SlideShare a Scribd company logo
1 of 102
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI IKATAN PELAJAR
NAHDLATUL ULAMA CABANG KOTA BANDUNG DALAM
MELAKUKAN KADERISASI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam Nusantara
Oleh:
IKHSAN ILAHIDDHOHIR
NIM : 21030801171025
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2022 M / 1443 H
I
PERSETUJUAN
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI IKATAN PELAJAR NAHDLATUL
ULAMA CABANG KOTA BANDUNG DALAM MELAKUKAN
KADERISASI
Oleh:
IKHSAN ILAHIDDHOHIR
NIM: 21030801171025
Menyetujui:
Pembimbing I
Dr. Ahmad Sukandar, M.M.Pd.
NIDN. 0410096801
Pembimbing II
H. M. Rif’at Syadli, M. Ag.
NIDN. 0402058408
Mengetahui
Ketua merangkap Anggota
Drs. H. Etep Rohana, M.M
NIDN. 0426086401
Sekretaris merangkap Anggota
Usep Suherman, S.Pd. M.Pd
NIDN. 04010077804
II
PENGESAHAN
Penelitian Ini Berjudul “Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ulama Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi” telah dipertanggung
jawabkan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Agama Islam Uninus, tanggal ... Juni
2022. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Bandung, Juni 2022
Sidang Munaqasyah:
Penguji I
------------------------------
NIDN……………….
Penguji II
-----------------------------
NIDN.......................
Penguji III
---------------------------
NIDN.......................
Mengesahkan
Dekan
Fakultas Agama Islam
Dr. Abdul Holik, M.M.Pd.
NIDN. 0404037207
Ketua Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Dr. Iyad Suryadi, M.M
NIDN. 0405026506
III
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Berkaitan dengan skripsi saya yang berjudul: “Pola Komunikasi Organisasi Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi”
dengan ini saya menyatakan bahwa:
a. Skripsi ini adalah asli, dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik di Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas
Agama Islam;
b. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing;
c. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis
dicantumkan sumbernya dengan jelas dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, atau ada klaim
dari pihak lain tentang keabsahan skripsi ini, maka hal itu sepenuhnya menjadi
tanggungjawab saya, dan oleh karenanya saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta
sanksi lainya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan etika keilmuan pada
umumnya.
Bandung, 14 Juni 2022
Yang Membuat Pernyataan
IKHSAN ILAHIDDHOHIR
NIM : 21030801171029
IV
MOTTO
“Ambil lah setiap kesempatan yang ada, jangan menunggu kesempatan yang
tepat”
(IKHSAN ILAHIDDHOHIR)
V
ABSTRAK
Ikhsan Ilahiddhohir, NIM: 21030801171022; Pola Komunikasi Organisasi
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Cabang Kota Bandung dalam melakukan
Kaderisasi.
Organisasi tidak dapat berdiri tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan suatu cara
untuk menghubungi orang-orang lain dengan perantara ide-ide, fakta-fakta, pikiran-
pikiran, dan nilai-nilai. Komunikasi yang baik sangatlah diperlukan agar bisa
terjalin hubungan yang harmonis antar warga terutama para remajanya. Tujuan
organisasi tidak akan tercapai apabila tanpa manajemen dan komunikasi. Tujuan
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola komunikasi organisasi IPNU PC
Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi, untuk mengetahui hambatan
komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi dan untuk
mengetahui cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung
dalam melakukan kaderisasi. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus
karena peneliti ingin lebih tau dan mendapatkan banyak informasi tentang topik
penelitian, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi dan
wawancara, teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan, pada penelitian ini terdapat tiga informan untuk
memperoleh data. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa Pola komunikasi
organisasi yang dilakukan oleh PC IPNU Kota Bandung adalah pola lingkaran yang
di buktikan dengan sistem organisasi kolektif kolegial. Hambatan komunikasi
organisasi di PC IPNU Kota Bandung adalah hambatan manusiawi dan hambatan
sosio-antro-psikologis. Cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi di PC
IPNU Kota Bandung adalah dengan cara pendekatan secara emosional terhadap
pengurus dan juga anggota IPNU Kota Bandung serta pengembangan diri secara
kualitas pemikiran para pengurus cabang.
Kata Kunci: Pola, Komunikasi Organisasi, Kaderisasi
VI
ABSTRACT
Ikhsan Ilahiddhohir, NIM: 21030801171029; Organizational Communication
Patterns of the Nahdlatul Ulama Student Association Bandung City Branch in
conducting Cadreization
Organizations cannot exist without communication. Communication is a way of
contacting other people through the medium of ideas, facts, thoughts, and values.
Good communication is necessary so that harmonious relationships can be
established between residents, especially teenagers. Organizational goals will not
be achieved without management and communication. The purpose of this study is
to determine the communication pattern of the Bandung City IPNU PC
organization in conducting cadre, to find out the communication barriers of the
Bandung City IPNU organization in conducting cadre and to find out how to
overcome the Bandung City IPNU organizational communication barriers in
conducting cadre. This research uses the case study methodbecause the researcher
wants to know more and get a lot of information about the research topic, the data
collection technique in this study is by observation and interviews, the data analysis
techniques used are data reduction, data presentation, and conclusion drawing, in
this study. There are three informants to obtain data. Based on the results of this
study, the pattern of organizational communication carried out by PC IPNU
Bandung City is a circular pattern which is proven by the collegial collective
organization system. Barriers to organizational communication at PC IPNU
Bandung City are human barriers and socio-anthro-psychological barriers. The
way to overcome organizational communication barriers at the Bandung City
IPNU PC is by emotionally approaching the management and members of the
Bandung City IPNU as well as developing themselves in the quality of thinking of
the branch administrators.
Keywords: Pattern, Organizational Communication, Caderization
VII
KATA PENGANTAR
Bismillah Alhamdulillah, peneliti panjatkan puja kepada Tuhan yang maha
Esa, atas berkat Rahmat-nya Skripsi ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya
yang berjudul “Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi” dalam rangka
pengembangan salah satu tri darma perguruan tinggi dan menyelesaikan tugas
akhir.
Peneliti berupaya semaksimal mungkin supaya skripsi ini menjadi sebuah
karya ilmiah yang baik dan bermanfaat bagi pembaca. Peneliti telah melakukan
penelitian dengan berbagai sumber-sumber yang berkaitan dengan topik
permasalahan dan tidak menutup kemungkinan masih ada kekurangan. Maka dari
itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan Skripsi ini. Peneliti berharap Skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya. Aamiin
Bandung, 14 Juni 2022
Penulis
IKHSAN ILAHIDDHOHIR
VIII
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dapat di selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Maka dari itu, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak, terutama kepada:
1. Dr. Sayid M. Rifki Noval, S.H., M.H Selaku Rektor Universitas Islam
Nusantara
2. Dr. Abdul Holik, M.M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Agama Islam
3. Drs. H. Etep Rohana, M.M Selaku Wakil Dekan I Fakultas Agama Islam
4. Dra. Ifah Khadijah, M.Pd.I Selaku Wakil Dekan II Fakultas Agama Islam
5. Dr. Iyad Suryadi. MM. selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam yang
telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian sehingga dapat
terususun dan terselesaikannya skripsi ini.
6. Hani Hadiati Pujawardani, M.Pd. Selaku Sekretaris Prodi Komunikasi
Penyiaran Islam yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
penelitian sehingga dapat terususun dan terselesaikannya skripsi ini.
7. Dr. Iyad Suryadi, N.M. selaku Dosen Pembimbing I yang tak kenal lelah
membimbing peneliti, telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
untuk membimbing, memberikan arahan, dan memotivasi peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan teliti dan penuh kesabaran.
8. H. M. Rif’at Syadli, M. Ag. selaku Dosen Pembimbing II yang juga tak kenal
lelah membimbing peneliti, meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
membimbing, dan memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan
teliti dan penuh kesabaran.
IX
9. Bapak dan Ibu Dosen, Staf administrasi dan seluruh Karyawan di lingkungan
civitas akademika UNINUS yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan
perkuliahan dan penelitian, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Budiman Yahya selaku subjek penelitian dari skripsi ini yang telah membantu
dan bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian ini.
11. Krisna Maulana yang juga menjadi subjek penelitian dari skripsi ini yang telah
membantu dan bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian ini.
12. Ade Rahman Taufiq selaku subjek penelitian dari skripsi ini yang telah
membantu dan berseda meluangkan waktunya untuk penelitian ini.
13. Kedua orangtua Ibu dan Bapak yang tak kenal lelah membimbing, selalu
menyertai dalam setiap doa dan kasih sayang yang tak pernah lekang oleh
waktu.
14. Verdien Fajar Gumilang, S.E selaku sahabat yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam menyelsaikan penelitian ini.
15. Sahabat-sahabat pengurus Dewan Mahasiswa UNINUS, Sahabat-sahabat PMII
UNINUS, Rekan-rekan PC IPNU Kota Bandung yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam melakukan penelitian ini
16. Kawan-kawan seperjuangan MAPI 17 (Mahasiswa KPI 2017) yang telah
memberikan motivasi, meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu peneliti
dalam penyelesaian skripsi ini.
17. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu.
X
Peneliti berupaya semaksimal mungkin supaya skripsi ini menjadi sebuah
karya ilmiah yang baik dan bermanfaat bagi pembaca. Peneliti telah melakukan
penelitian dengan berbagai sumber-sumber yang berkaitan dengan topik
permasalahan dan tidak menutup kemungkinan masih ada kekurangan. Maka dari
itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya. Aamiin
Bandung, 14 Juni 2022
Penulis
IKHSAN ILAHIDDHOHIR
XI
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ......................................................................................................I
PENGESAHAN ......................................................................................................II
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................................III
MOTTO................................................................................................................. IV
ABSTRAK ..............................................................................................................V
KATA PENGANTAR..........................................................................................VII
UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................VIII
DAFTAR ISI......................................................................................................... XI
DAFTAR TABEL...............................................................................................XIV
DAFTAR BAGAN...............................................................................................XV
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah...................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian........................................................................................ 8
1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 8
2. Manfaat Praktis......................................................................................... 8
E. Kerangka Berfikir......................................................................................... 9
BAB II................................................................................................................... 11
KAJIAN PUSTAKA............................................................................................. 11
A. Komunikasi ................................................................................................ 11
1. Pengertian Komunikasi .......................................................................... 11
2. Tujuan Komunikasi ................................................................................ 11
3. Fungsi Komunikasi................................................................................. 12
4. Proses Komunikasi................................................................................. 15
B. Komunikasi Organisasi .............................................................................. 16
1. Pengertian Komunikasi Organisasi ........................................................ 16
2. Struktur Komunikasi Dalam Organisasi................................................. 17
3. Pola Komunikasi Organisasi .................................................................. 20
XII
4. Fungsi Komunikasi Organisasi............................................................... 24
5. Hambatan Komunikasi Organisasi......................................................... 26
C. Budaya Organisasi...................................................................................... 28
D. Organisasi IPNU ........................................................................................ 36
E. Kaderisasi................................................................................................... 37
F. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................................... 43
BAB III.................................................................................................................. 50
PROSEDUR PENELITIAN.................................................................................. 50
A. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 50
B. Metode Penelitian....................................................................................... 51
C. Subyek Penelitian....................................................................................... 52
D. Sumber Data............................................................................................... 52
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 53
F. Teknik Analisis Data.................................................................................. 54
1. Reduksi Data .......................................................................................... 55
2. Penyajian Data........................................................................................ 55
3. Penarikan Kesimpulan............................................................................ 56
BAB IV ................................................................................................................. 57
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................... 57
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 57
1. Profil IPNU............................................................................................. 57
2. Tujuan Berdiri IPNU .............................................................................. 59
3. Lambang IPNU....................................................................................... 59
B. Profil Informan........................................................................................... 61
1. Profil Informan Pertama ......................................................................... 61
2. Profil Informan Kedua............................................................................ 61
3. Profil Informan Ketiga ........................................................................... 62
C. Temuan Penelitian...................................................................................... 62
1. Pola Komunikasi Organisasi Dalam Melakukan Kaderisasi.................. 62
2. Hambatan Komunikasi Organisasi Dalam melakukan Kaderisasi......... 71
XIII
3. Cara mengatasi Hambatan Komunikasi Organisasi dalam melakukan
Kaderisasi....................................................................................................... 73
D. Pembahasan................................................................................................ 75
1. Pola Komunikasi Organisasi dalam melakukan Kaderisasi................... 75
2. Hambatan Komunikasi Organisasi dalam melakukan Kaderisasi.......... 77
3. Cara mengatasi Hambatan Komunikasi Organisasi dalam melakukan
kaderisasi........................................................................................................ 78
BAB V................................................................................................................... 79
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 79
A. Simpulan..................................................................................................... 79
B. Saran........................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................. 85
Lampiran-Lampiran .............................................................................................. 86
XIV
DAFTAR TABEL
2.1. Penelitan Terdahulu
XV
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
Bagan 2.1 Pola Roda
Bagan 2.2 Pola Rantai
Bagan 2.3 Pola Lingkaran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi
dimana komunikasi sendiri merupakan suatu hubungan interaksi yang dilakukan
baik terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain dan hal tersebut dilakukan
guna untuk mempertahankan kelangsungan hidup karena sebagai makhluk sosial
manusia tidak dapat berdiri tanpa bantuan orang lain (Rohim, 2009, p. 86).
Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri oleh manusia sebagai alat
interaksi dengan individu-individu lainnya, untuk memenuhi kebututuhan
informasi, baik informasi dari dalam maupun dari luar lingkungannya. Komunikasi
adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Begitupun sama
halnya di dalam sebuah organisasi.
Organisasi tidak dapat berdiri tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan suatu
cara untuk menghubungi orang-orang lain dengan perantara ide-ide, fakta-fakta,
pikiran-pikiran, dan nilai-nilai. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi para
pemimpin karena dua alasan yang pertama, komunikasi merupakan proses yang
digunakan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan. Kedua, komunikasi merupakan
kegiatan untuk pemimpin meluangkan sebagian besar waktunya (Moekijat, 1993,
p. 8).
2
Pada dasarnya setiap individu akan sulit untuk mewujudkan tujuannya
dibandingkan dengan apabila secara berkelompok, dari kebutuhan untuk lebih
memudahkan pencapaian tujuan ini muncul suatu bentuk kerja sama dari individu-
individu untuk membentuk kelompok dan kemudian membentuk suatu organisasi.
Melalui organisasi sebagai institusi yang memungkinkan masyarakat mengejar
tujuan yang tidak bisa dicapai oleh individu-individu secara sendiri-sendiri. Dengan
demikian, organisasi adalah suatu bentuk kelompok individu-individu dengan
struktur dan tujuan tertentu.
Komunikasi yang baik sangatlah diperlukan agar bisa terjalin hubungan yang
harmonis antar warga terutama para remajanya, begitu pula pada organisasi, akan
dapat berjalan dengan lancar sesuai yang diinginkan anggota kelompok, jika terjadi
perbedaan pendapat antar anggota, dan tidak ada yang mau menerima dengan
lapang dada, sehingga menyebabkan anggota ada yang mengundurkan diri, maka
tidak menutup kemungkinan adanya anggota yang lainya ikut untuk mengundurkan
diri pula, karena remaja zaman sekarang ini lebih suka membuat forum didalam
forum (geng) dengan teman yang dipilihnya sendiri, dan mudah untuk dipengaruhi
hal negatif, bisa dipastikan menyebabkan organisasi tersebut sulit untuk
berkembang bahkan bisa menyebabkan organisasi tersebut berantakan.
Komunikasi organisasi yang baik disini sangatlah diperlukan bagi semua
organisasi. Oleh karena itu, anggota dalam organisasi perlu memahami dan
menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Muhammad, 2000, pp. 1-5).
Organisasi adalah sarana dimana manajemen mengkoordinasikan sumber bahan
dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan
3
wewenang. Tujuan organisasi tidak akan tercapai apabila tanpa manajemen dan
komunikasi. Manajemen tidak akan mungkin ada tanpa organisasi. Manajemen ada,
jika ada tujuan yang akan dicapai dan diselesaikan. Korelasi antara ilmu
komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus pada
manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.
Atas dasar itu, maka komunikasi organisasi perlu mendapat perhatian untuk
dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam dunia organisasi.
Sebab, komunikasi yang efektiflah yang dapat menjamin tercapainya tujuan-tujuan
organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif pada dasarnya akan
menentukan keberhasilan seseorang, di mana pun ia berada, bukan hanya dalam
dunia organisasi saja. Tujuan utama dalam dunia organisasi adalah memperbaiki
organisasi, memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai memperbaiki hal-
hal untuk mencapai tujuan manajemen. dengan kata lain, orang memperlajari
komunikasi organisasi untuk menjadi yang lebih baik. oleh karena itu, penulis
memandang sangat penting untuk mengkaji komunikasi organisasi sebagai
landasan kuat bagi pengembangan sumber daya manusia melalui kaderisasi dalam
menjalankan roda organisasi. Komunikasi organisasi merupakan struktur dan
fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses
pengorganisasian serta budaya organisasi.
Dari permasalahan tersebut, maka dapat disadari bahwa komunikasi sangatlah
penting dalam kehidupan sebagai penyampai pesan, pikiran atau perasaan kepada
orang lain dengan menggunakan baik bahasa verbal maupun non verbal
(isyarat/lambang), melalui media tertentu dan diterima kemudian diolah melalui
4
sistem syaraf dan interpretasikan, setelah diinterpretasikan pesan dapat
menimbulkan reaksi (Latifah, 2011, p. 22).
Di Indonesia terdapat beberapa organisasi yang berbasis keislaman salah
satunya adalah Nahdlatul Ulama, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
merupakan salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang membidangi
pelajar, santri dan remaja putra NU. Organisasi IPNU sebuah organisasi
keterpelajaran yang bersifat waralaba yang merupakan bagian dari badan otonom
organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama’ (NU) yang berfokus pada pendidikan dan
pengembangan sumber daya pelajar, Mahasiswa, dan santri.
Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama IPNU didirikan sebagai organisasi pelajar
santri tahun 1954, organisasi ini didirikan dalam rangka menyatukan gerakan
langkah dan dinamisasi kaum terpelajar di kalangan Nahdliyin. IPNU tidak lepas
latar belakang sejarah kehadirannya sebagai organisasi yang lahir dari kultur
masyarakat tertentu, yang memberikan tekanan penting pada aspek-aspek
transendental. Dalam kaitan dengan partisipasi IPNU dalam pembangunan,
terutama dengan peningkatan sumber daya manusia Indonesia.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) tingkat pimpinan cabang merupakan
organisasi remaja yang positif dalam naungan organisasi masyarakat Islam
Nahdlatul Ulama yang berdasarkan Ahlussunnah wal Jama’ah, yang beranggotakan
pelajar madrasah, sekolah umum, maupun perguruan tinggi. Disinilah keberadaan
organisasi ini memiliki peran penting dalam menampung, menyalurkan dan
mengembangkan minat , bakat dan potensi yang dimiliki remaja.
5
Masa remaja merupakan masa peralihan usia diantara masa anak-anak dan
dewasa, yang kini bukan anak-anak lagi secara fisik akan tetapi bukan juga orang
dewasa yang telah matang pada cara berfikir maupun dalam mempertimbangkan
sesuatu ketika bertindak (Santrock, 2003, p. 73). Masa remaja ini merupakan masa
perkembangan secara fisik, biologis, psikis dan emosional, pada masa ini remaja
memiliki tingkat emosional yang belum stabil, sehingga mudah untuk terbawa arus
demi mendapatkan jati diri sendiri. Maka dari itu organisasi yang positif disini
sangatlah diperlukan sebagai sarana untuk mencegah remaja bergabung dengan
organisasi yang negatif. Apabila remaja mampu memilih organisasi yang benar
maka akan sangatlah beruntung karena bisa menyalurkan bahkan mengembangkan
kemampuan, minat dan bakat, sebagai bekal kehidupan saat dewasa nanti sebagai
makhluk sosial yang berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan agama. Jika masa remajanya terjerumus dalam organisasi
yang negatif, maka dipastikan akan menyesal ketika dewasa nanti. Karena masa
remaja ini merupakan masa keemasan yang sangatlah berharga dan tidak akan bisa
terulang kembali (Nisfiannoor dan Kartika, 2004, p. 84).
Dalam menjalankan roda organisasi, pengembangan dan pembinaan IPNU
menjadi hal yang sangat diperhatikan karena dapat membawa organisasi menjadi
lebih baik dalam mencapai tujuan dan tepat sasaran secara efektif dan efisien.
Langkah-langkah yang diterapkannya dalam mencapai tujuan yang akan dicapai
yaitu dengan mengikuti perkembangan teknologi dan keadaan external yang
mempengaruhi pencapaian tujuan dalam suatu organisasi. Dalam pengembangan
dan pembinaan terkadang ditemukan gagasan baru yang secara tidak sadar menjadi
6
senjata ampuh untuk pencapaian tujuan juga, gagasan baru yang membuat
organisasi bekerja secara efektif dan efesien.
Bisa dikatakan bahwa keadaan pelajar di Kota Bandung itu sangat beragam,
pergaulan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi
pola pikir mereka. Keberagaman tersebut mengakibatkan munculnya banyak
komunitas-komunitas dan organisasi-organisasi baru bagi para pelajar dengan di
landasi berbagai macam kepentingan diantaranya kepentingan secara ideologis,
kegemaran, dan juga kesenangan. Atas dasar itu karena IPNU merupakan salah satu
organisasi ideologi bagi para pelajar yang dimana biasanya pelajar lebih memilih
kegiatan yang berlandaskan kegemaran dan kesenangan bagi mereka pribadi
daripada mengikuti organisasi yang mengharuskan mereka untuk berfikir lagi. Ini
menjadi salah satu pengaruh dari luar organisasi terkait terkendalanya kaderisasi di
IPNU Kota Bandung.
Selain itu juga pengaruh dari dalam organisasi yang terjadi di IPNU cabang
Kota Bandung pada saat ini masih terdapat kesenjangan dimana komunikasi
internal antara pengurus dengan anggota baik itu dari bawah ke atas ataupun
sebaliknya kurang berjalan dengan baik yang mengakibatkan banyaknya anggota
ataupun pengurus IPNU merasa bahwa mereka tidak di perhatikan pada akhirnya
berkurang satu demi satu, di karenakan mayoritas pengurus dan anggota itu dari
kalangan pelajar maka mereka akan dengan mudah di pengaruhi oleh faktor
external yaitu komunitas atau organisasi berbasis kegemaran akan lebih menarik di
ikuti bagi mereka pada akhirnya pengaruh dari luar dan dari dalam itu saling
berkesinambungan dan tidak bisa di pisahkan begitu saja. Selain itu dalam segi
7
kaderisasi yang di lakukan oleh pengurus IPNU cabang Kota Bandung akhir-akhir
ini tidak begitu masif di lakukan sehingga tidak adanya peningkatan anggota baik
secara kuantitas ataupun kualitasnya. Meskipun telah di laksanakannya pendidikan
formal yaitu MAKESTA ( Masa Kesetiaan Anggota ) di tingkat pimpinan anak
cabang dibawah naungan pimpinan cabang Kota Bandung tidak memberikan efek
yang cukup signifikan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari kader-
kadernya mengapa demikian karena kurangnya perangkulan kepada para kader
pasca melaksanakan MAKESTA.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi dan tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai “Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis
merumuskan pembahasan ini pada tiga hal :
1. Bagaimana pola komunikasi organisasi IPNU PC Kota Bandung dalam
melakukan Kaderisasi?
2. Bagaimana hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung dalam
melakukan Kaderisasi?
3. Bagaimana cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota
Bandung dalam melakukan Kaderisasi?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, dalam penelitian ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pola komunikasi organisasi IPNU PC Kota Bandung
dalam melakukan Kaderisasi.
2. Untuk mengetahui hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung
dalam melakukan Kaderisasi.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi IPNU
Kota Bandung dalam melakukan pengakaderan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan berfikir dan
meningkatkan kemampuan komunikasi yang lebih baik
b. Dapat digunakan bagi para peneliti sebagai pertimbangan untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pola komunikasi
organisasi dalam melakukan kaderisasi.
c. Sebagai bahan referensi bagi kader IPNU yang lain.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan dan dorongan bagi lembaga IPNU untuk terus
melakukan kaderisasi dalam mewujudkan cita-cita organisasi dengan
pola komunikasinya.
9
b. Bagi para kader-kader PC IPNU Kota Bandung dapat menggunakan
pola komunikasi organisasi sebagai evaluasi untuk meningkatkan
kaderisasi.
c. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi
referensi pengembangan penelitian selanjutnya di bidang pola
komunikasi organisasi yang memiliki kesamaan tema.
E. Kerangka Berfikir
Penelitian ini betujuan untuk mengoptimalkan komunikasi organisasi
Pimpinan Cabang IPNU Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi untuk
mempertahankakn jumlah anggota, dikarenakan jumlah anggotanya selalu
mengalami pasang dan surut tidak menentu, pada masa awal periode kepengurusan
organisasi, jumlah anggotanya sangatlah banyak, ditengah masa periode mengalami
penurunan yang signifikan, akan tetapi pada masa hampir akhir pergantian periode
jumlah anggotanya bertambah kembali. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui
bagaimana proses komunikasi organisasi yang diterapkan oleh IPNU Cabang Kota
Bandung dalam melakukan kaderisasi.
Dalam komunikasi organisasi berbicara mengenai informasi yang berpindah
dari yang otoritasnya lebih rendah. Indikator aliran komunikasi kebawah,
komunikasi keatas dan komunikasi horizontal.
Kaderisasi adalah hal mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader.
Akan tetapi perlu diketahui bahwa ada perbedaan mendasar tentang makna
Kaderisasi dengan perkaderan atau pendidikan kader itu sendiri. Maka yang
10
terkandung dalam Kaderisasi ialah proses, cara, kegiatan mendidik atau
membentuk kader.
Berdasarkan uraian diatas, berikut adalah kerangka berfikir:
Bagan 1.1 Kerangka Berfikir
Instrumental Input
1. PD/PRT IPNU
2. Peraturan
Organisasi IPNU
Proses
Pola Komunikasi Organisasi
IPNU:
1. Sistem
2. Tujuan
3. Menggunakan teori-
teori
4. Langsung dan tidak
langsung
Raw Input
Anggota IPNU
Kota Bandung
Output
Kaderisasi IPNU
Kota Bandung
Environmental Input
1. Lingkungan Sekolah
2. Kultural Keluarga
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain.
Dalam buku Dinamika Komunikasi Effendy (2015) Komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu atau untuk mengubah sikap dan perilaku, baik langsung
secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2015, p. 19).
Pengertian serupa diungkapkan Arni Muhammad Komunikasi adalah
pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim pesan dengan
si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Jadi dari beberapa
pendapat di atas tentang pengertian komunikasi peneliti menyimpulkan
bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dengan tujuan
merubah sikap seseorang (Muhammad, 2000).
2. Tujuan Komunikasi
Tujuan dapat disadari atau tidak. Dapat dikenali ataupun tidak.
Meskipun teknologi komunikasi berubah dengan cepat pada dasarnya
tujuan komunikasi tetap sama. Tujuan dari komunikasi adalah sebagai
berikut :
12
a. Menemukan
Salah satu tujuan komunikasi adalah menyangkut penemuan diri.
Dengan berkomunikasi, setiap individu dapat memahami secara lebih
baik mengenai diri kita sendiri, dan orang lain..
b. Untuk berhubungan
Setiap individu memiliki keinginan untuk merasakan dicintai dan
disukai begitupun menyukai dan mencintai. Salah satu motivasi yang
paling kuat dalam melakukan komunikasi adalah membina hubungan
dengan orang lain melalui komunikasi.
c. Untuk meyakinkan
Di dalam komunikasi pada jaman modern ini manusia kerap kali
bertindak sebagai konsumen dari penyampaian pesan yang dilakukan
oleh media. Media massa sebagian besar meyakinkan setiap manusia
untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku.
d. Untuk Bermain
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu tidak terlepas dari hal yang
menghibur, kini hiburan menjadi salah satu kebutuhan. Untuk
melakukan hiburan atau bermain, komunikasi menjadi alat yang tepat
dalam mengutarakan dan bertukar informasiinformasi yang menarik
yang dapat menghibur (Devito, 2015, pp. 31-33).
3. Fungsi Komunikasi
Berdasarkan pengamatan yang para pakar komunikasi lakukan,
komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda, meskinpun
13
adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih diantara berbagai
pendapat tersebut sebagai berikut:
a. Fungsi Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebgai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa Komunikasi penting untuk membangun konsep-
konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara
lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan
dengan orang lain.Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan
manusia bisa dipastikan akan “tersesat,” karena tidak sempat menata
dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Implisitdalam fungsi komunikasi
sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuwan sosial
mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan
timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada
gilirannya komunikasi juga menentukan, memelihara, mengembangkan
atau mewariskan budaya.
b. Fungsi Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif tidak langsung bertujuan mempengaruhi orang
lain, namundapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi
instrument untuk menyampaiakan perasaan (emosi) kita. Perasaan-
perasaan tersebut dikomunikasikanterutama melalui pesan non verbal.
Perasaan sayang peuli, rindu, simpati, gembira, marah dan benci dapat
disampaikan lewat kata-kata, manun terutama lewat perilaku nonverbal.
14
c. Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual bertujuan untuk komitmen mereka kepada tradisi
keluarga komunitas, suku, bangsa, negara, ideology, atau agama
mereka. Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan
perasaan terdalam seseorang. Orang menziarahi makam Nabi
Muhammad, bahkan menangis di dekatnya, untukmenunjukkan
kecintaannya kepadanya. Para siswa yang menjadi pasukan pengibar
bendera merah putih, sering dengan berlinang air mata, dalam
pelantikan mereka, untuk menunjukkan rasa cinta mereka kepada nusa
dan bangsa, terlepas dari apakah kita setuju terhadap perilaku mereka
atau
d. Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan
juga menghibut. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat
disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi
memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan
persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya
mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat
dan layak diketahui (Mulyana, 2014, p. 38).
15
4. Proses Komunikasi
suatu proses komunikasi didukung oleh beberapa elemen atau unsur
yakni :
a. Sumber
Sumber ialah pihak yang menyampaikan atau mengirim pesan
kepada penerima Sumber sering disebut dengan komunikator,
pengirim, source, sender, atau encoder.
b. Pesan
Pesan ialah pernyataan yang disampaikan pengirim kepada penerima.
Pernyataan bisa dalam bentuk verbal (bahasa tertulis atau lisan)
maupun – non-verbal (isyarat) yang bisa dimengerti penerima. Pesan
biasa disebut dengan kata massage, content, atau information. .
c. Media
Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Media dalam pengertian ini bisa berupa
media massa mencakup surat kabar, radio, film, televisi, dan internet.
Bisa juga berupa saluran misalnya kelompok pengajian atau arisan,
kelompok pendengar dan pemirsa, organisasi masyarakat, rumah
ibadah, pesta rakyat, panggung kesenian, serta media alternatif
lainnya misalnya poster, brosur, buku, spanduk, stiker dan
semacamnya.
16
d. Penerima
Penerima ialah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber kepada penerima. Penerima biasa disebut dengan berbagai
macam sebutan, antara lain khalayak, sasaran, target, adopter,
komunikan atau dalam bahasa asing disebut receiver, audience,
decoder.
e. Pengaruh atau efek
Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan
tingkah laku seseorang. Karena itu bisa juga diartikan perubahan atau
penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan
seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
f. Umpan Balik
Umpan balik ialah tanggapan yang diberikan oleh penerima sebagai
akibat penerimaan pesan dari sumber. Sebenarnya ada juga yang
beranggapan umpan balik sebenarnya efek atau pengaruh (Cangara,
2013, p. 34).
B. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi suatu sistem yang saling tergantung mencakup
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah
komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan
17
kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama
karyawan yang sama tingkatannya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah
komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti
komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan hubungan
dengan masyarakat umum (Muhammad, 2000, p. 66).
Sedangkan menurut Zelko dan Dance dalam Khomsahrial Romli
(2011:11) mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem
yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi
eksternal. Kemudian Lesikar menambahkan satu dimensi lagi dari
komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama
anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai
informasi dan perasaan di antara sesama anggota organisasi (Romli, 2011, p.
11).
Komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain
untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah
(Muhammad, 2000, p. 67)
2. Struktur Komunikasi Dalam Organisasi
Dalam komunikasi organisasi berbicara mengenai informasi yang
berpindah dari yang otoritasnya lebih rendah. Indikator aliran komunikasi
kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi horizontal (Faules, 2013, p.
193)
18
a. Komunikasi Ke bawah
Komunikasi kebawah daam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari jabatan berotritas lebih tinggi kepada mereka yang
berororitas lebih rendah. Terdapat lima jenis informasi yang biasa di
komunikasikan dari atasan kepada bawahanya, yaitu :
1) Informasi mengenai bagaimana melaukan pekerjaan.
2) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan.
3) Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi.
4) Informasi mengenai kinerja pegawai.
5) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas.
b. Komunikasi Ke atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat paling tinggi.
Komunikasi ke atas menyatakan bahwa penyedia harus menerima
informasi dari bawahan mereka yang memberikan informasi, seperti :
1) Memberitahukan apa yang di lakukan bawahan bagaimana
pekerjaan mereka, prestasi, kemajuan dan rencana waktu yang akan
datang.
2) Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum di pecahkan
bawahan yang mungkin memerluakan beberapa bantuan.
3) Memberikan saran atau gagasan untuk memperbaiki dalam unit-unit
mereka atau dalam organisasi.
19
4) Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang
pekerjaan mereka.
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara
rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi
individu yang di tempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam
organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Tujuan komunikasi
horizontal ini terdapat beberapa point, yaitu :
1) Untuk mengekordinasikan penugasan kerja.
2) Berbagi info mengenai rencana kegiatan.
3) Sebagai alat memecahkan suatu masalah.
4) Untuk memperoleh pemahaman bersama
5) Untuk mendamaikan dan merundingkan.
6) Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona
d. Komunikasi Lintas Saluran
Komunikasi lintas saluran merupakan salah satu bentuk komunikasi
organisasi dimana informasi diberikan melewati batas-batas fungsional
atau batas-batas unit kerja dan diantara seseorang satu sama lainya tidak
menjadi suatu bawahan atau atasan. Komunikasi lintas saluran
mencangkup hubunga literial yang penting bagi komunikasi organisasi
yang efektif.
20
e. Komunikasi informal, pribadi dan selentingan
Selentingan digambarkan sebagai metode penyampaian laporan rahasia
dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa.
Komunikasi informal cenderung mengandung laporan rahasia tentang
orang-orang dan pristiwa yang tidak dapat mengalir melalui saluran
biasanya. Informasi yang diperoleh dari selintingan lebih
memperhatikan apa yang dikatakan atau yang didengar seseorang
daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Paling tidak
sumbernya terlihat rahasia meskipun informasi itu sendiri tidak rahasia.
3. Pola Komunikasi Organisasi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pola adalah bentuk atau system
(Departemen Pendidikan Nasional, 2002, p. 885). Sedangkan kata pola
dalam kamus ilmiah popular diartikan sebagai model, contoh atau pedoman
rancangan (Pius A. Partanto, 1994, p. 605). Pola dapat juga dikatakan
model, yaitu cara untuk menunjukkan sebuah obyek yang mengandung
kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur- unsur
pendukungnya (Wiryanto, 2004, p. 9).
Pola komunikasi ialah sistem penyampaian pesan komunikasi dari
komunikator kepada komunikan dengan maksud untuk merubah pendapat,
sikap maupun perilaku komunikan. Sistem penyampaian pesan didasarkan
pada penggunaan sejumlah teori-teori komunikasi dalam menyampaikan
pesan langsung ataupun melalui perantara media tertentu. Pesan komunikasi
disampaikan melalui lambang (simbol) komunikasi dalam bahasa verbal
21
maupun nonverbal serta media komunikasi lainnya seperti media teknologi
informasi, media audio visual, surat kabar, majalah dan lain-lain. (Cangara,
Pengantar Ilmu Komunikasi, 2007, p. 1).
Analisis eksperimental pola-pola komunikasi menyatakan bahwa
pengaturan tertentu mengenai “siapa berbicara kepada siapa” mempunyai
konsekuensi besar dalam berfungsinya organisasi. Maka dari itu, kita akan
membandingkan tiga pola yang berbeda antara pola roda, pola lingkaran,
dan pola rantai untuk menggambarkan aliran komunikasi yang dibatasi
dalam organisasi (Ilona V. Oisina, 2016), dapat dilihat pada bagan berikut :
Bagan 2.1 (Pola Roda)
a. Pola Roda
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada
individu yang menduduki posisi sentral. Orang dalam posisi sentral
menerima kontak, informasi, dan memecahkan masalah dengan
sasaran/persetujuan anggota lainnya (Faules, 2013, p. 174). Jadi,
dapat dijelaskan bahwa seseorang berkomunikasi pada banyak
orang, yaitu B,C,D, dan E. komunikasi ini lebih cenderung bersifat
satu arah tanpa adanya reaksi timbal balik.
22
Bagan 2.2 Pola Rantai
b. Pola Rantai
Pola rantai adalah komunikasi yang dilakukan oleh anggota
kelompok organisasi, komunikasi yang dimaksud adalah satu
anggota hanya dapat menyampaikan pesan kepada anggota di
sebelahnya, kemudian anggota yang menerima pesan akan
melanjutkan dengan anggota lainnya lagi dan seterusnya. Pola
komunikasi ini di sampaikan oleh si (A), kemudian berkomunikasi
dengan si (B), dan si B melanjutkannya dengan si (C), dan begitu
seterusnya kepada si (D), dan (E). setiap anggota dapat
menyampaikan pesan atau meneruskannya kepada sesama anggota
dalam kelompok organisasi. Dalam pola komunikasi ini, anggota
terakhir yang menerima pesan yang disampaikan oleh pemimpin
seringkali tidak menerima pesan yang akurat. Sehingga pemimpin
tidak dapat mengetahui hal tersebut karena tidak adanya umpan
balik yang disampaikan.
Bagan 2.3 (Pola Lingkaran)
A B C D E
23
c. Pola Lingkaran
Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu
dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan
pesan. Tidak ada seorang anggotapun yang dapat berhubungan
langsung dengan semua anggota lainnya. Demikian pula tidak ada
anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi
yang diperlukan untuk memecahkan persoalan (Faules, 2013, p.
175). Pola lingkaran yaitu hampir sama dengan pola rantai, namun
orang terakhir di sini adalah (E) berkomunikasi pula kepada orang
pertama (A).
Ada beberapa kombinasi yang berbeda, yang mungkin A dapat
berkomunikasi dengan B dan E tetapi tidak dapat berkomunikasi dengan C
dan D; B dapat berkomunikasi dengan A dan C tetapi tidak dengan D dan
E; C dapat berkomunikasi dengan B dan D tetapi tidak dengan A dan E; D
dapat berkomunikasi dengan C dan E tetapi tidak dengan A dan B; dan E
dapat berkomunikasi dengan D dan B tetapi tidak dengan B dan C. bila D
ingin berkomunikasi dengan A, informasi harus disampaikan melalui E atau
C dan B (Faules, 2013, p. 175).
Di antara ketiganya, pola lingkaran meliputi kombinasi orang- orang
penyampai pesan yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan pola
rantai dan pola roda yang hanya mencakup aliran komunikasi yang amat
terpusat dalam keseluruhan aksebilitas anggota antara yang satu dengan
yang lainnya, moral atau kepuasan terhadap prosesnya, jumlah pesan yang
24
dikirimkan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan-perubahan
dalam tugas. Di sisi lain, pola roda memungkinkan pengawasan yang lebih
baik atas aliran pesan, kemunculan seorang pemimpin bisa lebih cepat dan
organisasi lebih stabil, menunjukkan kecermatan tinggi dalam pemecahan
masalah, cepat dalam memecahkan masalah, tetapi terlihat cenderung
mengalami kelebihan beban pesan dan pekerjaan (Faules, 2013, p. 175).
4. Fungsi Komunikasi Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,
Menurut Lee Thayer dalam (Hardjana, 2016, p. 138) komunikasi dalam
organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
a. Fungsi Informative Organisasi
Dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi
(information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam
suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti inform asi pada dasarnya dibutuhkan
oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu
organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan
karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan
keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya
25
(Hardjana, 2016, p. 139).
b. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua
hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
1) Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen
yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan
semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga
mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah,
sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka
ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-
perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun
demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak
bergantung pada: a). Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan
perintah, b). Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi, c).
Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin
sekaligus sebagai pribadi, d). Tingkat kredibilitas pesan yang
diterima bawahan.
2) Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan
tidakboleh untuk dilaksanakan.
26
c. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak
akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya (Hardjana, 2016, p.
140).
d. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua
saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga
saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama
masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan
darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan
untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasi (Hardjana, 2016, p. 140).
5. Hambatan Komunikasi Organisasi
Sama halnya dengan jenis komunikasi lain, komunikasi organisasi juga
memilki hambatan yang dapat mengurangi efektivitas dari komunikasi
organisasi itu sendiri. Ahli bernama Robbin menjabarkan bahwa hambatan
27
komunikasi secara umum terdiri dari penyaringan (filtering), persepsi
selektif, kelebihan informasi, defensif dan bahasa.
a. Hambatan Teknis
Hambatan teknis adalah jenis hambatan yang terjadi karena media yang
digunakan dalam berkomunikasi. Gangguan yang terjadi pada media
komunikasi semisal radio, jaringan telepon dan alat komunikasi lain
pastinya akan mengganggu proses komunikasi dan mengurangi tingkat
efektivitas komunikasi tersebut.
b. Hambatan Semantik
Hambatan jenis ini adalah hambatan yang terjadi akibat porses
penyampaian pengertian atau ide yang tidak efektif. Semantik sendiri
artinya studi yang mempelajari tentang pengertian yang diungkapkan
atau dijabarkan dalam bentuk bahasa. Kata-kata yang dipilih dalam
komunikasi akan membantu proses pertukaran timbal balik arti dan
pengertian dari seorang komunikator kepada komunikan.
c. Hambatan Manusiawi
Hambatan manusiawi ini timbul dari faktor-faktor manusia atau pelaku
komunikasi organisasi itu sendiri. Hambatan ini timbul karena berbagai
faktor manusiawi seperti emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan
alat-alat pancaindera seseorang dan sebagainya.
28
d. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis
Hambatan jenis ini adalah hambatan yang terjadi pada sisi komunikan
atau penerima informasi. Kita mengetahui bahwa proses komunikasi,
termasuk komunikasi organisasi, terbentuk dalam keadaan yang
situasional. Artinya, komunikator harus benar-benar mengerti dan
paham dengan situasi atau kondisi saat komunikasi berlangsung. Situasi
sangatlah berpengaruh terhadap proses komunikasi yang akan berefek
langsung pada efektivitas komunikasi organisasi itu sendiri.
e. Hambatan Ekologis
Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi kelancaran dari proses
komunikasi organiasi. Terdapat banyak contoh proses komunikasi yang
bisa terhambat akibat gangguang dari lingkungan tempat komunikasi
berlangsung. Contoh dari hambatan ekologis ini antara lain lingkungan
yang ramai atau bising, banyaknya orang yang berlalu lalang, suara petir
atau hujan, suara kendaraan yang lewat dan banyak lainnya (Wursanto,
2005, pp. 171-176).
C. Budaya Organisasi
Karakteristik atau sifat organisasi yang paling menonjol adalah adanya
perubahan yang terus-menerus pada diri organisasi dan setiap perubahan ditandai
dengan kegairahan dan antusiasme dari para anggotanya, namun sering kali
perubahan disertai dengan perasaan cemas, ketidakpastian, frustasi dan
ketidakpercayaan (Hasibuan, 1996, p. 100)
29
Untuk memahami kehidupan organisasi diluar budaya populer, dua ahli teori;
Michael E. Pacanowsky dan Nick O’Donnell-Trujillo menyusun Teori Budaya
Organisasi (Organiza-tional Culture Theory), yang mencakup pembahasan
mengenai nilai-nilai organisasi, cerita-cerita yang sering disampaikan, tujuan,
tindakan, dan filosofi organisasi. Kedua ahli teori tersebut mengemukakan
pandangan mereka yang luas mengenai budaya organisasi dengan menyatakan
bahwa, “Culture is not something an organization has, a culture is something an
organization is” (budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki organisasi, tetapi
organisasi itu sendiri adalah budaya). Bagi para ahli teori budaya, memahami
organisasi sebagai suatu unit individu adalah lebih penting daripada melakukan
generalisasi terhadap perilaku atau nilai-nilai organisasi secara keseluruhan, dan
pemikiran ini menjadi latar belakang teori budaya organisasi ini.
Esensi kehidupan organisasi dapat ditemukan pada budaya yang dimiliki
organisasi bersangkutan. Dalam hal ini, kata budaya sendiri tidak mengacu pada
hal-hal seperti suku, etnis atau latar belakang budaya seseorang, namun menurut
Pacanowsky dan Trujilo, budaya adalah cara hidup dalam organisasi(a way of
living). Termasuk kedalam budaya organisasi adalah iklim atau atmosfir emosi dan
psikologis yang mencakup moral, sikap dan tingkat produktivitas anggota
organisasi bersangkutan.
Budaya organisasi juga mencakup seluruh simbol yang ada (tindakan, rutinitas,
percakapan dan seterusnya) serta makna yang diberikan anggota organisasi kepada
simbol tersebut. Makna dan pengertian budaya organisasi dicapai melalui interaksi
30
antara ketua, pengurus dan anggota. Bahasan pertama menginterprestasikan budaya
itu sendiri dan memahami tiga asumsi dasar teori budaya organisasi.
a. Jaring Laba-laba
Pacanowsky dan Trujilo menggunakan prinsip-prinsip ilmu etnografi dalam
membangun teorinya, mereka mengadopsi pendekatan simbolik interpretat if
yang dikemukakan Clifford Geertz (1973). Menurut Geertz. Manusia adalah
hewan yang bergantung pada jaringan kepentingan (people are animals
suspended in webs of significance). Ia menambahkan, bahwa manusia membuat
sendiri jaringannya sebagaimana laba-laba yang membangun sendiri sarangnya.
Geertz percaya bahwa budaya organisasi adalah perumpamaan (metafor) laba-
laba yang membuat sarang berupa jaring dengan desain atau bentuk yang rumit
dan setiap jaring yang dibuat tidak sama satu dengan lainnya (Morrisan,
2009:101).
Menurut Pacanowsky dan Trujilo mengatakan jaring-jaring budaya
organisasi tidak muncul begitu saja, tetapi dibangun melalui berbagai kegiatan
komunikasi. Manusia sebagai anggota organisasi adalah seperti laba-laba yang
tergantung pada jaring yang mereka ciptakan melalui pekerjaan mereka. Ketua,
pengurus dan anggota secara bersaama-sama membuatu jaring dalam organisasi
mereka. Budaya organisasi terdiri atas simbol-simbol bersama yang
masingmasing simbol memiliki makna yang unik. Pengalaman atau ceritacerita
yang disampaikan, berbagai kegiatan atau acara yang diselenggarakan itu
merupakan bagian dari budaya organisasi. Dalam hal ini, peneliti budaya
organisasi memfokuskan perhatian kepada makna bersama yang dimiliki para
31
anggota budaya yang bersangkutan untuk dapat memahami budaya mereka.
Dengan kata lain, kita harus melihat budaya dan cara pandang anggota budaya
yang bersangkutan.
Teori-teori mengenai budaya organisasi menekankan pada cara-cara
manusia mengonstruksikan suatu realitas organisasi. Sebagai suatu studi
mengenai gaya hidup organisasi, pendekatan budaya organisasi melihat pada
makna dan nilai yang dimiliki anggota organisasi (Foss, 2008, p. 268). Budaya
organisasi meneliti pada cara-cara individu anggota organisasi menggunakan
berbagai cerita, ritual, simbol, dan kegiatan lainnya untuk menghasilkan
kembali seperangkat pengertian.
Gerakan budaya organisasi mencakup aspek yang sangat luas yang
menyentuh seluruh aspek kehidupan organisasi (Riley, 2001). John van Maanen
dan Stephen Barley mengemukakan adanya empat wilayah atau domain budaya
organisasi (Foss, 2008, p. 268).
a. Domain konteks ekologis (ecological context), yaitu dunia fisik, termasuk
lokasi, waktu, sejarah dan konteks sosial dimana organisasi berada dan
bekerja.
b. Domain budaya organisasi terdiri atas jaringan atau disebut juga dengan
interaksi diferensial (differential interaction).
c. Domain pemahaman bersama (collective understanding), yaitu cara
bersama dalam menafsirkan pesan yang merupakan isi atau konten dalam
budaya yang terdiri atas gagasan, nilai standar kebaikan (ideal) dan
kebiasaan.
32
d. Domain individu (individual domain), yang terdiri atas tindakan atau
kebiasaan para individu.
Teori budaya organisasi dalam ilmu komunikasi sangat dipengaruhi oleh
tradisi atau pemikiran sosiokultural. Dalam tradisi ini, organisasi memberikan
peluang bagi terjadinya interpretasi budaya, organisasi menciptakan realitas
bersama yang membedakan mereka dengan organisasi yang mempunyai budaya
berbeda. Gareth Morgan (1986) menjelaskan bahwa makna bersama, pengertian
bersama atau logika bersama, semuanya merupakan cara-cara berbeda dalam
menjelaskan budaya organisasi (Morgan, 1986).
Proses konstruksi realitas berhubungan ketika kita membicarakan budaya,
juga membicarakan mengenai proses konstruksi realitas inilah yang
memungkinkan orang untuk melihat dan memahami berbagai peristiwa,
tindakan, objek, ucapan atau situasi tertentu dalam cara-cara yang berbeda.
Pola-pola pemahaman seperti ini menyediakan suatu dasar untuk membuat
perilaku seseorang menjadi logis dan bermakna (Foss, 2008, p. 269).
Organisasi memiliki kehidupan yang kompleks dan beragam, Richard West
dan Lynn H. Turner mengemukakan tiga asumsi dasar yang memandu gagasan
Pacanowsky dan Trujilo dalam mengembangkan Teori Budaya Organisasi,
yaitu (Turner, 2000, p. 301):
a. Anggota menciptakan dan memelihara rasa bersama realitas organisasi
Asumsi pertama menunjukkan pentingnya manusia dalam kehidupan
organisasi, khususnya individu yang mencakup ketua, pengurus harian, dan
33
anggota organisasi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas
mereka. Inti dari asumsi ini adalah adanya nilai-nilai (values) yang
merupakan standar dan prinsip dalam suatu budaya yang memiliki nilai
intrinsik terhadap budaya bersangkutan. Nilai berfungsi memberitahu
anggota mengenai apa yang penting dan tidak penting.
Pacanowsky mengemukakan bahwa nilai berasal dari pengetahuan
moral dan orang menunjukkan pengetahuan melalui percakapan atau cerita.
Nilai-nilai organisasi dihasilkan dari berbagai cerita yang disampaikan dan
didengar oleh anggota organisasi saling terbuka untuk berbagi pengalaman
dan cerita, nantinya cerita yang disampaikan dan didengar akan
menghasilkan pengertian terhadap nilai-nilai organisasi. Anggota organisasi
memerlukan partisipasi aktif dalam organisasi. Makna berbagai simbol
tertentu dikomunikasikan, baik oleh ketua, pengurus harian, maupun
anggota organisasi, sehingga mereka bersama saling bersinergi dan
berkonstribusi terhadap pembentukan budaya organisasi. Perilaku mereka
sangat penting dalam menciptakan dan pada akhirnya mempertahankan
realitas organisasi.
b. Penggunaan dan interpretasi simbol berperan penting
Asumsi kedua teori budaya organisasi menyatakan bahwa realitas dan
budaya suatu organisasi juga ditentukan sebagian oleh simbol yang
merupakan representasi makna. Anggota organisasi menciptakan,
menggunakan dan menafsirkan simbol setiap hari. Simbol mencakup
komunikasi verbal dan nonverbal. Seringkali, simbol menyampaikan nilai-
34
nilai organisasi. Simbol atau slogan menjadi efektif bergantung pada media,
selain itu juga bagaimana anggota memberlakukan slogan organisasi untuk
aktifitas organisasi.
c. Berbagai organisasi memiliki budaya yang berbeda
Asumsi ketiga teori budaya organisasi adalah berkaitan dengan perbedaan
budaya antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi
sangatlah beragam diantara berbagai organisasi lainnya. Budaya organisasi
merupakan sesuatu yang dibuat melalui interaksi setiap hari didalam
organisasi, tidak saja interaksi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan
yang dilakukan anggota organisasi tetapi juga terkait dengan seluruh jenis
komunikasi, baik yang dilakukan didalam maupun diluar organisasi yang
bersifat formil dan nonformil.
b. Pertunjukan Komunikasi
Menurut Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo, terdapat banyak indikator
yang dapat digunakan untuk mengetahui pertunjukan komunikasi
(communication performance), yaitu antara lain melalui ide atau gagasan
Trujillo, antara lain melalui ide atau gagasan relevan, fakta, kebiasaan atau
tindakan, perumpamaan, cerita-cerita, upacara dan ritual. Anggota organisasi
melakukan pertunjukan komunikasi tertentu yang menghasilkan budaya
organisasi yang bersifat unik bagi organisasi bersangkutan. Pertunjukan
adalah sejumlah tindakan anggota organisasi membentuk dan menunjukkan
budaya mereka kepada diri sendiri dan kepada orang lain (Foss, 2008, p. 269).
Pertunjukan yang terjadi pada organisasi sekali diumpamakan sebagai
35
panggung sandiwara, dimana pimpinan dan karyawan memilih berbagai peran
atau bagian yang ada dalam organisasi. dengan kata lain, kata pertunjukan
menyatakan bahwa kehidupan organisasi ada seperti pertunjukan panggung
sandiwara. Pertunjukkan membawa arti penting atau makna dari bentuk-
bentuk struktural, seperti simbol, cerita, perumpamaan, ideologi atau
peristiwa yang ada. Pacanowsky dan Trujillo mengemukakan empat
karakteristik dari pertunjukkan komunikasi, sebagai berikut :
a. Pertunjukan komunikasi bersifat interaksional, lebih merupakan dialog
ketimbang berbicara kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain, pertujukan
komunikasi merupakan tindakan sosial dan bukan tindakan perorangan.
Pertunjukkan organisasi adalah sesuatu dimana sejumlah orang
berpartisipasi didalamnya.
b. Pertunjukan bersifat kontekstual, yang tidak dapat dipandang sebagai
tindakan independen tetapi selalu melekat dalam bingkai kegiatan yang
lebih besar, dengan kata lain, pertunjukkan mencerminkan atau
menggambarkan konteks dan menghasilkan konteksnya.
c. Pertunjukkan terdiri atas babak atau bagian, pertunjukkan merupakan
peristiwa yang memiliki awal dan akhir, para pemain dapat mengenali
setiap episode dan membedakannya satu dengan lainnya.
d. Pertunjukan adalah improvisasi yang berarti terdapat fleksibilitas dalam
hal bagaimana episode komunikasi dimainkan, meskipun pertunjukkan
dilakukan berkali-kali, namun mereka tidak pernah mengulang
pertunjukan dengan cara yang sama persis dengan yang sebelumnya.
36
D. Organisasi IPNU
Berawal dari ide para putra Nahdlatul Ulama, yakni pelajar dan santri pondok
pesantren untuk mendirikan suatu kelompok atau perkumpulan. Lahirnya Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan wadah
Kaderisasi bagi generasi muda NU yang bersumber dari kalangan pesantren dan
pendidikan umum, yang diharapkan dapat berkiprah di berbagai bidang, baik
keagamaan, kebangsaan, birokrasi, maupun bidangbidang profesi lainnya. Pada
awalnya embrio organisasi ini adalah berbagai organisasi atau asosiasi pelajar dan
santri NU yang masih bersifat lokal dan parsial.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau yang disingkat dengan IPNU adalah
sebuah organisasi pelajar Nahdliyyin yang berdiri pada tanggal 24 Februari tahun
1954 di Semarang. IPNU adalah salah satu organisasi di bawah naungan Jamiyyah
Nahdlatul Ulama, tempat berhimpun, wadah komunikasi, wadah aktualisasi dan
wadah yang merupakan bagian integral dan potensi generasi muda Indonesia secara
utuh. Oleh karena itu keberadaan IPNU memiliki posisi strategis sebagai wahana
kaderisasi pelajar NU sekaligus alat perjuangan NU dalam menempatkan pemuda
sebagai sumberdaya insani yang vital, yang dituntut berkiprah lebih banyak dalam
kancah pembangunan bangsa dan negara dewasa ini.
Beberapa catatan yang harus digaris bawahi, bahwa agar NU tetap eksis akan
banyak ditentukan oleh kiprah warga IPNU itu sendiri, sejauh mana IPNU dapat
mengaktualisasikan diri dalam berbagai bentuk, baik wawasan, ide maupun
keterlibatannya dalam ikut memikirkan dan menyelesaikan masalah-masalah
37
kebangsaan, yang semuanya itu hanya akan maupun diwujudkan dengan 3 ( tiga )
pilar :
a. Kualitas pengurus (kader)
b. Kualitas organisasi
c. Kualitas program-program kerjanya (Wikipedia, 2022)
E. Kaderisasi
Kaderisasi adalah kegiatan berpikir, berpengalaman, sebagai kesatuan proses
yang akhirnya membentuk karakter. Sebagai program studi yang memiliki cita-cita
pendidikan, yang memiliki karakter yang ideal dengan kemampuan berkomunikasi
yang baik. Manusia sebagai mahluk sosial dan sebagai subjek kebudayaan, selalu
sertamerta mengubah sistem dan cara dalam kehidupannya sehingga dapat lebih
memudahkan dan memperbaiki situasi. Proses kaderisasi akan mengikuti
perkembangan zaman, namun perkembangan sekarang yang menuntut anggota
suatu lembaga atau organisasi yang kritis dan berwawasan luas tipe kaderisasi yang
dibutuhkan pun disesuaikan dengan tujuan tersebut (Syafaruddin, 2002, p. 29).
Fungsi kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio atau regenerasi)
yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu
organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai
keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang
diharapkan. Bung Hatta pernah menyatakan tentang kaderisasi dalam kerangka
kebangsaan, “kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit”. Berarti untuk
menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus
dipersiapkan.
38
Menurut Kamisa dalam buku Syarifuddin, Istilah kader seringkali dihubungkan
dengan anggota sebuah organisasi atau persyarikatan, baik yang bersifat sosial
keagamaan, maupun yang bersifat politik. Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia,
kader adalah orang yang diharapkan akan memegang peranan penting pada
pemerintahan, partai dan lain-lain. hal ini dikarenakan kader memiliki cakupan
makna yang sangat luas. Selain itu, kader juga akan diposisikan sebagai calon
penerus yang akan melanjutkan estafet dari sebuah kepemimpinan suatu organisasi
(Syafaruddin, 2002, p. 30).
Oleh karena itu adanya kader dalam sebuah organisasi atau lembaga itu
menempati posisi yang sangat penting dan strategis. Demi menciptakan penerus
dan regenerasi kepemimpinan secara lancar dan berkesinambungan, sangat
dibutuhkan tersedianya kader-kader pemimpin yang efektif untuk ditampilkan.
Kaderisasi adalah hal mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader.
Akan tetapi perlu diketahui bahwa ada perbedaan mendasar tentang makna
Kaderisasi dengan perkaderan atau pendidikan kader itu sendiri. Maka yang
terkandung dalam Kaderisasi ialah proses, cara, kegiatan mendidik atau
membentuk kader. Namun perlu diingat, dalam “Kaderisasi” ini posisi kader
sebagai obyek dan pasif yakni sebagai orang yang didik atau di bentuk menjadi
kader.Sedangkan perkaderan, berasal dari kata kader sehingga dalam Kaderisasi
posisi kader menjadi subyek dan aktif. Jadi yang dimaksud dengan perkaderan
adalah serangkaian proses, cara, kegiatan mendidik atau membentuk kader
(Syafaruddin, 2002, p. 31).
39
Arti Kaderisasi bagi suatu organisasi adalah suatu usaha yang dilakukan secara
sadar dan sistematis untuk mengaktualisasi dan mengembangakan potensi yang
ada padaanggota. Kaderisasi dikatakan berhasil apabila calon kader berhasil
disadarkan tentang apa dan bagaimana dirinya harus berbuat sesuai tujuan yang
ingin dicapai. Sehingga yang disebut dengan strategi Kaderisasi adalah cara jitu
yang dilakukan oleh organisasi dalam melakukan serangkaian kegiatan yang
berkaitan antara satu dengan lainnya yang ditunjukan pada usaha proses
pembentukan kader dalam upaya mencapai tujuan yang dicita-citakan (Nofiard,
2013, p. 267).
Kaderisasi bisa diibaratkan sebagai jantung dalam sebuah organisasi, tanpa
adanya kaderisasi rasanya sulit dibayangkan suatu organisasi mampu bergerak
maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasilah yang menciptakan individu-individu
yang berkualitas yang nantinya akan memegang peran penting dalam sebuah
organisasi. Kaderisasi berusaha menciptakan kader yang kreatif, mampu member
solusi terhadap masalah atau tugas yang dihadapi serta memiliki jiwa pemimpin
sehingga menjadi teladan bagi setiap anggota dalam organisasi.
Pewarisan nilai-nilai organisasi yang baik, proses transfer nilai adalah suatu
proses untuk memindahkan (nilai) darigenerasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai
ini bisa berupa hal-hal yang tertulis atau yang sudah tercantum dalam aturan-aturan
organisasi maupun nilai yang tidak tertulis berupa kultur, budaya-budaya baik yang
terdapat dalam organisasi maupun kondisi-kondisi terbaru yang menjadi kebutuhan
dan keharusan untuk ditransfer (Nofiard, 2013, p. 267).
40
Regenerasi berarti proses pergantian dari generasi lama ke generasi baru, yang
termasuk di dalamnya adanya pembaruan semangat. Artinya, akan ada pembaruan
anggota-anggota dalam setiap periode yang telah ditentukan oleh sebuah organisasi.
Oleh karena itu, proses kaderisasi inilah yang sangat berpengaruh terhadap
kelanjutan pembaruan regenarasi anggota-anggota dalam sebuah organisasi.
Sarana belajar bagi anggota, tempat di mana anggota mendapat pengetahuan
dan pengalaman yang tidak didapat di bangku sekolah formal, wahana ini dijadikan
proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam
proses mendewasakan melalui proses pendidikan dan pelatihan. Pendidikan di sini
mencakup dua hal yaitu pembentukan dan pengembangan karakter. Pembentukan
karakter dalam kaderisasi terdapat output-output yang ingin dicapai, sehingga
setiap individu yang terlibat didalamnya dapat dibentuk karakternya sesuai dengan
output yang diharapkan (Nofiard, 2013, p. 268).
Pengembangan setiap individu yang terlibat di dalam tidak berangkat dari nol
tetapi sudah memiliki karakter dan skill sendiri-sendiri yang terbentuk sejak kecil
(fitrah), kaderisasi memfasilitasi adanya proses pengembangan persoalan tersebut.
Pendidikan yang dimaksudkan di sini terbagi dua yaitu dengan pengajaran (lebih
mengacu pada karakter building) dan pelatihan (lebih mengacu pada skill).
Kaderisasi menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon- calon
pemimpin di masa depan yang tangguh dalam mempertahankan dan
mengembangkan identitas umat terbaik. Kaderisasi dalam Islam menjadi tugas
yang mulia untuk membentuk pribadi yang rabbani dengan karakteristik khairu
ummah. Kaderisasi yang dilakukan setiap organisasi berlandaskan Islam, menjadi
41
tugas yang mulia bagi setiap orang. Proses kaderisasi dalam Islam yang dimaksud
tentunya tidak melanggar aturan-aturan dan perintah Allah SWT.
Tujuan melakukan kaderisasi berlandaskan pada nilai-nilai islam adalah untuk
menciptakan atau mebentuk kader-kader islam yang memiliki akhlaq yang baik
guna menjadi penerus dalam menegakkan nilai-nilai keislaman. Selain itu, tujuan
lainnya adalah membentuk karakter sebagaimana seperti Rasulullah Saw.
Allah SWT. Juga telah mengingatkan cara utama kaderisasi yang sukses dalam
al-Quran, yaitu QS. Ash-Shaff 61/2-3;
Terjamahanya:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Kementrian Agama RI, 2017,
p. 551).
Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu kerjakan? (ayat 2). Mula sekali dipanggil nama yang patuh yaitu orang-orang
yang beriman! Panggilan itu adalah panggilan yang mengandung penghormatan
yang tinggi. Tetapi panggilan itu diiringi dengan pertanyaan dan pertanyaan itu
mengandung keheranan dang keingkaran. Kamu telah mengaku beriman dan
Tuhanpun telah memanggil kamu dengan panggilan yang penuh penghormatan itu.
42
Tetapi kamu kedapatan mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu kerjakan
sebab mengatakan dengan mulut apa yang tidak pernah dikerjakan tidaklah patut
timbul dari orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT (Malik, 1985, pp. 123-
124).
43
F. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan, beberapa karya ilmiah dan penulisan skripsi yang membahas mengenai penelitian ini, yaitu
diantaranya sebgai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian
Judul Penelitian
Pendekatan dan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1 Wahyuni HR (2014)
Pola komunikasi
organisasi antara
pimpinan dan
karyawan dalam
membangun kepuasan
kerja di PT. Semen
tonasa Kabupaten
pangkep
Metode kualitatif
dengan pendekatan
komunikasi dan
dibahas secara
deskriptif
Hasil penelitian menunjukkan pola dan proses
komunikasi yang digunakan adalah pola rantai yakni
pimpinan yang ingin menyampaikan informasi
kepada karyawan tidak langsung ke karyawan tetapi
melalui kepala departemen, hal ini karena
perusahaan PT. Semen Tonasa sudah terstruktur.
Faktor pendukung dalam membangun kepuasan
kerja yaitu adanya komunikasi yang terbuka oleh
pimpinan kepada karyawan, fasilitas yang diberikan
perusahaan dan gaji yang cukup memuaskan.
Adapun faktor hambatannya adalah
44
miscomunication yang biasa terjadi antara pimpinan
dan karyawan, hambatan semantik dan hambatan
fisik.
2 Kholid Fauzi (2018)
Komunikasi Organisasi
Pimpinan Ranting
Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama
Ikatan Pelajar Putri
Nahdlatul Ulama Desa
Kedungturi Dalam
Mempertahankan
Eksistensi Anggota
Metode penelitian
deskriptif kualitatif
yang bertujuan untuk
memahami suatu
fenomena secara
alami dengan yang
berguna untuk
memberikan fakta dan
data mengenai proses
komunikasi organisasi
dalam
mempertahankan
eksistesi anggota
Proses komunikasi yang terlibat pada organisasi ini
adalah komunikasi eksternal dan internal. Organisasi
ini juga menggunakan pola komunikasi secara
langsung dengan bertatap muka pada saat kegiatan
formal maupun non formal. Maupun komunikasi
secara tidak langsung yang dilakukan antar eksternal
daninternal organisasi yaitu dengan mengunakan
media online diantaranya adalah Whatsapp,
Instagram dan Googledrive. Yang menjadi budaya
atau ciri khas pada organisasi ini adalah memiliki
blazer yang berlogo IPNU dan IPPNU Desa
Kedungturi serta memiliki agenda kegiatan rutinan
dan tahunan. Konflik yang dialami adalah masalah-
masalah kecil yang terjadi antar internal anggotanya
saja. Maka motivasi disini sangatlah diperlukan,
dikarenakan jumlah anggota mengalami penurunan
dipertengahan, kemudian mengalami kenaikan lagi
di akhir masa kepengurusan, Meminimalisir konflik
yang terjadi antar anggota organisasi dengan
menjalin solidaritas, menyingkirkan egoisme dan
memupuk selalu rasa saling menghargai dan
45
menghormati agar IPNU dan IPPNU Kedungturi
tetap jaya.
3
Elly Hajar Mastrin
(2017)
Pola Komunikasi
Organisasi IPNU dan
IPPNU Kecamatan
Wates dalam
Mengembangkan
Organisasi
Di dalam penelitian
ini, menganalisis pola
komunikasi organisasi
IPNU dan IPPNU
Kecamatan Wates
dalam
mengembangkan
organisasi dengan
menggunakan
pendekatan kualitatif
Hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pola
komunikasi yang lakukan pada IPNU dan IPPNU
Kecamatan Wates yaitu Pola komunikasi menurut
bentuknya bukan menurut hirarkinya, karena dari
hasil penelitian di organisasi IPNU dan IPPNU
Kecamatan Wates mengutamakan kekeluargaan dan
rasa nyaman kepada anggotanya agar setiap
pengurus dan anggota tidak merasakan berbedaan
tingkat. Dengan cara itu pula IPNU dan IPPNU
Kecamatan Wates dapat terus berkembang dan
mempunyai banyak anggota di setiap Pimpinan
Ranting nya.
46
4 Siti Dahlia (2013)
Pola Komunikasi
Organisasi Pimpinan
Pusat Ikatan Pelajar
Puteri Nahdlatul
Ulama (PP IPPNU)
Dalam
Mengembangkan Dan
Membina Organisasi
Dalam penelitian ini
menggunakan
pendekatan kualitatif
dan metode penelitian
yang di gunakan
adalah metode
penelitian analisis
deskriptif
Hasil dari penelitian ini yaitu pola komunikasi
organisasi yang di kembangkan oleh PP IPPNU pada
masa itu adalah pola lingkaran yang dimana pola ini
adalah pola yang memungkinkan semua anggota
dapat berkomunikasi dengan anggota lainnya
dengan system sejenis pengulangan pesan. Pola
komunikasi yang dijalankan PP IPPNU sangat
berpengaruh terhadap pembinaan dan
pengembangan organisasi, terbukti dari perjalanan
dan perkembangannya yang sudah 58 tahun dan
sudah memiliki 3 juta kader yang tersebar di 30
provinsi di Indonesia.
47
Penelitian pertama adalah skripsi yang dibuat oleh Wahyuni HR, jurusan ilmu
komunikasi pada fakultas dakwah dan komunikasi UIN Salahuddin Makassar 2014
dengan judul “pola komunikasi organisasi antara pimpinan dan karyawan dalam
membangun kepuasan kerja di PT. Semen tonasa Kabupaten pangkep”. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan
komunikasi dan dibahas secara deskriptif. Penulis menggunakan teknik purposive
sampling untuk memperoleh informan. Data yang digunakan melalui wawancara
mendalam, studi pustaka, observasi dan internet searching. Hasil penelitian
menunjukkan pola dan proses komunikasi yang digunakan adalah pola rantai yakni
pimpinan yang ingin menyampaikan informasi kepada karyawan tidak langsung ke
karyawan tetapi melalui kepala departemen, hal ini karena perusahaan PT. Semen
Tonasa sudah terstruktur. Faktor pendukung dalam membangun kepuasan kerja
yaitu adanya komunikasi yang terbuka oleh pimpinan kepada karyawan, fasilitas
yang diberikan perusahaan dan gaji yang cukup memuaskan. Adapun faktor
hambatannya adalah miscomunication yang biasa terjadi antara pimpinan dan
karyawan, hambatan semantik dan hambatan fisik.
Penelitian kedua adalah skripsi yang dibuat oleh Kholid Fauzi, prodi ilmu
komunikasi, Jurusan Komunikasi, fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan
Ampel Surabaya 2018 dengan judul “Komunikasi Organisasi Pimpinan Ranting
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Desa
Kedungturi Dalam Mempertahankan Eksistensi Anggota”. Dalam penelitian ini
digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memahami
suatu fenomena secara alami dengan yang berguna untuk memberikan fakta dan
48
data mengenai proses komunikasi organisasi dalam mempertahankan eksistesi
anggota. Kemudian dianalisis dengan menggunakanteori budaya organisasi dan
teori motivasi, sehingga akan diperoleh data. Proses komunikasi yang terlibat pada
organisasi ini adalah komunikasi eksternal dan internal. Organisasi ini juga
menggunakan pola komunikasi secara langsung dengan bertatap muka pada saat
kegiatan formal maupun non formal. Maupun komunikasi secara tidak langsung
yang dilakukan antar eksternal daninternal organisasi yaitu dengan mengunakan
media online diantaranya adalah Whatsapp, Instagram dan Googledrive. Yang
menjadi budaya atau ciri khas pada organisasi ini adalah memiliki blazer yang
berlogo IPNU dan IPPNU Desa Kedungturi serta memiliki agenda kegiatan rutinan
dan tahunan. Konflik yang dialami adalah masalah-masalah kecil yang terjadi antar
internal anggotanya saja. Maka motivasi disini sangatlah diperlukan, dikarenakan
jumlah anggota mengalami penurunan dipertengahan, kemudian mengalami
kenaikan lagi di akhir masa kepengurusan, Meminimalisir konflik yang terjadi antar
anggota organisasi dengan menjalin solidaritas, menyingkirkan egoisme dan
memupuk selalu rasa saling menghargai dan menghormati agar IPNU dan IPPNU
Kedungturi tetap jaya.
Penelitian ketiga adalah skripsi yang dibuat oleh Elly Hajar Mastrin sebagai
mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah Insitut Agama Islam di Universitas Islam Negeri Kediri dengan judul
"Pola Komunikasi Organisasi IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates dalam
Mengembangkan Organisasi”. Di dalam penelitian ini, menganalisis pola
komunikasi organisasi IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates dalam
49
mengembangkan organisasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti
menggunakan teori pola komunikasi organisasi yang di kemukakan oleh Rahmat
yaitu Pola rantai, Pola roda, Pola lingkaran, Pola Y, dan Pola semua saluran.
Dengan menggunakan teori tersebut organisasi akan membangun struktur
komunikasi yang sangat baik dalam mengambil keputusan, menyelesaikan dan
menghindari konflik serta bertukar pendapat. Peneliti menggunakan metode
wawancara dengan narasumber (pengurus PAC, anggota, muslimat, ansor, dan
pengurus demisioner), observasi,dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pola komunikasi yang lakukan
pada IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates yaitu Pola komunikasi menurut
bentuknya bukan menurut hirarkinya, karena dari hasil penelitian di organisasi
IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates mengutamakan kekeluargaan dan rasa nyaman
kepada anggotanya agar setiap pengurus dan anggota tidak merasakan berbedaan
tingkat. Dengan cara itu pula IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates dapat terus
berkembang dan mempunyai banyak anggota di setiap Pimpinan Ranting nya.
50
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
analisis deskriptif. Penelitian kualitatif adalah memahami fenomena yang sedang
terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan yang ada dan telah terjadi secara
alamiah. Penelitian kualitatif adalah penelitian komprehensif yang bertujuan untuk
memahami fenomena apa yang terjadi pada subjek penelitian, baik itu perilaku,
persepsi, motivasi atau tindakan, dan secara deskriptif berupa kata-kata dan bahasa,
dalam konteks alam yang khusus dan dengan memanfaatkan berbagai metode
(Moleong L. J., 2014, p. 6).
Berdasarkan penjelasan Wimmer dan Dominick, penggunaan pendekatan
penelitian kualitatif bertujuan agar peneliti dapat melihat gambaran Komunikasi
Organisasi IPNU Cabang Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi. Dengan
penelitian kualitatif, Pola Komunikasi Organisasi dapat digali lebih dalam, dimana
informasi diperoleh dari hasil wawancara.
Wimmer dan Dominick juga menjelaskan bahwa penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif seperti pendekatan tanya jawab yang fleksibel,
dimana meskipun semua pertanyaan dasar telah dirancang, peneliti dapat mengubah
pertanyaan atau mengajukan pertanyaan lanjutan. kapan saja. Dengan begitu,
peneliti tidak hanya fokus pada pertanyaan pokok yang telah dibuat, tetapi mencoba
untuk melihat lebih dalam melalui pertanyaan tambahan (Mass, 2011, p. 141).
51
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi kasus. Studi kasus
yaitu penyelidikan empiris atau dengan kata lain berdasarkan pengalaman yang
menggunakan berbagai sumber bukti untuk menyelidiki dan mengetahui fenomena
kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, di mana memiliki batasan antara
fenomena dan konteks tidak jelas. Studi kasus digunakan sebagai suatu penjelasan
yang menyeluruh terkait berbagai macam aspek, seperti seseorang, kelompok,
organisasi, program, atau situasi masyarakat yang diteliti sedalam mungkin (Mass,
2011, p. 141).
Tujuan menggunakan metode studi kasus yaitu untuk menjabarkan dan
memaparkan bagaimana eksistensi dan mengapa kasus tersebut bias terjadi.
Artinya, penelitian studi kasus tidak hanya untuk menjawab pertanyaan ‘apa’
(what) dari objek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh juga menjawab mengenai
‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why). Penjelasan tersebut bahwa tujuan utama
dalam semua jenis studi kasus adalah sebagai upaya untuk menjelaskan kesimpulan
mengenai mengapa suatu studi dipilih, bagaimana penerapannya, dan apa hasilnya
(Yin, 2011, p. 12).
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini menggunakan metode studi
kasus karena peneliti ingin lebih tau dan mendapatkan banyak informasi tentang
topik penelitian. Hal ini dikarenakan metode studi kasus dapat memberikan detail
yang luar biasa tentang “Pola Komunikasi Organisasi IPNU Cabang Kota Bandung
Dalam Melakukan Kaderisasi”. Metode studi kasus dapat memberi peneliti
kemampuan untuk berhadapan dengan spektrum bukti yang luas, seperti dokumen,
52
wawancara sistematis, pengamatan langsung, dan survei tradisional (Mass, 2011,
p. 142).
Studi kasus menjadi dua jenis, yaitu studi kasus tunggal dan studi kasus
jamak. Perbedaannya ada pada jumlah kasus yang diteliti, di mana studi kasus
jamak memiliki jumlah kasus lebih dari satu. Dalam penelitian yang berjudul “Pola
Komunikasi Organisasi IPNU Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan
Kaderisasi” peneliti menggunakan penelitian studi kasus tunggal karena hanya ada
satu kasus sebagai fokus dari penelitian ini (Yin, 2011, p. 20).
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian merupakan atribut atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang memiliki variabel tertentu yang ditetapkan peneliti untuk menarik
kesimpulannya (Bungin, 2011). Subjek dalam penelitian ini ialah pengurus dan
anggota IPNU Cabang Kota Bandung yang terlibat dalam proses Kaderisasi.
D. Sumber Data
Sumber data pada penelitian kualitatif adalah yang berupa kata-kata maupun
tindakan. Selebihnya hanya tambahan berupa dokumen dan fakta-fakta lainnya
dilapangan. Sedangkan, data adalah bahan keterangan dalam suatu objek yang akan
diperoleh. Dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
melakukan interview atau wawancara secara mendalam kepada informan.
53
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan daya yang diperlukan dalam penelitian untuk
melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder yang
digunakan berupa data internal organisasi berupa dokumen resmi, naskah dan
sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal pengumpulan data ini peneliti terjun langsung pada objek
penelitian untuk mendapatkan data yang valid, maka peneliti menggunakan metode
sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi
ini menggunakan observasi partisipasi, di mana peneliti terlibat langsung
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian (Arikunto, 2010, p. 134). Dalam penelitian ini
peneliti melakukan observasi langsung di sekretariat IPNU Cabang Kota
Bandung.
2. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, di mana seorang
pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
54
akan diajukan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang disusun dengan
ketat (Moleong L. , 2014, p. 138). Dalam melaksanakan teknik wawancara
(interview), pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik
sehingga informan bersedia bekerja sama, dan merasa bebas berbicara dan
dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti
gunakan adalah secara terstruktur (tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih
dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan pada informan. Hal ini
dimaksudkan kedalam pembicaraan wawancara yang lebih terarah dan tujuan
yang dimaksud dengan menghindari pembicaraan yang melebar. Dalam
penelitian ini melakukan interview atau wawancara secara mendalam kepada
informan yaitu anggota IPNU Cabang Kota Bandung.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi, dari asal kata dokumentasi yang artinya barang-barang
tertulis. Dalam pelaksanaan metode ini, peneliti mendokumentasikan hasil
percakapan menggunakan Handphone dengan cara video dan record, serta
mencatat hasil percakapan dalam note.
F. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang terkumpul
kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif
kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat
selama proses penelitian.
55
Miles dan Huberman dalam mengungkapkan bahwa dalam mengolah data
kualitatif dilakukan melalui tahap reduksi, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
1. Reduksi Data
Untuk memudahkan bekerja dengan sejumlah besar data yang
dihasilkan oleh analisis kualitatif, peneliti umumnya melakukan teknik
reduksi dengan mengatur informasi sepanjang dimensi temporal. Dengan
kata lain, data disusun dalam urutan kronologis sesuai dengan urutan
peristiwa yang terjadi selama pengumpulan data, dimulai dengan membuat
ringkasan, pemberian kode untuk mengidentifikasi sumber dan menelusuri
tema, membuat gugus-gugus, dan menulis memo. Beberapa salinan dan file
komputer dari catatan, transkrip, dan dokumen lain harus dibuat untuk
menyisihkan data yang tidak relevan (Moleong L. J., 2014, p. 119).
2. Penyajian Data
Sesudah data direduksi, aliran utama kedua dari aktivitas analisis adalah
mendisplaykan data. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan
informasi tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data dapat digunakan sebagai upaya
dalam memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu, apakah analisis
lebih lanjut atau mengambil tindakan, berdasarkan pemahaman. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa matriks, grafik, bagan, dan
jaringan (Saldana, 2014, p. 121)
56
3. Penarikan Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan atau verifikasi merupakan bagian dari
penelitian kualitatif untuk mulai memutuskan kesimpulan awal yang
bersifat sementara. Peneliti kualitatif harus memperhatikan beberapa
masalah berbeda yang mungkin membuat kredibilitas penelitian mereka
dipertanyakan. Pertama, terkait masalah kelengkapan data. Jika peneliti
kualitatif melakukan pekerjaan yang ceroboh dengan mencatat atau
merekam apa yang diamati, ada kemungkinan interpretasi yang salah
mungkin diambil dari data. Masalah kedua menyangkut persepsi selektif, di
mana peneliti kualitatif tidak bisa begitu saja mengabaikan data yang tidak
sesuai dengan interpretasi data yang disukai. Ketiga, masalah reaktivitas,
yang berarti tindakan mengamati beberapa situasi mengubah situasi itu
sendiri (Saldana, 2014, p. 122).
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil IPNU
IPNU sebagai organisasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan,
kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan yang berhaluan Islam
Ahlussunah Waljamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami
perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi.
Oleh karenanya menjadi kewajiban setiap warga IPNU untuk terus
mempelajari perubahan itu, mengkajinya kemudian mencoba untuk
mengatisipasinya. Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila
warganya juga senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang
melatar belakangi kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini
dari masa ke masa. Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk
menentukan langkah dan alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan
saran untuk terus menyebarluaskan IPNU sebagai wadah generasi muda NU
untuk menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah.
Ketika NU dilahirkan pada tahun 1926 adalah sebagai reaksi spontan
terjadinya penyimpangan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah di dalam negeri dan
dunia internasional, hal ini mendapat sambutan dan dukungan luar biasa dari
berbagai komunitas, baik tua maupun muda, terpelajar maupun awam.
Terbukti dengan munculnya berbagai organisasi pelajar dan santri di berbagai
58
pelosok negeri, tahun 1936 di Surabaya berdiri Tsamrotul Mustafidin dan
PERSANO (Persatuan Nahdlatul Oelama’) di Malang. Pada tahun 1941 berdiri
PAMNO (Persatuan Anak Murid Nahdlatul Oelama’), dan tahun 1945 berdiri
Ikatan Murid Nahdlatul Oelama’ (IMNO), tahun 1946 di Sumbawa berdiri
Idjtimaut Tolabah Nahdlatul Oelama’ (ITNO), dan masih banyak organisasi
yang bermuatan lokal.
Pergerakan tumbuhnya organisasi tersebut nampak menggeliat pada tahun
lima puluhan, dengan berdirinya beberapa organisasi pelajar di tingkat lokal
seperti IKSIMNO (Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlatul Oelama’) tahun 1952
di Semarang, PERPENO (persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama’) 13 Juni 1953
di Kediri, IPINO (Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Oelama) 27 Desember 1953
di Surakarta, dll. Meskipun pendirian berbagai organisasi lokal tersebut atas
inisiatif dan kreatifitas sendiri namun pada dasarnya mereka berpijak pada satu
keyakinan untuk menegakkan Dien Al Islam Ahlussunah Wal Jama’ah.
Kesamaan itulah yang kemudian mendorong didirikannya organisasi pelajar
dan santri di tingkat nasional.
Tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H bertepatan dengan tanggal 24 Februari
1954 M, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) secara resmi dibentuk
melalui persidangan Konbes Ma’arif NU pelopornya antara lain : M. Sofyan
Cholil, H. Musthafa, Achmad Masjhub dan A. Ghani Farida M. Uda. Sebagai
ketua umum disepakati Mochamad Tolchah Mansur. Tanggal 28 februari 1955
IPNU melaksanakan Kongres yang pertama di Malang Jawa Timur.
Status organisasi IPNU semula menjadi anak asuh LP. Ma’arif NU dan
59
sejak tanggal 30 Agustus 1960 (Konggres IPNU VI) statusnya menjadi salah
satu Badan Otonom NU yang tercantum dalam AD NU pasal 13 ayat 4.
2. Tujuan Berdiri IPNU
Tujuan berdirinya IPNU adalah sebagai berikut:
a. Terbentuknya kesempurnaan pelajar Indonesia yang bertaqwa kepada
Allah, berilmu, dan berakhlakul karimah.
b. Bertanggung jawab atas tegak dan berkembangnya syari’ah Islam
menurut faham Ahlussunah Waljamaah.
c. Terbentuknya kader Islam yang berwawasan kebangsaan.
d. Terbentuknya masyarakat Indonesia yang adil makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Dengan kata lain, tujuan IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang
bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlakul karimah, dan
berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan
terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunah Waljamaah dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
3. Lambang IPNU
Sebagai generasi penerus orgnisasi seharusnya memahami dan mengerti
lambang IPNU dan IPPNU. Maka dari itu perlu adanya penjelasan tentang
filosofi dari lambang itu sendiri. Dibawah ini penjelasan arti dan lambang
IPNU:
60
Gambar 4.1
Lambang IPNU
Arti Lambang IPNU :
a. Warna Hijau : Subur.
b. Warna Kuning : Cita-cita yang tinggi.
c. Warna Putih : Suci.
d. Bentuk Bulat : Kontinuitas/ terus-menerus/ istiqomah.
e. Tiga titik diantara huruf IPNU : Islam, Iman, Ikhsan.
f. Enam garis/ strip pengapit huruf IPNU : Rukun Iman.
g. Bintang : Ketinggian cita-cita.
h. Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU.
i. 5 bintang di atas : 1 bintang di tengah : Nabi Muhammad SAW
sedangkan 4 bintang di kanan dan kiri : Khulafaur Rosyidin, yaitu
sahabat : Abu Bakar Ashidiq, Umar Bin Khotob, Utsman Bin Affan, dan
Ali Bin Abi Thalib RA.
61
j. 4 bintang di bawah : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali,
Imam Syafi’I, dan Imam Maliki.
k. Dua Kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadist.
l. Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu angsa bersilang : sintetis/ perpaduan ilmu
agama dan ilmu umum.
m. Bintang bersudut 5 : Rukun Islam.
B. Profil Informan
1. Profil Informan Pertama
Informan pertama dalam penelitian ini adalah Budiman Yahya berusia
24 tahun yang merupakan Ketua umum PC IPNU Kota Bandung periode
2021-2023. Budiman bertempat tinggal di Jl. Jatihandap Timur Gg. Hj.
Saodah III Kec. Mandalajati Kel. Jatihandap Kota Bandung. Budiman
sendiri sudah aktif di IPNU sejak tahun 2015. Dalam sesi wawancara
dengan Budiman, peneliti mewawancarai Budiman secara langsung di
Sekretariat IPNU Kota Bandung di Jl. Yuda.
2. Profil Informan Kedua
Informan kedua dalam penelitian ini adalah Krisna Maulana berusia 23
tahun yang merupakan Wakil ketua II bidang Kaderisasi PC IPNU Kota
Bandung periode 2021-2023. Krisna bertempat tinggal di Jl. Kopo
Cirangrang Timur Kec. Babakan Ciparay Kota Bandung. Krisna ini sudah
aktif di organisasi IPNU sejak tahun 2018. Dalam sesi wawancara ini,
peneliti mewawancarai Krisna secara langsung di Kampus Universitas
Islam Nusantara.
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx

More Related Content

Similar to BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx

Proposal kualitatif
Proposal kualitatifProposal kualitatif
Proposal kualitatifDewi
 
Proposal kualitatif
Proposal kualitatifProposal kualitatif
Proposal kualitatifDewi
 
RPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist Tarbawi
RPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist TarbawiRPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist Tarbawi
RPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist TarbawiSyarifatul Marwiyah
 
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Maruttha Puspita
 
MODUL AJAR PPKn UNIT 1 PEMBELAJARAN 4 KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR PPKn UNIT 1 PEMBELAJARAN 4 KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docxMODUL AJAR PPKn UNIT 1 PEMBELAJARAN 4 KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR PPKn UNIT 1 PEMBELAJARAN 4 KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docxModul Guruku
 
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docxLaporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docxrobiatuladawiyah63
 
Program kerja BEM FIAI UNISI
Program kerja BEM FIAI UNISIProgram kerja BEM FIAI UNISI
Program kerja BEM FIAI UNISINasruddin Asnah
 
AKSI NYATA PROFIL P.P.. SUWANTI.pdf
AKSI NYATA PROFIL P.P.. SUWANTI.pdfAKSI NYATA PROFIL P.P.. SUWANTI.pdf
AKSI NYATA PROFIL P.P.. SUWANTI.pdfnowan6
 
visi misi unpas dan cara belajar nahukum pida
visi misi unpas dan cara belajar nahukum pidavisi misi unpas dan cara belajar nahukum pida
visi misi unpas dan cara belajar nahukum pidaCep Miftah Khoerudin
 
Kelompok 4 Bimbingan Konseling
Kelompok 4 Bimbingan KonselingKelompok 4 Bimbingan Konseling
Kelompok 4 Bimbingan Konselingkelompok4
 
AKSI NYATA TOPIK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pdf.pdf
AKSI NYATA TOPIK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pdf.pdfAKSI NYATA TOPIK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pdf.pdf
AKSI NYATA TOPIK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pdf.pdfEndahPratiwiningsih2
 
Cyber counseling
Cyber counselingCyber counseling
Cyber counselingsyaifulSaif
 
Roadmap Penelitian dan PkM Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam
Roadmap Penelitian dan PkM Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi IslamRoadmap Penelitian dan PkM Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam
Roadmap Penelitian dan PkM Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi IslamMuhamadBisriMustofa2
 
Sistem pembelajaran tahfidz dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz dian firmansyah-Dian Firmansyah
 
BAB I.pdf
BAB I.pdfBAB I.pdf
BAB I.pdfIdaAjoo
 
Pancasila sebagai paradigma_reformasi
Pancasila sebagai paradigma_reformasiPancasila sebagai paradigma_reformasi
Pancasila sebagai paradigma_reformasiOman Syahroni Somad
 

Similar to BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx (20)

Proposal kualitatif
Proposal kualitatifProposal kualitatif
Proposal kualitatif
 
Proposal kualitatif
Proposal kualitatifProposal kualitatif
Proposal kualitatif
 
RPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist Tarbawi
RPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist TarbawiRPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist Tarbawi
RPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist Tarbawi
 
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
 
MODUL AJAR PPKn UNIT 1 PEMBELAJARAN 4 KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR PPKn UNIT 1 PEMBELAJARAN 4 KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docxMODUL AJAR PPKn UNIT 1 PEMBELAJARAN 4 KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR PPKn UNIT 1 PEMBELAJARAN 4 KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
 
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docxLaporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
 
Program kerja BEM FIAI UNISI
Program kerja BEM FIAI UNISIProgram kerja BEM FIAI UNISI
Program kerja BEM FIAI UNISI
 
Cover n pengantar
Cover n pengantarCover n pengantar
Cover n pengantar
 
AKSI NYATA PROFIL P.P.. SUWANTI.pdf
AKSI NYATA PROFIL P.P.. SUWANTI.pdfAKSI NYATA PROFIL P.P.. SUWANTI.pdf
AKSI NYATA PROFIL P.P.. SUWANTI.pdf
 
visi misi unpas dan cara belajar nahukum pida
visi misi unpas dan cara belajar nahukum pidavisi misi unpas dan cara belajar nahukum pida
visi misi unpas dan cara belajar nahukum pida
 
Kelompok 4 Bimbingan Konseling
Kelompok 4 Bimbingan KonselingKelompok 4 Bimbingan Konseling
Kelompok 4 Bimbingan Konseling
 
AKSI NYATA TOPIK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pdf.pdf
AKSI NYATA TOPIK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pdf.pdfAKSI NYATA TOPIK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pdf.pdf
AKSI NYATA TOPIK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pdf.pdf
 
RPS BK.pdf
RPS BK.pdfRPS BK.pdf
RPS BK.pdf
 
Cyber counseling
Cyber counselingCyber counseling
Cyber counseling
 
Roadmap Penelitian dan PkM Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam
Roadmap Penelitian dan PkM Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi IslamRoadmap Penelitian dan PkM Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam
Roadmap Penelitian dan PkM Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam
 
Digital 20318253
Digital 20318253 Digital 20318253
Digital 20318253
 
Sistem pembelajaran tahfidz dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-Sistem pembelajaran tahfidz  dian firmansyah-
Sistem pembelajaran tahfidz dian firmansyah-
 
BAB I.pdf
BAB I.pdfBAB I.pdf
BAB I.pdf
 
Pkm gt
Pkm gtPkm gt
Pkm gt
 
Pancasila sebagai paradigma_reformasi
Pancasila sebagai paradigma_reformasiPancasila sebagai paradigma_reformasi
Pancasila sebagai paradigma_reformasi
 

More from RIFATSALIMUDDIN

More from RIFATSALIMUDDIN (6)

DAMPAK RIBA.pptx
DAMPAK RIBA.pptxDAMPAK RIBA.pptx
DAMPAK RIBA.pptx
 
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docxETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
 
01 Sejarah Kota Makkah pdf.pdf
01 Sejarah Kota Makkah pdf.pdf01 Sejarah Kota Makkah pdf.pdf
01 Sejarah Kota Makkah pdf.pdf
 
Aaaade.pptx
Aaaade.pptxAaaade.pptx
Aaaade.pptx
 
Kuliah-SISTEM-IMUNAlergi.ppt
Kuliah-SISTEM-IMUNAlergi.pptKuliah-SISTEM-IMUNAlergi.ppt
Kuliah-SISTEM-IMUNAlergi.ppt
 
Asesor
AsesorAsesor
Asesor
 

Recently uploaded

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 

BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx

  • 1. POLA KOMUNIKASI ORGANISASI IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA CABANG KOTA BANDUNG DALAM MELAKUKAN KADERISASI SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam Nusantara Oleh: IKHSAN ILAHIDDHOHIR NIM : 21030801171025 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG 2022 M / 1443 H
  • 2. I PERSETUJUAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA CABANG KOTA BANDUNG DALAM MELAKUKAN KADERISASI Oleh: IKHSAN ILAHIDDHOHIR NIM: 21030801171025 Menyetujui: Pembimbing I Dr. Ahmad Sukandar, M.M.Pd. NIDN. 0410096801 Pembimbing II H. M. Rif’at Syadli, M. Ag. NIDN. 0402058408 Mengetahui Ketua merangkap Anggota Drs. H. Etep Rohana, M.M NIDN. 0426086401 Sekretaris merangkap Anggota Usep Suherman, S.Pd. M.Pd NIDN. 04010077804
  • 3. II PENGESAHAN Penelitian Ini Berjudul “Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi” telah dipertanggung jawabkan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Agama Islam Uninus, tanggal ... Juni 2022. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Bandung, Juni 2022 Sidang Munaqasyah: Penguji I ------------------------------ NIDN………………. Penguji II ----------------------------- NIDN....................... Penguji III --------------------------- NIDN....................... Mengesahkan Dekan Fakultas Agama Islam Dr. Abdul Holik, M.M.Pd. NIDN. 0404037207 Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Dr. Iyad Suryadi, M.M NIDN. 0405026506
  • 4. III PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Berkaitan dengan skripsi saya yang berjudul: “Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi” dengan ini saya menyatakan bahwa: a. Skripsi ini adalah asli, dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam; b. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing; c. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dicantumkan sumbernya dengan jelas dalam daftar pustaka. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, atau ada klaim dari pihak lain tentang keabsahan skripsi ini, maka hal itu sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya, dan oleh karenanya saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan etika keilmuan pada umumnya. Bandung, 14 Juni 2022 Yang Membuat Pernyataan IKHSAN ILAHIDDHOHIR NIM : 21030801171029
  • 5. IV MOTTO “Ambil lah setiap kesempatan yang ada, jangan menunggu kesempatan yang tepat” (IKHSAN ILAHIDDHOHIR)
  • 6. V ABSTRAK Ikhsan Ilahiddhohir, NIM: 21030801171022; Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Cabang Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi. Organisasi tidak dapat berdiri tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan suatu cara untuk menghubungi orang-orang lain dengan perantara ide-ide, fakta-fakta, pikiran- pikiran, dan nilai-nilai. Komunikasi yang baik sangatlah diperlukan agar bisa terjalin hubungan yang harmonis antar warga terutama para remajanya. Tujuan organisasi tidak akan tercapai apabila tanpa manajemen dan komunikasi. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola komunikasi organisasi IPNU PC Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi, untuk mengetahui hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi dan untuk mengetahui cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung dalam melakukan kaderisasi. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena peneliti ingin lebih tau dan mendapatkan banyak informasi tentang topik penelitian, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi dan wawancara, teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, pada penelitian ini terdapat tiga informan untuk memperoleh data. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa Pola komunikasi organisasi yang dilakukan oleh PC IPNU Kota Bandung adalah pola lingkaran yang di buktikan dengan sistem organisasi kolektif kolegial. Hambatan komunikasi organisasi di PC IPNU Kota Bandung adalah hambatan manusiawi dan hambatan sosio-antro-psikologis. Cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi di PC IPNU Kota Bandung adalah dengan cara pendekatan secara emosional terhadap pengurus dan juga anggota IPNU Kota Bandung serta pengembangan diri secara kualitas pemikiran para pengurus cabang. Kata Kunci: Pola, Komunikasi Organisasi, Kaderisasi
  • 7. VI ABSTRACT Ikhsan Ilahiddhohir, NIM: 21030801171029; Organizational Communication Patterns of the Nahdlatul Ulama Student Association Bandung City Branch in conducting Cadreization Organizations cannot exist without communication. Communication is a way of contacting other people through the medium of ideas, facts, thoughts, and values. Good communication is necessary so that harmonious relationships can be established between residents, especially teenagers. Organizational goals will not be achieved without management and communication. The purpose of this study is to determine the communication pattern of the Bandung City IPNU PC organization in conducting cadre, to find out the communication barriers of the Bandung City IPNU organization in conducting cadre and to find out how to overcome the Bandung City IPNU organizational communication barriers in conducting cadre. This research uses the case study methodbecause the researcher wants to know more and get a lot of information about the research topic, the data collection technique in this study is by observation and interviews, the data analysis techniques used are data reduction, data presentation, and conclusion drawing, in this study. There are three informants to obtain data. Based on the results of this study, the pattern of organizational communication carried out by PC IPNU Bandung City is a circular pattern which is proven by the collegial collective organization system. Barriers to organizational communication at PC IPNU Bandung City are human barriers and socio-anthro-psychological barriers. The way to overcome organizational communication barriers at the Bandung City IPNU PC is by emotionally approaching the management and members of the Bandung City IPNU as well as developing themselves in the quality of thinking of the branch administrators. Keywords: Pattern, Organizational Communication, Caderization
  • 8. VII KATA PENGANTAR Bismillah Alhamdulillah, peneliti panjatkan puja kepada Tuhan yang maha Esa, atas berkat Rahmat-nya Skripsi ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya yang berjudul “Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi” dalam rangka pengembangan salah satu tri darma perguruan tinggi dan menyelesaikan tugas akhir. Peneliti berupaya semaksimal mungkin supaya skripsi ini menjadi sebuah karya ilmiah yang baik dan bermanfaat bagi pembaca. Peneliti telah melakukan penelitian dengan berbagai sumber-sumber yang berkaitan dengan topik permasalahan dan tidak menutup kemungkinan masih ada kekurangan. Maka dari itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Skripsi ini. Peneliti berharap Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Aamiin Bandung, 14 Juni 2022 Penulis IKHSAN ILAHIDDHOHIR
  • 9. VIII UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dapat di selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak, terutama kepada: 1. Dr. Sayid M. Rifki Noval, S.H., M.H Selaku Rektor Universitas Islam Nusantara 2. Dr. Abdul Holik, M.M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Agama Islam 3. Drs. H. Etep Rohana, M.M Selaku Wakil Dekan I Fakultas Agama Islam 4. Dra. Ifah Khadijah, M.Pd.I Selaku Wakil Dekan II Fakultas Agama Islam 5. Dr. Iyad Suryadi. MM. selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian sehingga dapat terususun dan terselesaikannya skripsi ini. 6. Hani Hadiati Pujawardani, M.Pd. Selaku Sekretaris Prodi Komunikasi Penyiaran Islam yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian sehingga dapat terususun dan terselesaikannya skripsi ini. 7. Dr. Iyad Suryadi, N.M. selaku Dosen Pembimbing I yang tak kenal lelah membimbing peneliti, telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, memberikan arahan, dan memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan teliti dan penuh kesabaran. 8. H. M. Rif’at Syadli, M. Ag. selaku Dosen Pembimbing II yang juga tak kenal lelah membimbing peneliti, meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, dan memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan teliti dan penuh kesabaran.
  • 10. IX 9. Bapak dan Ibu Dosen, Staf administrasi dan seluruh Karyawan di lingkungan civitas akademika UNINUS yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan perkuliahan dan penelitian, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Budiman Yahya selaku subjek penelitian dari skripsi ini yang telah membantu dan bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian ini. 11. Krisna Maulana yang juga menjadi subjek penelitian dari skripsi ini yang telah membantu dan bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian ini. 12. Ade Rahman Taufiq selaku subjek penelitian dari skripsi ini yang telah membantu dan berseda meluangkan waktunya untuk penelitian ini. 13. Kedua orangtua Ibu dan Bapak yang tak kenal lelah membimbing, selalu menyertai dalam setiap doa dan kasih sayang yang tak pernah lekang oleh waktu. 14. Verdien Fajar Gumilang, S.E selaku sahabat yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelsaikan penelitian ini. 15. Sahabat-sahabat pengurus Dewan Mahasiswa UNINUS, Sahabat-sahabat PMII UNINUS, Rekan-rekan PC IPNU Kota Bandung yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam melakukan penelitian ini 16. Kawan-kawan seperjuangan MAPI 17 (Mahasiswa KPI 2017) yang telah memberikan motivasi, meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 17. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu.
  • 11. X Peneliti berupaya semaksimal mungkin supaya skripsi ini menjadi sebuah karya ilmiah yang baik dan bermanfaat bagi pembaca. Peneliti telah melakukan penelitian dengan berbagai sumber-sumber yang berkaitan dengan topik permasalahan dan tidak menutup kemungkinan masih ada kekurangan. Maka dari itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Aamiin Bandung, 14 Juni 2022 Penulis IKHSAN ILAHIDDHOHIR
  • 12. XI DAFTAR ISI PERSETUJUAN ......................................................................................................I PENGESAHAN ......................................................................................................II PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................................III MOTTO................................................................................................................. IV ABSTRAK ..............................................................................................................V KATA PENGANTAR..........................................................................................VII UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................VIII DAFTAR ISI......................................................................................................... XI DAFTAR TABEL...............................................................................................XIV DAFTAR BAGAN...............................................................................................XV BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah...................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian........................................................................................ 8 1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 8 2. Manfaat Praktis......................................................................................... 8 E. Kerangka Berfikir......................................................................................... 9 BAB II................................................................................................................... 11 KAJIAN PUSTAKA............................................................................................. 11 A. Komunikasi ................................................................................................ 11 1. Pengertian Komunikasi .......................................................................... 11 2. Tujuan Komunikasi ................................................................................ 11 3. Fungsi Komunikasi................................................................................. 12 4. Proses Komunikasi................................................................................. 15 B. Komunikasi Organisasi .............................................................................. 16 1. Pengertian Komunikasi Organisasi ........................................................ 16 2. Struktur Komunikasi Dalam Organisasi................................................. 17 3. Pola Komunikasi Organisasi .................................................................. 20
  • 13. XII 4. Fungsi Komunikasi Organisasi............................................................... 24 5. Hambatan Komunikasi Organisasi......................................................... 26 C. Budaya Organisasi...................................................................................... 28 D. Organisasi IPNU ........................................................................................ 36 E. Kaderisasi................................................................................................... 37 F. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................................... 43 BAB III.................................................................................................................. 50 PROSEDUR PENELITIAN.................................................................................. 50 A. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 50 B. Metode Penelitian....................................................................................... 51 C. Subyek Penelitian....................................................................................... 52 D. Sumber Data............................................................................................... 52 E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 53 F. Teknik Analisis Data.................................................................................. 54 1. Reduksi Data .......................................................................................... 55 2. Penyajian Data........................................................................................ 55 3. Penarikan Kesimpulan............................................................................ 56 BAB IV ................................................................................................................. 57 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................... 57 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 57 1. Profil IPNU............................................................................................. 57 2. Tujuan Berdiri IPNU .............................................................................. 59 3. Lambang IPNU....................................................................................... 59 B. Profil Informan........................................................................................... 61 1. Profil Informan Pertama ......................................................................... 61 2. Profil Informan Kedua............................................................................ 61 3. Profil Informan Ketiga ........................................................................... 62 C. Temuan Penelitian...................................................................................... 62 1. Pola Komunikasi Organisasi Dalam Melakukan Kaderisasi.................. 62 2. Hambatan Komunikasi Organisasi Dalam melakukan Kaderisasi......... 71
  • 14. XIII 3. Cara mengatasi Hambatan Komunikasi Organisasi dalam melakukan Kaderisasi....................................................................................................... 73 D. Pembahasan................................................................................................ 75 1. Pola Komunikasi Organisasi dalam melakukan Kaderisasi................... 75 2. Hambatan Komunikasi Organisasi dalam melakukan Kaderisasi.......... 77 3. Cara mengatasi Hambatan Komunikasi Organisasi dalam melakukan kaderisasi........................................................................................................ 78 BAB V................................................................................................................... 79 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 79 A. Simpulan..................................................................................................... 79 B. Saran........................................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81 DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................. 85 Lampiran-Lampiran .............................................................................................. 86
  • 16. XV DAFTAR BAGAN Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Bagan 2.1 Pola Roda Bagan 2.2 Pola Rantai Bagan 2.3 Pola Lingkaran
  • 17. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi dimana komunikasi sendiri merupakan suatu hubungan interaksi yang dilakukan baik terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain dan hal tersebut dilakukan guna untuk mempertahankan kelangsungan hidup karena sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat berdiri tanpa bantuan orang lain (Rohim, 2009, p. 86). Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri oleh manusia sebagai alat interaksi dengan individu-individu lainnya, untuk memenuhi kebututuhan informasi, baik informasi dari dalam maupun dari luar lingkungannya. Komunikasi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Begitupun sama halnya di dalam sebuah organisasi. Organisasi tidak dapat berdiri tanpa komunikasi. Komunikasi merupakan suatu cara untuk menghubungi orang-orang lain dengan perantara ide-ide, fakta-fakta, pikiran-pikiran, dan nilai-nilai. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi para pemimpin karena dua alasan yang pertama, komunikasi merupakan proses yang digunakan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan. Kedua, komunikasi merupakan kegiatan untuk pemimpin meluangkan sebagian besar waktunya (Moekijat, 1993, p. 8).
  • 18. 2 Pada dasarnya setiap individu akan sulit untuk mewujudkan tujuannya dibandingkan dengan apabila secara berkelompok, dari kebutuhan untuk lebih memudahkan pencapaian tujuan ini muncul suatu bentuk kerja sama dari individu- individu untuk membentuk kelompok dan kemudian membentuk suatu organisasi. Melalui organisasi sebagai institusi yang memungkinkan masyarakat mengejar tujuan yang tidak bisa dicapai oleh individu-individu secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, organisasi adalah suatu bentuk kelompok individu-individu dengan struktur dan tujuan tertentu. Komunikasi yang baik sangatlah diperlukan agar bisa terjalin hubungan yang harmonis antar warga terutama para remajanya, begitu pula pada organisasi, akan dapat berjalan dengan lancar sesuai yang diinginkan anggota kelompok, jika terjadi perbedaan pendapat antar anggota, dan tidak ada yang mau menerima dengan lapang dada, sehingga menyebabkan anggota ada yang mengundurkan diri, maka tidak menutup kemungkinan adanya anggota yang lainya ikut untuk mengundurkan diri pula, karena remaja zaman sekarang ini lebih suka membuat forum didalam forum (geng) dengan teman yang dipilihnya sendiri, dan mudah untuk dipengaruhi hal negatif, bisa dipastikan menyebabkan organisasi tersebut sulit untuk berkembang bahkan bisa menyebabkan organisasi tersebut berantakan. Komunikasi organisasi yang baik disini sangatlah diperlukan bagi semua organisasi. Oleh karena itu, anggota dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Muhammad, 2000, pp. 1-5). Organisasi adalah sarana dimana manajemen mengkoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan
  • 19. 3 wewenang. Tujuan organisasi tidak akan tercapai apabila tanpa manajemen dan komunikasi. Manajemen tidak akan mungkin ada tanpa organisasi. Manajemen ada, jika ada tujuan yang akan dicapai dan diselesaikan. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus pada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi. Atas dasar itu, maka komunikasi organisasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam dunia organisasi. Sebab, komunikasi yang efektiflah yang dapat menjamin tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif pada dasarnya akan menentukan keberhasilan seseorang, di mana pun ia berada, bukan hanya dalam dunia organisasi saja. Tujuan utama dalam dunia organisasi adalah memperbaiki organisasi, memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai memperbaiki hal- hal untuk mencapai tujuan manajemen. dengan kata lain, orang memperlajari komunikasi organisasi untuk menjadi yang lebih baik. oleh karena itu, penulis memandang sangat penting untuk mengkaji komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi pengembangan sumber daya manusia melalui kaderisasi dalam menjalankan roda organisasi. Komunikasi organisasi merupakan struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi. Dari permasalahan tersebut, maka dapat disadari bahwa komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan sebagai penyampai pesan, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan baik bahasa verbal maupun non verbal (isyarat/lambang), melalui media tertentu dan diterima kemudian diolah melalui
  • 20. 4 sistem syaraf dan interpretasikan, setelah diinterpretasikan pesan dapat menimbulkan reaksi (Latifah, 2011, p. 22). Di Indonesia terdapat beberapa organisasi yang berbasis keislaman salah satunya adalah Nahdlatul Ulama, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) merupakan salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang membidangi pelajar, santri dan remaja putra NU. Organisasi IPNU sebuah organisasi keterpelajaran yang bersifat waralaba yang merupakan bagian dari badan otonom organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama’ (NU) yang berfokus pada pendidikan dan pengembangan sumber daya pelajar, Mahasiswa, dan santri. Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama IPNU didirikan sebagai organisasi pelajar santri tahun 1954, organisasi ini didirikan dalam rangka menyatukan gerakan langkah dan dinamisasi kaum terpelajar di kalangan Nahdliyin. IPNU tidak lepas latar belakang sejarah kehadirannya sebagai organisasi yang lahir dari kultur masyarakat tertentu, yang memberikan tekanan penting pada aspek-aspek transendental. Dalam kaitan dengan partisipasi IPNU dalam pembangunan, terutama dengan peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) tingkat pimpinan cabang merupakan organisasi remaja yang positif dalam naungan organisasi masyarakat Islam Nahdlatul Ulama yang berdasarkan Ahlussunnah wal Jama’ah, yang beranggotakan pelajar madrasah, sekolah umum, maupun perguruan tinggi. Disinilah keberadaan organisasi ini memiliki peran penting dalam menampung, menyalurkan dan mengembangkan minat , bakat dan potensi yang dimiliki remaja.
  • 21. 5 Masa remaja merupakan masa peralihan usia diantara masa anak-anak dan dewasa, yang kini bukan anak-anak lagi secara fisik akan tetapi bukan juga orang dewasa yang telah matang pada cara berfikir maupun dalam mempertimbangkan sesuatu ketika bertindak (Santrock, 2003, p. 73). Masa remaja ini merupakan masa perkembangan secara fisik, biologis, psikis dan emosional, pada masa ini remaja memiliki tingkat emosional yang belum stabil, sehingga mudah untuk terbawa arus demi mendapatkan jati diri sendiri. Maka dari itu organisasi yang positif disini sangatlah diperlukan sebagai sarana untuk mencegah remaja bergabung dengan organisasi yang negatif. Apabila remaja mampu memilih organisasi yang benar maka akan sangatlah beruntung karena bisa menyalurkan bahkan mengembangkan kemampuan, minat dan bakat, sebagai bekal kehidupan saat dewasa nanti sebagai makhluk sosial yang berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Jika masa remajanya terjerumus dalam organisasi yang negatif, maka dipastikan akan menyesal ketika dewasa nanti. Karena masa remaja ini merupakan masa keemasan yang sangatlah berharga dan tidak akan bisa terulang kembali (Nisfiannoor dan Kartika, 2004, p. 84). Dalam menjalankan roda organisasi, pengembangan dan pembinaan IPNU menjadi hal yang sangat diperhatikan karena dapat membawa organisasi menjadi lebih baik dalam mencapai tujuan dan tepat sasaran secara efektif dan efisien. Langkah-langkah yang diterapkannya dalam mencapai tujuan yang akan dicapai yaitu dengan mengikuti perkembangan teknologi dan keadaan external yang mempengaruhi pencapaian tujuan dalam suatu organisasi. Dalam pengembangan dan pembinaan terkadang ditemukan gagasan baru yang secara tidak sadar menjadi
  • 22. 6 senjata ampuh untuk pencapaian tujuan juga, gagasan baru yang membuat organisasi bekerja secara efektif dan efesien. Bisa dikatakan bahwa keadaan pelajar di Kota Bandung itu sangat beragam, pergaulan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi pola pikir mereka. Keberagaman tersebut mengakibatkan munculnya banyak komunitas-komunitas dan organisasi-organisasi baru bagi para pelajar dengan di landasi berbagai macam kepentingan diantaranya kepentingan secara ideologis, kegemaran, dan juga kesenangan. Atas dasar itu karena IPNU merupakan salah satu organisasi ideologi bagi para pelajar yang dimana biasanya pelajar lebih memilih kegiatan yang berlandaskan kegemaran dan kesenangan bagi mereka pribadi daripada mengikuti organisasi yang mengharuskan mereka untuk berfikir lagi. Ini menjadi salah satu pengaruh dari luar organisasi terkait terkendalanya kaderisasi di IPNU Kota Bandung. Selain itu juga pengaruh dari dalam organisasi yang terjadi di IPNU cabang Kota Bandung pada saat ini masih terdapat kesenjangan dimana komunikasi internal antara pengurus dengan anggota baik itu dari bawah ke atas ataupun sebaliknya kurang berjalan dengan baik yang mengakibatkan banyaknya anggota ataupun pengurus IPNU merasa bahwa mereka tidak di perhatikan pada akhirnya berkurang satu demi satu, di karenakan mayoritas pengurus dan anggota itu dari kalangan pelajar maka mereka akan dengan mudah di pengaruhi oleh faktor external yaitu komunitas atau organisasi berbasis kegemaran akan lebih menarik di ikuti bagi mereka pada akhirnya pengaruh dari luar dan dari dalam itu saling berkesinambungan dan tidak bisa di pisahkan begitu saja. Selain itu dalam segi
  • 23. 7 kaderisasi yang di lakukan oleh pengurus IPNU cabang Kota Bandung akhir-akhir ini tidak begitu masif di lakukan sehingga tidak adanya peningkatan anggota baik secara kuantitas ataupun kualitasnya. Meskipun telah di laksanakannya pendidikan formal yaitu MAKESTA ( Masa Kesetiaan Anggota ) di tingkat pimpinan anak cabang dibawah naungan pimpinan cabang Kota Bandung tidak memberikan efek yang cukup signifikan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari kader- kadernya mengapa demikian karena kurangnya perangkulan kepada para kader pasca melaksanakan MAKESTA. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi dan tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai “Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis merumuskan pembahasan ini pada tiga hal : 1. Bagaimana pola komunikasi organisasi IPNU PC Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi? 2. Bagaimana hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi? 3. Bagaimana cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi?
  • 24. 8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, dalam penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pola komunikasi organisasi IPNU PC Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi. 2. Untuk mengetahui hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi IPNU Kota Bandung dalam melakukan pengakaderan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan berfikir dan meningkatkan kemampuan komunikasi yang lebih baik b. Dapat digunakan bagi para peneliti sebagai pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pola komunikasi organisasi dalam melakukan kaderisasi. c. Sebagai bahan referensi bagi kader IPNU yang lain. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan dan dorongan bagi lembaga IPNU untuk terus melakukan kaderisasi dalam mewujudkan cita-cita organisasi dengan pola komunikasinya.
  • 25. 9 b. Bagi para kader-kader PC IPNU Kota Bandung dapat menggunakan pola komunikasi organisasi sebagai evaluasi untuk meningkatkan kaderisasi. c. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi pengembangan penelitian selanjutnya di bidang pola komunikasi organisasi yang memiliki kesamaan tema. E. Kerangka Berfikir Penelitian ini betujuan untuk mengoptimalkan komunikasi organisasi Pimpinan Cabang IPNU Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi untuk mempertahankakn jumlah anggota, dikarenakan jumlah anggotanya selalu mengalami pasang dan surut tidak menentu, pada masa awal periode kepengurusan organisasi, jumlah anggotanya sangatlah banyak, ditengah masa periode mengalami penurunan yang signifikan, akan tetapi pada masa hampir akhir pergantian periode jumlah anggotanya bertambah kembali. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi yang diterapkan oleh IPNU Cabang Kota Bandung dalam melakukan kaderisasi. Dalam komunikasi organisasi berbicara mengenai informasi yang berpindah dari yang otoritasnya lebih rendah. Indikator aliran komunikasi kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi horizontal. Kaderisasi adalah hal mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Akan tetapi perlu diketahui bahwa ada perbedaan mendasar tentang makna Kaderisasi dengan perkaderan atau pendidikan kader itu sendiri. Maka yang
  • 26. 10 terkandung dalam Kaderisasi ialah proses, cara, kegiatan mendidik atau membentuk kader. Berdasarkan uraian diatas, berikut adalah kerangka berfikir: Bagan 1.1 Kerangka Berfikir Instrumental Input 1. PD/PRT IPNU 2. Peraturan Organisasi IPNU Proses Pola Komunikasi Organisasi IPNU: 1. Sistem 2. Tujuan 3. Menggunakan teori- teori 4. Langsung dan tidak langsung Raw Input Anggota IPNU Kota Bandung Output Kaderisasi IPNU Kota Bandung Environmental Input 1. Lingkungan Sekolah 2. Kultural Keluarga
  • 27. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam buku Dinamika Komunikasi Effendy (2015) Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap dan perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2015, p. 19). Pengertian serupa diungkapkan Arni Muhammad Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim pesan dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Jadi dari beberapa pendapat di atas tentang pengertian komunikasi peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dengan tujuan merubah sikap seseorang (Muhammad, 2000). 2. Tujuan Komunikasi Tujuan dapat disadari atau tidak. Dapat dikenali ataupun tidak. Meskipun teknologi komunikasi berubah dengan cepat pada dasarnya tujuan komunikasi tetap sama. Tujuan dari komunikasi adalah sebagai berikut :
  • 28. 12 a. Menemukan Salah satu tujuan komunikasi adalah menyangkut penemuan diri. Dengan berkomunikasi, setiap individu dapat memahami secara lebih baik mengenai diri kita sendiri, dan orang lain.. b. Untuk berhubungan Setiap individu memiliki keinginan untuk merasakan dicintai dan disukai begitupun menyukai dan mencintai. Salah satu motivasi yang paling kuat dalam melakukan komunikasi adalah membina hubungan dengan orang lain melalui komunikasi. c. Untuk meyakinkan Di dalam komunikasi pada jaman modern ini manusia kerap kali bertindak sebagai konsumen dari penyampaian pesan yang dilakukan oleh media. Media massa sebagian besar meyakinkan setiap manusia untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku. d. Untuk Bermain Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu tidak terlepas dari hal yang menghibur, kini hiburan menjadi salah satu kebutuhan. Untuk melakukan hiburan atau bermain, komunikasi menjadi alat yang tepat dalam mengutarakan dan bertukar informasiinformasi yang menarik yang dapat menghibur (Devito, 2015, pp. 31-33). 3. Fungsi Komunikasi Berdasarkan pengamatan yang para pakar komunikasi lakukan, komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda, meskinpun
  • 29. 13 adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih diantara berbagai pendapat tersebut sebagai berikut: a. Fungsi Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebgai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa Komunikasi penting untuk membangun konsep- konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan “tersesat,” karena tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Implisitdalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi juga menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. b. Fungsi Komunikasi Ekspresif Komunikasi ekspresif tidak langsung bertujuan mempengaruhi orang lain, namundapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaiakan perasaan (emosi) kita. Perasaan- perasaan tersebut dikomunikasikanterutama melalui pesan non verbal. Perasaan sayang peuli, rindu, simpati, gembira, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, manun terutama lewat perilaku nonverbal.
  • 30. 14 c. Fungsi Komunikasi Ritual Komunikasi ritual bertujuan untuk komitmen mereka kepada tradisi keluarga komunitas, suku, bangsa, negara, ideology, atau agama mereka. Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang. Orang menziarahi makam Nabi Muhammad, bahkan menangis di dekatnya, untukmenunjukkan kecintaannya kepadanya. Para siswa yang menjadi pasukan pengibar bendera merah putih, sering dengan berlinang air mata, dalam pelantikan mereka, untuk menunjukkan rasa cinta mereka kepada nusa dan bangsa, terlepas dari apakah kita setuju terhadap perilaku mereka atau d. Fungsi Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga menghibut. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui (Mulyana, 2014, p. 38).
  • 31. 15 4. Proses Komunikasi suatu proses komunikasi didukung oleh beberapa elemen atau unsur yakni : a. Sumber Sumber ialah pihak yang menyampaikan atau mengirim pesan kepada penerima Sumber sering disebut dengan komunikator, pengirim, source, sender, atau encoder. b. Pesan Pesan ialah pernyataan yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pernyataan bisa dalam bentuk verbal (bahasa tertulis atau lisan) maupun – non-verbal (isyarat) yang bisa dimengerti penerima. Pesan biasa disebut dengan kata massage, content, atau information. . c. Media Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media dalam pengertian ini bisa berupa media massa mencakup surat kabar, radio, film, televisi, dan internet. Bisa juga berupa saluran misalnya kelompok pengajian atau arisan, kelompok pendengar dan pemirsa, organisasi masyarakat, rumah ibadah, pesta rakyat, panggung kesenian, serta media alternatif lainnya misalnya poster, brosur, buku, spanduk, stiker dan semacamnya.
  • 32. 16 d. Penerima Penerima ialah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber kepada penerima. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam sebutan, antara lain khalayak, sasaran, target, adopter, komunikan atau dalam bahasa asing disebut receiver, audience, decoder. e. Pengaruh atau efek Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. f. Umpan Balik Umpan balik ialah tanggapan yang diberikan oleh penerima sebagai akibat penerimaan pesan dari sumber. Sebenarnya ada juga yang beranggapan umpan balik sebenarnya efek atau pengaruh (Cangara, 2013, p. 34). B. Komunikasi Organisasi 1. Pengertian Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi suatu sistem yang saling tergantung mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan
  • 33. 17 kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatannya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum (Muhammad, 2000, p. 66). Sedangkan menurut Zelko dan Dance dalam Khomsahrial Romli (2011:11) mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Kemudian Lesikar menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara sesama anggota organisasi (Romli, 2011, p. 11). Komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah (Muhammad, 2000, p. 67) 2. Struktur Komunikasi Dalam Organisasi Dalam komunikasi organisasi berbicara mengenai informasi yang berpindah dari yang otoritasnya lebih rendah. Indikator aliran komunikasi kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi horizontal (Faules, 2013, p. 193)
  • 34. 18 a. Komunikasi Ke bawah Komunikasi kebawah daam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotritas lebih tinggi kepada mereka yang berororitas lebih rendah. Terdapat lima jenis informasi yang biasa di komunikasikan dari atasan kepada bawahanya, yaitu : 1) Informasi mengenai bagaimana melaukan pekerjaan. 2) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan. 3) Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi. 4) Informasi mengenai kinerja pegawai. 5) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas. b. Komunikasi Ke atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat paling tinggi. Komunikasi ke atas menyatakan bahwa penyedia harus menerima informasi dari bawahan mereka yang memberikan informasi, seperti : 1) Memberitahukan apa yang di lakukan bawahan bagaimana pekerjaan mereka, prestasi, kemajuan dan rencana waktu yang akan datang. 2) Menjelaskan persoalan-persoalan kerja yang belum di pecahkan bawahan yang mungkin memerluakan beberapa bantuan. 3) Memberikan saran atau gagasan untuk memperbaiki dalam unit-unit mereka atau dalam organisasi.
  • 35. 19 4) Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan mereka. c. Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu yang di tempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Tujuan komunikasi horizontal ini terdapat beberapa point, yaitu : 1) Untuk mengekordinasikan penugasan kerja. 2) Berbagi info mengenai rencana kegiatan. 3) Sebagai alat memecahkan suatu masalah. 4) Untuk memperoleh pemahaman bersama 5) Untuk mendamaikan dan merundingkan. 6) Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona d. Komunikasi Lintas Saluran Komunikasi lintas saluran merupakan salah satu bentuk komunikasi organisasi dimana informasi diberikan melewati batas-batas fungsional atau batas-batas unit kerja dan diantara seseorang satu sama lainya tidak menjadi suatu bawahan atau atasan. Komunikasi lintas saluran mencangkup hubunga literial yang penting bagi komunikasi organisasi yang efektif.
  • 36. 20 e. Komunikasi informal, pribadi dan selentingan Selentingan digambarkan sebagai metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa. Komunikasi informal cenderung mengandung laporan rahasia tentang orang-orang dan pristiwa yang tidak dapat mengalir melalui saluran biasanya. Informasi yang diperoleh dari selintingan lebih memperhatikan apa yang dikatakan atau yang didengar seseorang daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Paling tidak sumbernya terlihat rahasia meskipun informasi itu sendiri tidak rahasia. 3. Pola Komunikasi Organisasi Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pola adalah bentuk atau system (Departemen Pendidikan Nasional, 2002, p. 885). Sedangkan kata pola dalam kamus ilmiah popular diartikan sebagai model, contoh atau pedoman rancangan (Pius A. Partanto, 1994, p. 605). Pola dapat juga dikatakan model, yaitu cara untuk menunjukkan sebuah obyek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur- unsur pendukungnya (Wiryanto, 2004, p. 9). Pola komunikasi ialah sistem penyampaian pesan komunikasi dari komunikator kepada komunikan dengan maksud untuk merubah pendapat, sikap maupun perilaku komunikan. Sistem penyampaian pesan didasarkan pada penggunaan sejumlah teori-teori komunikasi dalam menyampaikan pesan langsung ataupun melalui perantara media tertentu. Pesan komunikasi disampaikan melalui lambang (simbol) komunikasi dalam bahasa verbal
  • 37. 21 maupun nonverbal serta media komunikasi lainnya seperti media teknologi informasi, media audio visual, surat kabar, majalah dan lain-lain. (Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 2007, p. 1). Analisis eksperimental pola-pola komunikasi menyatakan bahwa pengaturan tertentu mengenai “siapa berbicara kepada siapa” mempunyai konsekuensi besar dalam berfungsinya organisasi. Maka dari itu, kita akan membandingkan tiga pola yang berbeda antara pola roda, pola lingkaran, dan pola rantai untuk menggambarkan aliran komunikasi yang dibatasi dalam organisasi (Ilona V. Oisina, 2016), dapat dilihat pada bagan berikut : Bagan 2.1 (Pola Roda) a. Pola Roda Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang dalam posisi sentral menerima kontak, informasi, dan memecahkan masalah dengan sasaran/persetujuan anggota lainnya (Faules, 2013, p. 174). Jadi, dapat dijelaskan bahwa seseorang berkomunikasi pada banyak orang, yaitu B,C,D, dan E. komunikasi ini lebih cenderung bersifat satu arah tanpa adanya reaksi timbal balik.
  • 38. 22 Bagan 2.2 Pola Rantai b. Pola Rantai Pola rantai adalah komunikasi yang dilakukan oleh anggota kelompok organisasi, komunikasi yang dimaksud adalah satu anggota hanya dapat menyampaikan pesan kepada anggota di sebelahnya, kemudian anggota yang menerima pesan akan melanjutkan dengan anggota lainnya lagi dan seterusnya. Pola komunikasi ini di sampaikan oleh si (A), kemudian berkomunikasi dengan si (B), dan si B melanjutkannya dengan si (C), dan begitu seterusnya kepada si (D), dan (E). setiap anggota dapat menyampaikan pesan atau meneruskannya kepada sesama anggota dalam kelompok organisasi. Dalam pola komunikasi ini, anggota terakhir yang menerima pesan yang disampaikan oleh pemimpin seringkali tidak menerima pesan yang akurat. Sehingga pemimpin tidak dapat mengetahui hal tersebut karena tidak adanya umpan balik yang disampaikan. Bagan 2.3 (Pola Lingkaran) A B C D E
  • 39. 23 c. Pola Lingkaran Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan. Tidak ada seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya. Demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan (Faules, 2013, p. 175). Pola lingkaran yaitu hampir sama dengan pola rantai, namun orang terakhir di sini adalah (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A). Ada beberapa kombinasi yang berbeda, yang mungkin A dapat berkomunikasi dengan B dan E tetapi tidak dapat berkomunikasi dengan C dan D; B dapat berkomunikasi dengan A dan C tetapi tidak dengan D dan E; C dapat berkomunikasi dengan B dan D tetapi tidak dengan A dan E; D dapat berkomunikasi dengan C dan E tetapi tidak dengan A dan B; dan E dapat berkomunikasi dengan D dan B tetapi tidak dengan B dan C. bila D ingin berkomunikasi dengan A, informasi harus disampaikan melalui E atau C dan B (Faules, 2013, p. 175). Di antara ketiganya, pola lingkaran meliputi kombinasi orang- orang penyampai pesan yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan pola rantai dan pola roda yang hanya mencakup aliran komunikasi yang amat terpusat dalam keseluruhan aksebilitas anggota antara yang satu dengan yang lainnya, moral atau kepuasan terhadap prosesnya, jumlah pesan yang
  • 40. 24 dikirimkan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan-perubahan dalam tugas. Di sisi lain, pola roda memungkinkan pengawasan yang lebih baik atas aliran pesan, kemunculan seorang pemimpin bisa lebih cepat dan organisasi lebih stabil, menunjukkan kecermatan tinggi dalam pemecahan masalah, cepat dalam memecahkan masalah, tetapi terlihat cenderung mengalami kelebihan beban pesan dan pekerjaan (Faules, 2013, p. 175). 4. Fungsi Komunikasi Organisasi Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, Menurut Lee Thayer dalam (Hardjana, 2016, p. 138) komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu: a. Fungsi Informative Organisasi Dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti inform asi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya
  • 41. 25 (Hardjana, 2016, p. 139). b. Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: 1) Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah- perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada: a). Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah, b). Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi, c). Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi, d). Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan. 2) Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidakboleh untuk dilaksanakan.
  • 42. 26 c. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya (Hardjana, 2016, p. 140). d. Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi (Hardjana, 2016, p. 140). 5. Hambatan Komunikasi Organisasi Sama halnya dengan jenis komunikasi lain, komunikasi organisasi juga memilki hambatan yang dapat mengurangi efektivitas dari komunikasi organisasi itu sendiri. Ahli bernama Robbin menjabarkan bahwa hambatan
  • 43. 27 komunikasi secara umum terdiri dari penyaringan (filtering), persepsi selektif, kelebihan informasi, defensif dan bahasa. a. Hambatan Teknis Hambatan teknis adalah jenis hambatan yang terjadi karena media yang digunakan dalam berkomunikasi. Gangguan yang terjadi pada media komunikasi semisal radio, jaringan telepon dan alat komunikasi lain pastinya akan mengganggu proses komunikasi dan mengurangi tingkat efektivitas komunikasi tersebut. b. Hambatan Semantik Hambatan jenis ini adalah hambatan yang terjadi akibat porses penyampaian pengertian atau ide yang tidak efektif. Semantik sendiri artinya studi yang mempelajari tentang pengertian yang diungkapkan atau dijabarkan dalam bentuk bahasa. Kata-kata yang dipilih dalam komunikasi akan membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian dari seorang komunikator kepada komunikan. c. Hambatan Manusiawi Hambatan manusiawi ini timbul dari faktor-faktor manusia atau pelaku komunikasi organisasi itu sendiri. Hambatan ini timbul karena berbagai faktor manusiawi seperti emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang dan sebagainya.
  • 44. 28 d. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis Hambatan jenis ini adalah hambatan yang terjadi pada sisi komunikan atau penerima informasi. Kita mengetahui bahwa proses komunikasi, termasuk komunikasi organisasi, terbentuk dalam keadaan yang situasional. Artinya, komunikator harus benar-benar mengerti dan paham dengan situasi atau kondisi saat komunikasi berlangsung. Situasi sangatlah berpengaruh terhadap proses komunikasi yang akan berefek langsung pada efektivitas komunikasi organisasi itu sendiri. e. Hambatan Ekologis Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi kelancaran dari proses komunikasi organiasi. Terdapat banyak contoh proses komunikasi yang bisa terhambat akibat gangguang dari lingkungan tempat komunikasi berlangsung. Contoh dari hambatan ekologis ini antara lain lingkungan yang ramai atau bising, banyaknya orang yang berlalu lalang, suara petir atau hujan, suara kendaraan yang lewat dan banyak lainnya (Wursanto, 2005, pp. 171-176). C. Budaya Organisasi Karakteristik atau sifat organisasi yang paling menonjol adalah adanya perubahan yang terus-menerus pada diri organisasi dan setiap perubahan ditandai dengan kegairahan dan antusiasme dari para anggotanya, namun sering kali perubahan disertai dengan perasaan cemas, ketidakpastian, frustasi dan ketidakpercayaan (Hasibuan, 1996, p. 100)
  • 45. 29 Untuk memahami kehidupan organisasi diluar budaya populer, dua ahli teori; Michael E. Pacanowsky dan Nick O’Donnell-Trujillo menyusun Teori Budaya Organisasi (Organiza-tional Culture Theory), yang mencakup pembahasan mengenai nilai-nilai organisasi, cerita-cerita yang sering disampaikan, tujuan, tindakan, dan filosofi organisasi. Kedua ahli teori tersebut mengemukakan pandangan mereka yang luas mengenai budaya organisasi dengan menyatakan bahwa, “Culture is not something an organization has, a culture is something an organization is” (budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki organisasi, tetapi organisasi itu sendiri adalah budaya). Bagi para ahli teori budaya, memahami organisasi sebagai suatu unit individu adalah lebih penting daripada melakukan generalisasi terhadap perilaku atau nilai-nilai organisasi secara keseluruhan, dan pemikiran ini menjadi latar belakang teori budaya organisasi ini. Esensi kehidupan organisasi dapat ditemukan pada budaya yang dimiliki organisasi bersangkutan. Dalam hal ini, kata budaya sendiri tidak mengacu pada hal-hal seperti suku, etnis atau latar belakang budaya seseorang, namun menurut Pacanowsky dan Trujilo, budaya adalah cara hidup dalam organisasi(a way of living). Termasuk kedalam budaya organisasi adalah iklim atau atmosfir emosi dan psikologis yang mencakup moral, sikap dan tingkat produktivitas anggota organisasi bersangkutan. Budaya organisasi juga mencakup seluruh simbol yang ada (tindakan, rutinitas, percakapan dan seterusnya) serta makna yang diberikan anggota organisasi kepada simbol tersebut. Makna dan pengertian budaya organisasi dicapai melalui interaksi
  • 46. 30 antara ketua, pengurus dan anggota. Bahasan pertama menginterprestasikan budaya itu sendiri dan memahami tiga asumsi dasar teori budaya organisasi. a. Jaring Laba-laba Pacanowsky dan Trujilo menggunakan prinsip-prinsip ilmu etnografi dalam membangun teorinya, mereka mengadopsi pendekatan simbolik interpretat if yang dikemukakan Clifford Geertz (1973). Menurut Geertz. Manusia adalah hewan yang bergantung pada jaringan kepentingan (people are animals suspended in webs of significance). Ia menambahkan, bahwa manusia membuat sendiri jaringannya sebagaimana laba-laba yang membangun sendiri sarangnya. Geertz percaya bahwa budaya organisasi adalah perumpamaan (metafor) laba- laba yang membuat sarang berupa jaring dengan desain atau bentuk yang rumit dan setiap jaring yang dibuat tidak sama satu dengan lainnya (Morrisan, 2009:101). Menurut Pacanowsky dan Trujilo mengatakan jaring-jaring budaya organisasi tidak muncul begitu saja, tetapi dibangun melalui berbagai kegiatan komunikasi. Manusia sebagai anggota organisasi adalah seperti laba-laba yang tergantung pada jaring yang mereka ciptakan melalui pekerjaan mereka. Ketua, pengurus dan anggota secara bersaama-sama membuatu jaring dalam organisasi mereka. Budaya organisasi terdiri atas simbol-simbol bersama yang masingmasing simbol memiliki makna yang unik. Pengalaman atau ceritacerita yang disampaikan, berbagai kegiatan atau acara yang diselenggarakan itu merupakan bagian dari budaya organisasi. Dalam hal ini, peneliti budaya organisasi memfokuskan perhatian kepada makna bersama yang dimiliki para
  • 47. 31 anggota budaya yang bersangkutan untuk dapat memahami budaya mereka. Dengan kata lain, kita harus melihat budaya dan cara pandang anggota budaya yang bersangkutan. Teori-teori mengenai budaya organisasi menekankan pada cara-cara manusia mengonstruksikan suatu realitas organisasi. Sebagai suatu studi mengenai gaya hidup organisasi, pendekatan budaya organisasi melihat pada makna dan nilai yang dimiliki anggota organisasi (Foss, 2008, p. 268). Budaya organisasi meneliti pada cara-cara individu anggota organisasi menggunakan berbagai cerita, ritual, simbol, dan kegiatan lainnya untuk menghasilkan kembali seperangkat pengertian. Gerakan budaya organisasi mencakup aspek yang sangat luas yang menyentuh seluruh aspek kehidupan organisasi (Riley, 2001). John van Maanen dan Stephen Barley mengemukakan adanya empat wilayah atau domain budaya organisasi (Foss, 2008, p. 268). a. Domain konteks ekologis (ecological context), yaitu dunia fisik, termasuk lokasi, waktu, sejarah dan konteks sosial dimana organisasi berada dan bekerja. b. Domain budaya organisasi terdiri atas jaringan atau disebut juga dengan interaksi diferensial (differential interaction). c. Domain pemahaman bersama (collective understanding), yaitu cara bersama dalam menafsirkan pesan yang merupakan isi atau konten dalam budaya yang terdiri atas gagasan, nilai standar kebaikan (ideal) dan kebiasaan.
  • 48. 32 d. Domain individu (individual domain), yang terdiri atas tindakan atau kebiasaan para individu. Teori budaya organisasi dalam ilmu komunikasi sangat dipengaruhi oleh tradisi atau pemikiran sosiokultural. Dalam tradisi ini, organisasi memberikan peluang bagi terjadinya interpretasi budaya, organisasi menciptakan realitas bersama yang membedakan mereka dengan organisasi yang mempunyai budaya berbeda. Gareth Morgan (1986) menjelaskan bahwa makna bersama, pengertian bersama atau logika bersama, semuanya merupakan cara-cara berbeda dalam menjelaskan budaya organisasi (Morgan, 1986). Proses konstruksi realitas berhubungan ketika kita membicarakan budaya, juga membicarakan mengenai proses konstruksi realitas inilah yang memungkinkan orang untuk melihat dan memahami berbagai peristiwa, tindakan, objek, ucapan atau situasi tertentu dalam cara-cara yang berbeda. Pola-pola pemahaman seperti ini menyediakan suatu dasar untuk membuat perilaku seseorang menjadi logis dan bermakna (Foss, 2008, p. 269). Organisasi memiliki kehidupan yang kompleks dan beragam, Richard West dan Lynn H. Turner mengemukakan tiga asumsi dasar yang memandu gagasan Pacanowsky dan Trujilo dalam mengembangkan Teori Budaya Organisasi, yaitu (Turner, 2000, p. 301): a. Anggota menciptakan dan memelihara rasa bersama realitas organisasi Asumsi pertama menunjukkan pentingnya manusia dalam kehidupan organisasi, khususnya individu yang mencakup ketua, pengurus harian, dan
  • 49. 33 anggota organisasi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas mereka. Inti dari asumsi ini adalah adanya nilai-nilai (values) yang merupakan standar dan prinsip dalam suatu budaya yang memiliki nilai intrinsik terhadap budaya bersangkutan. Nilai berfungsi memberitahu anggota mengenai apa yang penting dan tidak penting. Pacanowsky mengemukakan bahwa nilai berasal dari pengetahuan moral dan orang menunjukkan pengetahuan melalui percakapan atau cerita. Nilai-nilai organisasi dihasilkan dari berbagai cerita yang disampaikan dan didengar oleh anggota organisasi saling terbuka untuk berbagi pengalaman dan cerita, nantinya cerita yang disampaikan dan didengar akan menghasilkan pengertian terhadap nilai-nilai organisasi. Anggota organisasi memerlukan partisipasi aktif dalam organisasi. Makna berbagai simbol tertentu dikomunikasikan, baik oleh ketua, pengurus harian, maupun anggota organisasi, sehingga mereka bersama saling bersinergi dan berkonstribusi terhadap pembentukan budaya organisasi. Perilaku mereka sangat penting dalam menciptakan dan pada akhirnya mempertahankan realitas organisasi. b. Penggunaan dan interpretasi simbol berperan penting Asumsi kedua teori budaya organisasi menyatakan bahwa realitas dan budaya suatu organisasi juga ditentukan sebagian oleh simbol yang merupakan representasi makna. Anggota organisasi menciptakan, menggunakan dan menafsirkan simbol setiap hari. Simbol mencakup komunikasi verbal dan nonverbal. Seringkali, simbol menyampaikan nilai-
  • 50. 34 nilai organisasi. Simbol atau slogan menjadi efektif bergantung pada media, selain itu juga bagaimana anggota memberlakukan slogan organisasi untuk aktifitas organisasi. c. Berbagai organisasi memiliki budaya yang berbeda Asumsi ketiga teori budaya organisasi adalah berkaitan dengan perbedaan budaya antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi sangatlah beragam diantara berbagai organisasi lainnya. Budaya organisasi merupakan sesuatu yang dibuat melalui interaksi setiap hari didalam organisasi, tidak saja interaksi yang terkait dengan tugas atau pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi tetapi juga terkait dengan seluruh jenis komunikasi, baik yang dilakukan didalam maupun diluar organisasi yang bersifat formil dan nonformil. b. Pertunjukan Komunikasi Menurut Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo, terdapat banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui pertunjukan komunikasi (communication performance), yaitu antara lain melalui ide atau gagasan Trujillo, antara lain melalui ide atau gagasan relevan, fakta, kebiasaan atau tindakan, perumpamaan, cerita-cerita, upacara dan ritual. Anggota organisasi melakukan pertunjukan komunikasi tertentu yang menghasilkan budaya organisasi yang bersifat unik bagi organisasi bersangkutan. Pertunjukan adalah sejumlah tindakan anggota organisasi membentuk dan menunjukkan budaya mereka kepada diri sendiri dan kepada orang lain (Foss, 2008, p. 269). Pertunjukan yang terjadi pada organisasi sekali diumpamakan sebagai
  • 51. 35 panggung sandiwara, dimana pimpinan dan karyawan memilih berbagai peran atau bagian yang ada dalam organisasi. dengan kata lain, kata pertunjukan menyatakan bahwa kehidupan organisasi ada seperti pertunjukan panggung sandiwara. Pertunjukkan membawa arti penting atau makna dari bentuk- bentuk struktural, seperti simbol, cerita, perumpamaan, ideologi atau peristiwa yang ada. Pacanowsky dan Trujillo mengemukakan empat karakteristik dari pertunjukkan komunikasi, sebagai berikut : a. Pertunjukan komunikasi bersifat interaksional, lebih merupakan dialog ketimbang berbicara kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain, pertujukan komunikasi merupakan tindakan sosial dan bukan tindakan perorangan. Pertunjukkan organisasi adalah sesuatu dimana sejumlah orang berpartisipasi didalamnya. b. Pertunjukan bersifat kontekstual, yang tidak dapat dipandang sebagai tindakan independen tetapi selalu melekat dalam bingkai kegiatan yang lebih besar, dengan kata lain, pertunjukkan mencerminkan atau menggambarkan konteks dan menghasilkan konteksnya. c. Pertunjukkan terdiri atas babak atau bagian, pertunjukkan merupakan peristiwa yang memiliki awal dan akhir, para pemain dapat mengenali setiap episode dan membedakannya satu dengan lainnya. d. Pertunjukan adalah improvisasi yang berarti terdapat fleksibilitas dalam hal bagaimana episode komunikasi dimainkan, meskipun pertunjukkan dilakukan berkali-kali, namun mereka tidak pernah mengulang pertunjukan dengan cara yang sama persis dengan yang sebelumnya.
  • 52. 36 D. Organisasi IPNU Berawal dari ide para putra Nahdlatul Ulama, yakni pelajar dan santri pondok pesantren untuk mendirikan suatu kelompok atau perkumpulan. Lahirnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan wadah Kaderisasi bagi generasi muda NU yang bersumber dari kalangan pesantren dan pendidikan umum, yang diharapkan dapat berkiprah di berbagai bidang, baik keagamaan, kebangsaan, birokrasi, maupun bidangbidang profesi lainnya. Pada awalnya embrio organisasi ini adalah berbagai organisasi atau asosiasi pelajar dan santri NU yang masih bersifat lokal dan parsial. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau yang disingkat dengan IPNU adalah sebuah organisasi pelajar Nahdliyyin yang berdiri pada tanggal 24 Februari tahun 1954 di Semarang. IPNU adalah salah satu organisasi di bawah naungan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, tempat berhimpun, wadah komunikasi, wadah aktualisasi dan wadah yang merupakan bagian integral dan potensi generasi muda Indonesia secara utuh. Oleh karena itu keberadaan IPNU memiliki posisi strategis sebagai wahana kaderisasi pelajar NU sekaligus alat perjuangan NU dalam menempatkan pemuda sebagai sumberdaya insani yang vital, yang dituntut berkiprah lebih banyak dalam kancah pembangunan bangsa dan negara dewasa ini. Beberapa catatan yang harus digaris bawahi, bahwa agar NU tetap eksis akan banyak ditentukan oleh kiprah warga IPNU itu sendiri, sejauh mana IPNU dapat mengaktualisasikan diri dalam berbagai bentuk, baik wawasan, ide maupun keterlibatannya dalam ikut memikirkan dan menyelesaikan masalah-masalah
  • 53. 37 kebangsaan, yang semuanya itu hanya akan maupun diwujudkan dengan 3 ( tiga ) pilar : a. Kualitas pengurus (kader) b. Kualitas organisasi c. Kualitas program-program kerjanya (Wikipedia, 2022) E. Kaderisasi Kaderisasi adalah kegiatan berpikir, berpengalaman, sebagai kesatuan proses yang akhirnya membentuk karakter. Sebagai program studi yang memiliki cita-cita pendidikan, yang memiliki karakter yang ideal dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Manusia sebagai mahluk sosial dan sebagai subjek kebudayaan, selalu sertamerta mengubah sistem dan cara dalam kehidupannya sehingga dapat lebih memudahkan dan memperbaiki situasi. Proses kaderisasi akan mengikuti perkembangan zaman, namun perkembangan sekarang yang menuntut anggota suatu lembaga atau organisasi yang kritis dan berwawasan luas tipe kaderisasi yang dibutuhkan pun disesuaikan dengan tujuan tersebut (Syafaruddin, 2002, p. 29). Fungsi kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio atau regenerasi) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang diharapkan. Bung Hatta pernah menyatakan tentang kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit”. Berarti untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus dipersiapkan.
  • 54. 38 Menurut Kamisa dalam buku Syarifuddin, Istilah kader seringkali dihubungkan dengan anggota sebuah organisasi atau persyarikatan, baik yang bersifat sosial keagamaan, maupun yang bersifat politik. Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, kader adalah orang yang diharapkan akan memegang peranan penting pada pemerintahan, partai dan lain-lain. hal ini dikarenakan kader memiliki cakupan makna yang sangat luas. Selain itu, kader juga akan diposisikan sebagai calon penerus yang akan melanjutkan estafet dari sebuah kepemimpinan suatu organisasi (Syafaruddin, 2002, p. 30). Oleh karena itu adanya kader dalam sebuah organisasi atau lembaga itu menempati posisi yang sangat penting dan strategis. Demi menciptakan penerus dan regenerasi kepemimpinan secara lancar dan berkesinambungan, sangat dibutuhkan tersedianya kader-kader pemimpin yang efektif untuk ditampilkan. Kaderisasi adalah hal mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Akan tetapi perlu diketahui bahwa ada perbedaan mendasar tentang makna Kaderisasi dengan perkaderan atau pendidikan kader itu sendiri. Maka yang terkandung dalam Kaderisasi ialah proses, cara, kegiatan mendidik atau membentuk kader. Namun perlu diingat, dalam “Kaderisasi” ini posisi kader sebagai obyek dan pasif yakni sebagai orang yang didik atau di bentuk menjadi kader.Sedangkan perkaderan, berasal dari kata kader sehingga dalam Kaderisasi posisi kader menjadi subyek dan aktif. Jadi yang dimaksud dengan perkaderan adalah serangkaian proses, cara, kegiatan mendidik atau membentuk kader (Syafaruddin, 2002, p. 31).
  • 55. 39 Arti Kaderisasi bagi suatu organisasi adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sistematis untuk mengaktualisasi dan mengembangakan potensi yang ada padaanggota. Kaderisasi dikatakan berhasil apabila calon kader berhasil disadarkan tentang apa dan bagaimana dirinya harus berbuat sesuai tujuan yang ingin dicapai. Sehingga yang disebut dengan strategi Kaderisasi adalah cara jitu yang dilakukan oleh organisasi dalam melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan antara satu dengan lainnya yang ditunjukan pada usaha proses pembentukan kader dalam upaya mencapai tujuan yang dicita-citakan (Nofiard, 2013, p. 267). Kaderisasi bisa diibaratkan sebagai jantung dalam sebuah organisasi, tanpa adanya kaderisasi rasanya sulit dibayangkan suatu organisasi mampu bergerak maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasilah yang menciptakan individu-individu yang berkualitas yang nantinya akan memegang peran penting dalam sebuah organisasi. Kaderisasi berusaha menciptakan kader yang kreatif, mampu member solusi terhadap masalah atau tugas yang dihadapi serta memiliki jiwa pemimpin sehingga menjadi teladan bagi setiap anggota dalam organisasi. Pewarisan nilai-nilai organisasi yang baik, proses transfer nilai adalah suatu proses untuk memindahkan (nilai) darigenerasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai ini bisa berupa hal-hal yang tertulis atau yang sudah tercantum dalam aturan-aturan organisasi maupun nilai yang tidak tertulis berupa kultur, budaya-budaya baik yang terdapat dalam organisasi maupun kondisi-kondisi terbaru yang menjadi kebutuhan dan keharusan untuk ditransfer (Nofiard, 2013, p. 267).
  • 56. 40 Regenerasi berarti proses pergantian dari generasi lama ke generasi baru, yang termasuk di dalamnya adanya pembaruan semangat. Artinya, akan ada pembaruan anggota-anggota dalam setiap periode yang telah ditentukan oleh sebuah organisasi. Oleh karena itu, proses kaderisasi inilah yang sangat berpengaruh terhadap kelanjutan pembaruan regenarasi anggota-anggota dalam sebuah organisasi. Sarana belajar bagi anggota, tempat di mana anggota mendapat pengetahuan dan pengalaman yang tidak didapat di bangku sekolah formal, wahana ini dijadikan proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam proses mendewasakan melalui proses pendidikan dan pelatihan. Pendidikan di sini mencakup dua hal yaitu pembentukan dan pengembangan karakter. Pembentukan karakter dalam kaderisasi terdapat output-output yang ingin dicapai, sehingga setiap individu yang terlibat didalamnya dapat dibentuk karakternya sesuai dengan output yang diharapkan (Nofiard, 2013, p. 268). Pengembangan setiap individu yang terlibat di dalam tidak berangkat dari nol tetapi sudah memiliki karakter dan skill sendiri-sendiri yang terbentuk sejak kecil (fitrah), kaderisasi memfasilitasi adanya proses pengembangan persoalan tersebut. Pendidikan yang dimaksudkan di sini terbagi dua yaitu dengan pengajaran (lebih mengacu pada karakter building) dan pelatihan (lebih mengacu pada skill). Kaderisasi menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon- calon pemimpin di masa depan yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas umat terbaik. Kaderisasi dalam Islam menjadi tugas yang mulia untuk membentuk pribadi yang rabbani dengan karakteristik khairu ummah. Kaderisasi yang dilakukan setiap organisasi berlandaskan Islam, menjadi
  • 57. 41 tugas yang mulia bagi setiap orang. Proses kaderisasi dalam Islam yang dimaksud tentunya tidak melanggar aturan-aturan dan perintah Allah SWT. Tujuan melakukan kaderisasi berlandaskan pada nilai-nilai islam adalah untuk menciptakan atau mebentuk kader-kader islam yang memiliki akhlaq yang baik guna menjadi penerus dalam menegakkan nilai-nilai keislaman. Selain itu, tujuan lainnya adalah membentuk karakter sebagaimana seperti Rasulullah Saw. Allah SWT. Juga telah mengingatkan cara utama kaderisasi yang sukses dalam al-Quran, yaitu QS. Ash-Shaff 61/2-3; Terjamahanya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Kementrian Agama RI, 2017, p. 551). Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? (ayat 2). Mula sekali dipanggil nama yang patuh yaitu orang-orang yang beriman! Panggilan itu adalah panggilan yang mengandung penghormatan yang tinggi. Tetapi panggilan itu diiringi dengan pertanyaan dan pertanyaan itu mengandung keheranan dang keingkaran. Kamu telah mengaku beriman dan Tuhanpun telah memanggil kamu dengan panggilan yang penuh penghormatan itu.
  • 58. 42 Tetapi kamu kedapatan mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu kerjakan sebab mengatakan dengan mulut apa yang tidak pernah dikerjakan tidaklah patut timbul dari orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT (Malik, 1985, pp. 123- 124).
  • 59. 43 F. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan, beberapa karya ilmiah dan penulisan skripsi yang membahas mengenai penelitian ini, yaitu diantaranya sebgai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Pendekatan dan Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Wahyuni HR (2014) Pola komunikasi organisasi antara pimpinan dan karyawan dalam membangun kepuasan kerja di PT. Semen tonasa Kabupaten pangkep Metode kualitatif dengan pendekatan komunikasi dan dibahas secara deskriptif Hasil penelitian menunjukkan pola dan proses komunikasi yang digunakan adalah pola rantai yakni pimpinan yang ingin menyampaikan informasi kepada karyawan tidak langsung ke karyawan tetapi melalui kepala departemen, hal ini karena perusahaan PT. Semen Tonasa sudah terstruktur. Faktor pendukung dalam membangun kepuasan kerja yaitu adanya komunikasi yang terbuka oleh pimpinan kepada karyawan, fasilitas yang diberikan perusahaan dan gaji yang cukup memuaskan. Adapun faktor hambatannya adalah
  • 60. 44 miscomunication yang biasa terjadi antara pimpinan dan karyawan, hambatan semantik dan hambatan fisik. 2 Kholid Fauzi (2018) Komunikasi Organisasi Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Desa Kedungturi Dalam Mempertahankan Eksistensi Anggota Metode penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena secara alami dengan yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai proses komunikasi organisasi dalam mempertahankan eksistesi anggota Proses komunikasi yang terlibat pada organisasi ini adalah komunikasi eksternal dan internal. Organisasi ini juga menggunakan pola komunikasi secara langsung dengan bertatap muka pada saat kegiatan formal maupun non formal. Maupun komunikasi secara tidak langsung yang dilakukan antar eksternal daninternal organisasi yaitu dengan mengunakan media online diantaranya adalah Whatsapp, Instagram dan Googledrive. Yang menjadi budaya atau ciri khas pada organisasi ini adalah memiliki blazer yang berlogo IPNU dan IPPNU Desa Kedungturi serta memiliki agenda kegiatan rutinan dan tahunan. Konflik yang dialami adalah masalah- masalah kecil yang terjadi antar internal anggotanya saja. Maka motivasi disini sangatlah diperlukan, dikarenakan jumlah anggota mengalami penurunan dipertengahan, kemudian mengalami kenaikan lagi di akhir masa kepengurusan, Meminimalisir konflik yang terjadi antar anggota organisasi dengan menjalin solidaritas, menyingkirkan egoisme dan memupuk selalu rasa saling menghargai dan
  • 61. 45 menghormati agar IPNU dan IPPNU Kedungturi tetap jaya. 3 Elly Hajar Mastrin (2017) Pola Komunikasi Organisasi IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates dalam Mengembangkan Organisasi Di dalam penelitian ini, menganalisis pola komunikasi organisasi IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates dalam mengembangkan organisasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif Hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pola komunikasi yang lakukan pada IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates yaitu Pola komunikasi menurut bentuknya bukan menurut hirarkinya, karena dari hasil penelitian di organisasi IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates mengutamakan kekeluargaan dan rasa nyaman kepada anggotanya agar setiap pengurus dan anggota tidak merasakan berbedaan tingkat. Dengan cara itu pula IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates dapat terus berkembang dan mempunyai banyak anggota di setiap Pimpinan Ranting nya.
  • 62. 46 4 Siti Dahlia (2013) Pola Komunikasi Organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) Dalam Mengembangkan Dan Membina Organisasi Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian analisis deskriptif Hasil dari penelitian ini yaitu pola komunikasi organisasi yang di kembangkan oleh PP IPPNU pada masa itu adalah pola lingkaran yang dimana pola ini adalah pola yang memungkinkan semua anggota dapat berkomunikasi dengan anggota lainnya dengan system sejenis pengulangan pesan. Pola komunikasi yang dijalankan PP IPPNU sangat berpengaruh terhadap pembinaan dan pengembangan organisasi, terbukti dari perjalanan dan perkembangannya yang sudah 58 tahun dan sudah memiliki 3 juta kader yang tersebar di 30 provinsi di Indonesia.
  • 63. 47 Penelitian pertama adalah skripsi yang dibuat oleh Wahyuni HR, jurusan ilmu komunikasi pada fakultas dakwah dan komunikasi UIN Salahuddin Makassar 2014 dengan judul “pola komunikasi organisasi antara pimpinan dan karyawan dalam membangun kepuasan kerja di PT. Semen tonasa Kabupaten pangkep”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan komunikasi dan dibahas secara deskriptif. Penulis menggunakan teknik purposive sampling untuk memperoleh informan. Data yang digunakan melalui wawancara mendalam, studi pustaka, observasi dan internet searching. Hasil penelitian menunjukkan pola dan proses komunikasi yang digunakan adalah pola rantai yakni pimpinan yang ingin menyampaikan informasi kepada karyawan tidak langsung ke karyawan tetapi melalui kepala departemen, hal ini karena perusahaan PT. Semen Tonasa sudah terstruktur. Faktor pendukung dalam membangun kepuasan kerja yaitu adanya komunikasi yang terbuka oleh pimpinan kepada karyawan, fasilitas yang diberikan perusahaan dan gaji yang cukup memuaskan. Adapun faktor hambatannya adalah miscomunication yang biasa terjadi antara pimpinan dan karyawan, hambatan semantik dan hambatan fisik. Penelitian kedua adalah skripsi yang dibuat oleh Kholid Fauzi, prodi ilmu komunikasi, Jurusan Komunikasi, fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya 2018 dengan judul “Komunikasi Organisasi Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Desa Kedungturi Dalam Mempertahankan Eksistensi Anggota”. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena secara alami dengan yang berguna untuk memberikan fakta dan
  • 64. 48 data mengenai proses komunikasi organisasi dalam mempertahankan eksistesi anggota. Kemudian dianalisis dengan menggunakanteori budaya organisasi dan teori motivasi, sehingga akan diperoleh data. Proses komunikasi yang terlibat pada organisasi ini adalah komunikasi eksternal dan internal. Organisasi ini juga menggunakan pola komunikasi secara langsung dengan bertatap muka pada saat kegiatan formal maupun non formal. Maupun komunikasi secara tidak langsung yang dilakukan antar eksternal daninternal organisasi yaitu dengan mengunakan media online diantaranya adalah Whatsapp, Instagram dan Googledrive. Yang menjadi budaya atau ciri khas pada organisasi ini adalah memiliki blazer yang berlogo IPNU dan IPPNU Desa Kedungturi serta memiliki agenda kegiatan rutinan dan tahunan. Konflik yang dialami adalah masalah-masalah kecil yang terjadi antar internal anggotanya saja. Maka motivasi disini sangatlah diperlukan, dikarenakan jumlah anggota mengalami penurunan dipertengahan, kemudian mengalami kenaikan lagi di akhir masa kepengurusan, Meminimalisir konflik yang terjadi antar anggota organisasi dengan menjalin solidaritas, menyingkirkan egoisme dan memupuk selalu rasa saling menghargai dan menghormati agar IPNU dan IPPNU Kedungturi tetap jaya. Penelitian ketiga adalah skripsi yang dibuat oleh Elly Hajar Mastrin sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Insitut Agama Islam di Universitas Islam Negeri Kediri dengan judul "Pola Komunikasi Organisasi IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates dalam Mengembangkan Organisasi”. Di dalam penelitian ini, menganalisis pola komunikasi organisasi IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates dalam
  • 65. 49 mengembangkan organisasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan teori pola komunikasi organisasi yang di kemukakan oleh Rahmat yaitu Pola rantai, Pola roda, Pola lingkaran, Pola Y, dan Pola semua saluran. Dengan menggunakan teori tersebut organisasi akan membangun struktur komunikasi yang sangat baik dalam mengambil keputusan, menyelesaikan dan menghindari konflik serta bertukar pendapat. Peneliti menggunakan metode wawancara dengan narasumber (pengurus PAC, anggota, muslimat, ansor, dan pengurus demisioner), observasi,dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pola komunikasi yang lakukan pada IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates yaitu Pola komunikasi menurut bentuknya bukan menurut hirarkinya, karena dari hasil penelitian di organisasi IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates mengutamakan kekeluargaan dan rasa nyaman kepada anggotanya agar setiap pengurus dan anggota tidak merasakan berbedaan tingkat. Dengan cara itu pula IPNU dan IPPNU Kecamatan Wates dapat terus berkembang dan mempunyai banyak anggota di setiap Pimpinan Ranting nya.
  • 66. 50 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Penelitian kualitatif adalah memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural) dalam keadaan yang ada dan telah terjadi secara alamiah. Penelitian kualitatif adalah penelitian komprehensif yang bertujuan untuk memahami fenomena apa yang terjadi pada subjek penelitian, baik itu perilaku, persepsi, motivasi atau tindakan, dan secara deskriptif berupa kata-kata dan bahasa, dalam konteks alam yang khusus dan dengan memanfaatkan berbagai metode (Moleong L. J., 2014, p. 6). Berdasarkan penjelasan Wimmer dan Dominick, penggunaan pendekatan penelitian kualitatif bertujuan agar peneliti dapat melihat gambaran Komunikasi Organisasi IPNU Cabang Kota Bandung dalam melakukan Kaderisasi. Dengan penelitian kualitatif, Pola Komunikasi Organisasi dapat digali lebih dalam, dimana informasi diperoleh dari hasil wawancara. Wimmer dan Dominick juga menjelaskan bahwa penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif seperti pendekatan tanya jawab yang fleksibel, dimana meskipun semua pertanyaan dasar telah dirancang, peneliti dapat mengubah pertanyaan atau mengajukan pertanyaan lanjutan. kapan saja. Dengan begitu, peneliti tidak hanya fokus pada pertanyaan pokok yang telah dibuat, tetapi mencoba untuk melihat lebih dalam melalui pertanyaan tambahan (Mass, 2011, p. 141).
  • 67. 51 B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi kasus. Studi kasus yaitu penyelidikan empiris atau dengan kata lain berdasarkan pengalaman yang menggunakan berbagai sumber bukti untuk menyelidiki dan mengetahui fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, di mana memiliki batasan antara fenomena dan konteks tidak jelas. Studi kasus digunakan sebagai suatu penjelasan yang menyeluruh terkait berbagai macam aspek, seperti seseorang, kelompok, organisasi, program, atau situasi masyarakat yang diteliti sedalam mungkin (Mass, 2011, p. 141). Tujuan menggunakan metode studi kasus yaitu untuk menjabarkan dan memaparkan bagaimana eksistensi dan mengapa kasus tersebut bias terjadi. Artinya, penelitian studi kasus tidak hanya untuk menjawab pertanyaan ‘apa’ (what) dari objek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh juga menjawab mengenai ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why). Penjelasan tersebut bahwa tujuan utama dalam semua jenis studi kasus adalah sebagai upaya untuk menjelaskan kesimpulan mengenai mengapa suatu studi dipilih, bagaimana penerapannya, dan apa hasilnya (Yin, 2011, p. 12). Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena peneliti ingin lebih tau dan mendapatkan banyak informasi tentang topik penelitian. Hal ini dikarenakan metode studi kasus dapat memberikan detail yang luar biasa tentang “Pola Komunikasi Organisasi IPNU Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi”. Metode studi kasus dapat memberi peneliti kemampuan untuk berhadapan dengan spektrum bukti yang luas, seperti dokumen,
  • 68. 52 wawancara sistematis, pengamatan langsung, dan survei tradisional (Mass, 2011, p. 142). Studi kasus menjadi dua jenis, yaitu studi kasus tunggal dan studi kasus jamak. Perbedaannya ada pada jumlah kasus yang diteliti, di mana studi kasus jamak memiliki jumlah kasus lebih dari satu. Dalam penelitian yang berjudul “Pola Komunikasi Organisasi IPNU Cabang Kota Bandung Dalam Melakukan Kaderisasi” peneliti menggunakan penelitian studi kasus tunggal karena hanya ada satu kasus sebagai fokus dari penelitian ini (Yin, 2011, p. 20). C. Subyek Penelitian Subjek penelitian merupakan atribut atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang memiliki variabel tertentu yang ditetapkan peneliti untuk menarik kesimpulannya (Bungin, 2011). Subjek dalam penelitian ini ialah pengurus dan anggota IPNU Cabang Kota Bandung yang terlibat dalam proses Kaderisasi. D. Sumber Data Sumber data pada penelitian kualitatif adalah yang berupa kata-kata maupun tindakan. Selebihnya hanya tambahan berupa dokumen dan fakta-fakta lainnya dilapangan. Sedangkan, data adalah bahan keterangan dalam suatu objek yang akan diperoleh. Dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan interview atau wawancara secara mendalam kepada informan.
  • 69. 53 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan daya yang diperlukan dalam penelitian untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer. Data sekunder yang digunakan berupa data internal organisasi berupa dokumen resmi, naskah dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam hal pengumpulan data ini peneliti terjun langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data yang valid, maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut: 1. Metode Observasi Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi ini menggunakan observasi partisipasi, di mana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Arikunto, 2010, p. 134). Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi langsung di sekretariat IPNU Cabang Kota Bandung. 2. Metode Wawancara (Interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, di mana seorang pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
  • 70. 54 akan diajukan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang disusun dengan ketat (Moleong L. , 2014, p. 138). Dalam melaksanakan teknik wawancara (interview), pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja sama, dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan pada informan. Hal ini dimaksudkan kedalam pembicaraan wawancara yang lebih terarah dan tujuan yang dimaksud dengan menghindari pembicaraan yang melebar. Dalam penelitian ini melakukan interview atau wawancara secara mendalam kepada informan yaitu anggota IPNU Cabang Kota Bandung. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi, dari asal kata dokumentasi yang artinya barang-barang tertulis. Dalam pelaksanaan metode ini, peneliti mendokumentasikan hasil percakapan menggunakan Handphone dengan cara video dan record, serta mencatat hasil percakapan dalam note. F. Teknik Analisis Data Setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang terkumpul kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat selama proses penelitian.
  • 71. 55 Miles dan Huberman dalam mengungkapkan bahwa dalam mengolah data kualitatif dilakukan melalui tahap reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1. Reduksi Data Untuk memudahkan bekerja dengan sejumlah besar data yang dihasilkan oleh analisis kualitatif, peneliti umumnya melakukan teknik reduksi dengan mengatur informasi sepanjang dimensi temporal. Dengan kata lain, data disusun dalam urutan kronologis sesuai dengan urutan peristiwa yang terjadi selama pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, pemberian kode untuk mengidentifikasi sumber dan menelusuri tema, membuat gugus-gugus, dan menulis memo. Beberapa salinan dan file komputer dari catatan, transkrip, dan dokumen lain harus dibuat untuk menyisihkan data yang tidak relevan (Moleong L. J., 2014, p. 119). 2. Penyajian Data Sesudah data direduksi, aliran utama kedua dari aktivitas analisis adalah mendisplaykan data. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat digunakan sebagai upaya dalam memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu, apakah analisis lebih lanjut atau mengambil tindakan, berdasarkan pemahaman. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa matriks, grafik, bagan, dan jaringan (Saldana, 2014, p. 121)
  • 72. 56 3. Penarikan Kesimpulan Pengambilan kesimpulan atau verifikasi merupakan bagian dari penelitian kualitatif untuk mulai memutuskan kesimpulan awal yang bersifat sementara. Peneliti kualitatif harus memperhatikan beberapa masalah berbeda yang mungkin membuat kredibilitas penelitian mereka dipertanyakan. Pertama, terkait masalah kelengkapan data. Jika peneliti kualitatif melakukan pekerjaan yang ceroboh dengan mencatat atau merekam apa yang diamati, ada kemungkinan interpretasi yang salah mungkin diambil dari data. Masalah kedua menyangkut persepsi selektif, di mana peneliti kualitatif tidak bisa begitu saja mengabaikan data yang tidak sesuai dengan interpretasi data yang disukai. Ketiga, masalah reaktivitas, yang berarti tindakan mengamati beberapa situasi mengubah situasi itu sendiri (Saldana, 2014, p. 122).
  • 73. 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil IPNU IPNU sebagai organisasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan yang berhaluan Islam Ahlussunah Waljamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi. Oleh karenanya menjadi kewajiban setiap warga IPNU untuk terus mempelajari perubahan itu, mengkajinya kemudian mencoba untuk mengatisipasinya. Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila warganya juga senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang melatar belakangi kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini dari masa ke masa. Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk menentukan langkah dan alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan saran untuk terus menyebarluaskan IPNU sebagai wadah generasi muda NU untuk menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah. Ketika NU dilahirkan pada tahun 1926 adalah sebagai reaksi spontan terjadinya penyimpangan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah di dalam negeri dan dunia internasional, hal ini mendapat sambutan dan dukungan luar biasa dari berbagai komunitas, baik tua maupun muda, terpelajar maupun awam. Terbukti dengan munculnya berbagai organisasi pelajar dan santri di berbagai
  • 74. 58 pelosok negeri, tahun 1936 di Surabaya berdiri Tsamrotul Mustafidin dan PERSANO (Persatuan Nahdlatul Oelama’) di Malang. Pada tahun 1941 berdiri PAMNO (Persatuan Anak Murid Nahdlatul Oelama’), dan tahun 1945 berdiri Ikatan Murid Nahdlatul Oelama’ (IMNO), tahun 1946 di Sumbawa berdiri Idjtimaut Tolabah Nahdlatul Oelama’ (ITNO), dan masih banyak organisasi yang bermuatan lokal. Pergerakan tumbuhnya organisasi tersebut nampak menggeliat pada tahun lima puluhan, dengan berdirinya beberapa organisasi pelajar di tingkat lokal seperti IKSIMNO (Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlatul Oelama’) tahun 1952 di Semarang, PERPENO (persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama’) 13 Juni 1953 di Kediri, IPINO (Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Oelama) 27 Desember 1953 di Surakarta, dll. Meskipun pendirian berbagai organisasi lokal tersebut atas inisiatif dan kreatifitas sendiri namun pada dasarnya mereka berpijak pada satu keyakinan untuk menegakkan Dien Al Islam Ahlussunah Wal Jama’ah. Kesamaan itulah yang kemudian mendorong didirikannya organisasi pelajar dan santri di tingkat nasional. Tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H bertepatan dengan tanggal 24 Februari 1954 M, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) secara resmi dibentuk melalui persidangan Konbes Ma’arif NU pelopornya antara lain : M. Sofyan Cholil, H. Musthafa, Achmad Masjhub dan A. Ghani Farida M. Uda. Sebagai ketua umum disepakati Mochamad Tolchah Mansur. Tanggal 28 februari 1955 IPNU melaksanakan Kongres yang pertama di Malang Jawa Timur. Status organisasi IPNU semula menjadi anak asuh LP. Ma’arif NU dan
  • 75. 59 sejak tanggal 30 Agustus 1960 (Konggres IPNU VI) statusnya menjadi salah satu Badan Otonom NU yang tercantum dalam AD NU pasal 13 ayat 4. 2. Tujuan Berdiri IPNU Tujuan berdirinya IPNU adalah sebagai berikut: a. Terbentuknya kesempurnaan pelajar Indonesia yang bertaqwa kepada Allah, berilmu, dan berakhlakul karimah. b. Bertanggung jawab atas tegak dan berkembangnya syari’ah Islam menurut faham Ahlussunah Waljamaah. c. Terbentuknya kader Islam yang berwawasan kebangsaan. d. Terbentuknya masyarakat Indonesia yang adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan kata lain, tujuan IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlakul karimah, dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunah Waljamaah dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 3. Lambang IPNU Sebagai generasi penerus orgnisasi seharusnya memahami dan mengerti lambang IPNU dan IPPNU. Maka dari itu perlu adanya penjelasan tentang filosofi dari lambang itu sendiri. Dibawah ini penjelasan arti dan lambang IPNU:
  • 76. 60 Gambar 4.1 Lambang IPNU Arti Lambang IPNU : a. Warna Hijau : Subur. b. Warna Kuning : Cita-cita yang tinggi. c. Warna Putih : Suci. d. Bentuk Bulat : Kontinuitas/ terus-menerus/ istiqomah. e. Tiga titik diantara huruf IPNU : Islam, Iman, Ikhsan. f. Enam garis/ strip pengapit huruf IPNU : Rukun Iman. g. Bintang : Ketinggian cita-cita. h. Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU. i. 5 bintang di atas : 1 bintang di tengah : Nabi Muhammad SAW sedangkan 4 bintang di kanan dan kiri : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat : Abu Bakar Ashidiq, Umar Bin Khotob, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib RA.
  • 77. 61 j. 4 bintang di bawah : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’I, dan Imam Maliki. k. Dua Kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadist. l. Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu angsa bersilang : sintetis/ perpaduan ilmu agama dan ilmu umum. m. Bintang bersudut 5 : Rukun Islam. B. Profil Informan 1. Profil Informan Pertama Informan pertama dalam penelitian ini adalah Budiman Yahya berusia 24 tahun yang merupakan Ketua umum PC IPNU Kota Bandung periode 2021-2023. Budiman bertempat tinggal di Jl. Jatihandap Timur Gg. Hj. Saodah III Kec. Mandalajati Kel. Jatihandap Kota Bandung. Budiman sendiri sudah aktif di IPNU sejak tahun 2015. Dalam sesi wawancara dengan Budiman, peneliti mewawancarai Budiman secara langsung di Sekretariat IPNU Kota Bandung di Jl. Yuda. 2. Profil Informan Kedua Informan kedua dalam penelitian ini adalah Krisna Maulana berusia 23 tahun yang merupakan Wakil ketua II bidang Kaderisasi PC IPNU Kota Bandung periode 2021-2023. Krisna bertempat tinggal di Jl. Kopo Cirangrang Timur Kec. Babakan Ciparay Kota Bandung. Krisna ini sudah aktif di organisasi IPNU sejak tahun 2018. Dalam sesi wawancara ini, peneliti mewawancarai Krisna secara langsung di Kampus Universitas Islam Nusantara.