1. Cerita rakyat tentang asal usul batu betarub di Desa Daup, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
2. Anak dari keluarga miskin tidak diizinkan menghadiri pesta kaya, lalu ibunya membalas dengan melempar kucing berdandan ke pesta.
3. Orang di pesta tertawa melihat kucing itu sampai disambar petir dan menjadi batu.
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
Cerita rakyat
1. Asal Mula Batu Betarub
Pada suatu desa hiduplah sebuah keluarga miskin yang hanya terdiri dari seorang ibu dengan
seorang anak. Anaknya sudah lumayan besar sekitar umur 7 tahun. Keluarga ini adalah
keluarga yang paling miskin di desa itu. Orang selalu tidak menganggap keberadaan mereka
dan mengucilkan mereka. Ibunya hanya bekerja sebagai pencari kayu bakar untuk
menghidupi keluarganya.
Suatu hari orang yang paling kaya di kampung itumengadakan selamatan yang kita tahu
kalau orang kaya mengadakan selamatan, pasti seluruh warga kampung diundang. Setelah
mendengar cerita itu, si anak merasa ingin sekali pergi ke acara selamatan itu karena seumur
hidupnya dia tidak pernah pergi ke acara yang seperti itu.
”Aku tidak pernah pergi ke acara yang seperti itu” kata anak itu.
Lalu anak itu bertanya kepada ibunya ”Mak, apakah kita diundang oleh orang di acara itu?”
Lalu jawab ibunya ”Tak tahu ya, coba kamu bertanya ke orang di situ”
Lalu jawab si anak lagi ”Mana ada mak orang yang mau memberitahu kita. Aku kan bau”
”Oh, kalau begitu biar mak saja yang bertanya” kata ibunya.
Pergilah ibunya itu. Kemudian bertanyalah ibunya ke tetangga itu ”Eh, apakah aku diundang
di acara itu?”
”Tak tahu ya. Sepertinya tidak ada. Aku Cuma mengundang orang yang namanya di sini”
kata tetangga tadi itu.
Rasa kesal ibunya menyeruak. Kemudian sadarlah dia bahwa mungkin dia adalah orang
paling miskin di kampungnya. Kemudian diberitahukannya kepada si anak bahwa
keluarganya tidak diundang oleh orang yang mengadakan acara itu.
Akan tetapi si anak ingin sekali seperti orang lain yang dapat makan enak. Kemudian dia
nekad bahwa dia harus pergi ke acara itu. ”Mak...!” kata anak itu.
”Aku harus pergi ke acara itu apapun yang terjadi” kata anak itu lagi.
Tibalah hari acara tersebut. Orang yang kaya tadi membuat tarub untuk acaranya tersebut.
Tarub itu adalah tempat orang terhormat berkumpul seperti kiai, kepala kampung, dan
sebagainya. Pakoknya orang kaya dan terhormat yang datang pada sebuah acara yang
memang sengaja dibuat oleh orang. Begitu acara dimulai, berdatangan orang sekampung.
Melihat orang sekampung pergi ke acara itu, si anak pun ikut pergi juga. Berdandanlah si
anak. Ketika sampai di tarub, si anak ditahan oleh si penjaga tarub.
”Ada apa kamu ke sini? Kamu itu tidak diundang” kata penjaga tarub tadi. Kemudian penjaga
tarub mendorong tubuh anak tersebut hingga jatuh. Merasa diperlakukan seperti itu,
pulanglah si anak ke rumahnya. Setibanya di rumah, dia pun langsung memberitahu kepada
ibunya apa yang di alaminya di acara tadi. Kemudian ibunya menyuruh dia untuk pergi
kembali, pergilah si anak untuk yang kedua kalinya. Akan tetapi, anak tersebut tetap saja
diusir oleh penjaga tarub tersebut. Penjaga tarub tersebut mendorong anak tersebut lagi.
Kemudian si anak kembali ke rumah dan memberitahukan kejadian tersebut kepada ibunya.
Sesampainya di rumah, ibu kembali menyuruh anaknya untuk mandi sampai bersih ”Coba
kamu pergi lagi dan sebelum kamu pergi kamu harus mandi sampai bersih. Mungkin saja
badanmu masih bau sehingga orang tidak mau menerimamu hadir di acara tersebut”
Kemudian si anak tanpa berpikir panjang menuruti perintah ibunya. Setelah mandi si anak
langsung pergi ke acara tersebut untuk ketiga kalinya. Akan tetapi, anak tersebut masih juga
didorong oleh si penjaga tarub tersebut. Dengan hati yang sedih si anak kembali lagi ke
rumahnya dan memberitahukan lagi apa yang dialaminya kepada si ibu. Mendengar cerita
anaknya, hati si ibu pun menjadi geram terhadap perlakuan si penjaga tarub terhadap
anaknya, maka timbullah niat jahat si ibu.
”Oh, kalau begitu caranya orang dengan kami, kami juga bisa berbuat jahat dengan orang”
kata si ibu.
2. ”Kalau begitu, kamu dandani kucing kita ini dengan memakaikan baju kepadanya sehingga
menjadi kucing yang benar-benar bagus. Kemudian kita bawa kucing tersebut ke acara orang
kaya itu” kata si ibu.
Kemudian si anak dengan si ibu pergi ke acara tersebut sambil membawa kucing yang sudah
didandani tadi.
Sampai di tarub, kucing yang sudah didandan layaknya manusia, dipakaikan baju, dipolesi
bedak dan lipstik tebal-tebal dilemparkan oleh mereka di depan orang ramai. Melihat kucing
tersebut, orang yang ada di tarub tersebut tertawa sekeras-kerasnya. Kucing itu pun berlari-lari
kebingungan tidak terarah. Orang mengira kalau kucing tersebut sedang menari dan
semakin besar ketawa orang yang ada di situ. Tidak lama kemudian, tiba-tiba petir pun
menyambar dan menyambar orang yang ada di tarub tersebut. Kemudian orang yang terkena
sambaran petir itu menjadi batu beserta tarubnya. Akan tetapi, si anak dengan si ibu tadi
bersembunyi di batang bambu.
Sampai sekarang, jika petir menyambar gesekkan saja batang bambu agar tidak terkena
smbaran petir itu. Begitulah cerita mengapa disebut batu betarub yang sekarang batu tersebut
terdapat di kampung Daup, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas.
3. PUTRI ANAM
Ini cerita tentang seorang putri dengan Pak Rusa’. Putri tadi bernama Bussu. Kisah ini
bermula dari suatu hari Putri Bussu melayangkan kipas ke rumah Pak Rusa’. Kipas tadi
menyangkut di rumah Pak Rusa’.
” Putri, putri buatkan aku bubur ya .....”, kata Pak Rusa pada sang putri ” Baiklah, Pak Rusa’,
jawab sang putri
Dibuatkannyalah bubur, namun belum juga dimakannya sampai menjelang siang dan bubur
tersebut menjadi dingin. Tidak lama kemudian bubur itupun dimakan oleh Pak Rusa’. Tidak
lama kemudian Pak Rusa’ bertanya kepada tuan putri.
” Apa yang berbunyi riuh rendah tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Itu orang menumbuk emping disiang hari, jawab Sang Putri’
” Apa yang dikipas - kipas, tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Orang sedang menyapu lantai di siang hari, Pak Rusa’ kata Tuan Putri"
” Apa yang terang benderang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’
” Bintang Timur merupakan tanda hari akan siang, Pak Rusa, kata Tuan Putri
” Apa yang bergoyang goyang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’
” Daun simpur ditiup angin, Pak Rusa’., kata Tuan Putri
” Apa yang bergerak gerak, tuan putri ? tanya Pak Rusa
” Hanyut kayu besar dari hulu Pak Rusa”, kata Tuan Putri
” Masak bubur lagi kah tuan putri ? tanya Pak Rusa’.
"Benar sejak dari tadi sudah dimasak, hingga dingin rasa bubur itu, kata tuan putri.
Lalu Pak Rusa’ makan bubur itu sampai habis. Jika tuan putri pulang, ambillah labu barang
sebutir disitu.
” Iya, jawab Tuan Putri.
” Yang ringan saja tuan putri. Nanti sesampai di rumah tutup pintu, tutup jendela, turunkan
kelambu lalu belahlah dua labu tersebut. Setibanya di rumah tuan putripun menutup semua
pintu dan jendela serta menurunkan kelambu, maka dibelahnya labu tersebut. Betapa
terkejutnya sang putri ternyata penuh dengan emas di dalam labu tersebut.
Timbul keinginan kakak sang putri yang bernama Putri Anam untuk memiliki labu tersebut.
Kemudian bertanyalah Putri Anam kepada Putri Bussu, dimana ia memperoleh labu itu ?.
Putri Bussupun menjawab bahwa ia membuatkan bubur Pak Rusa. Kemudian lanjut Putri
4. Bussu bahwa kipasnya tersangkut di pohon jeruk Pak Rusa’ lalu ia bercerita. Kipas saya
sangkut di pohon jeruk Pak Rusa’, katanya.
Kemudian Putri Anampun mencontoh apa yang telah Putri Bussu ceritakan kepadanya, Putri
Anam juga langsung melayangkan kipas ke rumah Pak Rusa’. Kemudian Putri Anam pergi ke
rumah Pak Rusa’ sesampainya di rumah Pak Rusa’, Pak Rusa’ pun berkata kepada Putri
Anam.
” Putri, putri, buburkanlah saya”, kata Pak Rusa’
” Iya’ jawab tuan putri.
Maka Putri Anampun membuat bubur dan haripun menjelang siang, seperti biasa bubur
itupun menjadi dingin.
” Makanlah, sudah dingin”, kata Putri Anam
” Iya, jawab Pak Rusa’.
Belum menjelang siang sudah dikatakannya dingin bubur tersebut, kata Pak Rusa’. Maka Pak
Rusa’ makan bubur tersebut. Namun pada saat Pak Rusa’, akan memakannya, panas bukan
main bubur tersebut. Rasa terbakar mulut Pak Rusa’. Tunggu kau tuan putri, jawab Pak Rusa’
sambil mengumpat. Menjelang malam kita akan bercerita tuan putri kata Pak Rusa’.
” Apa yang berbunyi riuh rendah tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Itu orang menumbung emping di siang hari, Pak Rusa’ jawab Tuan Putri
” Apa yang dikipas-kipas, tuan putri? tanya Pak Rusa’
” Orang sedang menyapu lantai di siang hari, Pak Rusa’, kata tuan putri
” Apa yang terang benderang, tuan putri ? ” tanya Pak Rusa’
” Bintang Timur tanda hari akan siang, Pak Rusa’, kata Tuan Putri
” Apa yang bergoyang goyang tuan putri ?, tanya Pak Rusa’
” Daun Simpur ditiup angin, Pak Rusa’, kata tuan putri
” Apa yang bergerak gerak, tuan putri ? tanya Pak Rusa
” Hanyut kayu besar dari hulu Pak Rusa’, kata tuan putri
Buburkan lagi saya tuan putri, kata Pak Rusa’. Menjelang siang nanti artinya bubur tersebut
sudah dingin kata Pak Rusa’. Belum lagi hari menjelang siang sudah dikatakannya dingin
bubur tersebut. Setelah itu dimakannyalah bubur yang lagi panas tersebut. Sekali lagi Pak
Rusa’ merasa dibohongi oleh Putri Anam. Tunggu kau, kata Pak Rusa’ sambil mengumpat.
Nanti jika tuan putri pulang ambillah labu yang terletak di bawah dapur. Ambillah sesuka
hatimu, kata Pak Rusa’ yang ringankah atau yang berat, Oh kalau begitu saya memilih yang
5. berat saja, banyak isinya. Nanti sesampai di rumah tutup pintu, tutup jendela turunkan
kelambu. ” Baiklah Pak Rusa’, kata Putri Anam.
Maka sesampai di rumah Putri Anam pun menutup pintu, menutup jendela menurunkan
kelambu, kemudian dibelahnya buah labu tersebut, betapa terkejutnya sang Putri Anam,
bukannya emas yang didapat malah sebaliknya celaka yang didapat karena yang keluar dari
dalam buah labu tersebut ular, kalajengking, lipan dan matilah Putri Anam tersebut digigit
binatang yang keluar dari buah labu tersebut.
Begitulah ceritanya balasan orang yang suka berbohong dan tidak sabar.