Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan klien artritis reumatoid pada lansia dengan fokus studi nyeri akut di desa Pancur. Dokumen menjelaskan tentang konsep lansia, konsep rematik, konsep nyeri, dan konsep asuhan keperawatan pada lansia termasuk pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
iASUHAN KEPERAWATAN LANSIA ARTRITIS RHEUMATOID
1. i
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ARTRITIS RHEUMATOID PADA
LANSIA DENGAN FOKUS STUDI NYERI AKUT DI DESA PANCUR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR
Dosen Pembimbing
M Zainal Abidin, Skep, Ners, Mkes (Epid)
Pembimbing CI
Sulistiyani Skep, Ners
Disusun Oleh
Nama : Nila Putri Suci P
Nim : P1337420418008
Tingkat : 3B
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN BLORA
2020/2021
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan
Keperawatan Klien Artritis Rheumatoid Pada Lansia Dengan Fokus Studi
Nyeri Akut Di Desa Pancur Wilayah Kerja Puskesmas Pancur ” dengan tepat
waktu. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penulis sedikit ada masalah
karena penyakit Covid-19, atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
sehingga askep ini dapat selesai. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak M Zainal Abidin, Skep, Ners, Mkes (Epid) selaku dosen
pembimbing keperawatan gerontik yang sudah membimbing dalam
tercapainya asuhan keperawatan gerontik.
2. Ibu Sulistiyani, Skep, Ners selaku CI Puskesmas Jepon yang sudah
memberikan pengarahan dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik.
3. Orang tua yang senantiasa telah memberikan segala bentuk dukungan dan
selalu mencurahkan perhatian, kasih sayang setiap saat sehingga dapat
membesarkan hati, memberikan semangat kepada penulis.
4. Teman-teman seperjuangan yang sudah memotivasi sehingga dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan gerontik dengan tepat waktu.
Penulis menyadari dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharap kritik dan saran guna membangun kesempurnaan penulisan
ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Rembang, 16 Februari 2021
Penulis
Nila Putri Suci P
3. ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
Cover ………………………….……………………………………. i
Kata Pengantar …………………………………………………..… i
Daftar Isi ………………………………...………………………….. ii
Daftar Lampiran ………………………….…………..…………… iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………. 1
B. Tujuan………………………………………………………….. 1
C. Manfaat Penulis ……………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lansia………………………………………………….. 3
1. Definisi lansia…….………………………………………… 3
2. Batasan umur lansia…………………………………………. 3
3. Karakteristik Lansia ………………………………………… 3
4. Klasifikasi lansia …………………………………………… 4
5. Tipe lansia ………………………………………………….. 4
6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ……………... 5
B. Konsep Rematik……………………….……………………….. 7
1. Pengertian rematik…………………………………………... 7
2. Etiologi………………….…………………………………... 8
3. Manifestasi klinik……………………………………………. 9
4. Patofisiologi.…….…………………………………………... 10
5. Pathway……………………………………………………... 11
6. Pemeriksaan Penunjang …………………………………….. 11
7. Penatalaksanaan …………………………………………….. 12
8. Komplikasi …………………………………………………. 12
C. Konsep Nyeri ………….………………………………………. 12
1. Definisi……………………………………………………… 12
2. Etiologi……………………………………………………… 13
3. Tanda Gejala …..…………………………………………… 13
4. iii
4. Karakteristik ……..…………………………………………. 14
D. Konsep Askep Lansia …..………………………………………. 14
1. Pengkajian…...……………………………………………… 14
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………….... 17
3. Intervensi………..………………………………………...… 18
4. Implementasi………………………………………………… 20
5. Evaluasi……………………………………………………... 21
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN …................................................................... 22
1. Format Pengkajian............................................................... 22
2. Pengkajian Fungsional, koglitif, afektif, dan sosial........... 32
3. Pola kebiasaan sehari-hari................................................... 35
B. ANALISA DATA..................................................................... 38
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................. 39
D. INTERVENSI KEPERAWATAN........................................... 39
E. IMPLEMENTASI.................................................................... 40
F. EVALUASI PROSES............................................................. 44
G. EVALUASI SUMATIF.......................................................... 46
BAB IV PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN........................................................................ 47
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................ 48
C. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................... 50
D. IMPLEMENTASI................................................................... 50
E. EVALUASI............................................................................. 50
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN....................................................................... 51
B. SARAN................................................................................... 51
Lampiran
LAMPIRAN 1 : Gambar
LAMPIRAN 2 : SOP
Daftar Pustaka
5. iv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Lampiran 1 : Gambar target praktika sesuai buku panduan
B. Lampiran 2 : SOP Tindakan Prioritas (Distraksi Relaksasi) dan SOP
praktika sesuai target buku panduan.
6. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah-masalah kesehatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai
sistem tubuh salah satunya adalah rematik. Rematik adalah penyakit inflamasi
non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan
mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Chairuddin, 2011).
Rematik tidak diketahui penyebab secara pasti tetapi dapat dibagi kedalam
3 (tiga) bagian yaitu imunitas, faktor metabolik, dan infeksi dengan
kecenderungan virus (Lilik azizah 2011). Rematik dapat disebabkan oleh
kegemukan, usia, jenis kelamin, genetik, suku (Soumya,2011). Menurut
Penelitian Hikmah Fakutriyah (2010) Mahasiswa Universitas Ilmu kesehatan
Muhamadiyah Surakarta jurusan Fisioterapi penyebab rematik adalah
Obesistas, Usia, Jenis kelamin dan suku.
Manifestasi rematik yaitu: nyeri sendi, inflamasi, deformitas (Roehadi
2010). Nyeri dapat dibagi kedalam 3 tingkatan yaitu nyeri ringan dengan skala
nyeri 1-3, nyeri sedang dengan skala nyeri 4-7, nyeri berat dengan skala nyeri
8-10 (Soeroso 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan langsung kepada pasien dengan
rematik yang merupakan konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke dalam
proses asuhan keperawatan serta mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kelompok diharapkan mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit pada klien penyakit rematik
b. Melakukan konsep dasar proses pengetahuan pada klien dengan
rematik
7. 2
c. Melakukan pengkajian pada klien rematik
d. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan rematik
e. Menyusun intervensi keperawatan pada klien rematik
f. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan rematik
g. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan rematik
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan rematik
C. Manfaat Penulis
a. Bagi penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung
pada klien sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam
melaksanakan tugas.
b. Bagi klien
Supaya klien mengetahui dan memahami mengenai penyakit maupun
pencegahan dan perawatan dirumah.
8. 3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP LANSIA
1. Definisi Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75
tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan aktifitas jaringan untuk
memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Darmojo, 2010). Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
(Ratnawati, 2017).
2. Batasan umur lansia
Batasan umur menurut organisasi WHO ada 4 tahap lansia meliputi: usia
pertengahan ( Middle age) = kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (Elderly) = antara
usia 60-74 tahun, usia lanjut tua (Old) = antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very
Old) = diatas 90 tahun.
Di Indonesia batasan mengenai lansia adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1
pasal 1 ayat 2. Menurut undang-undang tersebut diatas lanjut adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Kurhariyadi, 2011).
3. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
9. 4
b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif
c) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).
4. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
5. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe
usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan
beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
10. 5
e. Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan 15 pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra Sistem pendengaran
Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut :
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama
kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur.
4) Kartilago
jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi 16 rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5) Tulang
berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan
fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur.
11. 6
6) Otot
perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif.
7) Sendi
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
b. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi
mencakup :
1) Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan
penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
2) Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap,
tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang
rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago
dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
3) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata : (a). Kehilangan gigi, (b). Indra pengecap
menurun, (3). Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), (c). Liver (hati)
makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.
4) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
12. 7
5) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
6) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
c. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quocient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
B. KONSEP REMATIK
1. Pengertian Rematik
Reumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang
melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri
dan kekakuan pada sendi. Dalam perhimpunan reumatologi Indonesia secara Reumatoid
Arthitis sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi
karena proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi-sendi
tersebut (Hamijoyo, 2010).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 1999).
Sjamsuhidajat, dkk (2013) mendefinisikan reumatoid astritis sebagai kelainan
13. 8
sendi kronik yang disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi pada
sendi, matriks ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua. Penyakit
rematik meliputi cakupan dari penyakit yang dikarakteristikkan oleh kecenderungan
untuk mengecek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,2011).
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko
yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara
pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa.
Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
d. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk menderita penyakit
ini.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
14. 9
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering
menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih
tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia mudah
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
3. Manifestasi Klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa
kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan.
Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
15. 10
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan
yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi
yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang
umumnya tua (lansia).
4. Patofisiologi
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur sendi dan
sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan
tendon meradang. Peradangan ini ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan
komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik
akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan
aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium
yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat
menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan
jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat
serta deformitasi.
16. 11
5. Pathway
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes serologik
b. Rematoid- 70% pasien bersifat seronegatif. Catatan : 100% dengan faktor remotoid
yang positif jika terdapat nodul atasindroma sjogren
c. Antibodi antinukleus (AAN) : hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20 kasus
d. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena, perubahan-perubahan yang dapat
ditemukan adalah :
1) Pembengkakan jaringan lunak
2) Penyempitan rongga sendi
3) Erosi sendi
17. 12
4) Osteoporosis juksta artikule
e. Untuk menilai aktivitas penyakit :
1) Erosi progresif pada foto sinar X serial
2) LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada artritis
remanoid meliputi :
a) Penyakit aktif
b) Amiloidosis
c) Infeksi
d) Sindroma sjorgen
3) Anemia : berat ringanya anemia normakromik biasanya berkaitan dengan
aktivitas
4) Titer factor rematoid : makin tinggi titernya makin mungkin terdapat kelainan
artikuler
5) Faktor ini berkaitan dengan aktifitas artritis.
7. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain (Hidayatus sya’diyah, 2018:212) dan
(Asikin, 2013):41 Pengobatan non farmakologi :
a. Istirahat
b. Latihan fisik
c. Nutrisi : menjaga pola makan seperti :diet rendah purin
d. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi nyeri
e. Konsumsi makanan yang tinggi protein dan vitamin
f. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera
g. Kompres air es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
8. Komplikasi Menurut (Sya'diyah, 2018):212
Komplikasi yang mungkin muncul adalah :
a. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di tangan dan kaki.
b. Anemia
c. Pada otot terjadi myosis,yaitu proses granulasi jaringan otot.
18. 13
d. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Trombemboli adalah adanya sumbatan
pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
C. KONSEP NYERI
1. Definisi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016 Nyeri Akut adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera akut,
penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan) dan
menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan 9 pulih pada area yang rusak.
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya
menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat
serta pallor (Mubarak et al., 2015).
2. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016 adalah sebagai berikut :
a. Agen pencedera fisiologi (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
3. Tanda dan Gejala Nyeri Akut
Gejala dan tanda menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016 adalah sebagai berikut:
a. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
b. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis.
19. 14
4. Karakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)
a. Faktor pencetus (P: Provocate), perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-
stimulus nyeri klien, dalam hal ini perawat melakukan observasi bagian-bagian tubuh
yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenetik
maka perawat harus dapat menanyakan perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
b. Kualitas (Q: Quality), merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien.
Klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul berdenyut,
berpindah-pindah seperti 15 bertindih, perih, tertusuk, dan lain-lain. Dimana tiap
klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c. Lokasi (R: Region), untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk
melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat memnta klien untuk melacak
daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal itu akan sulit apabila nyeri
yang dirasakan bersifat difus (menyebar).
d. Keparahan (S:Severe), tingkat keparahan klien tentang nyeri merupakan
karakterisktik yang paling subjektif. Pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau nyeri
berat. (Zakiyah, 2015)
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
1. Pengkajian
Menurut Aspiani (2014) pengkajiannya adalah sebagai berikut :
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir/usia, alamat,
suku, agama, status perkawinan, pendidikan
20. 15
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien Arthritis Rheumathoid
adalah klien mengeluh nyeri pada persendian yang terkena, adanya
keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh
klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke
Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain Rumah
Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana
perubahannya dan data yang didapat saat pengkajian.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal
sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya
riwayat penyakit muskuloskeletal, penggunaan obat- obatan, riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
karena faktor genetik/keturunan
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan muskuloskeletal
biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis
3) Tanda- tanda vital
a) Suhu meningkat (>37o
C)
b) Nadi meningkat (N : 70- 82x/menit)
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal
d) Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat.
21. 16
g. Pemeriksaan review of system (ROS)
1) Sistem pernafasan (B1 : Breathing )
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.
2) Sistem Sirkulasi (B2 : Bleeding )
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apikal, sirkulasi perifer, warna
dan kehangatan.
3) Sistem persarafan (B3 : Brain )
Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang
fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi pupil. Agitasi
(mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas).
4) Sistem perkemihan (B4 : Bleder )
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria, distensi kandung
kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
5) Sistem Pencernaan (B5 : Bowel )
Konstipasi, konsisten feces, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
6) Sistem muskuloskeletal (B6 : Bone )
Kaji adanya nyeri berat tiba- tiba/mungkin terlokalisasi pada area jaringan, dapat
berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur, atrofi otot, laserasi
kulit dan perubahan warna.
h. Pola Fungsi Kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan sehubungan
dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan mobilisasi.
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
2) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan diet, kesulitan menelan, mual/muntah dan makanan kesukaan.
3) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya
masalah defekasi, masalah nutrisi dan penggunaan kateter.
22. 17
4) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi terhadap energi, jumlah
jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur dan insomnia.
5) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi,
riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
6) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah dan masalah keuangan.
7) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan dan pembau. Pengkajian status
mental menggunakan Tabel Short Portable Mental Status Questionere (SPMSQ).
8) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri,
peran, identitas diri. Manusia sebagai sistem terbuka dan makhluk bio-psiko-
sosio-kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
9) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
10) Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritual
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d Agen pencederaan Fisiologis
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi
c. Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi
23. 18
3. Intervensi
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
NIC Rasional
1. Nyeri akut b.d
agen
pencedera
fisiologis
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan nyeri
dapat berkurang
skala (0-3),
dengan kriteria
hasil:
1.Mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
teknik
farmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri, mencari
bantuan).
2. melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3.Menyatakan
1.lakukan
pengkajian
nyeri secara
komprehensif
(1-10)
termasuk
lokasi,
karakte ristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas dan
faktor
presipitasi
2.ajarkan
teknik
nonfarmakolo
gi (distraksi
relaksasi)
3.memberika
n kompres
hangat/
dingin
4.melakukan
massage
(pijat)
5.evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
1.mengobservasi
tingkatan nyeri (1-10)
2.mengurangi nyeri
yang dirasakan
3.memberikan rasa
rileks pada nyeri
4.memberikan rasa
rileks pada nyeri
5.mengetahui respon
sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan
pada nyeri
24. 19
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang.
2. Gangguan
mobilitas fisik
b.d kekakuan
sendi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan klien
mampu
melakukan
ambulasi dengan
kriteria hasil :
1.Klien dapat
menggunakan
alat bantu jalan
dengan baik.
1.me-
monitoring
ttv
sebelum/sesu
dah latihan
2.pertahankan
posisi tirah
baring/duduk
3.evaluasi
tingkat
inflamasi/
rasa sakit
pada sendi
4.bantu
dengan
tindakan
rentang gerak
aktif/pasif
5.berikan alat
bantu jika
pasien
memerlukan
1.mengetahui ttv pasien
2.mempertahankan
kenyamanan pasien
dalam latian gerak
3.mengevaluasi
tingkatan nyeri yang
dirasakan pasien
4.mencegah kekakuan
sendi
5.memudahkan pasien
dalam berjalan
3. Kurang
pengetahuan
b.d kurang
terpaparnya
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
1.Berikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan
1. mengetahui tingkat
pengetahuan pasien
tentang penyakit
rematik
2.Mengetahui tanda dan
25. 20
informasi diharapkan
pasien dapat
memahami
pelaksanaan
nyeri yang sering
timbul dengan
kriteria hasil :
1.Klien
mengatakan
pemahaman
tentang penyakit,
kronis dan cara
mengatasi
nyerinya
2.Klien mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat
pasien
tentang
penyakit
2.Jelaskan
tanda dan
gejala yang
biasa muncul
3. identifikasi
penyebab
dengan cara
yang tepat
4. diskusikan
terapi non
farmakologi
gejala yang biasa
muncul pada penyakit
rematik
3.mengidentifikasi
penyebab rematik dan
cara mengobatinya
4. lakukan teknik non
farmakologi relaksasi
4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan atau implementasi keperawatan merupakan langkah
keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan), strategi ini terdapat dalam rencana tindakan
keperawatan. Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya- bahaya
fisik dan pelindungan pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak- hak dari lansia dan memahami tingkat
perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan gerontik diarahkan untuk mengoptimalkan
kondisi lansia agar mampu mandiri dan produktif (Kholifah, 2016).
26. 21
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
gerontik. Penilaian yang dilakukan dengan membandingkan kondisi lansia dengan
tujuan yang ditetapkan pada rencana. Evaluasi dilaksanakan berkesinambungan
dengan melibatkan lansia dan tenaga
kesehatan lainnya.
Menurut Craven dan Hirnle dalam buku Kholifah (2016) evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan yang
telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang tampilkan.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana
tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana, dan
pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan,
c. Mengukur pencapaian tujuan,
d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan, Melakukan revisi
atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu .(Kholifah, 2016)
28. Lampiran 2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
“ KOMPRES AIR HANGAT ”
Disusun Oleh:
NILA PUTRI SUCI PRATIWI
P1337420418008
3B / 6
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
29. 2020
SOP KOMPRES HANGAT DINGIN
No dukumentasi No revisi Halaman
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Tanggal Disetujui oleh
PENGERTIAN Suatu tindakan yang digunakan untuk menurunkan suhu
tubuh maupun nyeri
TUJUAN 1. Membantu mempertahankan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Membantu menurunkan suhu tubuh
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Baskom
2. Termos berisi air panas
3. Air dingin / biasa
4. Waslap
PROSEDUR
PELAKSANAAN
1. berikan salam kepada pasien
2. beritahu kepada pasien tentang tindakan apa
yang akan dilakukan
30. 3. kontrak waktu
4. mencampurakn air panas dan air dingin
kedalam baskom
5. kemudain celupkan waslap
6. peras waslah hingga tidak berair banyak
7. lalu taruh waslap yang telah di celupkan air
tadi ke tubuh pasien daerah lipatan (
lengan, ketika, lipatan kaki , dll )
31. SOP
TEKNIK RELAKSASI DAN DISTRAKSI
Disusun oleh :
NILA PUTRI SUCI P
P1337420418008
3B/6
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
2021
32. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP )
Teknik Mengatasi Nyeri Atau Relaksasi Nafas Dalam
Pengertian :
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan
otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri
Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi :
1. Posisikan pasien dengan tepat
2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang
Tujuan :
Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri
Indikasi :
Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri kronis
Prosedur pelaksanaan :
A. Tahap prainteraksi
1. Menbaca status pasien
2. Mencuci tangan
3. Meyiapkan alat
B. Tahap orientasi
1. Memberikan salam teraupetik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga perivacy pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
dan keluarga
33. C. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada ynag
kurang jelas
2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
34. 3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga paru berisi
udara
4. Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara
membiarkanya keluar dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu
bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatian betapa
nikmatnya rasanya
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat
( 1-2 menit )
6. Instruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian menghembuskan
secara perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan,
kaki, menuju keparu-paru kemudian udara dan rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan,
udara yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari
tangan dan kai dan rasakan kehangatanya
8. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bial ras
nyeri kembali lagi
9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan
secara mandiri
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respons pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga
35. STANDAR OPERASIONAK PROSEDUR ( SOP )
Teknik Mengatasi Nyeri Atau Distrasi
Pengertian :
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian
pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dirasakan
Tujuan :
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri pada pasien
Indikasi :
Dilakukan pada pasiendengan gangguan nyeri kronis
Prosedur pelaksanaan :
A. Tahap prainteraksi
1. Membaca status pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan peralatan
B. Tahap orientasi
1. Menmberikan salam kepada pasien
2. Validasi kondisi pasien
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga
C. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya jika kurang jelas
2. Tanyakan keluhan pasien
3. Menjaga privacy pasien
4. Memuli dengan cara yang baik
5. Mengatur posisi pasien agar rileks tanap beban fisik
36. 6. Menberikan penjelasan pada pasien beberapa cara distrasi
a. Bernafas pelan-pelan
b. Massage sambilbernafas pelan-pelan
c. Mendengarkan lagu sambil, menepuk-nepuk jari kaki
d. Menbanyangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
37. e. Menonton TV
f. Berbincang-bincang dengan orang lain
7. Menganjurkan pasien untuk melakukan salah satu teknik distraksi tersebut
8. Menganjurkan pasien untuk mencoba teknik tersebut bila terasa nyaman atau
ketidak nyamanan
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan bsik
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien terhadap teknik distraksi
3. Paraf dan nama perawat jaga.
38. DAFTAR PUSTAKA
Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba
Medika. Jakarta. 2011
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari
Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta. 2011