Dokumen tersebut membahas tentang muhkam dan mutasyabih dalam Al-Quran. Terdapat dua jenis mutasyabih yaitu hakiki dan relatif. Pembukaan surah-surah Al-Quran (fawatih al-suwar) terbagi menjadi 10 macam berdasarkan unsur pembukaannya.
4. Muhkam atau ihkam secara etimologis adalah sesuatu yang tidak ada
perselisihan dan kekacauan di dalamnya, dan ada yang mengatakan, sesuatu
yang belum menjadi mutasyabih karena keterangannya sudah tegas dan tidak
membutuhkan kepada yang lain.
Secara terminologis ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang terang dan
tegas, maksudnya, dapat dipahami dengan mudah, memiliki satu
pengertian saja, dapat diketahui secar langsung, tiddak memerlukan lagi
keterangan lain.
5. Mutasyabuh secara etimologis berasal dari kata syabaha-asy-syibhu-asy-syabahu-
asy-syabihu, hakikatnya adalah keserupaan, misalnya dari segi warna, rasa,
keadilan dan kezaliman. Apabila antara dua hal tidak bisa dibedakan karena ada
kemiripan (tasyabuh) antara keduanya maka disebut asy-syubhah.
Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang mengandung
beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud
kecuali sesudah diselidiki secara mendalam, tidak dipahami kecuali setelah
dikaitkan dengan ayat lain, atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Alloh
yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-
ghaib misalnya ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka, dan lain-
lain.
6. Menurut Abu Yahya Lc
Muhkam artinya ayat ayat yang maknanya jelas tidak tersembunyi.
Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang maknanya tidak jelas,
hanya orang-orang yang kuat keilmuannya yang memahaminya
dengan pemahaman yang benar.
7. Syaikh Ibnu Al Utsaimin rahimhullah berkata:
“Allah Tabaroka wata’ala membagi Al Qur’an menjadi dua macam: muhkam
dan mutasyabih. Yang dimaksud muhkam adalah yang jelas maknanya dan
tidak tersembunyi. Contohnya kata: langit, bumi, bintang, gunung, pohon,
dan sebagainya.
Adapun mutasyabih adalah ayat ayat yang samar maknanya dan tersembunyi
tersembunyi dari kebanyakan manusia. Tidak ada yang mengetahuinya
kecuali orang yang kokoh keilmuannya. Contohnya adalah ayat ayat yang
bersifat global dan tidak ada perinciannya di dalam alquran, seperti firman
Allah:
وأقيموا
الصالة
9. Al-Zarqani membagi ayat-ayat mutasyabihat menjadi tiga macam:
1.Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat sampai kepada
maksudnya, seperti pengetahuan tentang zat Allah dan hakikat sifat-
sifat-Nya, pengetahuan tentang waktu kiamat dan hal-hal gaib lainnya.
Allah berfirman Q.S. al-An’am [6]: 59
هَدْنِع َو
ُ
حِتـاَفَم
ُ
ِبْيَغْال
ُ
َل
اـهمَلْعَي
ُ
الِا
َُوه
Artinya :
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri.
10. 2.Ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui penelitian dan
pengkajian, seperti ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas
panjang, urutan, dan seumpamanya. Allah berfirman Q.S. an-Nisa’[4]: 3
ُْنِا َو
ُ
ْمـتْف ِخ
ُ
الَا
ا ْوطِسْقت
ىِف
تمىَيْال
ا ْوحِكْناَف
َُابَطاَم
ُ
ْمكَل
َُنِم
ُ
َسِِّنال
ُِِا
Artinya:
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim, Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi
11. 3.Ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama
tertentu dan bukan semua ulama.
Inilah yang diisyaratkan Nabi dengan doanya bagi Ibnu Abbas:
ُ
امهاللَا
ُ
ـهْهِِّقَف
ىِف
ُِْنيِِّدال
ُ
هْمِِّلَع َو
َُلْيِوْأاتال
Artinya:
Ya Tuhanku, jadikanlah dia seorang yang paham dalam Agama, dan ajarkanlah
kepadanya takwil.
12. Pertama: Hakiki, yaitu apa yang tidak dapat diketahui dengan nalar manusia,
seperti hakikat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Walau kita mengetahui
makna dari sifat-sifat tersebut, namun kita tidak pernah tahu hakikat dan
bentuknya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. ُ
مَلْعَي
اَم
َُْنيَب
ُ
ْمِهيِدْيَأ
اَم َو
ُ
ْمهَفَْلخ
َُ
ل َو
َُونيط ِحي
ُ
ِهِب
اًمْلِع “Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang
ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmuNya”
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Terdapat dua macam mutasyabih dalam al quran
13. Kedua: Relatif, yaitu ayat-ayat yang tersamar maknanya untuk sebagian
orang tapi tidak bagi sebagian yang lain. Artinya dapat dipahami oleh
orang-orang yang mendalam ilmunya saja. Bentuk Mutasyabih yang ini
boleh dipertanyakan tentang penjelasannya karena diketahui
hakikatnya, karena tidak ada satu katapun dalam Al-Qur’an yang artinya
tidak bisa diketahui oleh manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman. اَذََٰه
ُ
انَيَب
ُِ
اسانلِل
ًىده َو
ُ
ةَظِع ْوَم َو
َُينِقاتمْلِل “(Al-Qur’an) ini adalah
penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa” [Ali-Imran/3 : 138]
15. PENGERTIAN
Menurut bahasa, fawatih adalah jama’ dari kata fatih atau fawatih yang berarti
awalan/pembuka. Sedangkan suwar adalah jama’ dari kata surah yang berarti
sekumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang diberi nama tertentu.
Jadi, fawatih as-suwar berarti beberapa pembuka dari surah-surah Al-
Qur’an / beberapa macam awalan dari surah-surah Al-Qur’an. Sebab,
seluruh surah Al-Qur’an yang berjumlah 114 buah itu dibuka dengan 10
pembukaan, dan tidak ada satu surahpun yang keluar dari 10 pembukaan
itu.
16. Macam-macam Fawatih As-Suwar
Menurut Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful Iayarati, fawatihush suwar
dibedakan menjadi 10 macam, yaitu:
1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah SWT (Al-Istiftaahu Bits
Tsanaa’i)
2. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-purus (Istiftaahu Bil
Huruufi Al-Muqaththa’ati).
3. Pembukaan dengan Nida’/panggilan (Al-Istiftaahu Bin Nidaa’).
4. Pembukaan dengan Jumlah Khabariyah (Al-Istiftaahu Bil Jumalil
Khabariyyati).
17. 5. Pembukaan dengan sumpah/qasam (Al-Istiftaahu Bil Qasami).
6. Pembukaan dengan syarat (Al-Istiftaahu Bis-Syarthi).
7. Pembukaan dengan fi’il amar (Al-Istiftaahu Bil Amri).
8. Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu Bil Istifhaami).
9. Pembukaan dengan do’a (Al-Istiftaahu Bid Du’aai).
10. Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftaahu Bit-Ta’lili).
18. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-purus (Istiftaahu Bil Huruufi Al-
Muqaththa’ati).
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 209 surah dengan
memakai 14 huruf dengan tanpa diulang, yakni: hamzah, ha’, ro’, sin, shod,
tho’, ‘ain, qaf, kaf, lam, mim, nun, ha’, ya’.
Pembukaan dengan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surah Al-
Qur’an disusun dalam 14 rangkaian, terdiri dari 5 kelompok, yaitu:
19. a.Terdiri atas satu huruf, terdapat pada 3 tempat; Shad (surah Shad), Qaf (surah
Qaf), dan Nun (surah Al-Qalam).
b. Terdiri atas dua huruf, terdapat pada sembilan tempat; (حمQ.S. Al Mu’min, Q.S.
As Sajdah, Q.S. Az Zuhruf, Q.S. Ad Duhkan, Q.S. Al Jatsiyah, dan Q.S. Al Ahqaf); طه
(Q.S. Thaha); (طسQ.S. An Naml); dan (يسQ.S. Yaasin).
c. Terdiri atas tiga huruf, terdapat pada tiga belas tempat; (المQ.S. Al
Baqoroh, Q.S. Ali Imron, Q.S. Ar Rum, Q.S. Lukman, dan Q.S. Sajdah); (الرQ.S.
Yunus, Q.S. Hud, Q.S. Ibrahim, Q.S. Yusuf, dan Q.S. Al Hijr); dan (طسمQ.S. Al
Qoshosh dan Q.S. As Syu’ara).
20. d. Terdiri atas empat huruf, terdapat pada dua tempat; yakni (المرQ.S.
Ar Ra’du) dan (المصQ.S. Al A’raf).
e. Terdapat atas lima huruf, terdapat pada dua tempat; (كهيعصQ.S.
Maryam) dan حم
عسق (Q.S. As Syu’ra).
22. Muhkam dan Mutasyabih merupakan dua hal yang saling melengkapi dalam Al-
Qur’an. Muhkam sebagai ayat yang tersurat merupakan bukti bahwa Al-Qur’an
berfungsi sebagai bayan (penjelas) dan hudan (petunjuk). Sedangkan
mutasyabih sebagai ayat yang tersirat merupakan bukti bahwa Al-Qur’an
berfungsi sebagai mukjizat dan kitab sastra terbesar sepanjang sejarah manusia
yang tidak akan ada habis-habisnya untuk dikaji dan diteliti
23. 3 hikmah yang dapat diambil dari persoalan muhkam dan mutasyabih, antara
lain :
1) Apabila seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka
akan hilanglah ujian keimanan dan amal lantaran pengertian ayat yang jelas.
2) Jika seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, maka akan lenyaplah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia. Orang yang
benar keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah, segala
yang datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin berrcampur dengan
kebatilan.
3) Dengan adanya ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat dalam Al-Qur’an,
tentunya menjadikan umat islam untuk terus menggali berbagai
kandungannya.