: 020 – 54378 Fax: 020 – 54987 – Email: ngeli@yayasan.com
Nomor : ../YYS/.../20...
Hal : Persetujuan Penambahan Program Studi
Lampiran :
Kepada yang terhormat,
Rektor
Universitas Ngeli Ning Aja Keli
Di tempat.
Dengan hormat,
Membalas surat Saudara tentang Rencana Penambahan Program Studi pada Universitas
Ngeli Ning Aja Keli, melalui surat ini Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum
Nirlaba lain ............................ setelah mempertimbangkan secara seksama usul tersebut
dapat menyetujui penambahan program studi pada Universitas Ngeli Ning Aja Keli
dengan Program Studi sebagai berikut:
1. Program Studi .................................................................................................................
2. Program Studi .................................................................................................................
3. Program Studi .................................................................................................................
4. dst.
Selanjutnya, kami meminta Saudara untuk mengusulkan penambahan Program Studi
tersebut kepada pihak yang berwenang.
Atas perhatian dan bantuan Saudara, kami sampaikan terima kasih.
Kalasan, .... Desember 20...
Ketua,
Prof.Dr.Igun Surigun,SH.,MH
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 73
Lampiran 14: Surat pertimbangan penambahan prodi dari Senat PTS
*********
Senat Universitas
Universitas Ngeli Ning Aja Keli
Alamat: Jl. Satubarisan 58 - 62 Kalasan 99999 Indonesia
Telepon: 020 – 54453 (hunting) Fax: 020 – 54654 – Email: ungeli@yayasan.com
Nomor : ../SU/.../20...
Hal : Pertimbangan Senat Universitas Tentang Penambahan Program Studi
Lampiran :
Kepada yang terhormat,
Rektor
Universitas Ngeli Ning Aja Keli
Di tempat.
Dengan hormat,
Membalas surat Saudara tentang Rencana Penambahan Program Studi pada Universitas
Ngeli Ning Aja Keli, melalui surat ini Senat Universitas Ngeli Ning Aja Keli dalam Rapat
Pleno tanggal.......................... telah mempertimbangkan secara seksama usul tersebut
dapat merekomendasi penambahan program studi pada Universitas Ngeli Ning Aja Keli
dengan Program Studi sebagai berikut:
1. Program Studi .................................................................................................................
2. Program Studi .................................................................................................................
3. Program Studi .................................................................................................................
4. dst.
Selanjutnya, kami tidak berkeberatan Saudara mengusulkan penambahan Program Studi
tersebut kepada Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Jakarta.
Atas perhatian Saudara, kami sampaikan banyak terima kasih.
Kalasan, .... Desember 20...
Ketua,
Prof.Dr.Akbar Sigalingging,SE,MM

More Related Content

Similar to Persyaratan dan prosedur_pendirian_pts_dan_prodi_pts_optimized

Materi kegiatan sosialisasi isk
Materi kegiatan sosialisasi iskMateri kegiatan sosialisasi isk
Materi kegiatan sosialisasi iskwahyuni87
 
Lampiran permen nomor 2 tahun 2016 tentang perubahan permen nomor 26 tahun 20...
Lampiran permen nomor 2 tahun 2016 tentang perubahan permen nomor 26 tahun 20...Lampiran permen nomor 2 tahun 2016 tentang perubahan permen nomor 26 tahun 20...
Lampiran permen nomor 2 tahun 2016 tentang perubahan permen nomor 26 tahun 20...Yayasan Administrasi Indonesia
 
Pendoman pendoman Pengurusan Ijin Perguruan Tinggi
Pendoman pendoman Pengurusan Ijin Perguruan TinggiPendoman pendoman Pengurusan Ijin Perguruan Tinggi
Pendoman pendoman Pengurusan Ijin Perguruan TinggiSungguh Ponten
 
Instrumen aipt koordinasi sinkronisasi dan harmonisasi 2-4 nop 2015
Instrumen aipt   koordinasi sinkronisasi dan harmonisasi  2-4 nop 2015Instrumen aipt   koordinasi sinkronisasi dan harmonisasi  2-4 nop 2015
Instrumen aipt koordinasi sinkronisasi dan harmonisasi 2-4 nop 2015MuhammadRosidi9
 
Pedoman pembukaan prodi_ppg_2017
Pedoman pembukaan prodi_ppg_2017Pedoman pembukaan prodi_ppg_2017
Pedoman pembukaan prodi_ppg_2017muhammad khoerul
 
Korelasi latihan soal dengan ujian sertifikasi pbj
Korelasi latihan soal dengan ujian sertifikasi pbjKorelasi latihan soal dengan ujian sertifikasi pbj
Korelasi latihan soal dengan ujian sertifikasi pbjRedi Cahyadi
 
Internal Quality Assurance of Indonesian Higher Education
Internal Quality Assurance of Indonesian Higher EducationInternal Quality Assurance of Indonesian Higher Education
Internal Quality Assurance of Indonesian Higher Educationjjnjndn
 
Permen nomor 87 tahun 2014 akreditasi prog studi perguruan tinggi
Permen nomor 87 tahun 2014 akreditasi prog studi perguruan tinggiPermen nomor 87 tahun 2014 akreditasi prog studi perguruan tinggi
Permen nomor 87 tahun 2014 akreditasi prog studi perguruan tinggiWinarto Winartoap
 
Buku 1 naskah - akademik akreditasi program studi sarjana
Buku 1 naskah - akademik akreditasi program studi sarjanaBuku 1 naskah - akademik akreditasi program studi sarjana
Buku 1 naskah - akademik akreditasi program studi sarjanaRobin Yonathan
 
materi pak junaidi khatib.pptx
materi pak junaidi khatib.pptxmateri pak junaidi khatib.pptx
materi pak junaidi khatib.pptxDimasNofaSancoyo
 
Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
Pedoman penyusunan dokumen akreditasiPedoman penyusunan dokumen akreditasi
Pedoman penyusunan dokumen akreditasiIndiSusanti
 
Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
Pedoman penyusunan dokumen akreditasiPedoman penyusunan dokumen akreditasi
Pedoman penyusunan dokumen akreditasiIndiSusanti
 
Pengelolaan Penelitian & Pengabdian Masyarakat pada Perguruan Tinggi
Pengelolaan Penelitian & Pengabdian Masyarakat pada Perguruan TinggiPengelolaan Penelitian & Pengabdian Masyarakat pada Perguruan Tinggi
Pengelolaan Penelitian & Pengabdian Masyarakat pada Perguruan TinggiSujatmiko Wibowo
 
Juknis tp pusat__25_februari__edited_
Juknis tp pusat__25_februari__edited_Juknis tp pusat__25_februari__edited_
Juknis tp pusat__25_februari__edited_Amran Khan
 
Juknis tp pusat__25_februari__edited_
Juknis tp pusat__25_februari__edited_Juknis tp pusat__25_februari__edited_
Juknis tp pusat__25_februari__edited_Suwandi Wan
 
Permen 85-tahun-2008-tentang-penyusunan-statuta
Permen 85-tahun-2008-tentang-penyusunan-statutaPermen 85-tahun-2008-tentang-penyusunan-statuta
Permen 85-tahun-2008-tentang-penyusunan-statutaSungguh Ponten
 
1. Kebijakan Nasional SPM Dikti dan SPMI.pdf
1. Kebijakan Nasional SPM Dikti dan SPMI.pdf1. Kebijakan Nasional SPM Dikti dan SPMI.pdf
1. Kebijakan Nasional SPM Dikti dan SPMI.pdfssuser799aef1
 
Izin operasional Prodi PAI STIT Al-Hilal Sigli
Izin operasional Prodi PAI STIT Al-Hilal SigliIzin operasional Prodi PAI STIT Al-Hilal Sigli
Izin operasional Prodi PAI STIT Al-Hilal SigliPTI AL-HILAL SIGLI
 
2021_Materi-Kegiatan-Sosialisasi-ISK_angkatan-3.pdf
2021_Materi-Kegiatan-Sosialisasi-ISK_angkatan-3.pdf2021_Materi-Kegiatan-Sosialisasi-ISK_angkatan-3.pdf
2021_Materi-Kegiatan-Sosialisasi-ISK_angkatan-3.pdfEkaRestiWulan
 
Penyamaan Persepsi Pelaporan SPMI Kemdikbud (1).pdf
Penyamaan Persepsi Pelaporan SPMI Kemdikbud (1).pdfPenyamaan Persepsi Pelaporan SPMI Kemdikbud (1).pdf
Penyamaan Persepsi Pelaporan SPMI Kemdikbud (1).pdfsttdutabangsa1
 

Similar to Persyaratan dan prosedur_pendirian_pts_dan_prodi_pts_optimized (20)

Materi kegiatan sosialisasi isk
Materi kegiatan sosialisasi iskMateri kegiatan sosialisasi isk
Materi kegiatan sosialisasi isk
 
Lampiran permen nomor 2 tahun 2016 tentang perubahan permen nomor 26 tahun 20...
Lampiran permen nomor 2 tahun 2016 tentang perubahan permen nomor 26 tahun 20...Lampiran permen nomor 2 tahun 2016 tentang perubahan permen nomor 26 tahun 20...
Lampiran permen nomor 2 tahun 2016 tentang perubahan permen nomor 26 tahun 20...
 
Pendoman pendoman Pengurusan Ijin Perguruan Tinggi
Pendoman pendoman Pengurusan Ijin Perguruan TinggiPendoman pendoman Pengurusan Ijin Perguruan Tinggi
Pendoman pendoman Pengurusan Ijin Perguruan Tinggi
 
Instrumen aipt koordinasi sinkronisasi dan harmonisasi 2-4 nop 2015
Instrumen aipt   koordinasi sinkronisasi dan harmonisasi  2-4 nop 2015Instrumen aipt   koordinasi sinkronisasi dan harmonisasi  2-4 nop 2015
Instrumen aipt koordinasi sinkronisasi dan harmonisasi 2-4 nop 2015
 
Pedoman pembukaan prodi_ppg_2017
Pedoman pembukaan prodi_ppg_2017Pedoman pembukaan prodi_ppg_2017
Pedoman pembukaan prodi_ppg_2017
 
Korelasi latihan soal dengan ujian sertifikasi pbj
Korelasi latihan soal dengan ujian sertifikasi pbjKorelasi latihan soal dengan ujian sertifikasi pbj
Korelasi latihan soal dengan ujian sertifikasi pbj
 
Internal Quality Assurance of Indonesian Higher Education
Internal Quality Assurance of Indonesian Higher EducationInternal Quality Assurance of Indonesian Higher Education
Internal Quality Assurance of Indonesian Higher Education
 
Permen nomor 87 tahun 2014 akreditasi prog studi perguruan tinggi
Permen nomor 87 tahun 2014 akreditasi prog studi perguruan tinggiPermen nomor 87 tahun 2014 akreditasi prog studi perguruan tinggi
Permen nomor 87 tahun 2014 akreditasi prog studi perguruan tinggi
 
Buku 1 naskah - akademik akreditasi program studi sarjana
Buku 1 naskah - akademik akreditasi program studi sarjanaBuku 1 naskah - akademik akreditasi program studi sarjana
Buku 1 naskah - akademik akreditasi program studi sarjana
 
materi pak junaidi khatib.pptx
materi pak junaidi khatib.pptxmateri pak junaidi khatib.pptx
materi pak junaidi khatib.pptx
 
Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
Pedoman penyusunan dokumen akreditasiPedoman penyusunan dokumen akreditasi
Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
 
Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
Pedoman penyusunan dokumen akreditasiPedoman penyusunan dokumen akreditasi
Pedoman penyusunan dokumen akreditasi
 
Pengelolaan Penelitian & Pengabdian Masyarakat pada Perguruan Tinggi
Pengelolaan Penelitian & Pengabdian Masyarakat pada Perguruan TinggiPengelolaan Penelitian & Pengabdian Masyarakat pada Perguruan Tinggi
Pengelolaan Penelitian & Pengabdian Masyarakat pada Perguruan Tinggi
 
Juknis tp pusat__25_februari__edited_
Juknis tp pusat__25_februari__edited_Juknis tp pusat__25_februari__edited_
Juknis tp pusat__25_februari__edited_
 
Juknis tp pusat__25_februari__edited_
Juknis tp pusat__25_februari__edited_Juknis tp pusat__25_februari__edited_
Juknis tp pusat__25_februari__edited_
 
Permen 85-tahun-2008-tentang-penyusunan-statuta
Permen 85-tahun-2008-tentang-penyusunan-statutaPermen 85-tahun-2008-tentang-penyusunan-statuta
Permen 85-tahun-2008-tentang-penyusunan-statuta
 
1. Kebijakan Nasional SPM Dikti dan SPMI.pdf
1. Kebijakan Nasional SPM Dikti dan SPMI.pdf1. Kebijakan Nasional SPM Dikti dan SPMI.pdf
1. Kebijakan Nasional SPM Dikti dan SPMI.pdf
 
Izin operasional Prodi PAI STIT Al-Hilal Sigli
Izin operasional Prodi PAI STIT Al-Hilal SigliIzin operasional Prodi PAI STIT Al-Hilal Sigli
Izin operasional Prodi PAI STIT Al-Hilal Sigli
 
2021_Materi-Kegiatan-Sosialisasi-ISK_angkatan-3.pdf
2021_Materi-Kegiatan-Sosialisasi-ISK_angkatan-3.pdf2021_Materi-Kegiatan-Sosialisasi-ISK_angkatan-3.pdf
2021_Materi-Kegiatan-Sosialisasi-ISK_angkatan-3.pdf
 
Penyamaan Persepsi Pelaporan SPMI Kemdikbud (1).pdf
Penyamaan Persepsi Pelaporan SPMI Kemdikbud (1).pdfPenyamaan Persepsi Pelaporan SPMI Kemdikbud (1).pdf
Penyamaan Persepsi Pelaporan SPMI Kemdikbud (1).pdf
 

More from Sungguh Ponten

Bentuk pangkat, akar, dan logaritma
Bentuk pangkat, akar, dan logaritmaBentuk pangkat, akar, dan logaritma
Bentuk pangkat, akar, dan logaritmaSungguh Ponten
 
Uu no-234-u-2000-tentang-pedoman-pendirian-perguruan-tinggi
Uu no-234-u-2000-tentang-pedoman-pendirian-perguruan-tinggiUu no-234-u-2000-tentang-pedoman-pendirian-perguruan-tinggi
Uu no-234-u-2000-tentang-pedoman-pendirian-perguruan-tinggiSungguh Ponten
 
Uu no-232-u-2000-tentang-pedoman-penyusunan-kurikulum
Uu no-232-u-2000-tentang-pedoman-penyusunan-kurikulumUu no-232-u-2000-tentang-pedoman-penyusunan-kurikulum
Uu no-232-u-2000-tentang-pedoman-penyusunan-kurikulumSungguh Ponten
 
Pp no-32-2013-perubahan-pp-no-19-2005-tentang-standar-nasional-pendidikan
Pp no-32-2013-perubahan-pp-no-19-2005-tentang-standar-nasional-pendidikanPp no-32-2013-perubahan-pp-no-19-2005-tentang-standar-nasional-pendidikan
Pp no-32-2013-perubahan-pp-no-19-2005-tentang-standar-nasional-pendidikanSungguh Ponten
 
Pp no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikan
Pp no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikanPp no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikan
Pp no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikanSungguh Ponten
 
Nomor 12-tahun-2012-tentang-pendidikan-tinggi
Nomor 12-tahun-2012-tentang-pendidikan-tinggiNomor 12-tahun-2012-tentang-pendidikan-tinggi
Nomor 12-tahun-2012-tentang-pendidikan-tinggiSungguh Ponten
 

More from Sungguh Ponten (17)

Matriks Kelas X
Matriks Kelas XMatriks Kelas X
Matriks Kelas X
 
Baris dan deret
Baris dan deretBaris dan deret
Baris dan deret
 
Bentuk pangkat, akar, dan logaritma
Bentuk pangkat, akar, dan logaritmaBentuk pangkat, akar, dan logaritma
Bentuk pangkat, akar, dan logaritma
 
Lk2a
Lk2aLk2a
Lk2a
 
Lk3a
Lk3aLk3a
Lk3a
 
Lk4a
Lk4aLk4a
Lk4a
 
Lk 1.3a
Lk 1.3aLk 1.3a
Lk 1.3a
 
Lk 1.2a
Lk 1.2aLk 1.2a
Lk 1.2a
 
Lk 1.1a
Lk 1.1aLk 1.1a
Lk 1.1a
 
Lk.1.4a
Lk.1.4aLk.1.4a
Lk.1.4a
 
Lesson plan
Lesson planLesson plan
Lesson plan
 
Uu no-234-u-2000-tentang-pedoman-pendirian-perguruan-tinggi
Uu no-234-u-2000-tentang-pedoman-pendirian-perguruan-tinggiUu no-234-u-2000-tentang-pedoman-pendirian-perguruan-tinggi
Uu no-234-u-2000-tentang-pedoman-pendirian-perguruan-tinggi
 
Uu no-232-u-2000-tentang-pedoman-penyusunan-kurikulum
Uu no-232-u-2000-tentang-pedoman-penyusunan-kurikulumUu no-232-u-2000-tentang-pedoman-penyusunan-kurikulum
Uu no-232-u-2000-tentang-pedoman-penyusunan-kurikulum
 
Pp no-32-2013-perubahan-pp-no-19-2005-tentang-standar-nasional-pendidikan
Pp no-32-2013-perubahan-pp-no-19-2005-tentang-standar-nasional-pendidikanPp no-32-2013-perubahan-pp-no-19-2005-tentang-standar-nasional-pendidikan
Pp no-32-2013-perubahan-pp-no-19-2005-tentang-standar-nasional-pendidikan
 
Pp no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikan
Pp no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikanPp no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikan
Pp no-19-th-2005-ttg-standar-nasional-pendidikan
 
Perguruan tinggi
Perguruan tinggiPerguruan tinggi
Perguruan tinggi
 
Nomor 12-tahun-2012-tentang-pendidikan-tinggi
Nomor 12-tahun-2012-tentang-pendidikan-tinggiNomor 12-tahun-2012-tentang-pendidikan-tinggi
Nomor 12-tahun-2012-tentang-pendidikan-tinggi
 

Recently uploaded

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASNursKitchen
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDsulistyaningsihcahyo
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...luqmanhakimkhairudin
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriFarhanPerdanaRamaden1
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakAjiFauzi8
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARElviraDemona
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptxErikaPutriJayantini
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 

Recently uploaded (20)

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 

Persyaratan dan prosedur_pendirian_pts_dan_prodi_pts_optimized

  • 1. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 0 P E R S Y A R A T A N D A N P R O S E D U R Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Jl. Pintu Satu Senayan, Gedung D Jakarta Pusat 2015
  • 2. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 1 Kata Pengantar Sejak tanggal 10 Agustus 2012 telah dilakukan pembaharuan dan strategi pembangunan pendidikan tinggi melalui penerbitan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti). Setelah dilakukan penghentian sementara (moratorium) pendirian Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan Pembukaan Program Studi PTS (kecuali jenis pendidikan vokasi) sejak 1 September 2012 selama 2 (dua) tahun, maka pada tanggal 18 September 2014 telah diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 95 Tahun 2014 Tentang Pendirian, Perubahan, Dan Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri Serta Pendirian, Perubahan, dan Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta. Berdasarkan Surat Edaran Menristekdikti No: 01/M/SE/V/2015, tentang Evaluasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 95 Tahun 2014 tersebut termasuk salah satu yang harus dievaluasi. Pada saat Buku ini disusun Rancangan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri Serta Pendirian, Perubahan, dan Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta, sebagai pengganti Permendikbud No. 95 Tahun 2014 telah masuk pada tahap pembahasan akhir, dan akan ditetapkan sebagai Permenristekdikti yang baru Tentang Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri Serta Pendirian, Perubahan, dan Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta. Proses administrasi Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta, serta Pembukaan Program Studi pada Perguruan Tinggi Swasta telah dilakukan secara digital atau online sejak bulan Januari 2015, sehingga selain dapat mengurangi waktu, biaya, dan tenaga, juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang bersih dan efisien. Penerbitan buku ‘Persyaratan dan Prosedur Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta’ dimaksudkan untuk memandu para pihak yang akan mengusulkan pendirian, perubahan bentuk, dan pembukaan program studi pada Perguruan Tinggi Swasta, yang berbentuk Universitas. Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik, dan Akademi. Terhitung sejak Buku ini diterbitkan, pendirian, perubahan bentuk, dan pembukaan program studi pada PTS dilakukan sesuai dengan persyaratan dan prosedur yang diuraikan dalam Buku ini. Atas bantuan dan kerja keras semua pihak dalam penerbitan Buku ini, saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih. Jakarta, 1 Desember 2015 Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan DIKTI Patdono Suwignyo
  • 3. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 2 Daftar Isi halaman Kata Pengantar 1 Daftar Isi 2 Bab I Pendahuluan 3 1. Latar Belakang 3 2. Standar Nasional Pendidikan Tinggi 3 3. Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta, serta Pembukaan Program Studi pada Perguruan Tinggi Swasta 4 Bab II Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta 6 1. Pengertian 6 2. Persyaratan dan Dokumen 7 3. Prosedur 10 4. Jadwal 16 Bab III Pembukaan Program Studi Pada Perguruan Tinggi Swasta 18 1. Pengertian 18 2. Persyaratan dan Dokumen 18 3. Prosedur 22 4. Jadwal 24 Lampiran: 25 ********
  • 4. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 3 Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Mulai tanggal 10 Agustus 2012 Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti) telah menetapkan pola baru dalam perizinan pendirian dan perubahan bentuk PTS dan pembukaan prodi pada PTS. Sebelum UU Dikti ditetapkan, baik izin pendirian dan perubahan bentuk PTS maupun izin pembukaan prodi pada PTS diterbitkan terlebih dahulu oleh Mendikbud (sekarang Menristekdikti) setelah memenuhi persyaratan berdasarkan peraturan perundang-undangan, kemudian dalam kurun waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam surat keputusan izin tersebut, PTS wajib meminta akreditasi kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Setelah UU Dikti berlaku, izin pendirian dan perubahan bentuk PTS akan diterbitkan Menristekdikti apabila proposal pendirian atau perubahan bentuk PTS telah memenuhi syarat minimum akreditasi institusi sebagaimana ditetapkan oleh BAN-PT. Demikian pula, izin pembukaan prodi pada PTS akan diterbitkan apabila proposal pembukaan prodi pada PTS telah memenuhi syarat minimum akreditasi prodi, sebagaimana ditetapkan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) dari Prodi yang bersangkutan, atau BAN-PT dalam hal belum dibentuk LAM dari prodi tersebut. Dengan demikian, sebelum Menristekdikti menerbitkan keputusan izin tentang pendirian atau perubahan bentuk PTS, maupun izin pembukaan prodi pada PTS, BAN PT atau LAM terkait akan menerbitkan terlebih dahulu surat keputusan pemenuhan syarat minimum akreditasi dari PTS yang akan didirikan atau diubah bentuknya, dan/atau prodi yang akan dibuka pada PTS yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa permohonan izin perubahan bentuk PTS harus memenuhi persyaratan dan prosedur seperti pendirian PTS baru. Adapun pengaturan pendirian PTS dapat ditemukan dalam Pasal 60 ayat (2) dan ayat (4) UU Dikti yang menetapkan sebagai berikut: • Ayat (2): PTS didirikan oleh Masyarakat dengan membentuk badan penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri. • Ayat (4): Perguruan Tinggi yang didirikan harus memenuhi standar minimum akreditasi. Sedangkan pengaturan penyelenggaraan prodi pada PTS dapat ditemukan dalam Pasal 33 ayat (3) dan ayat (5) UU Dikti yang menetapkan sebagai berikut: • Ayat (3): Program Studi diselenggarakan atas izin Menteri setelah memenuhi persyaratan minimum akreditasi. • Ayat (5): Program Studi mendapatkan akreditasi pada saat memperoleh izin penyeleng- garaan. 2. Standar Nasional Pendidikan Tinggi Sebelum UU Dikti berlaku, penerbitan izin pendirian atau perubahan bentuk PTS dan/atau pembukaan prodi pada PTS didasarkan pada standar yang diatur dalam Kepmendiknas No. 234/U/2000 Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi. Setelah UU Dikti berlaku, penerbitan izin pendirian atau perubahan bentuk PTS dan/atau
  • 5. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 4 pembukaan prodi pada PTS didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) sebagaimana diatur dalam Pasal 54 ayat (1) huruf a dan ayat (2) UU Dikti yang menyatakan sebagai berikut: • Ayat (1) huruf a: SN Dikti ditetapkan oleh Menteri atas usul suatu badan yang bertugas menyusun dan mengembangkan SN Dikti; • Ayat (2): SN Dikti merupakan satuan standar yang meliputi standar nasional pendidikan, ditambah dengan standar penelitian, dan standar pengabdian kepada masyarakat. Untuk melaksanakan Pasal tersebut telah diterbitkan Permendikbud No. 49 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Sesuai dengan Surat Edaran Menristekdikti No: 01/M/SE/V/2015, Tentang Evaluasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tersebut merupakan salah satu peraturan yang harus dievaluasi. Pada saat ini Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang baru tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) dalam proses akhir penetapannya, sebagai pengganti Permendikbud No. 49 Tahun 2014. SN Dikti merupakan standar minimum akreditasi untuk pendirian atau perubahan bentuk PTS, dan/atau pembukaan program studi pada PTS. Dengan demikian, izin pendirian atau perubahan bentuk PTS, dan/atau izin pembukaan prodi pada PTS yang harus memenuhi syarat minimum akreditasi berarti harus memenuhi SN Dikti. 3. Pendirian dan Perubahan Bentuk PTS, serta Pembukaan Prodi pada PTS Secara garis besar, pendirian PTS diusulkan oleh badan penyelenggara berbadan hukum yang nirlaba kepada Menristekdikti dengan mengajukan proposal pendirian PTS yang memuat pemenuhan semua persyaratan yang diuraikan di dalam buku ini. Kelengkapan persyaratan tersebut akan menentukan pemenuhan syarat minimum akreditasi dari PTS yang akan didirikan, atau akreditasi program studi yang akan dibuka. Evaluasi kecukupan tentang pemenuhan persyaratan minimum akreditasi pendirian PTS tersebut akan dilakukan oleh BAN-PT, sedangkan akreditasi pembukaan program studi akan dilakukan oleh BAN-PT dan/atau LAM. Demikian pula proposal perubahan bentuk PTS harus diajukan oleh badan penyelenggara kepada Menristekdikti dengan memenuhi semua persyaratan yang sama dengan persyaratan pendirian PTS, untuk selanjutnya dilakukan evaluasi kecukupan oleh BAN-PT. Baik pada pendirian PTS maupun pada perubahan bentuk PTS, terdapat persyaratan minimum akreditasi untuk pembukaan program studi yang harus dipenuhi oleh badan penyelenggara. Evaluasi kecukupan tentang pemenuhan persyaratan minimum akreditasi pembukaan program studi akan dilakukan oleh BAN-PT, atau oleh LAM jika telah terdapat LAM untuk prodi terkait. Apabila BAN-PT atau LAM untuk prodi terkait menyatakan bahwa persyaratan minimum akreditasi untuk pembukaan prodi, dan persyaratan minimum akreditasi untuk pendirian/ perubahan bentuk PTS telah dipenuhi, maka Menristekdikti akan menerbitkan izin pendirian/perubahan bentuk PTS tersebut. Dalam hal dilakukan perubahan bentuk PTS, maka evaluasi kecukupan oleh BAN-PT hanya dilakukan terhadap prodi baru yang akan dibuka atau ditambahkan, sedangkan terhadap prodi yang telah memiliki status dan peringkat terakreditasi dari BAN-PT atau LAM tidak akan dilakukan evaluasi kecukupan. Status dan peringkat terakreditasi dari prodi tersebut tetap berlaku sampai dengan akhir masa berlakunya status dan peringkat terakreditasi prodi tersebut, sebagaimana telah ditetapkan oleh BAN-PT atau LAM. Terhadap pembukaan atau penambahan prodi baru pada PTS yang tidak menyebabkan perubahan bentuk PTS, akan dilakukan evaluasi kecukupan oleh BAN-PT atau LAM untuk prodi terkait. Apabila BAN-PT atau LAM untuk prodi terkait menyatakan bahwa persyaratan minimum akreditasi untuk pembukaan atau penambahan prodi telah dipenuhi, maka Menristekdikti akan
  • 6. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 5 menerbitkan izin pembukaan prodi pada PTS tersebut. Baik prosedur pendirian atau perubahan bentuk PTS yang disertai dengan pembukaan atau penambahan prodi, maupun pembukaan atau penambahan prodi pada PTS yang telah ada, dilakukan secara digital atau online. ********
  • 7. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 6 Bab II Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta 1. Pengertian 1.1. Pendirian PTS oleh Badan Penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba, adalah pembentukan baru: a. Universitas, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan jenis pendidikan akademik, dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi, dan/atau profesi dalam berbagai rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, melalui: • Program Sarjana; • Program Magister; • Program Doktor; • Program Diploma Tiga; • Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan; • Program Magister Terapan; • Program Doktor Terapan; dan/atau • Program Profesi; yang terdiri atas paling sedikit 10 (sepuluh) program studi pada Program Sarjana yang mewakili 6 (enam) kelompok bidang ilmu pengetahuan alam, dan 4 (empat) kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial; b. Institut, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan jenis pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dan/atau profesi dalam sejumlah rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tertentu, melalui: • Program Sarjana; • Program Magister; • Program Doktor; • Program Diploma Tiga; • Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan; • Program Magister Terapan; • Program Doktor Terapan; dan/atau • Program Profesi; yang terdiri atas paling sedikit 6 (enam) program studi pada Program Sarjana; c. Sekolah Tinggi, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan menyelenggarakan jenis pendidikan akademik, dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi, dan/atau profesi dalam 1 (satu) rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tertentu, melalui: • Program Sarjana; • Program Magister; • Program Doktor; • Program Diploma Tiga; • Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan; • Program Magister Terapan; • Program Doktor Terapan; dan/atau • Program Profesi; yang terdiri atas paling sedikit 1 (satu) program studi pada Program Sarjana;
  • 8. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 7 d. Politeknik, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan jenis pendidikan vokasi dan dapat menyelenggarakan pendidikan profesi dalam berbagai rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, melalui: • Program Diploma Satu; • Program Diploma Dua; • Program Diploma Tiga; • Program Diploma Empat atau Program Sarjana Terapan; • Program Magister Terapan; • Program Doktor Terapan; dan/atau • Program Profesi; yang terdiri atas paling sedikit 3 (tiga) program studi pada Program Diploma Tiga dan/atau Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan; e. Akademi, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan jenis pendidikan vokasi dalam 1 (satu) atau beberapa cabang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tertentu, melalui: • Program Diploma Satu; • Program Diploma Dua; • Program Diploma Tiga; dan/atau • Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan; yang terdiri atas paling sedikit 1 (satu) program studi pada Program Diploma Tiga. 1.2. Perubahan bentuk PTS oleh badan penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba adalah penggantian bentuk PTS dari suatu bentuk PTS ke bentuk PTS lain, karena: a. bentuk PTS yang ditetapkan dalam izin pendirian tidak memenuhi lagi komposisi jumlah dan jenis program studi untuk bentuk PTS tersebut, sehingga PTS tersebut harus mengubah bentuknya sesuai dengan komposisi jumlah dan jenis program studi yang dapat diselenggarakannya; b. keputusan pencabutan status dan peringkat terakreditasi 1 (satu) atau lebih program studi oleh BAN-PT/LAM, yang mengakibatkan komposisi jumlah dan jenis program studi terakreditasi yang masih ada di PTS tersebut tidak memenuhi lagi komposisi jumlah dan jenis program studi terakreditasi yang disyaratkan untuk bentuk PTS sebagaimana dicantumkan dalam izin pendiriannya; c. penggabungan 2 (dua) atau lebih PTS menjadi 1 (satu) PTS bentuk baru; d. penggabungan dari 1 (satu) atau lebih PTS ke 1 (satu) PTS lain; e. perubahan kebijakan Pemerintah; f. keputusan badan penyelenggara PTS yang bersangkutan. Badan penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip nirlaba sebagaimana dimaksud di atas adalah subyek hukum berbentuk yayasan, persyarikatan, perkumpulan, atau bentuk lain yang berprinsip nirlaba, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Persyaratan dan Dokumen 2.1. Persyaratan dan Dokumen Pendirian PTS Persyaratan pendirian PTS terdiri atas: a. Memenuhi syarat minimum akreditasi prodi dan perguruan tinggi sesuai standar nasional pendidikan tinggi; b. Program Diploma yang akan dibuka di dalam Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang akan didirikan:
  • 9. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 8 1. paling banyak 10 (sepuluh) persen dari jumlah Program Sarjana; dan 2. tidak menyelenggarakan prodi sebidang dengan prodi pada Program Diploma di Politeknik dan/atau Akademi yang berdomisili di dalam kota atau kabupaten yang sama dengan Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang akan didirikan; c. Kurikulum disusun berdasarkan kompetensi lulusan sesuai standar nasional pendidikan tinggi; d. Dosen paling sedikit berjumlah 6 (enam) orang untuk setiap program studi pada Program Diploma atau Program Sarjana, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang- undangan, dengan kualifikasi: 1. paling rendah berijazah Magister atau Magister Terapan atau Spesialis I untuk Program Diploma, dan Magister atau Spesialis I untuk Program Sarjana, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan didirikan; 2. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai dosen pada PTS yang akan didirikan; 3. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam per minggu; 4. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional atau Nomor Induk Dosen Khusus; 5. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan 6. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara; e. Tenaga Kependidikan paling sedikit berjumlah 3 (tiga) orang untuk melayani setiap program studi pada Program Diploma atau Program Sarjana, dan 1 (satu) orang untuk melayani Perpustakaan, dengan kualifikasi: 1. paling rendah berijazah Diploma Tiga; 2. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai tenaga kependidikan pada PTS yang akan didirikan; dan 3. bersedia bekerja penuh waktu selama 40 (empat puluh) jam per minggu; f. Organisasi dan tata kerja PTS memiliki 5 (lima) unsur, yaitu: 1. penyusun kebijakan; 2. pelaksana akademik; 3. pengawas dan penjaminan mutu; 4. penunjang akademik atau sumber belajar; dan 
 5. pelaksana administrasi atau tata usaha. 
 g. Lahan untuk kampus PTS yang akan didirikan berada dalam 1 (satu) lokasi memiliki luas paling sedikit: 1. 10.000 (sepuluh ribu) m2 untuk Universitas; 2. 8.000 (delapan ribu) m2 untuk Institut; 3. 5.000 (lima ribu) m2 untuk Sekolah Tinggi, Politeknik, atau Akademi; dengan status Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas nama Badan Penyelenggara, sebagaimana dibuktikan dengan Sertifikat Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai. Dalam hal status hak atas lahan belum atas nama Badan Penyelenggara, diperkenankan membuat perjanjian sewa menyewa lahan dengan pihak pemegang hak atas lahan, dengan ketentuan: 1. luas lahan sebagaimana disebutkan di atas; 2. perjanjian sewa menyewa dibuat di hadapan notaris; 3. memuat hak opsi, yaitu hak prioritas membeli lahan tersebut apabila lahan dijual oleh pemegang hak atas lahan; 4. jangka waktu sewa paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak pengesahan Rancangan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi tentang Pendirian, Perubahan, Dan Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri Serta Pendirian, Perubahan, dan Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta;
  • 10. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 9 h. Menyediakan sarana dan prasarana terdiri atas: 1. Ruang kuliah paling sedikit 0,5 (nol koma lima) m2 per mahasiswa; 2. Ruang dosen tetap paling sedikit 4 (empat) m2 per orang; 3. Ruang administrasi dan kantor paling sedikit 4 (empat) m2 per orang; 4. Ruang perpustakaan paling sedikit 200 (dua ratus) m2 termasuk ruang baca yang harus dikembangkan sesuai dengan pertambahan jumlah mahasiswa; 5. Buku paling sedikit 200 (dua ratus) judul per program studi sesuai dengan bidang keilmuan pada program studi; 6. Memiliki koleksi atau akses paling sedikit 1 (satu) jurnal dengan volume lengkap untuk setiap Program Studi; dan 7. Ruang laboratorium, komputer, dan sarana praktikum dan/atau penelitian sesuai kebutuhan setiap Program Studi; kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Dokumen yang memuat persyaratan pendirian PTS dibuat dengan format pdf yang harus diunggah ke laman: silemkerma.dikti.go.id. Dokumen yang dimaksud terdiri atas: a. Surat usul pendirian PTS yang disusun oleh Badan Penyelenggara dari PTS yang akan didirikan dialamatkan kepada Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti; b. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dari PTS yang akan didirikan beserta semua perubahan yang telah dilakukan; c. Surat Keputusan dari pihak yang berwenang tentang pengesahan Badan Penyelenggara sebagai badan hukum dari PTS yang akan didirikan; d. Sertifikat status lahan calon kampus PTS atas nama Badan Penyelenggara dari PTS yang akan didirikan, atau perjanjian sewa menyewa lahan; e. Studi kelayakan pendirian PTS beserta Lampiran yang disusun oleh Badan Penyelenggara dari PTS yang akan didirikan; f. Instrumen akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara; g. Instrumen akreditasi pembukaan prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi); h. Laporan Keuangan Badan Penyelenggara; i. Surat bukti kepemilikan dana Badan Penyelenggara; j. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS yang akan didirikan; dan k. Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan). Format dokumen pendirian PTS sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf j dapat dilihat dalam Lampiran. 2.2. Persyaratan dan Dokumen Perubahan Bentuk PTS Persyaratan perubahan bentuk PTS adalah sama dengan persyaratan pendirian PTS sebagaimana diuraikan pada angka 2.1. di atas. Dokumen yang memuat persyaratan perubahan bentuk PTS dibuat dengan format pdf yang harus diunggah ke laman: silemkerma.dikti.go.id. Dokumen yang dimaksud terdiri atas: a. Surat usul perubahan bentuk dari PTS lama ke PTS baru yang akan dibentuk, yang disusun oleh Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk; b. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk, beserta semua perubahan yang telah dilakukan ; c. Dokumen Keputusan dari pihak yang berwenang tentang pengesahan Badan Penyelenggara sebagai badan hukum dari PTS baru yang akan dibentuk; d. Sertifikat status lahan kampus PTS baru yang akan dibentuk atas nama Badan
  • 11. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 10 Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk, atau perjanjian sewa menyewa lahan; e. Studi kelayakan perubahan PTS beserta Lampiran yang disusun oleh Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk; f. Instrumen akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara; g. Instrumen akreditasi pembukaan prodi baru dari BAN-PT pada PTS baru yang akan dibentuk yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi); h. Laporan Keuangan Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk; i. Surat bukti kepemilikan dana Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk; j. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS baru yang akan dibentuk; k. Akta Notaris tentang: • kesepakatan antara 2 (dua) Badan Penyelenggara atau lebih, yang masing-masing mengelola PTS, untuk menggabungkan PTS di bawah pengelolaannya menjadi 1 (satu) PTS bentuk baru, baik yang dikelola oleh salah satu Badan Penyelenggara tersebut atau dikelola oleh Badan Penyelenggara yang baru dibentuk; atau • kesepakatan antara 2 (dua) Badan Penyelenggara atau lebih, yang masing-masing mengelola PTS, untuk menggabungkan PTS di bawah pengelolaannya ke 1 (satu) PTS bentuk baru yang dikelola oleh salah satu Badan Penyelenggara tersebut; l. Semua Surat Keputusan Izin Pendirian PTS lama dan Surat Keputusan Izin Pembukaan Prodi pada PTS lama; m.Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan). Format dokumen untuk PTS baru yang akan dibentuk sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf j dapat dilihat dalam Lampiran. 3. Prosedur 3.1. Prosedur Pendirian PTS a. Badan penyelenggara yang akan mendirikan PTS meminta rekomendasi L2 Dikti di wilayah PTS akan didirikan. Dalam hal L2 Dikti belum terbentuk di wilayah di mana PTS akan didirikan, maka tugas dan fungsinya masih dijalankan oleh Kopertis wilayah tersebut. L2 Dikti atau Kopertis setempat memberi rekomendasi tentang: • rekam jejak Badan Penyelenggara yang akan mendirikan PTS; • tingkat kejenuhan berbagai prodi yang akan diselenggarakan dalam pendirian PTS tersebut di wilayah L2 Dikti; • tingkat keberlanjutan PTS tersebut jika diberi izin oleh Pemerintah; b. Badan Penyelenggara yang akan mendirikan PTS menyiapkan dan menyusun dokumen sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 2.1. huruf a sampai dengan huruf k, dengan susunan sebagai berikut: No Dokumen Contoh di Lampiran Bentuk a Surat usul pendirian PTS Lihat Lampiran 1 b Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dan semua perubahannya Lihat Lampiran 2
  • 12. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 11 c Dokumen pengesahan Badan Penyelenggara sebagai Badan Hukum Lihat Lampiran 3 Semua dokumen: • Dibuat dalam file pdf; • Dipindai (scan); • Dikirim secara digital ke Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti dengan alamat: silemkerma.dikti. go.id d Sertifikat status lahan calon kampus PTS an. Badan Penyelenggara, atau perjanjian sewa menyewa lahan dilampiri sertifikat status lahan yang disewa Lihat Lampiran 4 e Studi Kelayakan Pendirian PTS Lihat Lampiran 5 f Usul Pendirian Perguruan Tinggi yang berisi Instrumen Akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara Lihat Lampiran 6 g Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi Pembukaan Prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi) Lihat Lampiran 7 h Laporan Keuangan Badan Penyelenggara Lihat Lampiran 8 i Surat bukti kepemilikan dana Badan Penyelenggara Lihat Lampiran 9 j Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) Lihat Lampiran 10 k Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan) Tidak diberi contoh Perhatian: Badan Penyelenggara yang akan mendirikan PTS bertanggungjawab atas kebenaran data dan informasi yang dimuat dalam semua Dokumen di atas. Apabila Badan Penyelenggara memberikan data dan informasi yang tidak benar, Badan Penyelenggara dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 242 ayat (1) juncto ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. c. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.1. huruf a sampai dengan huruf k secara digital. d. Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk presentasi usul pendirian PTS oleh pengusul pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. Presentasi usul pendirian PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) didampingi oleh para anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim Evaluator, dengan susunan acara sebagai berikut:  Pembukaan oleh Tim Evaluator;  Presentasi ringkasan Studi Kelayakan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara disajikan dalam bentuk slide presentasi;  Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator. e. Setelah presentasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk dilakukan visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara online.
  • 13. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 12 Visitasi dilakukan ke lokasi lahan kampus PTS oleh Tim Evaluator didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) serta para anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut:  Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara;  Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.1. huruf a sampai dengan huruf j dengan fakta di lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon sarana dan prasarana, dan penerimaan lingkungan masyarakat setempat. f. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin pendirian PTS kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. g. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin pendirian PTS dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin pendirian PTS dilampiri keputusan BAN-PT atau LAM tentang akreditasi minimum proposal pendirian perguruan tinggi kepada Menteri. h. Menteri menetapkan izin pendirian PTS yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara online. i. Setelah penetapan Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf h, PTS baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi. Perbaikan Dokumen Pendirian PTS Pengusul yang belum berhasil memenuhi persyaratan pendirian PTS, diberi kesempatan untuk memperbaiki dokumen yang telah dikirimkan, dengan langkah sebagai berikut: a. Badan Penyelenggara PTS yang akan didirikan memperbaiki dokumen sesuai permintaan Tim Evaluator yang akan diberitahukan secara online, dan mengirimkan kembali secara online ke alamat: silemkerma.dikti. go.id. b. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk melakukan evaluasi dan verifikasi perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka huruf a secara digital. c. Jika dipandang perlu, Tim Evaluator memberikan rekomendasi untuk presentasi perbaikan dokumen pendirian PTS oleh pengusul, pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. Presentasi perbaikan dokumen pendirian PTS dilakukan oleh Badan Penyelenggara PTS yang akan didirikan pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. Presentasi perbaikan dokumen pendirian PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) PTS yang akan didirikan, didampingi oleh para anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim Evaluator, dengan susunan acara sebagai berikut:  Pembukaan oleh Tim Evaluator;  Presentasi ringkasan perbaikan dokumen pendirian PTS oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara disajikan dalam bentuk slide presentasi;  Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator. d. Jika dipandang perlu, setelah presentasi Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk dilakukan visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara online.
  • 14. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 13 Visitasi dilakukan ke lokasi lahan kampus PTS yang akan didirikan oleh Tim Evaluator didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS yang akan didirikan, serta para anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut: • Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara PTS yang akan didirikan; • Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.1. huruf a sampai dengan huruf j dengan fakta lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon prasarana dan sarana, dan penerimaan lingkungan masyarakat setempat. e. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin pendirian PTS kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. f. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin pendirian PTS dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin pendirian PTS dilampiri keputusan akreditasi minimum dari BAP-PT atau LAM kepada Menteri. g. Menteri menetapkan izin pendirian PTS yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara online. h. Setelah penetapan pendirian PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf h, PTS baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi. Pengusul yang tidak memanfaatkan kesempatan perbaikan dokumen, dianggap mengundurkan diri dari proses pengusulan. Jika di kemudian hari pengusul mengajukan usul baru, maka usul tersebut akan diperlakukan sama dengan usul baru dari pengusul lain. 3.2. Prosedur Perubahan Bentuk PTS a. Badan penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk meminta rekomendasi L2 Dikti di wilayah PTS baru yang akan dibentuk. Dalam hal L2 Dikti belum terbentuk di wilayah di mana PTS baru yang akan dibentuk, maka tugas dan fungsinya masih dijalankan oleh Kopertis wilayah tersebut. L2 Dikti atau Kopertis setempat memberi rekomendasi tentang: • rekam jejak Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk; • tingkat kejenuhan berbagai prodi yang akan diselenggarakan dalam PTS baru yang akan dibentuk di wilayah L2 Dikti; • tingkat keberlanjutan PTS baru yang akan dibentuk, jika diberi izin perubahan bentuk PTS oleh Pemerintah. b. Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk menyiapkan dan menyusun dokumen sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf m, dengan susunan sebagai berikut: No Dokumen Contoh di Lampiran Bentuk a Surat usul perubahan bentuk dari PTS lama ke PTS baru yang akan dibentuk, yang disusun oleh Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk Lihat Lampiran 11 Semua dokumen: • Dibuat dalam file pdf; • Dipindai (scan); • Dikirim secara digital ke Direktur Jenderal b Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dan semua perubahannya Lihat Lampiran 2 c Dokumen pengesahan Badan Penyelenggara sebagai Badan Hukum Lihat Lampiran 3
  • 15. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 14 d Sertifikat status lahan kampus PTS baru yang akan dibentuk an. Badan Penyelenggara atau perjanjian sewa menyewa lahan Lihat Lampiran 4 Kelembagaan IPTEK dan Dikti dengan alamat: silemkerma.dikti. go.id e Studi kelayakan perubahan bentuk PTS Lihat Lampiran 5 f Usul Pendirian Perguruan Tinggi yang berisi Instrumen Akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara Lihat Lampiran 6 g Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi Pembukaan Prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi) Lihat Lampiran 7 h Laporan Keuangan Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk Lihat Lampiran 8 i Surat bukti kepemilikan dana Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk Lihat Lampiran 9 j Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS baru yang akan dibentuk Lihat Lampiran 10 k Akta Notaris berisi kesepakatan 2 (dua) atau lebih Badan Penyelenggara Tidak diberi contoh l Semua SK Izin Pendirian PTS dan Izin Pembukaan Prodi pada PTS lama Tidak diberi contoh m Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan) Tidak diberi contoh Perhatian: Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk bertanggungjawab atas kebenaran data dan informasi yang dimuat dalam semua Dokumen di atas. Apabila Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk memberikan data dan informasi yang tidak benar, Badan Penyelenggara tersebut dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 242 ayat (1) juncto ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. c. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf m secara digital. d. Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk presentasi usul perubahan bentuk PTS oleh pengusul pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. Presentasi usul perubahan bentuk PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS baru yang akan dibentuk, didampingi oleh para anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim Evaluator, dengan susunan acara sebagai berikut:  Pembukaan oleh Tim Evaluator;  Presentasi ringkasan Studi Kelayakan perubahan bentuk PTS oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara disajikan dalam bentuk slide presentasi;
  • 16. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 15  Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator. e. Setelah presentasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk dilakukan visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara online. Visitasi dilakukan ke lokasi lahan kampus PTS baru yang akan dibentuk oleh Tim Evaluator didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS baru yang akan dibentuk, serta para anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut:  Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk;  Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf l dengan fakta lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon sarana dan prasarana, penerimaan lingkungan masyarakat setempat. dan f. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin perubahan bentuk PTS kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. g. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin perubahan bentuk PTS dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti mengajukan usul tertulis perubahan bentuk PTS dilampiri keputusan BAN-PT atau LAM, kepada Menteri. h. Menteri menetapkan izin perubahan bentuk PTS yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara online. i. Setelah penetapan izin perubahan bentuk PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf h, PTS baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi. Perbaikan Dokumen Perubahan Bentuk PTS Pengusul yang belum berhasil memenuhi persyaratan perubahan bentuk PTS, diberi kesempatan untuk memperbaiki dokumen yang telah dikirimkan, dengan langkah sebagai berikut: a. Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk memperbaiki dokumen sesuai permintaan Tim Evaluator yang akan diberitahukan secara online, dan mengirimkan kembali secara online ke alamat: silemkerma.dikti. go.id. b. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk melakukan evaluasi dan verifikasi perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka huruf a secara digital. c. Jika dipandang perlu, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk presentasi perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS oleh pengusul, pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. Presentasi perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS dilakukan oleh Badan Penyelenggara PTS baru yang akan dibentuk pada waktu yang diberitahukan secara online oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. Presentasi perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS dilakukan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS baru yang akan dibentuk, didampingi oleh para anggota Pengurus lainnya di hadapan Tim Evaluator, dengan susunan acara sebagai berikut:  Pembukaan oleh Tim Evaluator;  Presentasi ringkasan perbaikan dokumen perubahan bentuk PTS oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara disajikan dalam bentuk slide presentasi;
  • 17. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 16 Diskusi dan tanya jawab dengan Tim Evaluator. d. Jika dipandang perlu, setelah presentasi Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi untuk dilakukan visitasi. Pemberitahuan jadwal visitasi kepada Pengusul dilakukan secara online. Visitasi dilakukan ke lokasi rencana kampus PTS baru yang akan dibentuk oleh Tim Evaluator didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara (tidak dapat diwakilkan) dari PTS baru yang akan dibentuk, serta para anggota Pengurus lainnya, dengan susunan acara sebagai berikut: • Pembukaan oleh Ketua Pengurus Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk; • Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf l dengan fakta lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon prasarana dan calon sarana, dan penerimaan lingkungan masyarakat setempat e. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin perubahan bentuk PTS kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. f. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin perubahan bentuk PTS dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin perubahan bentuk PTS dilampiri keputusan BAN-PT atau LAM, kepada Menteri. g. Menteri menetapkan izin perubahan bentuk PTS yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara online. h. Setelah penetapan perubahan bentuk PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf g, PTS baru tersebut dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi. Pengusul yang tidak memanfaatkan kesempatan perbaikan dokumen, dianggap mengundurkan diri dari proses pengusulan. Jika di kemudian hari pengusul mengajukan usul baru, maka usul tersebut akan diperlakukan sama dengan usul baru dari pengusul lain. 4. Jadwal Masa pengusulan pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS dengan jadwal sebagai berikut: No Waktu Kegiatan 1 Desember - Februari Penerimaan dokumen pendirian/perubahan bentuk PTS 2 Januari - Februari Evaluasi dan verifikasi dokumen secara digital 3 Maret Pengumuman hasil evaluasi dan verifikasi dokumen – untuk usul yang belum memenuhi persyaratan 4 Maret Presentasi pengusul yang lolos evaluasi dan verifikasi dokumen 5 April Pengumuman hasil presentasi – untuk usul yang belum memenuhi persyaratan 6 April Visitasi ke lokasi lahan kampus pengusul yang lolos presentasi 7 Mei Pengumuman hasil visitasi – untuk usul yang belum memenuhi persyaratan. 8 Mei - Juni Penerbitan izin pendirian/perubahan bentuk PTS
  • 18. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 17 Masa perbaikan usul pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS dengan jadwal sebagai berikut: No Waktu Kegiatan 1 Mei - Juni Penerimaan dokumen perbaikan pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS 2 Juli - Oktober Evaluasi dan verifikasi dokumen perbaikan 3 Agustus - September Presentasi pengusul yang lolos evaluasi dan verifikasi dokumen perbaikan 4 Agustus - Oktober Visitasi ke lokasi lahan kampus pengusul yang lolos presentasi (jika diperlukan) 5 November Pengumuman hasil evaluasi perbaikan usul pendirian/ perubahan bentuk PTS yang belum lolos 6 November - Desember Penerbitan izin pendirian/perubahan bentuk PTS ********
  • 19. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 18 Bab III Pembukaan Program Studi Pada Perguruan Tinggi Swasta 1. Pengertian Pembukaan program studi (prodi) pada PTS dapat terdiri atas: a. Pembukaan prodi untuk pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS; b. Pembukaan prodi sebagai penambahan prodi pada PTS yang telah memiliki izin PTS. Pada Bab ini akan diuraikan persyaratan dan prosedur baik pembukaan prodi untuk pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS, maupun sebagai penambahan prodi pada PTS yang telah memiliki izin PTS. 2. Persyaratan dan Dokumen 2.1. Persyaratan dan Dokumen Pembukaan Prodi untuk pendirian atau perubahan bentuk PTS Persyaratan Pembukaan Prodi untuk pendirian atau perubahan bentuk PTS terdiri atas: a. Program Diploma yang akan dibuka di dalam Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang akan didirikan atau hasil perubahan bentuk: 1. paling banyak 10 (sepuluh) persen dari jumlah Program Sarjana; dan 2. tidak menyelenggarakan prodi sebidang dengan prodi pada Program Diploma di Politeknik dan/atau Akademi yang berdomisili di dalam kota atau kabupaten yang sama dengan Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang akan didirikan atau diubah bentuknya; b. Kurikulum Program Studi disusun berdasarkan kompetensi lulusan sesuai standar nasional pendidikan tinggi; c. Dosen paling sedikit berjumlah 6 (enam) orang untuk setiap Program Studi pada Program Diploma dan Program Sarjana, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang- undangan, dengan kualifikasi: 1. paling rendah berijazah Magister atau Spesialis I dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan dibuka; 2. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai dosen pada PTS yang akan membuka Program Studi; 3. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam per minggu; 4. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus pada Program Studi lain di PTS yang akan membuka Program Studi, sejauh nisbah dosen dan mahasiswa pada Program Studi yang ditinggalkan tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan alam; 5. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan 6. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang akan dibuka di PTS; d. Program Studi dikelola oleh Unit Pengelola Program Studi dengan organisasi dan tata kerja yang disusun dan ditetapkan oleh Badan Penyelenggara. Dokumen yang memuat persyaratan pembukaan prodi untuk pendirian atau perubahan bentuk PTS dibuat dengan format pdf, yang harus diunggah ke laman: silemkerma. dikti.go.id. Dokumen yang dimaksud adalah Usul Pembukaan Program Studi yang berisi
  • 20. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 19 Instrumen Pembukaan Prodi pada PTS (satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi) yang diisi oleh Badan Penyelenggara. Usul Pembukaan Program Studi untuk pendirian/perubahan bentuk PTS baru diunggah bersama dengan dokumen lain dalam pendirian/perubahan bentuk PTS sebagaimana diuraikan di dalam Bab II. Usul Pembukaan Program Studi sebagai penambahan prodi baru pada PTS lama, diunggah bersama dengan dokumen lain sebagaimana diuraikan di bawah ini. Format Usul Pembukaan Program Studi (yang berisi Instrumen Akreditasi Progam Studi) sebagai penambahan prodi pada PTS, beserta dokumen lain yang disusun oleh Badan Penyelenggara dari PTS yang akan membuka program studi, dapat dilihat dalam Lampiran. 2.2. Persyaratan dan Dokumen Pembukaan Prodi sebagai penambahan Prodi pada PTS Persyaratan Pembukaan Prodi sebagai penambahan Prodi pada PTS terdiri atas: a. Memenuhi syarat minimum akreditasi prodi sesuai standar nasional pendidikan tinggi; b. Rencana penambahan prodi telah dicantumkan dalam Rencana Strategis PTS yang bersangkutan; c. Penambahan program studi pada Program Diploma di dalam Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi, tidak boleh: 1. menyebabkan jumlah Program Diploma melebihi 10 (sepuluh) persen dari jumlah Program Sarjana; dan 2. tidak menyelenggarakan prodi sebidang dengan prodi pada Program Diploma di Politeknik dan/atau Akademi yang berdomisili di dalam kota atau kabupaten yang sama dengan Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi yang akan menambah program studi; d. Prodi pada Program Magister atau Program Magister Terapan dapat diselenggarakan setelah prodi sebidang pada Program Sarjana atau Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan telah terakreditasi dengan peringkat terakreditasi paling sedikit B atau Baik Sekali, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; e. Prodi pada Program Doktor atau Program Doktor Terapan dapat diselenggarakan setelah prodi sebidang pada Program Magister atau Program Magister Terapan telah terakreditasi dengan peringkat terakreditasi paling sedikit B atau Baik Sekali, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; f. Dalam hal Program Magister atau Program Magister Terapan merupakan Program Magister atau Program Magister Terapan multidisiplin, maka paling sedikit 2 (dua) prodi yang relevan pada Program Sarjana atau Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan telah terakreditasi dengan peringkat terakreditasi paling sedikit B atau Baik Sekali, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; g. Dalam hal Program Doktor atau Program Doktor Terapan merupakan Program Doktor atau Program Doktor Terapan multidisiplin, maka paling sedikit 2 (dua) prodi yang relevan pada Program Magister atau Program Magister Terapan telah terakreditasi dengan peringkat terakreditasi paling sedikit B atau Baik Sekali, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; h. Program Profesi dapat diselenggarakan setelah prodi sebidang pada Program Sarjana atau Program Diploma Empat atau Sarjana Terapan telah terakreditasi dengan peringkat terakreditasi paling sedikit B atau Baik Sekali, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; i. Kurikulum prodi disusun berdasarkan kompetensi lulusan sesuai standar nasional pendidikan tinggi; j. Dosen paling sedikit berjumlah 6 (enam) orang untuk setiap prodi, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan perundang-undangan:
  • 21. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 20 1. Pada Program Diploma dan Program Sarjana dengan kualifikasi: a. paling rendah berijazah Magister dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan dibuka; b. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai dosen pada PTS yang akan menambah program studi; c. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam per minggu; d. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada Program Studi lain di PTS yang akan menambah program studi, sejauh nisbah dosen dan mahasiswa pada program studi yang ditinggalkan tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan alam; e. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan f. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi dosen program studi yang akan dibuka di PTS; 2. Pada Program Magister dan Magister Terapan, dengan kualifikasi: a. paling rendah berijazah Doktor dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan dibuka; b. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai dosen pada PTS yang akan menambah Program Studi; c. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam per minggu; d. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada Program Studi lain di PTS yang akan menambah Program Studi, sejauh nisbah dosen dan mahasiswa pada Program Studi Program Sarjana atau Program Sarjana Terapan yang ditinggalkan, tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan alam; e. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan f. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang akan dibuka di PTS. 3. Pada Program Doktor dan Doktor Terapan, dengan kualifikasi: a. paling rendah berijazah Doktor atau Doktor Terapan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan dibuka; b. paling sedikit 2 (dua) dosen memiliki jabatan fungsional Guru Besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan program studi yang akan dibuka; c. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai dosen pada PTS yang akan menambah Program Studi, kecuali yang berjabatan fungsional Guru Besar; d. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam per minggu; e. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada Program Studi lain di PTS yang akan menambah Program Studi, sejauh nisbah dosen dan mahasiswa pada Program Studi Program Sarjana atau Program Sarjana Terapan yang ditinggalkan, tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu
  • 22. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 21 pengetahuan alam; f. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan g. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang akan dibuka di PTS. 4. Pada Program Profesi dengan kualifikasi: a. paling rendah berijazah dan bersertifikat profesi atau berijazah Magister atau Spesialis I dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan Program Studi yang akan dibuka; b. memiliki pengalaman praktek profesi paling sedikit 2 (dua) tahun yang dibuktikan dengan surat izin praktek profesi atau spesialis; c. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai dosen pada PTS yang akan menambah Program Studi; d. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam per minggu; e. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada Program Studi lain di PTS yang akan menambah Program Studi, sejauh nisbah dosen dan mahasiswa pada Program Studi Program Sarjana atau Program Sarjana Terapan yang ditinggalkan, tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan alam; dan f. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; g. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang akan dibuka di PTS. 5. Pada Program Spesialis dengan kualifikasi: a. paling rendah berijazah dan bersertifikat spesialis atau berijazah Doktor dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebidang dengan Program Studi yang akan dibuka; b. memiliki pengalaman praktek spesialis paling sedikit 2 (dua) tahun yang dibuktikan dengan surat izin praktek profesi atau spesialis; c. berusia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun pada saat diterima sebagai dosen pada PTS yang akan menambah Program Studi; d. bersedia bekerja penuh waktu sebagai dosen tetap selama 40 (empat puluh) jam per minggu; e. belum memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/Nomor Induk Dosen Khusus, atau telah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional/ Nomor Induk Dosen Khusus pada Program Studi lain di PTS yang akan menambah Program Studi, sejauh nisbah dosen dan mahasiswa pada Program Studi Program Sarjana atau Program Sarjana Terapan yang ditinggalkan, tetap 1 (satu) : 30 (tiga puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan sosial, dan 1 (satu) : 20 (dua puluh) untuk kelompok bidang ilmu pengetahuan alam; f. bukan guru yang telah memiliki Nomor Urut Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan/atau bukan pegawai tetap pada satuan administrasi pangkal instansi lain; dan g. bukan Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara bagi Dosen Program Studi yang akan dibuka di PTS. Dokumen yang memuat persyaratan pembukaan prodi sebagai penambahan prodi pada PTS dibuat dengan format pdf yang harus diunggah ke laman: silemkerma.dikti.go.id. Dokumen yang dimaksud terdiri atas:
  • 23. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 22 a. Surat usul penambahan prodi dari Pemimpin PTS; b. Surat persetujuan penambahan prodi dari Badan Penyelenggara PTS; c. Surat pertimbangan penambahan prodi dari Senat Perguruan Tinggi Swasta; d. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dari PTS yang akan membuka prodi beserta semua perubahan yang telah dilakukan; e. Dokumen Keputusan dari pihak yang berwenang tentang pengesahan Badan Penyelenggara PTS yang mengusulkan pembukaan prodi sebagai badan hukum; f. Surat Keputusan Menteri Tentang Izin Pendirian PTS atau Perubahan bentuk PTS yang akan menambah prodi; g. Rencana Strategis dari PTS yang akan menambah prodi; h. Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen akreditasi prodi dari BAN-PT/LAM (satu instrumen akreditasi untuk setiap prodi yang akan ditambahkan) yang sudah diisi oleh Pemimpin PTS; i. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS yang akan menambah prodi; dan j. Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan). Format dokumen pembukaan prodi sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan j dapat dilihat dalam Lampiran. 3. Prosedur 3.2. Prosedur Pembukaan Prodi untuk pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS Prosedur pembukaan prodi untuk pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS terintegrasi dalam prosedur pendirian PTS atau perubahan bentuk PTS sebagaimana dicantumkan dalam Bab II tentang Pendirian dan Perubahan Bentuk Perguruan Tinggi Swasta. 3.3. Prosedur Pembukaan Prodi sebagai penambahan Prodi pada PTS a. Pemimpin PTS meminta Rekomendasi dari L2 Dikti di wilayah PTS yang akan menambah prodi. Dalam hal L2 Dikti belum terbentuk di wilayah PTS yang akan membuka prodi, maka tugas dan fungsinya masih dijalankan oleh Kopertis wilayah tersebut. L2 Dikti atau Kopertis setempat memberi rekomendasi tentang: • rekam jejak Badan Penyelenggara dan PTS yang akan menambah prodi; • tingkat kejenuhan prodi yang akan dibuka oleh PTS tersebut di wilayah L2 Dikti; • tingkat keberlanjutan prodi yang akan ditambahkan jika diizinkan oleh Pemerintah; • bebas konflik internal PTS di tingkat Badan Penyelenggara dan/atau tingkat PTS. b. Pemimpin PTS membuat dokumen sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf j, dengan susunan sebagai berikut: No Dokumen Contoh di Lampiran Bentuk a Surat usul penambahan prodi dari Pemimpin PTS Lihat Lampiran 12 Semua dokumen: • Dibuat dalam file pdf; • Dipindai (scan); • Dikirim secara digital ke Direktur Jenderal b Surat persetujuan penambahan prodi dari Badan Penyelenggara PTS Lihat Lampiran 13 c Surat pertimbangan penambahan prodi dari Senat PTS Lihat Lampiran 14 d Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dan semua perubahannya Lihat Lampiran 2 e Dokumen pengesahan Badan Penyelenggara Lihat
  • 24. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 23 sebagai Badan Hukum Lampiran 3 Kelembagaan IPTEK dan Dikti dengan alamat: silemkerma.dikti. go.id f Surat Keputusan Menteri Tentang Izin Pendirian PTS atau Perubahan bentuk PTS Tidak diberi contoh g Rencana Strategis dari PTS yang akan menambah prodi Tidak diberi contoh h Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi prodi dari BAN-PT/LAM yang sudah diisi oleh Pemimpin PTS (satu instrumen untuk satu prodi) Lihat Lampiran 7 i Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS yang akan membuka prodi Lihat Lampiran 10 j Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan) Tidak diberi contoh Perhatian: Pemimpin PTS bertanggungjawab atas kebenaran data dan informasi yang dimuat dalam semua Dokumen di atas. Apabila Pemimpin PTS memberikan data dan informasi yang tidak benar, Pemimpin PTS dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 242 ayat (1) juncto ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. c. Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk melakukan evaluasi dan verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 2.2. huruf a sampai dengan huruf j secara digital. d. Berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c, Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti dapat menugaskan Tim Evaluator untuk melakukan visitasi ke PTS yang mengusulkan pembukaan prodi, atau langsung menetapkan izin pembukaan prodi tersebut. e. Apabila dilakukan visitasi, proses penetapan izin sebagai berikut: 1. Visitasi dilakukan ke PTS yang akan membuka prodi oleh Tim Evaluator didampingi oleh wakil dari L2 Dikti setempat, dan diterima oleh Pemimpin PTS (tidak dapat diwakilkan), serta para Wakil Pemimpin PTS, dengan susunan acara sebagai berikut: • Pembukaan oleh Pemimpin PTS; • Penyocokan data dan informasi yang dicantumkan dalam Rancangan Prodi dengan fakta lapangan, antara lain calon dosen dan calon tenaga kependidikan, calon prasarana dan calon sarana. 2. Setelah visitasi, Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin pembukaan prodi kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. f. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin pembukaan prodi (baik visit atau tanpa visit) dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin pembukaan prodi dilampiri surat keputusan akreditasi minimum dari BAN- PT atau LAM, kepada Menteri. g. Menteri menetapkan izin prodi pada PTS bersangkutan, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara online. h. Setelah penetapan izin prodi pada PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf g, PTS dapat menyelenggarakan prodi. Perbaikan Dokumen Pembukaan Prodi Pengusul yang belum berhasil memenuhi persyaratan pembukaan prodi, diberi kesempatan untuk memperbaiki dokumen yang telah dikirimkan, dengan langkah sebagai berikut:
  • 25. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 24 a. Pemimpin PTS yang membuka prodi memperbaiki dokumen sesuai permintaan Tim Evaluator yang akan diberitahukan secara online, dan mengirimkan kembali secara online ke alamat: silemkerma.dikti. go.id. b. Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti menugaskan Tim Evaluator untuk melakukan evaluasi dan verifikasi perbaikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka huruf a secara digital. c. Tim Evaluator dapat memberikan rekomendasi tentang izin pembukaan prodi kepada Direktur Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti. d. Setelah menerima dan mempertimbangkan rekomendasi tentang izin pembukaan prodi dari Tim Evaluator, Direktur Jenderal mengajukan usul tertulis penerbitan izin pembukaan prodi dilampiri keputusan akreditasi minimum dari BAN-PT atau LAM, kepada Menteri. i. Menteri menetapkan izin prodi pada PTS bersangkutan, yang akan diberitahukan kepada pengusul secara online. j. Setelah penetapan izin prodi pada PTS oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf g, PTS dapat menyelenggarakan program studi baru. Pengusul yang tidak memanfaatkan kesempatan perbaikan dokumen, dianggap mengundurkan diri dari proses pengusulan. Jika di kemudian hari pengusul mengajukan usul baru, maka usul tersebut akan diperlakukan sama dengan usul baru dari pengusul lain. 4. Jadwal Masa pengusulan penambahan prodi dengan jadwal sebagai berikut: No Waktu Kegiatan 1 Desember - Februari Penerimaan dokumen usul penambahan prodi 2 Januari - Maret Evaluasi dan verifikasi dokumen 3 April Pengumuman hasil evaluasi dan verifikasi dokumen 4 Maret - April Visitasi (apabila diperlukan) 5 Mei Pengumuman hasil visitasi – untuk usul yang belum memenuhi syarat (perlu perbaikan) 6 Mei - Juni Penerbitan izin penambahan prodi Masa perbaikan usul penambahan prodi dengan jadwal sebagai berikut: No Waktu Kegiatan 1 Mei - Juni Penerimaan dokumen perbaikan usul penambahan prodi 2 Juli - Oktober Evaluasi dan verifikasi dokumen perbaikan 3 September - Oktober Visitasi (apabila diperlukan) 4 November Pengumuman hasil evaluasi perbaikan usul penambahan prodi 5 November - Desember Penerbitan izin penambahan prodi
  • 26. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 25 Lampiran Lampiran 1 : Surat usul pendirian PTS Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba Lain Skolahan Notobotosongo Tibolimo Alamat: Jl. Majuterus Raya 888 Blumbangjero 99923 Indonesia Telepon: 020 – 302020 Fax: 020 – 393098 – Email: skola@yayasan.com Nomor : 73/YSN/08/2015 Hal : Usul pendirian Perguruan Tinggi Swasta Lampiran : 10 (sepuluh) dokumen. Kepada yang terhormat, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Jl. Pintu I Senayan Jakarta Dengan hormat, Melalui surat ini perkenankan kami, Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba lain ............................ mengusulkan pendirian Universitas/Institut/Sekolah Tinggi/ Politeknik/ Akademi ....................., dengan program studi sebagai berikut: 1. Program Studi ................................................................................................................. 2. Program Studi ................................................................................................................. 3. Program Studi ................................................................................................................. 4. dst. Bersama ini kami unggah 10 (sepuluh) dokumen sebagai berikut: 1. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dan semua perubahannya; 2. SK Pengesahan Badan Penyelenggara sebagai Badan Hukum; 3. Sertifikat status lahan calon kampus atas nama Badan Penyelenggara (atau perjanjian sewa menyewa lahan); 4. Studi Kelayakan pendirian PTS; 5. Usul Pendirian Perguruan Tinggi yang berisi Instrumen Akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara; 6. Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi Pembukaan Prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi); 7. Laporan Keuangan Badan Penyelenggara 8. Surat Bukti Kepemilikan Dana Badan Penyelenggara; 9. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi; 10. Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan). Atas perhatian dan bantuan Bapak, kami sampaikan terima kasih. Blumbangjero, .... Januari 2015. Ketua, Prof.Dr.H.R.Notobotosongo,ST.,Empty
  • 27. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 26 Lampiran 2 : Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara
  • 28. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 27 Lampiran 3 : Dokumen Pengesahan Badan Penyelenggara sebagai Badan Hukum Contoh Keputusan Menkumham Tentang Pengesahan Yayasan Contoh Berita Negara Tentang Pengesahan Yayasan Contoh Keputusan Menkumham Tentang Pengesahan Yayasan (online) 1 Contoh Keputusan Menkumham Tentang Pengesahan Yayasan (online) 2
  • 29. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 28
  • 30. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 29 Lampiran 4 : Sertifikat status lahan calon kampus PTS an. Badan Penyelenggara
  • 31. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 30 Lampiran 5 : Studi Kelayakan Pendirian PTS BAB ISI Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel (Jika Ada) Bab I Pendahuluan Bab II Kebutuhan Dunia Kerja Terhadap Lulusan Bab II Bentuk, Nama, Visi, Misi, dan Ciri Khas PTS Bab III Penyelenggaraan, Organisasi, Dan Lembaga Penunjang Kegiatan PTS Bab IV Bidang Ilmu, Program Studi, dan Metode Pembelajaran Bab V Prospek Minat dan Daya Tampung Mahasiswa Setiap Program Studi Bab VI Dosen dan Tenaga Kependidikan Setiap Program Studi Bab VII Prasarana Dan Sarana PTS Bab VIII Sumber Dana Dan Pembiayaan Selama Lima Tahun PTS Bab IX Kesimpulan Lampiran 1: Prasarana dan Sarana yang disediakan Lampiran 2: Rancangan Pengembangan Kampus (akan disediakan) Lampiran 3: Surat Pernyataan Badan Penyelenggara Tentang Kesanggupan Merealisasikan Rancangan Pengembangan Kampus Lampiran 4: Proyeksi Arus Kas
  • 32. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 31
  • 33. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 32
  • 34. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 33
  • 35. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 34 Lampiran 6 : Usul Pendirian Perguruan Tinggi yang berisi Instrumen Akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara
  • 36. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 35
  • 37. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 36
  • 38. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 37
  • 39. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 38
  • 40. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 39
  • 41. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 40
  • 42. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 41
  • 43. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 42
  • 44. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 43 Lampiran 7 : Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi Pembukaan Prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara
  • 45. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 44
  • 46. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 45
  • 47. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 46
  • 48. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 47
  • 49. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 48
  • 50. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 49
  • 51. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 50
  • 52. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 51
  • 53. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 52
  • 54. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 53
  • 55. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 54
  • 56. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 55
  • 57. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 56
  • 58. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 57
  • 59. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 58
  • 60. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 59
  • 61. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 60
  • 62. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 61
  • 63. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 62
  • 64. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 63
  • 65. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 64
  • 66. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 65
  • 67. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 66 Lampiran 8 : Laporan Keuangan Badan Penyelenggara Laporan Keuangan Badan Penyelenggara 1. Badan penyelenggara diminta untuk menyampaikan Laporan Keuangan Badan Penyelenggara 3 tahun terakhir (2012, 2013, 2104) bagi Badan Penyelenggara yang didirikan sebelum atau pada tahun 2012 , 2 tahun terakhir (2013, 2014) bagi Badan Penyelenggara yang didirikan pada tahun 2013, dan 1 tahun terakhir bagi Badan Penyelenggara yang didirikan pada tahun 2014. 2. Seluruh Badan Penyelenggara diminta sudah dapat menyampaikan Laporan Keuangan tahun 2015 pada saat presentasi dan visitasi 3. Laporan Keuangan disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 revisi 2011 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba. 4. Berdasarkan PSAK tersebut, maka laporan keuangan yang harus disampaikan terdiri dari: a. Laporan Posisi Keuangan b. Laporan Aktivitas c. Laporan Arus Kas d. Catatan Atas Laporan Keuangan 5. Badan penyelenggara yang memperoleh bantuan Negara, bantuan luar negeri, dan/atau pihak lain sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih, dalam I (satu) tahun buku; atau mempunyai kekayaan di luar harta wakaf sebesar Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) atau lebih diwajibkan untuk menyampaikan Laporan Keuangan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.
  • 68. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 67 Lampiran 9 : Surat bukti kepemilikan dana Badan Penyelenggara Bukti Kepemilikan Dana 1. Badan penyelenggara diminta untuk menyampaikan fotocopy bukti kepemilikan dana dalam jumlah yang menyukupi kekurangan dana untuk operasional dan investasi penyelenggaraan perguruan tinggi sesuai dengan komitmen Subsidi Badan Penyelenggara pada Proyeksi Arus Kas. Bukti kepemilikan dana dapat berupa fotocopy rekening koran, tabungan, sertifikat deposito, dan surat berharga lainnya atas nama Badan Penyelenggara. Bukti kepemilikan dana bukan berupa surat keterangan bank atas rekening yang dimiliki, surat jaminan bank, atau garansi bank. 2. Jika dalam pengusulan pendirian perguruan tinggi ini Badan Penyelenggara memperoleh hibah, maka Badan Penyelenggara diminta untuk menyampaikan fotocopy Akta Hibah atas dana tersebut, sebagai bagian dari Bukti Kepemilikan Dana.
  • 69. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 68 Lampiran 10: Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti)
  • 70. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 69
  • 71. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 70 Lampiran 11: Surat usul perubahan bentuk dari PTS Lama ke PTS Baru Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba Lain Skolahan Notobotosongo Tibolimo Alamat: Jl. Majuterus Raya 888 Blumbangjero 99923 Indonesia Telepon: 020 – 302020 Fax: 020 – 393098 – Email: skola@yayasan.com Nomor : 73/YSN/08/2015 Hal : Usul Perubahan Bentuk PTS Lampiran : 12 (dua belas) Dokumen Kepada yang terhormat, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Jl. Pintu I Senayan Jakarta Dengan hormat, Melalui surat ini perkenankan kami, Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba lain ............................ mengusulkan perubahan bentuk dari Universitas/Institut/ Sekolah Tinggi/Politeknik/Akademi ..................... menjadi ..................., dengan program studi sebagai berikut: 1. Program Studi ................................................................................................................. 2. Program Studi ................................................................................................................. 3. Program Studi ................................................................................................................. 4. dst. Bersama ini kami unggah 12 (dua belas) dokumen sebagai berikut: 1. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dan semua perubahannya; 2. SK Pengesahan Badan Penyelenggara sebagai Badan Hukum; 3. Sertifikat status lahan kampus PTS baru atas nama Badan Penyelenggara atau perjanjian sewa menyewa lahan; 4. Studi Kelayakan perubahan bentuk PTS; 5. Usul Pendirian /Perubahan Perguruan Tinggi yang berisi Instrumen Akreditasi pendirian perguruan tinggi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara; 6. Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi Pembukaan Prodi dari BAN-PT yang sudah diisi oleh Badan Penyelenggara (satu Instrumen Pembukaan Prodi untuk setiap prodi); 7. Laporan Keuangan Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk 8. Surat Bukti Kepemilikan Dana Badan Penyelenggara dari PTS baru yang akan dibentuk; 9. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi; 10. Akta Notaris berisi kesepakatan atau pernyataan Badan Penyelenggara 11. Semua SK Izin Pendirian PTS dan Izin Pembukaan Prodi pada PTS lama 12. Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan). Atas perhatian dan bantuan Bapak, kami sampaikan terima kasih. Blumbangjero, .... Januari 2015. Ketua, Prof.Dr.H.R.Notobotosongo,ST.,Empty
  • 72. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 71 Lampiran 12: Surat usul penambahan prodi dari Pemimpin PTS Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba Lain.............. Universitas Salapantibalima Alamat: Jl. Majengteras Raya 777 Jeropisan 99923 Indonesia Telepon: 020 – 301010 Fax: 020 – 303035 – Email: salapan@tibalima.com Nomor : 7/US/../20.. Hal : Usul Pembukaan sebagai Penambahan Prodi pada PTS Lampiran : 9 (sembilan) Dokumen Kepada yang terhormat, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Jl. Pintu I Senayan Jakarta Dengan hormat, Melalui surat ini perkenankan kami, Rektor/Ketua/Direktur Universitas/Institut/Sekolah Tinggi/Politeknik/Akademi ............................ mengusulkan penamabahan Program Studi pada Universitas/Institut/Sekolah Tinggi/Politeknik/Akademi ....................., dengan program studi sebagai berikut: 1. Program Studi ................................................................................................................. 2. Program Studi ................................................................................................................. 3. Program Studi ................................................................................................................. 4. dst. Bersama ini kami unggah 9 (sembilan) dokumen sebagai berikut: 1. Surat persetujuan pembukaan sebagai penambahan prodi dari Badan Penyelenggara; 2. Surat pertimbangan pembukaan sebagai penambahan prodi dari Senat PTS; 3. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dan semua perubahannya; 4. Dokumen Pengesahan Badan Penyelenggara sebagai Badan Hukum; 5. SK Menteri Tentang Izin Pendirian PTS atau Perubahan bentuk PTS 6. Rencana Strategis dari PTS yang akan menambah prodi; 7. Usul Pembukaan Program Studi yang berisi Instrumen Akreditasi prodi dari BAN-PT/LAM yang sudah diisi oleh Pemimpin PTS (satu instrumen untuk satu prodi); 8. Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTS yang akan menambah prodi 9. Surat pernyataan telah berkoordinasi dengan organisasi profesi dari organisasi profesi terkait (bila disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan). Atas perhatian dan bantuan Bapak, kami sampaikan terima kasih. Jeropisan, .... ................. 20... Rektor, Prof.Dr.Entis Surentis,M.Sc
  • 73. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 72 Lampiran 13: Surat persetujuan penambahan prodi dari Badan Penyelenggara PTS Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba Lain Playuningbanyu Ngeli Alamat: Jl. Satubarisan 56 Kalasan 99999 Indonesia Telepon: 020 – 54378 Fax: 020 – 54987 – Email: ngeli@yayasan.com Nomor : ../YYS/.../20... Hal : Persetujuan Penambahan Program Studi Lampiran : Kepada yang terhormat, Rektor Universitas Ngeli Ning Aja Keli Di tempat. Dengan hormat, Membalas surat Saudara tentang Rencana Penambahan Program Studi pada Universitas Ngeli Ning Aja Keli, melalui surat ini Yayasan/Persyarikatan/Perkumpulan/Badan Hukum Nirlaba lain ............................ setelah mempertimbangkan secara seksama usul tersebut dapat menyetujui penambahan program studi pada Universitas Ngeli Ning Aja Keli dengan Program Studi sebagai berikut: 1. Program Studi ................................................................................................................. 2. Program Studi ................................................................................................................. 3. Program Studi ................................................................................................................. 4. dst. Selanjutnya, kami meminta Saudara untuk mengusulkan penambahan Program Studi tersebut kepada pihak yang berwenang. Atas perhatian dan bantuan Saudara, kami sampaikan terima kasih. Kalasan, .... Desember 20... Ketua, Prof.Dr.Igun Surigun,SH.,MH
  • 74. Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 73 Lampiran 14: Surat pertimbangan penambahan prodi dari Senat PTS ********* Senat Universitas Universitas Ngeli Ning Aja Keli Alamat: Jl. Satubarisan 58 - 62 Kalasan 99999 Indonesia Telepon: 020 – 54453 (hunting) Fax: 020 – 54654 – Email: ungeli@yayasan.com Nomor : ../SU/.../20... Hal : Pertimbangan Senat Universitas Tentang Penambahan Program Studi Lampiran : Kepada yang terhormat, Rektor Universitas Ngeli Ning Aja Keli Di tempat. Dengan hormat, Membalas surat Saudara tentang Rencana Penambahan Program Studi pada Universitas Ngeli Ning Aja Keli, melalui surat ini Senat Universitas Ngeli Ning Aja Keli dalam Rapat Pleno tanggal.......................... telah mempertimbangkan secara seksama usul tersebut dapat merekomendasi penambahan program studi pada Universitas Ngeli Ning Aja Keli dengan Program Studi sebagai berikut: 1. Program Studi ................................................................................................................. 2. Program Studi ................................................................................................................. 3. Program Studi ................................................................................................................. 4. dst. Selanjutnya, kami tidak berkeberatan Saudara mengusulkan penambahan Program Studi tersebut kepada Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Jakarta. Atas perhatian Saudara, kami sampaikan banyak terima kasih. Kalasan, .... Desember 20... Ketua, Prof.Dr.Akbar Sigalingging,SE,MM