5. LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini digunakan untuk memenuhi syarat penugasan ilmu penyakit dan
penunjang diagnostic, dengan kasus abses hepar.
Laporan ini di susun oleh:
Nama : Naqia Febriyani
Kelas : XI A Keperawatan
No. Absen : 13
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Lahan Guru Pembimbing
Pendidikan
(Naqia ) (Zuhdi S.Kep.Ners.Cwcca,Ch.Cht)
6. KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT,karena dengan rahmat dan karunianya
masih diberi kesempatan untuk mengerjakan laporan ini.Semoga shalawat setra salam
selalu dilimpahkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW bserta
sahabat dan keluarganya serta pengikutnya sampai akhir zaman, ssehingga penyusun
dapat menyelesaikan laporan dengan kasus “Abses Hepar” .
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada guru
pembimbing atas arahan dan bimbinganya. Saya menyadari bahwa penyusun laporan
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya selaku penyusun laporan
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini memberikan wawsan yang lebih luas kepada pembaca.
Mataram, September 2022
Penyusun,
7. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................2
DAFTAR TABEL .................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................6
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah ..................................................................6
BAB 2 LANDASAN TEORI...........................................................................7
2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................................................7
2.2 Pertanian, kehutanan, dan perikana……………………......... 8
2.3 Pertambangan dan Penggalian …................................................................. 8
2.4 Pengadaan Listrik dan Gas ............................................................................. 8
2.5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur
Ulang........................................................... 8
2.6
Konstruksi......................................................................................................................
........ 9
2.7 Perdagangan Besardan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
…........……………...... 9
2.8 Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum............................................................................ 9
2.9 Informasi dan
Akomodasi........................................................................................................10
2.10 Jasa Keuangan dan
Asuransi..................................................................................................10
2.11 Real
Estat................................................................................................................................
10
8. 2.12 Jasa
Perusahaan.....................................................................................................................
.10
2.13 Real Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib.................................11
2.14 Jasa
Pendidikan......................................................................................................................
11
2.15 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
sosial.......................................................................................11
2.16 Jasa
Lainnya...........................................................................................................................
11
BAB 3 PEMBAHASAN
...............................................................................................................12
3.1 Tinjauan Ekonomi Kabupaten Sumbawa Barat
......................................................................12
3.2 Struktur Ekonomi
.................................................................................................................12
3.3 Pertumbuhan Ekonomi
……………………………………………………………………14
3.4 PDRB Per Kapita ………………………………………………………………16
BAB 4 PENUTUP .....................................................................................................18
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................................18
4.2 Saran …………………………….……………………………………………...19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19
10. Hati merupakan salah satu organ vital tubuh.Fungsi utama hati terutama
bertanggung jawab terhadap metabolisme glukosa dan lemak, sintesis protein
(albumin, globulin, dan faktor koagulan), ekskresi bilirubin, metabolisme obat
dan hormon dan detoksifikasi (ziser, 2001).Sebagai pusat metabolisme ditubuh,
hati rentan terpapar zat kimia yang bersipat toksik sehingga menimbulkan
kerusakan.
Penyebab penyakit hati bervariasi, sebagian besar disebabkan oleh virus
HAV, HBV, HCV, HDV dan HEV yang menular secara fekal-oral, parenteral,
seksual, seksual, perinatal dan sebagainya. Penyebab lain dari penyakit hati
adalah akibat efek toksik dari obat- obatan, alcohol, racun, jamur dan lain- lain.
Prevalensi penyakit hati di indonesia belum diketahui karena geografi yang
sangat luas. Menurut WHO, pada tahun 2003 prevalensi penyakit hati kronik di
indonesi antara 1,- 2,4 %. Jumlah tersebut sama dengan prevalensi di Australia
dan amerika serikat (Depkes RI, 2007).
Abses Hati Adalah berbentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari system
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan nekrotik. Abses hati terbagi menjadi
dua secara umum, yaitu Abses Hati Amebik (AHA) dan Abses hati Piogenik
(AHP) (Sudoyo, 2006). Di seluruh Dunia Penyakit gangguan hati salah satu nya
sirosis hati dan Abses Hati menempati urutan ketujuh penyebab kematian (Stuadi,
2003). Sementara Negara maju, Gangguan penyakit Hati penyebab kematian
terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45- 46 tahun (setelah penyakit
kardovaskuler dan kanker). Angka kejadian gannguan penyakit Hati dari hasil
otopsi sekitar 2,4% di Negara Barat, sedangkan di Amerika perkiraan 360 per
100.000 penduduk menimbulkan sekitar 35.000 kematian pertahun (Nurdjanah,
2009)
1.2 Tujuan
11. 1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien Tn. S yang mengalami Abes Hepar diruang Muzdalifah RSI Siti Hajar
Mataram.
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam proses pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Pasien Tn. S yang mengalami Abses Hepar di Ruang
Muzdalifah RSI Siti Hajar Mataram. dan menganalisis kesenjangan antara teori
dan kasus, khususnya dalam hal proses keperawatan yang terdiri dari:
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan tindakan keperawatan
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan
e. Evaluasi
f. Dokumentasi
1.3 Manfaat
Mengetahui tentang konsep asuhan keperwatan pada klien dengan kasus
Abses Hepar. Sehungga pada pentalaksanaan dapat mengurangi gejala dan
mencegah meluasnya kasus Abses Hepar pada kalangan masyarakat.
BAB II
12. PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Abses Hati Merupakan suatu gagguan pada hati yang
disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis
steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan
adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari
jaringan nekrotik sel- sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim
hati (Sudoyo, 2006).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan
karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari
sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi
dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul
sebagai
komplikasi dari peradangan akut saluran empedu (Anggunweb, 2010).
Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA)
dan
abses hati pyogenik (AHP). AHA merupakan komplikasi amebiasis
ekstraintestinal yang sering dijumpai didaerah tropik/ subtropic,
termasuk
indonesia. Abses hepar pyogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic
abscess,bacterial liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial
hepatic
abscess (Anggunweb, 2010).
2.2 Anatomi-Fisiologi
13. 2.2.1 Anatomi
Hati Adalah Kelenjar terbesar dalam tubuh berat rata-rata sekitar
1.500 gr. 2% berat badan orang dewasa normal.Hati merupakan
norgan lunak yang lentur dan
tercetak oleh struktur sekitar. Hati memiliki permukaan superior yang
cembung
dan terletak dibawah kubah merupakan atab dari ginjal, lambung,
pancreas dan
usus. Hati memiliki dua lobus yaitu kiri dan kanan.Setiap lobus hati
terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut lobulus, yang
merupakan unit mikroskopi dan fungsional organ.Hati manusia
memiliki maksimal 100.000 lobulus.Diantara
lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai
sinusoid.
Sinusoid dibatasi oleh sel fagostik dan sel kupffer, sel kupffer
fungsinya adalah menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah
(Price, 2006).
Hati dibagi Empat lobus:Lobus sinistra, terletak sebelah kiri dari
bidang median.
a. Lobus dekstra, disebelah kana dari bidang median
b. Lobus kaudatus, sebelah bawah bagian ekor
c. Lobus kuadratus, dibelakang berbatas dengan pers pilorika,
ventrikula, dan
duodenum superior. Permukaan hati dibedakan atas:
a. Fascies superior. Permukaan yang menghadap keatas dan
kedepan
berbentuk cembung terletak dibawah diafragma.
14. b. Fascies interior. Permukaan yang menghadap kebawah dan ke
belakang, permukaannya tidak rata dan memperlihatkan
lekukan(fisura transversus).
c. Fascies posterior. Permukaan bagian belakang terlihat beberapa
alur
berbentuk garis melintang yang disebut dengan porta hepatik.
d. Fascies inferior lobus sinistra hepatis. Berhubungan dengan
esofagus
dekat lobus kaudatus dan berhubungan dengan permukaan
depan
gaster, membentuk impression yang sesuai dengan kurvatura
mayor
terletak didepan omentum.
e. Fascies inferior lobus dekstra: berbatas dengan ginjal dan
glandula
suprarenalis kanan atas, fleksura koli dekstra kanan bawah.
f. Fascies superior. Bagian anterior (bagian depan) diliputi oleh
peritoneum berbatas dengan diafragma dan diliputi oleh
peritonium,
bagian medial terbatas dengan dinding dengan perut.
g. Fascies posterior (bagian Belakang) tidak ditutupi peritonium,
berhubungan dengan diafragma, terdapat sebuah lekuk sebelah
kanan
kava inferior diatas infresio renalis disebut infresio
suprarenalis.
Pembuluh darah dan persayarafan
15. Pembuluh darah hati berasal dari arteri seliaka kanan
membentuk
lipatan peritoneum didepan vena porta, bercabang menjadi arteri
hepatica
propia, berjalan kedalam ligamentum hepatoduodenal bersama dengan
vena portae dan duktus kholedukus, bercabang menjadi arteri gastrika
menuju kurvatura minor gaster dan beranastomosis dengan arteri
gastrika
sinistra. Kemudian arteri hepatica propia, bercabang menjadi A.
hepatica
desktra bercabang masuk kandung empedu arteri sistika dan A.
hepatica
sinistra masuk kedalam hati.Aliran pembuluh balik hepar dikumpulkan
dalam vena hepatica yang keluar dari permukaan belakang disebelah
kranal hepar bermuara ke vena kava inferior.
Persyarafan hati berasal dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis
yang melewati koliakus. Trunkus vagus anterior mempunyai cabang
yang
banyak, berjalang langsung ke hati Saluran hati meliputi:
1) Duktus hepatikus dekstra dan sinistra, keluar dari hati pada
porta
hepatis, bersatu membentuk duktus hepatikus komunis.
Panjangnya
kira- kira 4 cm, berjalan turun pada tepi omentum minus. Tapi
kanannya
bersatu dengan duktus koleduktus.
2) Duktus koleduktus. Panjangnya sekitar 8 cm. bagian pertama
berjalan
dari tepi kanan omentum minus, didepan tepi kanan vena
16. portae
sebelah kiki kanan arteri hepatika. Bagian kedua berjalan
kebelakang
bagian pertama duodenum, sebelah kanan A. gastroduodenalis.
Bagian
ketiga terletak dalam alur permukaan posterior kaput pankreas.
Di sini
duktus koleduktus bersatu dengan duktus pankreatikus mayor,
bermuara pada ampula kecil dinding duodenum melalui suatu
papilla
kecil yang disebut papila vateri. Fisiologi Hati.
2.2.2 Fisiologi
Menurut Guyton&hall(2008),hati mempunyai beberapa fungsi:
a) Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat
adalah menyimpan glikogen dalam jumlah besar,
mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa
kimia yang penting dari hasil perantara metabolisme
karbohidrat.
b) Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme
lemak, antara lain: mengoksidasi asam lemak untuk
menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain,
membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan
lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan
karbohidrat.
17. c) Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah
deaminasi asam amino, pembentukan ureum untuk
mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan
protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino
dan membentuk senyawa lain dari asam amino.
Lain- lain Fungsi hati yang lain diantaranya hati
merupakan tempat penyimpanan vitamin, hati sebagai
tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati
membentuk zat- zat yang digunakan untuk
koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati
mengeluarkan atau
mengekskresikan obat- obatan, hormon dan zat lain.
2.3 Etiologi
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan
abses
hati pyogenik.
a. Abses Hati Amoeba
Didapat kan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup
sebagai
parasit non pathogen dalam mulut dan usus, tapi hanya
enteremoeba
histolytica yang dapat mnyebabkan penyakit. Hanya sebagian
individu
yang terinfeksi enteremoeba histolytica yang member gejala
invasif,
sehingga diduga ada dua jenis E.histolytica yaitu starin patogen
dan non pathogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda
berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada
18. hepar (Sudoyo, 2006).
Histolytica didalam feses dapat ditemukan dalam dua bentuk
vegetative atau tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan
hidup diluar tubuh manusia.Kista dewasa berukuran 10-20
mikron, resisten terhadap suasana kering dan asam. Bentuk
tropozoit akan mati dalam suasana kering dan asam. Tropozoit
besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit,
mengandung protease yaitu hialuronidase dan
mukopolisakaridase yang mampu mengakibat kan destruksi
jaringan.
b. Abses Hati piagenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negative
dan penyabab terbanyak adalah E.Coli selain itu, penyebab nya
juga adalah streptococcus faecalis, proteus vulgaris, dan
salmonella typhi.Dapat pula bakteri anaerob seperti
bakteroides, aerobakteria, akttinomesis, dan streptococcus
anaerob.Untuk penepatannya perlu dilakukan biakan darah,
pus, empedu, dan swab secara anaerob maupun aerob (Sudoyo,
2006).
2.4 Klasifikasi
2.5 .Patofisiologi
a. Amoebiasis Hepar
Amebiasis Hati penyebab utamanya adalah entamoeba
hystolitica.Hanya sebagian kecil individu yang terinfeksi E.Hystolitica
yang member gejala mebiasis invasive, sehingga ada dugaan ada dua
jenis E.hystolitica yaitu strain pathogen dan non pathogen.
Bervariasinya virulensi berbagai strain E.hystolitica ini berbeda
berdasarkan kemampuan nya menimbulkan lesi pada hati. Patogenesi
19. amebiasis hati belum dapat diketahui secara pasti. Ada beberapa
mekanisme yang telah dikemukakan antara lain; faktor virulensi yang
menghasilakan toksin, ketidakseimbangan nutrisi, factor
resistensiparasit, imunodepresi pejamu, berubah-ubahnya antigen
permukaan dan penurunan imunitas cell- Mediated (sudoyo,
2006). parasit dengan lingkungan saluran cerna terutama pada flora
bakteri. Mekanisme terjadinya amebiasis hati:
a) Penempelan E.Hystolitica pada mucus usus
b) Pengerusakan sawar intestinal.
c) Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respon
imun cell-mediated yang disebab kanenzim atau toksin parasit, juga
dapat karena penyakit tuberculosis, malnutrisi, keganasan.
Penyebaran ameba kehati.penyebaran ameba dari usus kehati
sebagian besar melalui vena porta. Terjadi fokus akumulasi neutrophil
periportal yang disertai nekrosis dan infiltrasi granulomatosa. lesi
membesar, bersatu dengan granuloma diganti dengan jaringan
nekrotik. Bagian nekroti ini dikelilingi kapsul tipis seperti jaringan
fibrosa.
b. Abses Hati Piagenik
Abses Hati piagenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari:
1) Vena porta yaitu terifeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa
menyebabkan pielflebitis porta atau emboli septic
2) Saluran empedu merupakan sumber infeksi tersering. Kolangitis
septic dapat menyebabkan penyumbatan saluran empedu seperti juga
batuempedu, kanker, striktura saluran empedu ataupun anomaly
saluran empedu kongenital.
3) Infeksi langsung seperti luka penetrasi. Focus septik berdekatan
seperti abses perinefrik, kecelakaan lalu lintas.
4) Septisemia atau bakterimia akibat infeksi ditempat lain.
21. 2.6 Manifestasi klinis/TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinis AHP biasanya lebih berat dari pada abses hati amebik
dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri
spontan perut kanan atas yang ditandai dengan jalan membungkuk kedepan
dengan kedua tangan diletakkan diatasnya. Demam atau panas tinggi
merupakan keluhan paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran kanan
atas abdomen. Dan disertai dengan keadaan syok.Setelah pemakaian antibiotic
yang adekuat, gejala manifestasi klinis AHP adalah malaise, demam yang tidak
terlalu tinggi dan nyeri tumpul pada abdomen yang menghebat dengan adanya
pergerakka. Apabila abses hati piogenik letaknya dekat dengan diafragma maka
akan terjadi iritasi diafragma sehingga terjadi nyeri bahu sebelah kanan, batuk
ataupun terjadi atelektasis. Gejala lainnya adalah rasa mual dan muntah,
berkurannya napsu makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional,
kelemahan badan, ikterus, buang air besar berwarna seperti kapur dan buang air
kecil berwarna gelap.(Sudoyo, 2006).
Pemeriksaan fisis yang didapatkan febris yang summer-sumer hingga
demam panas tinggi, pada palpasi terdapat hepatomegali serta perkusi terdapat
nyeri tekan hepar yang diperberat dengan adanyapergerakan abdomen,
splenomegali didapatkan apabila AHP telah menjadi kronik. Selain itu, bisa
didapatkan asites, ikterus, serta tanda-tanda hipertensi portal.
22. 2.7Pemeriksaan Penunjang dan Pemeriksaan Fisik/diagnostic
2.7.1 Pemeriksaan penunjang:
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang tinggi
dengan pergeseran kekiri, anemia.Peningkatan laju endap darah, peningkatan
fosfatase.Peningkatan enzim transminase dan serum bilirubin. Berkurangnya
kadar albumin serum dan waktu protrombin memanjang menunjukkanb bahwa
terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP. Tes serologi digunakan
untuk menyingkirkan diagnosis differensial.Kultur darah yang memperlihatkan
bacterial penyebab menjadi standar emas untuk menegakkan diagnosis secara
mikrobiologik.
Pada pemeriksaan penunjang yang lain, seperti pada pemeriksaan foto thoraks
dan foto polos abdomen ditemukan diafragma kanan meninggi, efusi pleural,
atelektasis basiler, empiema atau abses paru. Pada foto thoraks PA, sudut
kardiofrenikus tertutup, pada posisi lateral sudut kardiofrenikus anterior tertutup.
Dibawah diafragma, terlihat bayangan udara atau air fluid level. Abses lobus kiri
akan mendesak kurvatura minor. Secara angiografik, abses merupakan daerah
avaskular.Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu abdominal dan biopsy hati,
kesemuanya saling menunjang sehingga memiliki nilai diagnostic semakin
tinggi.Abdominal CT-Scan memiliki sensitivitas 95-100%dan dapat mendeteksi
luasnya lesi hingga kurang dari 1 cm. ultrasound abdomen memiliki sensitivitas 80-
90%.ultrasound- guided aspirate for culture and special stains, dengan kultur hasil
aspirasi terpimpin dengan ultrasound didapatkan positif 90% kasus, sedangkan
gallium dan technectium radionuclide scanning miemiliki sensitivitas 50-90%.
24. 2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan AHP secara konvensional adalah dengan drainase
terbuka secara operasi dan antibiotic spectrum luas oleh karena bakteri penyebab
abses terdapat didalam cairan abses yang sulit dijangkau dengan antibiotika
tunggal tanpa aspirasi cairan abses.Penatalaksanaan saat ini adalah dengan
menggunakan drainase perkutaneus abses intraabdominal dengan tutunan
abdomen ultrasound atau tomografi komputer, komplikasi yang bisa terjadi
adalah perdarahan, perforasi organ intraabdominal, infeksi ataupun terjadi
kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase, kadang-kadang pada AHP
multiple diperlukan reaksi hati.Penatalaksaan dengan menggunakan antibiotika,
pada terapi awal digunakan penisilin.Selanjutnya, dikombinasikan antara
ampisilin, aminoglikosida atau sefalosporin generasi lll dan klindamisin atan
metrodinazol. Jika dalam waktu 48-72 jam, belum ada perbaikan klinis dan
laboratoris, maka antibiotika yang digunakan diganti dengan antibotika yang
sesuai dengan hasil kultur sensitivitas aspirat abses hati. Pengobatan secara
parenteral dapat dirubah menjadi oral setelah pengobatan parenteral selama 10-
14 hari, dan kemudian dilanjutkan kembali hingga 6 miggu kemudian.
2.9 Komplikasi
Saat diagnosis ditegakkan, menggambarkan keadaan penyakit yang berat,
seperti septikaemia/bakterimia dengan mortalitas 85% ruptur Abses hati disertai
peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-7%, kelainan pleuropulmonal, gagal
hati, perdarahan dalam ronga abses, hemobilia, empiema, fisistula
hepatobronkial, ruptur kedalam perikard atau retroperitoneum. Sesudah
25. mendapatkan terapi, sering terjadi diatesi hemoragik, infeksi luka, abses rekuren,
perdarahan sekunder dan terjadi rekurensi atau reaktivasi abses
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Tujuan
pengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus-menerus mengenai
kesehatan pasien. Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses
dinamis yang terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu: pertama.
Mengumpulkan data secara sistematis.Kedua, memilah dan mengatur data yang
dikumpulkan.Ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka
kembali (Asmadi, 2008).
Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian-keahlian (skill) seperti
wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi.Hasil pengumpulan data kemudian
diklasifikasikan dalam data subjektif dan objektif.Data subjektif merupakan
ungkapan atau persepsi yang dikemukakan oleh pasien.Data objektif merupakan
data yang didapatkan dari hasil observasi, pengukuran dan pemeriksaan fisik.
1.Identitas klien atau anamnesa
26. Nama:Tn.S
Umur:42 tahun
Jenis kelamin:Laki-laki
Agama:Islam
Pendidikan;SMA
Pekerjaan:wiraswasta
Nomer register;220311-7452
Diagnosa medis:Abses Hepar
2.Keluhan utama:nyeri uluh hati selama 1 minggu
3.Riwayat penyakit sekarang:Abses Hepar
4.Riwayat penyakit dahulu:tidak ada Riwayat penyuaakit sebelumnya
5.Riwayat penyakit keluarga:tidak ada Riwayat penyakit di dalam keluarganya
6.Pemeriksaan pola fumgsi Kesehatan/pemeriksaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual.
Pemeriksaan biologis,sosial dan spiritual dengan pola keperawatan menurut
Virginia Henderson:
Bernafas dengan normal
Makan dan minum teratur,tidak mual/muntah
Tidur dan istirahar secara teratur
Memilih pakaian sendiri
Menjaga tubuh tetap bersih
Tetap beribadah ssuai keyakinan
Pasien lancar saat berkomunikasi
Klien mempunyai rasa ingin tau yg kuat tentang perkembangan
Kesehatan nya.
7.Pemeriksaan Fisik:
27. a.Head To Toe
Keadaan umum; tampak Lelah,kesadaran composmentis,suhu tubuh
normal,tekanan darah normal,nadi normal dan pernafasan tidak
terganggu
Kesadaran: Composmentis
TTV;
-Tekanan darah;110/80 mmHg
-Respirasi ;20x/menit
-Denyut nadi ;85x/menit
-Suhu badan ;36,2 C
a. Kepala
Inpeksi ;bentuk kepala simetris,rambut berwarna hitam,tidak ada
benjolan.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inpeksi:bentuk simetris,penglihatan klien jelas,terlihat anemis
Palpasi:tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inpeksi:bentuk simetris,penciuman klien normal,pernapasan
cuping hidung
Palpasi ;tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga
Inpeksi;bentuk simetris,tidak ada darah,pendengaran klien normal.
Palpasi ;tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan.
e. Mulut
Inpeksi ;bentuk simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada darah.
f. Leher
28. Inpeksi ;bentuk simetris,tidak ada pembengkakan.
Palpasi ;tidak ada nyeri tekan
g. Thorax
Inpeksi ;bentuk simetris,tidak ada jejas,pergerakan dinding dada
simetris.
Palpasi;tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan
Auskultasi ;tidak ada bunyi nafas ronchi/wheezing,tidak ada suara
ngorok,frekuensi nafas 20x/menit
Perkusi; snoring
h. Abdomen
Inpeksi: bentuk simetris,tidak ada jejas
Palpasi; ada nyeri tekan
Perkusi; suara abdomen normal
Aukultasi; tympani
i. Genetalia dan rectum
Inpekksi ;bersih,tidak ada kelainan,tidak ada terpasang kateter
j. Ekstermitas atas
Inpeksi;bentuk simetris,tidak ada pembengkakan, tidak ada
jejas,di tangan kanan terpasang infus.
Palpasi ;tidak ada nyeri tekan
k. Ekstermitas bawah
Inpeksi ;bentuk simetris dan tidak ada pembengkakan
Palpasi; tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan Penunjang
-foto rontgen
29. .
3.3 Interview Keperawatan
Rencana keperawatan atau interview adalah Tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan.
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan
terputusnya
kontiunitas
jaringan
Setelah dilakukan
Tindakan
keperwatan selama
2x24 jam, rasa
nyaman klien
terpenuhi kriteria
hasil:
1. Skala nyeri
berkurang
2. TTV dalam
batas normal
3. Ekspresi
wajah klien
tenang
1. Kajian skala
nyeri dan
intensitas nyeri
(0-10)
2. Observasi
tanda-tanda vital
seperti: TD, N,
S, SRR
3. Ajarkan klien
melakukan
Teknik distraksi
4. Berikan
lingkungan yang
nyaman dan
tenang
5. Kolaborasi
pemberian
1. Skala nyeri
intensitasnyeri
dapat
menentukan
tindakan
keperawatan
selanjutnya
2. Mengetahui
perubahan nyeri
pada klien
3. Teknik distraksi
dan relaksasi
dapat
mengurangi
nyeri
4. Lingkungan
yang nyaman
30. analgetic
tramadol
dan tenang
dapat
meningkatkan
kenyamanan
dan dapat
mengurangi rasa
nyeri
5. Tramadol
sebagai
analgetic yang
berfungsi untuk
menurunkan
rasa nyeri
2 Gangguan
keseimbangan
cairan
berhubungan
dengan penurunan
produksi urin
Setelah dilakukan
Tindakan
keperawatan selama
3x24 jam,
keseimbangan cairan
dan elektrolit
adekuat, ditandai
dengan:
1. Infut-infut
balance
2. Tidak terjadi
oedem
3. Turgor
kulit(+)
1. Pertahankan
secara ketat
intake dan
output
2. Hitunglah
jumlah IWI,
melalui respirasi
dan jumlah
humudifikasi
yang digunakan
3. Monitor tanda
vital seperti TD,
N, S, RR
4. Monitor CVP
1. Untuk
mencegah dan
mengidentifikasi
secara dini
terjadi kelebihan
cairan
2. Untuk dapat
menetapkan
keakuratan dari
initake dan
output
3. kekurangan
cairan dapat
menunjukkan
31. 4. Nilai CVP
sesuai
dengan
instruksi
yang
diberikan
5. Nilai
elektrolit
tubuh dalam
batas normal
5. Catatlah
perubahan
gejala
peningkatan N,
dan TD
menurun
4. Mengetahui
adanya
kelebihan cairan
5.
3. Resiko infeksi b/d
adanya kerusakan
jaringan sebagai
tempat masuknya
mikroorganisme
Setelah dilakukan
pemeriksaan 7x24
jam, tidak terjadi
infeksi ditandai
dengan:
1. Suhu tubuh
dalam batas
normal (36,5
C- 37,0 C)
2. Lekosit
dalam batas
normal(4.400
-
11.300/mm3)
3. Tidak
terdapat
tanda-tanda
infeksi
1. Periksa
darah/sputum
kultur sesuai
indikasi
2. Berikan
antibiotic
3. Catat factor-
faktor resiko
terjadinya
infeksi
4. Lakukan
perawatan WSD
secara teratur
5. Pertahankan
hidrasi dan
nutrisi yang
adekuat
6. Observasi
1. Untuk
mengetahui gol
darah
2. Agar pasien
cepat sembuh
3. Untuk
mengetahui
tanda-tanda
infeksi
4. Untuk
mengeluarkan
udara, cairan
(darah, pus) dari
rongga pleura
5. Untuk menjaga
keseimbangan
cairan dalam
tubuh
32. tanda-tanda vital
seperti: TD, N,
S, RR
6. untuk memantau
kondisi klien
4. Hipertermi
berhubingan
dengan proses
peradangan
Setelah dilakukan
Tindakan
keperawatan
diharapkan suhu
tubuh Kembali
normal37C
1. suhu kulit dalam
rentan yang
diharapkan
2. suhu tubuh
dalam batas
normal
3. nadi dan
pernafasan
dalam rentan
yang diharapkan
4. perubahan
warna kulit
tidak ada
5. observasi tanda-
tanda vital
seperti: TD, N,
S, RR
1. Pantau suhu
minimal 2 jam
sesuai dengan
kebutuhan
2. Pantau warna
kulita dan suhu
3. Lepaskan
pakaian yang
berlebihan dan
tutupi pasien
dengan hanya
selembar
pakaian
4. Berikan cairan
intravena
5. Untuk
mengetahui
perkembnagan
klien