2. • Novia Ismi Nurhidayah 1617011004
• Shalza Nanda Rizky 1617011020
• Sri Astuti 1617011024
• Ulfia Fauziah Nur 1617011027
• Mutiara Nur Aulia 1617011035
• Reza baihaqi 1617011039
3. PESTISIDA
• Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan
yang digunakan untuk mengendalikan,
menolak, atau membasmi organisme
pengganggu.Nama ini berasal dari pet
(“hama”) yang diberi akhiran – cide
(“pembasmi”). Sasarannya bermacam-macam,
seperti serangga, tikus, gulma, burung,
mamalia, ikan, atau mikroba yang dianggap
mengganggu.
4. SEJARAH
• Sebelum tahun 2000 SM, manusia telah
menggunakan pestisida untuk melindungi
tanaman pertanian.
• Pestisida pertama berupa sulfur dalam bentuk
unsur yang ditebarkan di atas lahan pertanian
di Sumeria sekitar 4500 tahun yang lalu.
• Sejak abad ke 15, senyawa berbahaya
seperti arsenik, raksa, dan timbal diterapkan di
lahan pertanian untuk membunuh hama.
5. • Pada abad ke 17, nikotin sulfat diekstraksi dari
daun tembakau untuk dijadikan insektisida.
• Abad ke 19, piretrum dari
bunga krisan dan rotenon dari akar sayuran
mulai dikembangkan.
• Pada tahun 1960an, ditemukan bahwa DDT
menyebabkan berbagai burung pemakan ikan
tidak bereproduksi, yang menjadi masalah
serius bagi keanekaragaman hayati.
6. 1. Berdasarkan sifat fisik
a. Padatan (butiran, tepung, pasta, pelet, blok)
b. Cairan
c. Gas (aerosol, fumigan)
7. 2. Berdasarkan kelompok organisme
sasaran
a. Insektisida dengan sasaran serangga
b. Fungisida dengan sasaran cendawan
c. Bakterisida dengan sasaran bakteri
d. Herbisida dengan sasaran gulma
e. dll
8. 3. Berdasarkan pengaruh pada
sasaran
a. Kematian/mortalitas
b. Penghambat makan
c. Pengatur pertumbuhan
d. Pemandulan
9. 4. Berdasarkan senyawa kimia
a. Anorganik (arsen, belerang)
b. Hidrokarbon berklor (DDT, endrin)
c. Organofosfat (paration, klorpirifos)
d. Karbamat (karbofuran, metomil)
e. Piretroid (deltametrin, sipermetrin)
f. Mikroba (Bacillus thuringiensis, Metarhizium
anisopliae)
g. Botani (azadiraktin, rotenon)
10. 5. Berdasarkan cara masuk ke
organisme
a. Racun kontak, racun perut, dan racun fumigan
pada serangga
b. Racun sistemik dan racun translaminar pada
tanaman
11. Tingkat Keracunan Pestisida
Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
keracunan pestisida antara lain
1. Toksisitas pestisida
2. Dosis/konsentrasi
3. Cara masuk (point of entry)
4. Lama terpajan
12. Faktor penentu toksisitas pestisida
1. Lama pemajanan
2. Cara masuk (cara perlakuan) dermal/oral
3. Jenis spesies
4. Variasi individu (ketahanan tubuh yang berbeda)
5. Umur/usia
6. Jenis kelamin (berat badan, ketahanan)
7. Suhu (metabolisme)
8. Nutrisi (sehat atau tidak)
9. Kepadatan populasi
13. Dampak Buruk Pestisida Secara
Umum
• Keracunan bagi pengguna ,baik secara cepat atau
lambat.
• Kebalnya generasi hama yang baru.
• Meracuni tumbuhan atau organisme inang.
• Terjadi Resurjensi hama , akibat dari ikut
terbunuhnya predator .
• Munculnya hama sekunder , akibat dari ikut
terbunuhnya musuh alami hama sekunder.Atau
akibat terbunuhnya hama utama yang menjadi
musuh hama sekunder.
• Mengganggu kehidupan makhluk berguna lain
,misalnya : serangga penyerbuk , predator ,
patogen , atau parasit .
20. METINDO 25 WP berbentuk
tepung yang mudah dilarutkan
dalam air, mengandung bahan
aktif metomil yang mempunyai
beberapa keunggulan :
21. SISTEMIK :
Diserap daun dan bagian tanaman
lalu diangkut ke seluruh bagian
tanaman, sehingga serangga hama
yang menyerang bagian manapun
dari tanaman akan mati.
22. DAYA KERJA GANDA :
Berdaya kerja sebagai insektisida
yang dapat mematikan serangga
dan tungau yang merupakan hama
tanaman maupun sebagai ovisida
yang dapat mematikan telur
serangga dan tungau.
23. CARA KERJA GANDA :
Dapat memberantas hama tanaman
secara tuntas karena memiliki cara
kerja ganda sebagai racun kontak
maupun racun lambung yang efektif
mematikan serangga hama.
24. SPEKTRUM LUAS :
Efektif mengandalikan berbagai jenis
hama yang berupa ulat, belatung,
kutu, kepik, wereng dan sebagainya,
terutama dari ordo Lepidoptera,
Homoptera, Diptera dan Coleoptera.
25. Tanaman dan Hama
Sasaran
Konsentrasi
Formulasi
Cara dan Waktu
Aplikasi
Bawang merah
Ulat grayak Spodoptera litura
1,5 - 2 g/l Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada
saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang
pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
Cabai
Ulat grayak Spodoptera litura
1 - 2 g/l
Kakao
Penghisap buah Helopeltis antonii
2 - 5 g/l
Kedelai
Ulat grayak Spodoptera litura
1 - 2 g/l
Kubis
Perusak daun
Plutella xylostella, dan
Crocidolomia binotalis
2 - 4 g/l
1 - 2 g/l
Teh
Penghisap buah Helopeltis antonii
1,25 - 2,5 g/l
Tembakau
Ulat grayak Spodoptera sp.,
Spodoptera litura
Penggerek pucuk Heliothis spp.
1 - 2 g/l
0,5 - 1 g/l
Tomat
Penggerek buah Heliothis armigera
1 - 2 g/l
Kapas
Penggerek buah Heliothis armigera
1 - 2 g/l
PETUNJUK PENGGUNAAN YANG TERDAFTAR :
26. Nomor Pendaftaran : RI. 01010119921012
Pemegang Nomor Pendaftaran dan Produsen :
PT. INTI EVERSPRING INDONESIA
Distributor Utama :
PT. MITRA KREASIDHARMA
Wisma UIC Lt. 4
Jl. Gatot Subroto Kav. 6-7
Jakarta 12930
Telp. (021) 5790 5245 Fax. (021) 5790 5244
27. Dampak Penggunaan Peptisida
1) Punahnya Spesies
2) Peledakan Hama
4) Kesuburan Tanah Berkurang
3) Gangguan Keseimbangan lingkungan