SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
HUKUM BEROBAT
DENGAN ZAT NAJIS ATAU HARAM
KH. M. SHIDDIQ AL-JAWI, S.Si, MSI
(Founder Institut Muamalah Indonesia)
Pokok Bahasan
Pengertian Berobat (‫)التداوي‬
Hukum Berobat Dengan Zat Najis Atau Haram
Hukum Berobat di Luar Hukum Asal
Hukum Asal Berobat
PENGERTIAN
BEROBAT (‫)التداوي‬
Pengertian
Berobat

‫التداوي‬
(
(Treatment
‫هو‬
‫تعاطي‬
‫الدواء‬
‫بقصد‬
‫معالجة‬
‫المرض‬
‫أو‬
‫الوقاية‬
‫منه‬
Berobat (Treatment / ‫)التداوي‬ adalah
memanfaatkan obat dengan tujuan untuk
menyembuhkan penyakit atau
melindungi diri dari penyakit itu.
 (Ahmad Muhammad Nu’man, Al Mausu’ah Al Thibbiyyah Al
Fiqhiyyah, hlm. 193. Dikutip oleh Abdur Razaq Al Kindi, Al
Mufaththirat Al Thibbiyyah Al Mu’ashirah Dirasah Fiqhiyyah
Thibbiyyah Muqaranah, hlm. 57).
 https://al-maktaba.org/book/33370/57
Pengertian
Berobat
Berdasarkan definisi berobat tersebut, berobat
mencakup dua macam pengobatan sbb;
Pertama, pengobatan kuratif (al thibb al
‘ilaaji/curative medicine), yaitu pengobatan
untuk penyakit yang sudah terjadi.
Kedua, pengobatan preventif (al thibb
wiqaa`i/preventive medicine), yaitu
pengobatan untuk penyakit yang belum
terjadi.
 (Ahmad Syauqi Al Fanjari, Al Thibb Al Wiqa`iy fi Al Islam,
hlm. 11; Umar Mahmud Abdullah, Al Thibb Al Wiqa`iy fi Al
Islam, hlm. 19).
Pengertian
Berobat
 Dalil pensyariatan pengobatan kuratif (al
thibb al ‘ilaajiy), yakni pengobatan setelah
terjadi penyakit, antara lain sabda
Rasulullah SAW :

‫إن‬
‫هللا‬
‫أنزل‬
‫الداء‬
،‫والدواء‬
‫وجعل‬
‫لكل‬
‫داء‬
‫دواء‬
‫فتداووا‬
‫وال‬
‫تداووا‬
‫بحرام‬
 Sesungguhnya Allah telah menurunkan
penyakit dan obatnya, dan menjadikan obat
bagi setiap penyakit. Maka berobatlah kamu
dan janganlah kamu berobat dengan sesuatu
yang haram." (HR Abu Dawud, no 3376).
Pengertian
Berobat
 Dalil pensyariatan pengobatan preventif (al thibb
al wiqaa`iy), yakni pengobatan sebelum seseorang
terjangkit suatu penyakit, antara lain sabda
Rasulullah SAW :

‫عن‬
‫سعد‬
‫بن‬
‫أبي‬
‫وقاص‬
‫رضي‬
‫هللا‬
‫عنه‬
‫قال‬
:
‫سمعت‬
‫رسول‬
‫هللا‬
‫صلى‬
‫هللا‬
‫عليه‬
‫وسلم‬
‫يقول‬
:
ْ
‫ن‬َ‫م‬
ْ
َ‫ح‬َّ‫ب‬َ‫ص‬َ‫ت‬
ْ
َّ‫ل‬ُ‫ك‬
ْ
َ‫ي‬
ْ
‫م‬‫و‬
َْ‫ع‬‫ب‬َ‫س‬
ْ
‫ات‬َ‫ر‬َ‫م‬َ‫ت‬
ْ
َ‫ع‬
ْ
‫ة‬َ‫و‬‫ج‬
،
ْ
‫م‬َ‫ل‬
ْ
ُ‫ه‬َّ‫ر‬ُ‫ض‬َ‫ي‬
‫ي‬ِ‫ف‬
َْ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬
ِْ‫م‬‫و‬َ‫ي‬‫ال‬
ْ
‫م‬ُ‫س‬
ْ
َ‫ل‬َ‫و‬
ْ
‫ر‬‫ح‬ِ‫س‬
 Dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA, dia berkata,”Aku
mendengar Rasulullah SAW
bersabda,’Barangsiapa yang tiap pagi hari
memakan tujuh butir kurma ‘Ajwah (kurma
Madinah), maka pada hari itu dia tidak akan
terkena bahaya racun ataupun sihir.” (HR
Bukhari, no. 5445; Muslim, no. 2047).
HUKUM ASAL BEROBAT
Hukum Asal
Berobat
 Hukum asal berobat adalah sunnah (mandub), sesuai
sabda Rasulullah SAW :
‫إن‬
‫هللا‬
‫أنزل‬
‫الداء‬
،‫والدواء‬
‫وجعل‬
‫لكل‬
‫داء‬
‫دواء‬
‫فتداووا‬
‫وال‬
‫تداووا‬
‫بحر‬
‫ام‬
”Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan
obatnya, dan menjadikan obat bagi setiap penyakit.
Maka berobatlah kamu dan janganlah kamu berobat
dengan sesuatu yang haram." (HR Abu Dawud, no 3376).
 Tetapi perintah berobat ini bukan perintah wajib,
melainkan perintah sunnah karena terdapat beberapa
qarinah (petunjuk) dalam beberapa hadis yang
menunjukkan berobat itu adalah anjuran (sunnah),
bukan kewajiban.
Hukum Asal
Berobat
Di antara qarinah yang ada, hadits Ibnu
Abbas RA sbb:
‫عن‬
‫اء‬َ‫ط‬َ‫ع‬
‫ن‬‫ب‬
‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬
،‫اح‬َ‫ب‬َ‫ر‬
ْ
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
:
ْ
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
‫ي‬ِ‫ل‬
ُْ‫ن‬‫اب‬
ْ
‫اس‬َّ‫ب‬َ‫ع‬
:
ْ
َ‫ل‬َ‫أ‬
َْ‫يك‬ ِ
‫ر‬ُ‫أ‬
ْ
‫ام‬
ْ
‫ة‬َ‫أ‬َ‫ر‬
ْ
‫ن‬ِ‫م‬
ْ
ِ‫ل‬‫ه‬َ‫أ‬
‫؟‬ِ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬‫ال‬
ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬
:
‫ى‬َ‫ل‬َ‫ب‬
.
ْ
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
:
ْ
ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬
ْ
ُ‫ة‬َ‫أ‬‫ر‬َ‫م‬‫ال‬
،ُ‫ء‬‫َا‬‫د‬‫و‬َّ‫س‬‫ال‬
ِْ‫ت‬َ‫ت‬َ‫أ‬
ْ
َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬
‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬
ْ
ُ‫هللا‬
ْ
ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬
ْ
َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬
ْ
‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬
:
ْ
ِ‫ن‬ِ‫إ‬
‫ي‬
،ُ‫ع‬َ‫ر‬‫ص‬ُ‫أ‬
‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬
ْ
َّ‫ش‬َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫أ‬
، ُ‫ف‬
ْ
ُ‫ع‬‫اد‬َ‫ف‬
ْ
َ َّ
‫اّلل‬
‫ي‬ِ‫ل‬
.
ْ
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
:
ْ
‫ن‬ِ‫إ‬
ِْ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ش‬
ِْ‫ت‬‫ر‬َ‫ب‬َ‫ص‬
ِْ‫ك‬َ‫ل‬َ‫و‬
َْ‫ج‬‫ال‬
،ُ‫ة‬َّ‫ن‬
ْ
‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬
ِْ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ش‬
ُْ‫ت‬‫َو‬‫ع‬َ‫د‬
ْ
َ َّ
‫اّلل‬
ْ
‫ن‬َ‫أ‬
ِْ‫ك‬َ‫ي‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫ي‬
.
ْ
‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬
:
،ُ‫ر‬ِ‫ب‬‫ص‬َ‫أ‬
ْ
‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬
:
‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬
، ُ‫َّف‬‫ش‬َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫أ‬
ْ
ُ‫ع‬‫اد‬َ‫ف‬
ْ
َ َّ
‫اّلل‬
‫ي‬ِ‫ل‬
ْ
‫ن‬َ‫أ‬
ْ
َ‫ل‬
، َ‫َّف‬‫ش‬َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫أ‬
‫َا‬‫ع‬َ‫د‬َ‫ف‬
‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬
.
‫رواه‬
‫البخاري‬
(
5652
)
،
‫ومسلم‬
(
2576
)
.
Hukum Asal
Berobat
 Dari Atha bin Abi Rabah, berkata Ibnu Abbas
RA,”Maukah kamu aku tunjukkan seorang perempuan
dari penghuni surga?” Aku berkata,”Ya mau.” Ibnu
Abbas RA berkata,”Inilah seorang perempuan berkulit
hitam, dia pernah menemui Nabi SAW sambil
berkata,’Sesungguhnya aku menderita epilepsi dan
auratku sering tersingkap [ketika sedang kambuh],
maka berdoalah kepada Allah untukku.”
 Nabi SAW bersabda,“Jika kamu mau, bersabarlah maka
bagimu surga, dan jika kamu mau, maka aku akan
berdoa kepada Allah agar Allah menyembuhkanmu.”
Wanita itu berkata,“Baiklah aku akan bersabar.”
Wanita itu berkata lagi,“Namun berdoalah kepada Allah
agar (auratku) tidak tersingkap.” Maka Nabi SAW
mendoakan untuknya.” (HR Bukhari, no. 5652; Muslim,
Hukum Asal
Berobat
 Hadits ini adalah qarinah (petunjuk / indikasi)
yang menunjukkan bolehnya tidak berobat,
sebagaimana taqrir (persetujuan) Nabi SAW
terhadap perempuan tersebut yang memilih
bersabar.
 Sebab ketika perempuan itu memilih bersabar,
dengan pahala surga, artinya dia tidak menempuh
upaya untuk berobat, dan tetap berpenyakit
epilepsi.
 Jika perintah berobat sebelumnya di atas
digabungkan dengan qarinah ini, diperoleh
kesimpulan perintah berobat tersebut bukan
perintah tegas (jazim), yaitu wajib, melainkan
perintah anjuran (ghairu jazim), yaitu sunnah.
Hukum Asal
Berobat
 Inilah pendapat ulama Syafi’iyyah yang kami anggap rajih
(lebih kuat) dalam masalah ini (hukum berobat), yaitu
hukum asal berobat itu sunnah (Mandub/Mustahab).
 Imam Nawawi menjelaskan hadits yang memerintahkan
berobat dengan berkata :

‫وفي‬
‫هذا‬
‫الحديث‬
‫إشارة‬
‫إلى‬
‫استحباب‬
،‫الدواء‬
‫وهو‬
‫مذهب‬
‫أصحابنا‬
‫وجمهور‬
‫السلف‬
‫وعامة‬
‫الخلف‬
 “Dalam hadis ini terdapat isyarat mengenai sunnahnya
berobat. Inilah mazhab sahabat-sahabat kami, dan juga
mazhab jumhur ulama salaf dan umumnya ulama khalaf.”
(Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz V,
hlm. 106).
 Ini berbeda dengan pendapat jumhur ulama, yaitu ulama
Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah yang mengatakan berobat
itu hukumnya mubah (boleh). (Lihat : Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al
Kuwaitiyyah, XI/117).
HUKUM BEROBAT
DENGAN ZAT NAJIS ATAU
HARAM
Hukum Berobat
Dengan Zat Najis
/ Haram
 Hukum berobat dengan obat yang mengandung zat najis,
atau zat yang haram dimanfaatkan, MAKRUH,
 karena telah terdapat larangan syariah untuk berobat
dengan zat yang haram/najis, meski larangan ini adalah
larangan makruh, bukan larangan haram.(*)
 Sabda Nabi SAW :
‫فتداووا‬ ‫دواء‬ ‫داء‬ ‫لكل‬ ‫وجعل‬ ،‫والدواء‬ ‫الداء‬ ‫أنزل‬ ‫هللا‬ ‫إن‬
‫بحرام‬ ‫تداووا‬ ‫وال‬
”Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan
obatnya, dan menjadikan obat bagi setiap penyakit.
Maka berobatlah kamu dan janganlah kamu berobat
dengan sesuatu yang haram." (HR Abu Dawud, no 3376).
(*) lihat : Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyah Al Islamiyah,
III/116; Abdul Fattah Mahmud Idris, Qadhaya Thibbiyyah min
Manzhuur Islami, hlm.39-43; Shalih Abu Thaha, At Tadaawi bi Al
Muharramat, hlm. 39-41.
Hukum Berobat
Dengan Zat Najis
/ Haram
 Selain hadits tersebut, ada pula hadits lain yang
melarang berobat dengan yang diharamkan.
 Sabda Nabi SAW :

‫إن‬
‫ه‬‫اّلل‬
‫لم‬
‫ل‬‫ه‬‫ع‬‫يج‬
‫م‬ُ‫ك‬‫ه‬‫ء‬‫شفا‬
‫فيما‬
‫ه‬‫م‬‫حر‬
‫ع‬
‫م‬ُ‫ك‬‫لي‬
 Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan
kamu pada apa-apa yang Allah haramkan atas kamu."
(HR Ibnu Hibban, no. 379).
 Demikian juga terdapat hadits yang melarang seorang
thabib (sekarang disebut dokter) membuat obat dengan
bahan katak (dhifda’). (HR Abu Dawud, no. 3871
 Hadits-hadits ini menunjukkan larangan berobat dengan
sesuatu obat yang diharamkan.
 Namun terdapat qarinah (petunjuk / indikasi) dalam
hadits yang lain bahwa berobat dengan zat yang najis
atau yang diharamkan itu dibolehkan Nabi SAW.
Hukum Berobat
Dengan Zat Najis
/ Haram
 Di antara qarinah-qarinah tersebut :
 Pertama, Nabi SAW membolehkan dua suku Badui
yaitu ‘Ukl dan ‘Urainah yang sakit ketika memasuki
kota Madinah, untuk meminum air kencing unta.

‫عن‬
ِْ
‫س‬َ‫ن‬َ‫أ‬
ِْ‫ن‬‫ب‬
ْ
‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬
ْ
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
ْ
َ‫م‬ِ‫د‬َ‫ق‬
ْ
‫اس‬َ‫ن‬ُ‫أ‬
ْ
‫ن‬ِ‫م‬
ْ
‫ُك‬‫ع‬
ْ
‫ل‬
ْ
‫و‬َ‫أ‬
ْ
َ‫ة‬َ‫ن‬‫ي‬َ‫ُر‬‫ع‬
،
‫ا‬‫و‬َ‫و‬َ‫ت‬‫اج‬َ‫ف‬
‫ا‬
ْ
َ‫ة‬َ‫ن‬‫ِي‬‫د‬َ‫م‬‫ل‬
،
ْ
ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ر‬َ‫م‬َ‫أ‬َ‫ف‬
ْ
‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬
‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬
ْ
ُ‫هللا‬
ْ
ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬
ْ
َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬
ْ
َ‫م‬
ْ
‫اح‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ِ‫ب‬
،
ْ
‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬
‫وا‬ُ‫ب‬َ‫ر‬‫ش‬َ‫ي‬
ِْ‫م‬
ْ
‫ن‬
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫ب‬َ‫أ‬
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ب‬‫ل‬َ‫أ‬َ‫و‬
...
 Dari Anas bin Malik RA, dia berkata,”Telah datang
[ke kota Madinah] orang-orang dari ‘Ukl atau
‘Urainah, lalu mereka sakit karena tidak cocok
dengan makanan/ cuaca Madinah. Maka Nabi SAW
memerintahkan mereka untuk mencari unta perahan
yang deras air susunya, agar mereka meminum air
kencingnya dan air susunya…” (HR Bukhari, no, 233;
Muslim, no. 1671).
Hukum Berobat
Dengan Zat Najis
/ Haram
Kedua, Nabi SAW membolehkan
Abdurrahman bin ‘Auf dan Zubair bin Al
‘Awwam untuk memakai kain sutera,
karena penyakit kulit (gatal-gatal).

ْ
‫َن‬‫ع‬
ْ
‫س‬َ‫ن‬َ‫أ‬
ْ
َ‫ي‬ ِ
‫ض‬َ‫ر‬
ْ
ُ َّ
‫اّلل‬
ْ
ُ‫ه‬‫َن‬‫ع‬
ْ
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
َْ
‫ص‬َّ‫خ‬َ‫ر‬
ْ
‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬
‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬
‫ا‬
ْ
ُ َّ
‫ّلل‬
ْ
ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬
ْ
َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬
ْ
َ‫م‬
ِْ
‫ر‬‫ي‬َ‫ب‬‫لز‬ِ‫ل‬
ِْ‫د‬‫َب‬‫ع‬َ‫و‬
ِْ‫ن‬َ‫م‬‫ح‬َّ‫الر‬
‫ي‬ِ‫ف‬
ِْ
‫س‬‫ب‬ُ‫ل‬
‫ا‬
ِْ
‫ير‬ ِ
‫ر‬َ‫ح‬‫ل‬
ْ
‫َّة‬‫ك‬ ِ‫ح‬ِ‫ل‬
‫ا‬َ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata,”Nabi
SAW telah memberikan keringanan kepada
Az Zubair bin Al ‘Awwam dan Abdurrahman
bin ‘Auf untuk memakai kain sutera karena
penyakit kulit pada keduanya.” (HR
Bukhari, no, 5839; Muslim, no. 2076).
Hukum Berobat
Dengan Zat Najis
/ Haram
Ketiga, Nabi SAW membolehkan ‘Arfajah
bin As’Ad untuk memakai hidung palsu dari
emas, sesuai riwayat sbb :

‫عن‬
‫عرفجة‬
‫بن‬
‫أسعد‬
‫ه‬َّ‫ن‬‫أ‬
‫ع‬ِ‫ط‬ُ‫ق‬
‫ه‬ُ‫ف‬‫أن‬
ْ
َ‫م‬‫يو‬
ْ
ِ‫ب‬‫الكال‬
ْ
َّ‫ت‬‫فا‬
‫خذ‬
‫ا‬‫أنف‬
‫من‬
ْ
‫ق‬ ِ
‫ور‬
،
‫فأنتن‬
‫عليه‬
،
‫فأمره‬
ْ
‫بي‬َّ‫ن‬‫ال‬
‫ى‬َّ‫ل‬‫ص‬
ْ
ُ‫هللا‬
‫عليه‬
ْ
َّ‫ل‬‫وس‬
‫م‬
،
‫خذ‬َّ‫ت‬‫فا‬
‫ا‬‫أنف‬
‫من‬
ْ
‫ذهب‬
Dari Arfajah bin As’ad RA bahwa hidungnya
terpotong pada Perang Kilab, lalu dia
memakai hidung [palsu] dari perak tetapi
hidungnya lalu membusuk. Maka Nabi SAW
memerintahkan dia memakai hidung dari
emas (HR Abu Dawud no, 4234).
Hukum Berobat
Dengan Zat Najis
/ Haram
 Berdasarkan tiga qarinah tersebut, Imam
Taqiyuddin An Nabhani berkata :

‫فكون‬
‫الرسول‬
‫يجيز‬
‫التداوي‬
‫بالنجس‬
،‫والمحرم‬
‫في‬
‫الوقت‬
‫الذي‬
‫ينهى‬
‫ع‬
‫ن‬
‫التداوي‬
،‫بهما‬
‫قرينة‬
‫على‬
‫أن‬
‫نهيه‬
‫عن‬
‫التداوي‬
‫بهما‬
‫ليس‬
‫نهيا‬
،‫جازما‬
‫فيكون‬
‫مكروها‬
 “Maka fakta bahwa Rasulullah SAW
membolehkan berobat dengan najis dan yang
diharamkan, padahal pada waktu yang sama
Rasulullah SAW melarang berobat dengan
keduanya, merupakan qarinah bahwa larangan
tersebut bukanlah larangan tegas, sehingga
hukumnya makruh.” (Taqiyuddin An Nabhani, Al
Syakhshiyyah Al Islamiyyah, Juz III, hlm. 116).
HUKUM BEROBAT DI LUAR
HUKUM ASAL
Hukum Berobat
di Luar Hukum
Asal
 Hukum asal berobat adalah sunnah, seperti telah
dijelaskan di muka.
 Namun hukum sunnah ini, dapat berubah menjadi
hukum lain, bergantung pada kondisi individu yang
berobat.
 Misalnya : jika berobat dengan obat tertentu
ternyata terbukti menimbulkan bahaya (dharar),
maka berobat dengan obat tersebut hukumnya
menjadi HARAM, sesuai sabda Rasulullah SAW :
‫ضرار‬ ‫وال‬ ‫ضرر‬ ‫ال‬
“Tidak boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri
maupun bahaya bagi orang lain.” (Arab “laa dharara
wa laa dhiraara”). (HR Ahmad).
Hukum Berobat
di Luar Hukum
Asal
 Demikian juga, hukum asal berobat yang sunnah itu
dapat berubah HARAM bagi individu tertentu,
namun hukumnya tetap SUNNAH bagi individu
lainnya secara umum.
 Hal ini sesuai kaidah fiqih :

‫كل‬
‫فرد‬
‫من‬
‫أفراد‬
‫األمر‬
‫المباح‬
‫إذا‬
‫كان‬
‫ضارا‬
‫أو‬
‫مؤديا‬
‫إلى‬
‫ضرر‬
‫حرم‬
‫ذلك‬
‫الفرد‬
‫وظل‬
‫األمر‬
‫مباحا‬
 “Setiap-tiap kasus dari perkara pokok yang
hukumnya mubah, jika dia berbahaya atau dapat
membawa kepada bahaya, maka kasus itu saja yang
diharamkan, sedang perkara pokoknya tetap
mubah.”(Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah
Al Islamiyyah, Juz III, hlm. 460).
Hukum Berobat
di Luar Hukum
Asal
 Kaidah ini contoh penerapannya, bagi individu
tertentu yang berpenyakit hipertensi, haram
memakan daging kambing berlebihan, namun daging
kambing itu tetap mubah hukumnya secara umum
bagi semua orang.
 Maka berdasarkan kaidah fiqih ini, pemberian
vaksinasi diharamkan secara kasuistik bagi
individu-individu tertentu yang mempunyai
penyakit-penyakit atau alergi-alergi tertentu,
sementara vaksinasi itu sendiri secara umum
hukumnya tetap sunnah (selama tidak menimbulkan
mudharat dan bahannya suci / tidak najis).
Hukum Berobat
di Luar Hukum
Asal
 Demikian juga, hukum asal berobat yang sunnah itu
dapat berubah menjadi WAJIB, jika seorang individu
terancam jiwanya jika tidak melakukan pengobatan.
 Sebab pada saat dia memilih tidak berobat, berarti
dia melakukan tindakan bunuh diri yang
diharamkan syara’, sesuai firman Allah SWT :

‫ه‬
‫ال‬ ‫ه‬‫و‬
‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬‫ق‬‫ه‬‫ت‬
‫م‬ُ‫ك‬‫ه‬‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬‫ه‬‫أ‬
ۚ
‫ن‬ِ‫إ‬
‫ه‬‫اّلل‬
‫انه‬‫ه‬‫ك‬
‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬
‫ا‬ً‫م‬‫ي‬ ِ‫ح‬‫ه‬‫ر‬
 “Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh,
Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An Nisaa` :
29).
 (Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah Al
Islamiyyah, Juz III, hlm. 63). Wallahu a’lam.

More Related Content

Similar to Aaaade.pptx

Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdfBekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
wahyudibromo1
 
Makalah pelatihan-BRC-ruqyah-syariyyah
Makalah pelatihan-BRC-ruqyah-syariyyahMakalah pelatihan-BRC-ruqyah-syariyyah
Makalah pelatihan-BRC-ruqyah-syariyyah
Edi Awaludin
 
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSANANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
IbnorAzli
 
Hukum mengkonsumsi ganja
Hukum mengkonsumsi ganjaHukum mengkonsumsi ganja
Hukum mengkonsumsi ganja
Rizky Faisal
 
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakitMakalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakitMakalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakitMakalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Warnet Raha
 

Similar to Aaaade.pptx (20)

Ebook panduan tata cara dan bacaan ruqyah syar'iyyah
Ebook   panduan tata cara dan bacaan ruqyah syar'iyyahEbook   panduan tata cara dan bacaan ruqyah syar'iyyah
Ebook panduan tata cara dan bacaan ruqyah syar'iyyah
 
Hadits ttg kesehatan
Hadits ttg kesehatanHadits ttg kesehatan
Hadits ttg kesehatan
 
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdfBekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
Bekam Holistik 1.2 presentasi PBI Sidoarjo.pdf
 
Benarkah sakit bisa menggugurkan dosa
Benarkah sakit bisa menggugurkan dosaBenarkah sakit bisa menggugurkan dosa
Benarkah sakit bisa menggugurkan dosa
 
Quranic healing theraphy
Quranic healing theraphyQuranic healing theraphy
Quranic healing theraphy
 
Makalah pelatihan-BRC-ruqyah-syariyyah
Makalah pelatihan-BRC-ruqyah-syariyyahMakalah pelatihan-BRC-ruqyah-syariyyah
Makalah pelatihan-BRC-ruqyah-syariyyah
 
93993970 tata-cara-ruqyah-yang-benar
93993970 tata-cara-ruqyah-yang-benar93993970 tata-cara-ruqyah-yang-benar
93993970 tata-cara-ruqyah-yang-benar
 
Jasa terapi ruqyah syariyyah & pijat syaraf panggilan di sukabumi
Jasa terapi ruqyah syariyyah  & pijat syaraf panggilan di sukabumiJasa terapi ruqyah syariyyah  & pijat syaraf panggilan di sukabumi
Jasa terapi ruqyah syariyyah & pijat syaraf panggilan di sukabumi
 
Ppt perspektif islam
Ppt perspektif islamPpt perspektif islam
Ppt perspektif islam
 
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSANANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
ANTARA DALIL YANG TIDAK DISEPAKATI IALAH ISTIHSAN
 
Kesehatan dalam Perspektif Risalah Islam.pptx
Kesehatan dalam Perspektif Risalah Islam.pptxKesehatan dalam Perspektif Risalah Islam.pptx
Kesehatan dalam Perspektif Risalah Islam.pptx
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
 
Hukum mengkonsumsi ganja
Hukum mengkonsumsi ganjaHukum mengkonsumsi ganja
Hukum mengkonsumsi ganja
 
Ruqyah yang benar
Ruqyah yang benarRuqyah yang benar
Ruqyah yang benar
 
pengobatan bekam
pengobatan bekam pengobatan bekam
pengobatan bekam
 
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakitMakalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
 
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakitMakalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
 
Terapi pengobatan-dengan-ruqyah-syariyyah
Terapi pengobatan-dengan-ruqyah-syariyyahTerapi pengobatan-dengan-ruqyah-syariyyah
Terapi pengobatan-dengan-ruqyah-syariyyah
 
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakitMakalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
Makalah perawatan orang sakit dan adab mengunjungi orang sakit
 
Keutamaan doa. Dr. Afi Parnawi
Keutamaan doa. Dr. Afi ParnawiKeutamaan doa. Dr. Afi Parnawi
Keutamaan doa. Dr. Afi Parnawi
 

More from RIFATSALIMUDDIN (6)

DAMPAK RIBA.pptx
DAMPAK RIBA.pptxDAMPAK RIBA.pptx
DAMPAK RIBA.pptx
 
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docxETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
ETIKA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.docx
 
01 Sejarah Kota Makkah pdf.pdf
01 Sejarah Kota Makkah pdf.pdf01 Sejarah Kota Makkah pdf.pdf
01 Sejarah Kota Makkah pdf.pdf
 
Kuliah-SISTEM-IMUNAlergi.ppt
Kuliah-SISTEM-IMUNAlergi.pptKuliah-SISTEM-IMUNAlergi.ppt
Kuliah-SISTEM-IMUNAlergi.ppt
 
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docxBAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
BAB I-V DOHIR - for merge (2).docx
 
Asesor
AsesorAsesor
Asesor
 

Recently uploaded

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 

Recently uploaded (20)

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 

Aaaade.pptx

  • 1. HUKUM BEROBAT DENGAN ZAT NAJIS ATAU HARAM KH. M. SHIDDIQ AL-JAWI, S.Si, MSI (Founder Institut Muamalah Indonesia)
  • 2.
  • 3. Pokok Bahasan Pengertian Berobat (‫)التداوي‬ Hukum Berobat Dengan Zat Najis Atau Haram Hukum Berobat di Luar Hukum Asal Hukum Asal Berobat
  • 5. Pengertian Berobat  ‫التداوي‬ ( (Treatment ‫هو‬ ‫تعاطي‬ ‫الدواء‬ ‫بقصد‬ ‫معالجة‬ ‫المرض‬ ‫أو‬ ‫الوقاية‬ ‫منه‬ Berobat (Treatment / ‫)التداوي‬ adalah memanfaatkan obat dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit atau melindungi diri dari penyakit itu.  (Ahmad Muhammad Nu’man, Al Mausu’ah Al Thibbiyyah Al Fiqhiyyah, hlm. 193. Dikutip oleh Abdur Razaq Al Kindi, Al Mufaththirat Al Thibbiyyah Al Mu’ashirah Dirasah Fiqhiyyah Thibbiyyah Muqaranah, hlm. 57).  https://al-maktaba.org/book/33370/57
  • 6. Pengertian Berobat Berdasarkan definisi berobat tersebut, berobat mencakup dua macam pengobatan sbb; Pertama, pengobatan kuratif (al thibb al ‘ilaaji/curative medicine), yaitu pengobatan untuk penyakit yang sudah terjadi. Kedua, pengobatan preventif (al thibb wiqaa`i/preventive medicine), yaitu pengobatan untuk penyakit yang belum terjadi.  (Ahmad Syauqi Al Fanjari, Al Thibb Al Wiqa`iy fi Al Islam, hlm. 11; Umar Mahmud Abdullah, Al Thibb Al Wiqa`iy fi Al Islam, hlm. 19).
  • 7. Pengertian Berobat  Dalil pensyariatan pengobatan kuratif (al thibb al ‘ilaajiy), yakni pengobatan setelah terjadi penyakit, antara lain sabda Rasulullah SAW :  ‫إن‬ ‫هللا‬ ‫أنزل‬ ‫الداء‬ ،‫والدواء‬ ‫وجعل‬ ‫لكل‬ ‫داء‬ ‫دواء‬ ‫فتداووا‬ ‫وال‬ ‫تداووا‬ ‫بحرام‬  Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan obat bagi setiap penyakit. Maka berobatlah kamu dan janganlah kamu berobat dengan sesuatu yang haram." (HR Abu Dawud, no 3376).
  • 8. Pengertian Berobat  Dalil pensyariatan pengobatan preventif (al thibb al wiqaa`iy), yakni pengobatan sebelum seseorang terjangkit suatu penyakit, antara lain sabda Rasulullah SAW :  ‫عن‬ ‫سعد‬ ‫بن‬ ‫أبي‬ ‫وقاص‬ ‫رضي‬ ‫هللا‬ ‫عنه‬ ‫قال‬ : ‫سمعت‬ ‫رسول‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ‫عليه‬ ‫وسلم‬ ‫يقول‬ : ْ ‫ن‬َ‫م‬ ْ َ‫ح‬َّ‫ب‬َ‫ص‬َ‫ت‬ ْ َّ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ َ‫ي‬ ْ ‫م‬‫و‬ َْ‫ع‬‫ب‬َ‫س‬ ْ ‫ات‬َ‫ر‬َ‫م‬َ‫ت‬ ْ َ‫ع‬ ْ ‫ة‬َ‫و‬‫ج‬ ، ْ ‫م‬َ‫ل‬ ْ ُ‫ه‬َّ‫ر‬ُ‫ض‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َْ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ِْ‫م‬‫و‬َ‫ي‬‫ال‬ ْ ‫م‬ُ‫س‬ ْ َ‫ل‬َ‫و‬ ْ ‫ر‬‫ح‬ِ‫س‬  Dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA, dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,’Barangsiapa yang tiap pagi hari memakan tujuh butir kurma ‘Ajwah (kurma Madinah), maka pada hari itu dia tidak akan terkena bahaya racun ataupun sihir.” (HR Bukhari, no. 5445; Muslim, no. 2047).
  • 10. Hukum Asal Berobat  Hukum asal berobat adalah sunnah (mandub), sesuai sabda Rasulullah SAW : ‫إن‬ ‫هللا‬ ‫أنزل‬ ‫الداء‬ ،‫والدواء‬ ‫وجعل‬ ‫لكل‬ ‫داء‬ ‫دواء‬ ‫فتداووا‬ ‫وال‬ ‫تداووا‬ ‫بحر‬ ‫ام‬ ”Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan obat bagi setiap penyakit. Maka berobatlah kamu dan janganlah kamu berobat dengan sesuatu yang haram." (HR Abu Dawud, no 3376).  Tetapi perintah berobat ini bukan perintah wajib, melainkan perintah sunnah karena terdapat beberapa qarinah (petunjuk) dalam beberapa hadis yang menunjukkan berobat itu adalah anjuran (sunnah), bukan kewajiban.
  • 11. Hukum Asal Berobat Di antara qarinah yang ada, hadits Ibnu Abbas RA sbb: ‫عن‬ ‫اء‬َ‫ط‬َ‫ع‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ،‫اح‬َ‫ب‬َ‫ر‬ ْ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ : ْ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ي‬ِ‫ل‬ ُْ‫ن‬‫اب‬ ْ ‫اس‬َّ‫ب‬َ‫ع‬ : ْ َ‫ل‬َ‫أ‬ َْ‫يك‬ ِ ‫ر‬ُ‫أ‬ ْ ‫ام‬ ْ ‫ة‬َ‫أ‬َ‫ر‬ ْ ‫ن‬ِ‫م‬ ْ ِ‫ل‬‫ه‬َ‫أ‬ ‫؟‬ِ‫ة‬َّ‫ن‬َ‫ج‬‫ال‬ ُْ‫ت‬‫ل‬ُ‫ق‬ : ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ب‬ . ْ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ : ْ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ ْ ُ‫ة‬َ‫أ‬‫ر‬َ‫م‬‫ال‬ ،ُ‫ء‬‫َا‬‫د‬‫و‬َّ‫س‬‫ال‬ ِْ‫ت‬َ‫ت‬َ‫أ‬ ْ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ْ ُ‫هللا‬ ْ ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ْ ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ : ْ ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ي‬ ،ُ‫ع‬َ‫ر‬‫ص‬ُ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ْ َّ‫ش‬َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫أ‬ ، ُ‫ف‬ ْ ُ‫ع‬‫اد‬َ‫ف‬ ْ َ َّ ‫اّلل‬ ‫ي‬ِ‫ل‬ . ْ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ : ْ ‫ن‬ِ‫إ‬ ِْ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ش‬ ِْ‫ت‬‫ر‬َ‫ب‬َ‫ص‬ ِْ‫ك‬َ‫ل‬َ‫و‬ َْ‫ج‬‫ال‬ ،ُ‫ة‬َّ‫ن‬ ْ ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ِْ‫ت‬‫ئ‬ِ‫ش‬ ُْ‫ت‬‫َو‬‫ع‬َ‫د‬ ْ َ َّ ‫اّلل‬ ْ ‫ن‬َ‫أ‬ ِْ‫ك‬َ‫ي‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫ي‬ . ْ ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ : ،ُ‫ر‬ِ‫ب‬‫ص‬َ‫أ‬ ْ ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ : ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ، ُ‫َّف‬‫ش‬َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫أ‬ ْ ُ‫ع‬‫اد‬َ‫ف‬ ْ َ َّ ‫اّلل‬ ‫ي‬ِ‫ل‬ ْ ‫ن‬َ‫أ‬ ْ َ‫ل‬ ، َ‫َّف‬‫ش‬َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ع‬َ‫د‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ل‬ . ‫رواه‬ ‫البخاري‬ ( 5652 ) ، ‫ومسلم‬ ( 2576 ) .
  • 12. Hukum Asal Berobat  Dari Atha bin Abi Rabah, berkata Ibnu Abbas RA,”Maukah kamu aku tunjukkan seorang perempuan dari penghuni surga?” Aku berkata,”Ya mau.” Ibnu Abbas RA berkata,”Inilah seorang perempuan berkulit hitam, dia pernah menemui Nabi SAW sambil berkata,’Sesungguhnya aku menderita epilepsi dan auratku sering tersingkap [ketika sedang kambuh], maka berdoalah kepada Allah untukku.”  Nabi SAW bersabda,“Jika kamu mau, bersabarlah maka bagimu surga, dan jika kamu mau, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menyembuhkanmu.” Wanita itu berkata,“Baiklah aku akan bersabar.” Wanita itu berkata lagi,“Namun berdoalah kepada Allah agar (auratku) tidak tersingkap.” Maka Nabi SAW mendoakan untuknya.” (HR Bukhari, no. 5652; Muslim,
  • 13. Hukum Asal Berobat  Hadits ini adalah qarinah (petunjuk / indikasi) yang menunjukkan bolehnya tidak berobat, sebagaimana taqrir (persetujuan) Nabi SAW terhadap perempuan tersebut yang memilih bersabar.  Sebab ketika perempuan itu memilih bersabar, dengan pahala surga, artinya dia tidak menempuh upaya untuk berobat, dan tetap berpenyakit epilepsi.  Jika perintah berobat sebelumnya di atas digabungkan dengan qarinah ini, diperoleh kesimpulan perintah berobat tersebut bukan perintah tegas (jazim), yaitu wajib, melainkan perintah anjuran (ghairu jazim), yaitu sunnah.
  • 14. Hukum Asal Berobat  Inilah pendapat ulama Syafi’iyyah yang kami anggap rajih (lebih kuat) dalam masalah ini (hukum berobat), yaitu hukum asal berobat itu sunnah (Mandub/Mustahab).  Imam Nawawi menjelaskan hadits yang memerintahkan berobat dengan berkata :  ‫وفي‬ ‫هذا‬ ‫الحديث‬ ‫إشارة‬ ‫إلى‬ ‫استحباب‬ ،‫الدواء‬ ‫وهو‬ ‫مذهب‬ ‫أصحابنا‬ ‫وجمهور‬ ‫السلف‬ ‫وعامة‬ ‫الخلف‬  “Dalam hadis ini terdapat isyarat mengenai sunnahnya berobat. Inilah mazhab sahabat-sahabat kami, dan juga mazhab jumhur ulama salaf dan umumnya ulama khalaf.” (Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz V, hlm. 106).  Ini berbeda dengan pendapat jumhur ulama, yaitu ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah yang mengatakan berobat itu hukumnya mubah (boleh). (Lihat : Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, XI/117).
  • 15. HUKUM BEROBAT DENGAN ZAT NAJIS ATAU HARAM
  • 16. Hukum Berobat Dengan Zat Najis / Haram  Hukum berobat dengan obat yang mengandung zat najis, atau zat yang haram dimanfaatkan, MAKRUH,  karena telah terdapat larangan syariah untuk berobat dengan zat yang haram/najis, meski larangan ini adalah larangan makruh, bukan larangan haram.(*)  Sabda Nabi SAW : ‫فتداووا‬ ‫دواء‬ ‫داء‬ ‫لكل‬ ‫وجعل‬ ،‫والدواء‬ ‫الداء‬ ‫أنزل‬ ‫هللا‬ ‫إن‬ ‫بحرام‬ ‫تداووا‬ ‫وال‬ ”Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan obat bagi setiap penyakit. Maka berobatlah kamu dan janganlah kamu berobat dengan sesuatu yang haram." (HR Abu Dawud, no 3376). (*) lihat : Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyah Al Islamiyah, III/116; Abdul Fattah Mahmud Idris, Qadhaya Thibbiyyah min Manzhuur Islami, hlm.39-43; Shalih Abu Thaha, At Tadaawi bi Al Muharramat, hlm. 39-41.
  • 17. Hukum Berobat Dengan Zat Najis / Haram  Selain hadits tersebut, ada pula hadits lain yang melarang berobat dengan yang diharamkan.  Sabda Nabi SAW :  ‫إن‬ ‫ه‬‫اّلل‬ ‫لم‬ ‫ل‬‫ه‬‫ع‬‫يج‬ ‫م‬ُ‫ك‬‫ه‬‫ء‬‫شفا‬ ‫فيما‬ ‫ه‬‫م‬‫حر‬ ‫ع‬ ‫م‬ُ‫ك‬‫لي‬  Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kamu pada apa-apa yang Allah haramkan atas kamu." (HR Ibnu Hibban, no. 379).  Demikian juga terdapat hadits yang melarang seorang thabib (sekarang disebut dokter) membuat obat dengan bahan katak (dhifda’). (HR Abu Dawud, no. 3871  Hadits-hadits ini menunjukkan larangan berobat dengan sesuatu obat yang diharamkan.  Namun terdapat qarinah (petunjuk / indikasi) dalam hadits yang lain bahwa berobat dengan zat yang najis atau yang diharamkan itu dibolehkan Nabi SAW.
  • 18. Hukum Berobat Dengan Zat Najis / Haram  Di antara qarinah-qarinah tersebut :  Pertama, Nabi SAW membolehkan dua suku Badui yaitu ‘Ukl dan ‘Urainah yang sakit ketika memasuki kota Madinah, untuk meminum air kencing unta.  ‫عن‬ ِْ ‫س‬َ‫ن‬َ‫أ‬ ِْ‫ن‬‫ب‬ ْ ‫ك‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ ْ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ْ َ‫م‬ِ‫د‬َ‫ق‬ ْ ‫اس‬َ‫ن‬ُ‫أ‬ ْ ‫ن‬ِ‫م‬ ْ ‫ُك‬‫ع‬ ْ ‫ل‬ ْ ‫و‬َ‫أ‬ ْ َ‫ة‬َ‫ن‬‫ي‬َ‫ُر‬‫ع‬ ، ‫ا‬‫و‬َ‫و‬َ‫ت‬‫اج‬َ‫ف‬ ‫ا‬ ْ َ‫ة‬َ‫ن‬‫ِي‬‫د‬َ‫م‬‫ل‬ ، ْ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ر‬َ‫م‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ْ ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ْ ُ‫هللا‬ ْ ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ْ َ‫م‬ ْ ‫اح‬َ‫ق‬ِ‫ل‬ِ‫ب‬ ، ْ ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ب‬َ‫ر‬‫ش‬َ‫ي‬ ِْ‫م‬ ْ ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬‫ب‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ب‬‫ل‬َ‫أ‬َ‫و‬ ...  Dari Anas bin Malik RA, dia berkata,”Telah datang [ke kota Madinah] orang-orang dari ‘Ukl atau ‘Urainah, lalu mereka sakit karena tidak cocok dengan makanan/ cuaca Madinah. Maka Nabi SAW memerintahkan mereka untuk mencari unta perahan yang deras air susunya, agar mereka meminum air kencingnya dan air susunya…” (HR Bukhari, no, 233; Muslim, no. 1671).
  • 19. Hukum Berobat Dengan Zat Najis / Haram Kedua, Nabi SAW membolehkan Abdurrahman bin ‘Auf dan Zubair bin Al ‘Awwam untuk memakai kain sutera, karena penyakit kulit (gatal-gatal).  ْ ‫َن‬‫ع‬ ْ ‫س‬َ‫ن‬َ‫أ‬ ْ َ‫ي‬ ِ ‫ض‬َ‫ر‬ ْ ُ َّ ‫اّلل‬ ْ ُ‫ه‬‫َن‬‫ع‬ ْ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َْ ‫ص‬َّ‫خ‬َ‫ر‬ ْ ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ‫ا‬ ْ ُ َّ ‫ّلل‬ ْ ِ‫ه‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ْ َ‫م‬ ِْ ‫ر‬‫ي‬َ‫ب‬‫لز‬ِ‫ل‬ ِْ‫د‬‫َب‬‫ع‬َ‫و‬ ِْ‫ن‬َ‫م‬‫ح‬َّ‫الر‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِْ ‫س‬‫ب‬ُ‫ل‬ ‫ا‬ ِْ ‫ير‬ ِ ‫ر‬َ‫ح‬‫ل‬ ْ ‫َّة‬‫ك‬ ِ‫ح‬ِ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ Dari Anas bin Malik RA, dia berkata,”Nabi SAW telah memberikan keringanan kepada Az Zubair bin Al ‘Awwam dan Abdurrahman bin ‘Auf untuk memakai kain sutera karena penyakit kulit pada keduanya.” (HR Bukhari, no, 5839; Muslim, no. 2076).
  • 20. Hukum Berobat Dengan Zat Najis / Haram Ketiga, Nabi SAW membolehkan ‘Arfajah bin As’Ad untuk memakai hidung palsu dari emas, sesuai riwayat sbb :  ‫عن‬ ‫عرفجة‬ ‫بن‬ ‫أسعد‬ ‫ه‬َّ‫ن‬‫أ‬ ‫ع‬ِ‫ط‬ُ‫ق‬ ‫ه‬ُ‫ف‬‫أن‬ ْ َ‫م‬‫يو‬ ْ ِ‫ب‬‫الكال‬ ْ َّ‫ت‬‫فا‬ ‫خذ‬ ‫ا‬‫أنف‬ ‫من‬ ْ ‫ق‬ ِ ‫ور‬ ، ‫فأنتن‬ ‫عليه‬ ، ‫فأمره‬ ْ ‫بي‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َّ‫ل‬‫ص‬ ْ ُ‫هللا‬ ‫عليه‬ ْ َّ‫ل‬‫وس‬ ‫م‬ ، ‫خذ‬َّ‫ت‬‫فا‬ ‫ا‬‫أنف‬ ‫من‬ ْ ‫ذهب‬ Dari Arfajah bin As’ad RA bahwa hidungnya terpotong pada Perang Kilab, lalu dia memakai hidung [palsu] dari perak tetapi hidungnya lalu membusuk. Maka Nabi SAW memerintahkan dia memakai hidung dari emas (HR Abu Dawud no, 4234).
  • 21. Hukum Berobat Dengan Zat Najis / Haram  Berdasarkan tiga qarinah tersebut, Imam Taqiyuddin An Nabhani berkata :  ‫فكون‬ ‫الرسول‬ ‫يجيز‬ ‫التداوي‬ ‫بالنجس‬ ،‫والمحرم‬ ‫في‬ ‫الوقت‬ ‫الذي‬ ‫ينهى‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫التداوي‬ ،‫بهما‬ ‫قرينة‬ ‫على‬ ‫أن‬ ‫نهيه‬ ‫عن‬ ‫التداوي‬ ‫بهما‬ ‫ليس‬ ‫نهيا‬ ،‫جازما‬ ‫فيكون‬ ‫مكروها‬  “Maka fakta bahwa Rasulullah SAW membolehkan berobat dengan najis dan yang diharamkan, padahal pada waktu yang sama Rasulullah SAW melarang berobat dengan keduanya, merupakan qarinah bahwa larangan tersebut bukanlah larangan tegas, sehingga hukumnya makruh.” (Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah, Juz III, hlm. 116).
  • 22. HUKUM BEROBAT DI LUAR HUKUM ASAL
  • 23. Hukum Berobat di Luar Hukum Asal  Hukum asal berobat adalah sunnah, seperti telah dijelaskan di muka.  Namun hukum sunnah ini, dapat berubah menjadi hukum lain, bergantung pada kondisi individu yang berobat.  Misalnya : jika berobat dengan obat tertentu ternyata terbukti menimbulkan bahaya (dharar), maka berobat dengan obat tersebut hukumnya menjadi HARAM, sesuai sabda Rasulullah SAW : ‫ضرار‬ ‫وال‬ ‫ضرر‬ ‫ال‬ “Tidak boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri maupun bahaya bagi orang lain.” (Arab “laa dharara wa laa dhiraara”). (HR Ahmad).
  • 24. Hukum Berobat di Luar Hukum Asal  Demikian juga, hukum asal berobat yang sunnah itu dapat berubah HARAM bagi individu tertentu, namun hukumnya tetap SUNNAH bagi individu lainnya secara umum.  Hal ini sesuai kaidah fiqih :  ‫كل‬ ‫فرد‬ ‫من‬ ‫أفراد‬ ‫األمر‬ ‫المباح‬ ‫إذا‬ ‫كان‬ ‫ضارا‬ ‫أو‬ ‫مؤديا‬ ‫إلى‬ ‫ضرر‬ ‫حرم‬ ‫ذلك‬ ‫الفرد‬ ‫وظل‬ ‫األمر‬ ‫مباحا‬  “Setiap-tiap kasus dari perkara pokok yang hukumnya mubah, jika dia berbahaya atau dapat membawa kepada bahaya, maka kasus itu saja yang diharamkan, sedang perkara pokoknya tetap mubah.”(Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah, Juz III, hlm. 460).
  • 25. Hukum Berobat di Luar Hukum Asal  Kaidah ini contoh penerapannya, bagi individu tertentu yang berpenyakit hipertensi, haram memakan daging kambing berlebihan, namun daging kambing itu tetap mubah hukumnya secara umum bagi semua orang.  Maka berdasarkan kaidah fiqih ini, pemberian vaksinasi diharamkan secara kasuistik bagi individu-individu tertentu yang mempunyai penyakit-penyakit atau alergi-alergi tertentu, sementara vaksinasi itu sendiri secara umum hukumnya tetap sunnah (selama tidak menimbulkan mudharat dan bahannya suci / tidak najis).
  • 26. Hukum Berobat di Luar Hukum Asal  Demikian juga, hukum asal berobat yang sunnah itu dapat berubah menjadi WAJIB, jika seorang individu terancam jiwanya jika tidak melakukan pengobatan.  Sebab pada saat dia memilih tidak berobat, berarti dia melakukan tindakan bunuh diri yang diharamkan syara’, sesuai firman Allah SWT :  ‫ه‬ ‫ال‬ ‫ه‬‫و‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬‫ق‬‫ه‬‫ت‬ ‫م‬ُ‫ك‬‫ه‬‫س‬ُ‫ف‬‫ن‬‫ه‬‫أ‬ ۚ ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ه‬‫اّلل‬ ‫انه‬‫ه‬‫ك‬ ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ي‬ ِ‫ح‬‫ه‬‫ر‬  “Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An Nisaa` : 29).  (Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah, Juz III, hlm. 63). Wallahu a’lam.