SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
Download to read offline
I Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
II Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Hak Cipta @ 2020
PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (ToT) PENCEGAHAN STUNTING MELALUI 1000 HPK DAN
PENGASUHAN ANAK USIA DINI PADA KELOMPOK BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK
INTEGRATIF (BKB HI)
Edisi Pertama Tahun 2020
Tim Penyusun
Dra. Theodora Pandjaitan, M.Sc
Achmad Sopian, M.Pd
Pengarah :
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
Penanggung Jawab :
Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Editor :
Dewi Andayani, S.Pd., M.Si.
Tim Teknis :
Yufi Winiastuti, SKM
Desnita Ekaratri, SS, MPH
Tri Aryadi, S.Psi.
Ratu Chaira Vielananda, S.Pd.
Sugeng
Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013
III Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA SAMBUTAN
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahNya, sehingga perangkat pembelajaran
Training of Trainers (TOT) ) Pelatihan Teknis Bina Keluarga
Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi
Fasilitator Tingkat Provinsi yang merupakan program prioritas
nasional di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) dapat diselesaikan.
Perlu kita pahami bersama bahwa pembangunan Sumber
Daya Manusia (SDM) harus dimulai sejak dalam kandungan,
karena saat itu proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia sudah berlangsung, khususnya perkembangan otak.
Begitupun dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima tahun
(Balita) merupakan periode paling kritis karena pada masa tersebut proses tumbuh
kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut adalah masa “emas” yang
apabila tidak dibina dengan baik akan menyebabkan gangguan perkembangan
emosi, sosial dan kecerdasan. Masa ini merupakan tahap awal pembentukan
dasar kemampuan, mental, intelektual dan moral yang menentukan sikap, nilai dan
perilaku di masa dewasa.
Orangtua sebagai pengasuh dan pendidik pertama dan utama diharapkan
dapat mengasuh anak balitanya dengan benar, bukan hanya melalui pemenuhan
kebutuhan anak akan kesehatan, gizi, akan tetapi juga perhatian, kasih sayang
dan rasa aman serta rangsangan terhadap mental, emosional, sosial, dan moral.
Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua dalam mengasuh dan membina
tumbuh kembang anak, maka orangtua perlu meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya agar mampu melaksanakan pengasuhan secara optimal.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh orangtua antara lain
dengan mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI EMAS).
BKB HI-EMAS merupakan salah satu program inovasi strategi untuk
mengimplementasikan kegiatan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dalam mendukung penurunan
stunting dan pencapaian target BKKBN. Keluarga dan anggota keluarga merupakan
sasaran utama kegiatan ini dengan melibatkan seluruh komponen dan organisasi
masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup keluarga. Penyusunan
IV Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat mendukung upaya mewujudkan
Keluarga Indonesia dan berkualitas dan berketahanan. Saya berharap perangkat
ini menjadi acuan utama dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, orientasi dan
kegiatan sejenis di lingkungan BKKBN Pusat, Provinsi, Kab/Kota seluruh Indonesia.
Akhirnya, kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan
komitmennya dalam menyusun perangkat pembelajaran ini saya ucapkan terima
kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah atas semua yang telah
kita lakukan.
Jakarta, Juni 2020
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian
dan Pengembangan,
									 Prof. Rizal Damanik, PhD.
V Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA PENGANTAR
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan karunia-Nya, penyusunan perangkat
pembelajaran Training of Trainers (TOT) ) Pelatihan Teknis
Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan
Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan
Keluarga Berencana bekerjasama dengan Direktorat Bina
Keluarga Balita dan Anak menyusun perangkat pembelajaran
ini dalam rangka mempersiapkan SDM yang kompeten guna
memfasilitasi dan memberikan informasi kepada Keluarga Indonesia mengenai
Pengasuhan Anak Usia Dini dalam rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok
BKB. Perangkat pembelajaran ini adalah acuan pengelolaan pelatihan untuk
menyelenggarakan Training of Trainers (TOT) ) Pelatihan Teknis Bina Keluarga
Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator Tingkat
Provinsi. Dengan mengacu kepada perangkat pembelajaran ini diharapkan setiap
penyelenggaraan pelatihan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan alumnus pelatihan yang berkualitas.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini.
Semogasegalaupayakitauntukmeningkatkankualitaspelatihandapatberkontribusi
dalam pembangunan keluarga Indonesia yang berkualitas. Semoga Tuhan Yang
Masa Esa memberikan berkah-NYA terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan.
Jakarta, Juni 2020
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan KB,
	
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
VI Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ......................................................................................................................I
KATA SAMBUTAN ..................................................................................................................III
KATA PENGANTAR	..............................................................................................................V
DAFTAR ISI ............................................................................................................................VI
☼ BAB I PENDAHULUAN	 ....................................................................................................1
A.Latar Belakang ...........................................................................................................2
B.Deskripsi Singkat .........................................................................................................3
C. Manfaat Modul...........................................................................................................3
D.Tujuan Pembelajaran .................................................................................................3
E.Materi Pokok dan Sub Materi Pokok .........................................................................4
F.Petunjuk Belajar ...........................................................................................................5
☼ BAB II ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI ..........................................................6
A.Pengertian dan Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini .....................................7
B. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini	.......................................................9
C. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini .............................10
D. Rangkuman..............................................................................................................11
E. Latihan ......................................................................................................................12
☼ BAB III STIMULASI GERAKAN KASAR DAN GERAKAN HALUS ANAK ..........................13
A.Pengertian gerakan kasar dan gerakan halus anak usia dini ............................14
B.Stimulasi gerakan kasar menurut tahapan perkembangan anak usia dini ........14
C.Stimulasi gerakan halus menurut tahapan perkembangan anak usia dini .......15
D.Rangkuman ...............................................................................................................17
E.Latihan ........................................................................................................................17
☼ BAB IV STIMULASI KOMUNIKASI AKTIF, KOMUNIKASI PASIF
DAN KECERDASAN ANAK USIA DINI ...........................................................................18
A.Komunikasi Efektif antara orang tua dan anak Balita ............................................19
B.Perkembangan kemampuan komunikasi pasif anak usia dini.............................21
C.Perkembangan Kemampuan Komunikasi Aktif Anak Usia Dini..........................22
D. Perkembangan Kecerdasan Anak Usia Dini	 ......................................................23
E. Rangkuman	 ............................................................................................................28
F. Latihan .......................................................................................................................28
VII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
☼BABVSTIMULASIMENOLONGDIRISENDIRIDANTINGKAHLAKUSOSIAL.......................29
A. Stimulasi menolong diri sendiri menurut tahapan perkembangan
anak usia dini............................................................................................................30
B.Stimulasi tingkah laku sosial menurut tahapan perkembangan
anak usia dini.............................................................................................................33
C.Rangkuman................................................................................................................35
D.Latihan	.......................................................................................................................36
☼ BAB VI DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI..........................................37
A. Pengertian deteksi dini tumbuh kembang anak usia dini.....................................38
B. Memantau tumbuh kembang anak usia dini dengan KKA...................................38
C. Cara melakukan deteksi dini dan mencari solusinya menurut
tahapan perkembangan anak usia dini................................................................42
D. Rangkuman...............................................................................................................43
E. Latihan........................................................................................................................43
☼ BAB VII PENUTUP ............................................................................................................44
A. Kesimpulan ...............................................................................................................45
B. Evaluasi .....................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................48
VIII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
MODUL
TUMBUH KEMBANG
ANAK USIA DINI
Tim Penyusun
Dra. Theodora Pandjaitan, M.Sc
Achmad Sopian, M.Pd
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
TAHUN 2020
1 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB I
PENDAHULUAN
2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
A. Latar Belakang
Mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar anak agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal. Kebutuhan dasar anak yang harus
dipenuhi orangtua yaitu kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan kasih sayang,
dan kebutuhan stimulasi. Pada modul ini, pembahasan akan lebih difokuskan pada
kebutuhanstimulasianak,yangdalampenerapannyajugadidukungolehkebutuhan-
kebutuhan dasar lainnya. Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan
dasar anak oleh lingkungan (ayah, ibu, anggota keluarga lain, pengasuh anak)
untuk mempercepat tumbuh kembang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
keterlambatan tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap
makhluk. Sejak dalam kandungan seseorang sudah mengalami proses pertumbuhan
meskipun tidak dapat diamati secara langsung. Pada masa balita, proses tumbuh
kembang terjadi sangat cepat dan dapat diamati dengan jelas. Pertumbuhan dan
perkembangan sebenarnya berjalan seiring artinya pertumbuhan menentukan
perkembangan dan sebaliknya.
Kata pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan secara bergantian
atau bersamaan. Ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian
perkembangan. Jadi bisa dikatakan bahwa Istilah tumbuh kembang sebenarnya
mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan. Pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat
sel, organ maupun individu. Dapat diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan lain-lain. Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur, termasuk aspek sosial atau emosional akibat pengaruh
lingkungan (Depkes et all, 2004).
Pada mata Diklat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Balita akan membahas
mengenai periode emas anak Balita, Pertumbuhan dan perkembangan anak
balita, ciri dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak balita Sehingga penyusunan modul pertumbuhan dan perkembangan anak
balita ini akan sangat berguna bagi para petugas lapangan dan kader program
Bina Keluarga Balita (BKB) dalam melakukan KIE pada masyarakat. Diharapkan
dengan tersedianya modul ini petugas lapangan dan kader akan lebih memahami
dan dapat mempelajarinya lebih mendalam sehingga tujuan program BKB dapat
tercapai sebagaimana mestinya.
KemudianuntukdapatlebihmemahamitentangPertumbuhandanperkembangan
anak balita, para petugas lapangan dan kader dapat mempelajarinya pada modul
3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Mata Diklat Pelaksanaan Pemantauan dan Rujukan Perkembangan Anak Balita
Menggunakan Kartu Kembang Anak (KKA).
B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas aspek perkembangan anak usia dini; stimulasi gerakan kasar
dan gerakan halus anak usia dini; stimulasi komunikasi aktif, komunikasi pasif dan
kecerdasan anak usia dini; stimulasi menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial;
deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak. Pembelajaran dilakukan dengan
metode ceramah, simulasi dan praktik.
C. Manfaat Modul
Modul sebagai bahan bacaan peserta pelatihan BKB HI EMAS, dapat dijadikan
rujukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak kepada para pengelola BKB khususnya dan para orang tua
yang mempunyai Balita.
D. Tujuan Pembelajaran
a. Hasil Belajar
	 Setelahmengikutipembelajaranini,pesertadiharapkanmampumempraktikkan
konsep tumbuh kembang Balita dan anak.
b. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat:
•	 menjelaskan aspek perkembangan anak usia dini;
•	 mempraktikkan stimulasi gerakan kasar dan gerakan halus anak usia dini;
•	 mempraktikkan stimulasi komunikasi aktif, komunikasi pasif dan kecerdasan
anak usia dini;
•	 mempraktikkan stimulasi menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial;
•	 menjelaskan deteksi dini tumbuh kembang anak usia dini
4 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
5 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
F. Petunjuk Belajar
Agar peserta pelatihan mudah memahami seluruh materi dalam modul ini, maka
strategi belajar adalah :
1.	 Memahami secara garis besar manfaat dari pertumbuhan dan perkembangan
anak balita
2.	 Memahami perbedaan pertumbuhan dengan perkembangan anak balita
secara umum.
3.	 Mengerjakan latihan – latihan yang ada dalam modul.
4.	 Pelajari materi dari yang paling mudah ke sulit, dari ringan ke berat dan dari
bagian keseluruhan.
5.	 Diskusikan bersama teman Anda dan tanyakan kepada Pengampu apabila
ada hal-hal yang kurang dimengerti.
6.	 Carilah referensi lain yang relevan untuk memperkuat pemahaman Anda.
6 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
BAB II
ASPEK PERKEMBANGAN
ANAK USIA DINI
Indikator Hasil Belajar:
setelah mempelajari BAB II ini, peserta diklat
diharapkan dapatmenjelaskan aspek perkembangan anak usia dini
7 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
A. Pengertian dan Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini
Mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar anak agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal. Kebutuhan dasar anak yang harus
dipenuhi orangtua yaitu kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan kasih sayang,
dan kebutuhan stimulasi. Pada modul ini, pembahasan akan lebih difokuskan
pada kebutuhan stimulasi anak, yang dalam penerapannya juga didukung
oleh kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Tahun pertama perkembangan anak
merupakan salah satu periode yang paling dinamis dan menarik. Terjadi banyak
perubahan besar dalam periode ini. Namun, setiap bayi memiliki kecepatan masing-
masing pada pertumbuhan. Karena itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk
mengenali pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat mendukung
dan mengoptimalkan setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak kita.
Perkembangan merupakan proses perubahan yang teratur dari satu tahapan
ketahapan selanjutnya, artinya perkembangan anak mencakup perkembangan
mental, kecerdasan, tingkah laku, budi pekerti sikap dan sebagainya.Apabila
diamati, anak berkembang melewati proses pematangan, berlangsung secara
bertahap dan dalam waktu tertentu. Kemampuannya meningkat dari sederhana
menjadi kemampuan yang lebih sulit. Kita tidak boleh memaksa anak untuk menjalani
proses perkembangan yang belum saatnya, seperti contoh: anak berkembang
dari mulai tengkurap, duduk, lalu selanjutnya bisa berdiri sendiri tanpa dibantu oleh
siapapun. Apabila anak memang belum bisa berdiri, namun dipaksa berdiri maka
akan berpengaruh pada pertumbuhan kakinya yang menjadi tidak wajar.
Pada lima tahun pertama merupakan periode penting karena proses
perkembangannya berjalan sangat cepat. Hasil perkembangan usia 5 (lima) tahun
ini merupakan landasan yang kokoh bagi perkembangan kepribadian selanjutnya.
Proses tahapan perkembangan yang terjadi pada anak usia 0-6 tahun
1.	Perkembangan Mental
	 Seorang bayi belajar dengan cara memandang, meraba, mencium bau dan
mengecap semua objek yang terjangkau. Menjelang akhir masa bayi, seorang
anak mulai bisa menyusun kata-kata menjadi kalimat. Pada usia 2 (dua) tahun
bayi dapat membuat generalisasi (penyamaan) sederhana terhadap 		
hal-hal sekitarnya. Anak mulai memperhatikan hal-hal kecil agar dia tidak mudah
bingung jika menghadapi benda, situasi atau orang. Kemampuan mental semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan berpikir dan melihat
hubungan antar kejadian.
2.	Perkembangan Psikososial
	 Perkembangan social pada masa bayi mempengaruhi hubungan sosial yang akan
berkembang pada masa depannya. Bayi memberikan reaksi sosial kepada orang
8 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
dewasa, misalnya tersenyum dan bersuara. Perkembangan psikososial meningkat
setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya sosialisasi antara anak dan teman
sebayanya. Hal ini ditandai dengan banyaknya waktu yang dihabiskan anak 		
untuk bermain.
	 Salah satu elemen dalam perkembangan psikososial adalah perkembangan
identitas ego. Identitas ego adalah pemahaman akan kesadaran diri yang
berkembang lewat interaksi social. Identitas ego kita terus berubah karena adanya
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam interaksi dengan
orang lain. Selain itu, pemahaman akan kompetensi juga memotivasi perilaku dan
tindakan. Masing-masing tahapan mengarahkan anak agar semakin kompeten
dalam suatu bidang kehidupan.
3.	Perkembangan Emosi
	 Pada waktu bayi waktu lahir, emosinya baru tampak dalam bentuk yang
sederhana, seperti marah, takut, penasaran, gembira dan sayang. Emosi ini
akan berkembang semakin kuat sehingga anak mudah terbawa oleh ledakan
emosional; dia akan sulit dibimbing dan diarahkan.
	 Seorang anak akan memiliki dasar yang kuat dalam perkembangan selanjutnya
jika dia dapat menangani perasaan pribadinya, memahami perasaan dan
kebutuhan orang lain, dan menjalin interaksi secara positif dengan orang lain.
Perbedaan dalam perkembangan social dan emosional adalah akibat dari
temperamen bawaan anak, pengaruh budaya, contoh perilaku yang ditiru
dari orang dewasa disekitarnya, tingkat rasa aman yang dirasakan anak dan
kesempatan yang timbul dari interaksi sosial.
	 Anak pada umur satu tahun baru saja belajar mengenal dan menangani
perasaan mereka. Mereka mengalami berbagai macam emosi dan tantrum
ketika lelah atau frustasi. Mereka juga menanggapi konflik dengan memukul,
menggigit, berteriak atau menangis. Anak umur satu tahun sedang belajar untuk
mendapatkan otonomi. Tidak heran mereka suka membantah dan berkata
“Tidak!” jika diberi saran atau nasihat dari orang dewasa. Terkadang mereka ingin
mengerjakan sendiri semua aktifitas yang dilakukan, namun setelah itu mereka
akan meminta tolong kepada orang dewasa.
4.	Perkembangan Psikoseksual
	 Sejak lahir, seorang bayi sebenarnya sudah belajar memahami jenis kelaminnya.
Bayi dibedakan jenis 	kelaminnya lewat pakaian yang dikenakan, mainan dan
perlakuan orang disekitarnya. Seorang anak yang melewati tahap psikoseksual
dengan baik, akan memiliki kepribadian yang sehat.
5.	Perkembangan Nilai Moral dan Spiritual
	 Anak-anakharusmeletakkandasar-dasarhatinuranisehinggadapatmembimbing
9 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
mereka untuk membedakan perilaku yang benar dan salah. Perkembangan
spiritual mencakup perkembangan pemahaman mereka mengenai diri, potensi
unik mereka, pemahaman akan kekuatan dan kelemahan 		 mereka,
serta kemauan untuk meraih kesuksesan. Ketika rasa penasaran mereka
mengenai diri sendiri dan tempat tinggal mereka di dunia meningkat, mereka
akan mencoba menjawab sendiripertanyaan-pertanyaan hidup yang mendasar.
Mereka mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sifat dan
sikap yang mereka butuhkan untuk merawat kesejahteraan batin.
	 Perkembangan moral meliputi kemampuan anak untuk memahami perbedaan
antara benar, salah, konflik moral, perhatian kepada orang lain dan kemauan
untuk melakukan hal yang benar. Mereka mampu dan bersedia merenungkan
konsekuensi tindakan mereka serta belajar untuk memaafkan diri sendiri serta
orang lain. Mereka mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pemahaman,
sifat serta perilaku yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan moral yang
bertanggung jawab serta bertindak berdasarkan keputusan itu.
B. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
1) Perkembangan Kemampuan Gerakan Kasar
	 Gerakan Kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian
besar otot tubuh dan 	biasanya memerlukan tenaga. Tujuan latihan gerakan kasar
adalah agar anak dapat terampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan
yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan
	lingkungannya.
2)	Perkembangan Kemampuan Gerakan Halus
	 Gerakan Halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan halus
tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi
	 perlu memusatkan perhatian (kerjasama) mata dengan anggota tubuh (tangan
dan kaki). Tujuan latihan gerakan halus adalah agar seorang anak kelak
dapat terampil dan cermat menggunakan jemarinya dalam kehidupan sehari-
hari, khususnya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti menulis atau
menggambar.
3)	Perkembangan Kemampuan Memahami Ucapan Orang Lain (Komunikasi Pasif)
	 Komunikasi Pasif adalah kemampuan memahami isyarat dan pembicaraan
orang lain. Tujuan latihan kemampuan mengerti isyarat pembicaraan adalah
agar anak dapat lebih mudah mengerti, menangkap dan memahami maksud
dan penjelasan orang lain.
4)	Perkembangan Kemampuan Berbicara (Komunikasi Aktif)
	 Komunikasi aktif adalah kemampuan menyatakan perasaan, keinginan dan
pikiran, baik melalui tangisan, gerakan tubuh isyarat, maupun kata-kata. Tujuan
10 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
latihan kemampuan dengan isyarat kata-kata agar anak mengungkapkan diri
dengan baik sesuai dengan tahapan usianya.
5)	Perkembangan Kemampuan Kecerdasan
	 Cerdas erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Cerdas artinya cepat
tanggap, cepat memahami, mampu dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu, menyelesaikan masalah sesuai dengan usianya dan mempunyai banyak
gagasan. Agar potensi kecerdasan anak dapat berkembang dengan optimal,
maka perlu dirangsang pertumbuhan dan perkembangannya sejak dalam
kandungan.
6)	Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri
	 Menolong diri sendiri adalah kemampuan dan keterampilan seorang anak untuk
melakukan sendiri kegiatan sehari-hari untuk dirinya sendiri agar secara bertahap
tidak bergantung pada orang lain. Tujuan latihan kemampuan menolong diri
sendiri adalah agar anak mampu melakukan sendiri kegiatan sehari-hari, sehingga
merasa percaya diri, berani dan tidak merepotkan orang lain.
7)	Perkembangan Kemampuan Bergaul (Tingkah Laku Sosial)
	 Bergaul berarti menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga maupun
dengan orang lain. Tujuan latihan kemampuan bergaul adalah agar anak dapat
mudah berkawan, tidak merasa canggung ketika memasuki lingkungan baru,
serta mengerti disiplin, sopan santun dan aturan-aturan yang ada, baik di dalam
rumah maupun di luar rumah.
C. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini
Beberapa faktor mendasar dalam proses perkembangan anak
1)	Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan. Seperti contoh: ada
anak yang lahir dengan memiliki penyakit bawaan asma. Apabila orang tua/
keluarga kurang memperhatikan hal tersebut, maka perkembangan kemampuan
dalam bersosialisasinya bisa terlambat.
2)	Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan adalah
faktor utama yang menentukan kecepatan pertumbuhan mental. Orang tua
dapat membantu perkembangan otak bayi dengan memberikan stimulasi
dan reaksi yang tepat. Stimulasi ini sangat penting pada tahun pertama dan
kedua anak, yaitu ketika bayi pertama kali mengenal dunia sekitarnya. Seperti
contoh: seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang kasih
sayang, terutama karena hubungan ayah ibunya kurang harmonis, maka proses
perkembangan kepribadiannya bisa terganggu. Anak akan lebih mudah murung
dan marah.
3)	Tumbuh kembang anak berjalan secara bertahap. Pada setiap tahapan
perkembangan selama tahun pertama hidupnya, seorang bayi akan
mengembangkanketerampilandankemampuanyangberbeda-beda.Orangtua
sangat penting untuk mengetahui dan mengenal tahap-tahap perkembangan
11 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
anak sehingga dapat melakukan beberapa aktivitas bersama anak untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan perkembangan fisik dan mentalnya. Seperti
contoh: seorang anak pada awalnya belajar bicara dengan meniru suara, lalu
meniru kata-kata ayah ibunya, dan pada akhirnya dapat menggunakan kata-
katanya sendiri.
4)	Setiap anak berkembang sebagai individu yang unik. Seperti contoh: ada anak
yang usia 1 (satu) tahun sudah dapat berbicara kalimat sederhana, namun ada
pula pada umur yang sama yang hanya baru bisa mengucapkan 1 atau 2 kata
sederhana.
D. Rangkuman
Perkembangan merupakan proses perubahan yang teratur dari satu tahapan
ketahapan selanjutnya, artinya perkembangan anak mencakup perkembangan
mental, kecerdasan, tingkah laku, budi pekerti sikap dan sebagainya. Apabila
diamati, anak berkembang melewati proses pematangan, berlangsung secara
bertahap dan dalam waktu tertentu. Kemampuannya meningkat dari sederhana
menjadi kemampuan yang lebih sulit.
Aspek-aspek perkembangan anak usia dini terdiri atas:
1.	 Perkembangan Kemampuan Gerakan Kasar
2.	 Perkembangan Kemampuan Gerakan Halus
3.	 Perkembangan Kemampuan Memahami Ucapan Orang Lain
	 (Komunikasi Pasif)
4.	 Perkembangan Kemampuan Berbicara (Komunikasi Aktif)
5.	 Perkembangan Kemampuan Kecerdasan
6.	 Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri
7.	 Perkembangan Kemampuan Bergaul (Tingkah Laku Sosial)
Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini terdiri atas:
1.	 Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan
2.	 Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
3.	 Tumbuh kembang anak berjalan secara bertahap.
4.	 Setiap anak berkembang sebagai individu yang unik.
12 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
QE. Latihan
1.	 Diskusikan dengan teman Anda bagaimana pertumbuhan dan perkembangan
Balita di lingkungan RT Anda!.
2.	 Lakukan pengamatan di wilayah RT Anda, apakah ada Balita yang terhambat
pertumbuhan dan perkembangannya? buatlah laporannya!
3.	 Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan untuk mendukung aspek
pertumbuhan dan perkembangan Balita, Diskusikan dengan teman Anda!
4.	 Kemukakan pendapat Anda, bagaimana meningkatkan kemampuan gerak
kasar anak Balita?
5.	 Buatlah simpulan dalam 1 paragraf faktor
13 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB III
STIMULASI GERAKAN KASAR DAN
GERAKAN HALUS ANAK
Indikator Hasil Belajar:
setelah mempelajari BAB III ini, peserta diklat diharapkan dapat
mempraktikkan stimulasi gerakan kasar dan gerakan halus anak Balita
14 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
A.Pengertian gerakan kasar dan gerakan halus anak usia dini
Para Pengelola BKB, perlu diketahui bahwa tahap pertumbuhan dan perkemban-
gan anak perlu didukung agar dapat mengoptimalkan seluruh kapasitas fisik mau-
pun mental yang dimiliki anak kita. Orang tua sebaiknya memanfaatkan masa emas
anak, yaitu usia 0-5 tahun secara optimal karena masa tersebut tidak akan terulang
kembali. Orang tua harus berperan aktif memberikan rangsangan/stimulasi pada
masa emas ini, baik dengan pemenuhan kebutuhan gizi, stimulasi fisik dan psikis.
Dengan memberikan stimulasi yang tepat maka anak dapat tumbuh dan berkem-
bang secara optimal.
Anak usia 0-12 bulan perlu mendapat stimulasi untuk dapat melakukan melatih
koordinasi seluruh anggota tubuhnya untuk mulai melakukan respon atau gera-
kan-gerakan dari mulai yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Seorang
anak mulai melakukan gerakan kasar dan gerakan halus. Gerakan Kasar adalah
gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot tubuh dan biasan-
ya memerlukan tenaga. Tujuan latihan gerakan kasar adalah agar anak dapat ter-
ampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan yang diperlukan untuk menyesuai-
kan diri dengan lingkungannya.
Sedangkan Gerakan Halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan ha-
lus tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi perlu memusatkan perhatian (ker-
jasama) mata dengan anggota tubuh (tangan dan kaki). Tujuan latihan gerakan
halus adalah agar seorang anak kelak dapat terampil dan cermat menggunakan
jemarinya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya untuk mengerjakan tugas-tugas
sekolah seperti menulis atau menggambar.
B. Stimulasi gerakan kasar menurut tahapan
perkembangan anak usia dini
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak oleh lingkungan
(ayah, ibu, anggota keluarga lain, pengasuh anak) untuk mempercepat tumbuh
kembang anak. Stimulasi ini perlu diberikan sejak konsepsi sampai kelahiran bayi ser-
ta pada masa perkembangannya. Orang tua dapat memberikan stimulasi dini yang
memadai yaitu dengan cara merangsang otak balita agar perkembangan motorik,
berbicara, berbahasa, bersosialisasi dan kemandiriannya dapat berkembang opti-
mal sesuai usia anak.
Stimulasi yang dapat diberikan orang tua untuk mengoptimalkan perkembangan
motorik kasar anak menurut tahapan perkembangan anak adalah:
15 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Ciri Perkembangan Motorik Kasar Anak Stimulasi yang dapat diberikan orang tua
A.	 Usia 1-2 Tahun
•	 Belajar berjalan mundur
•	 Belajar berjalan mengikuti garis lurus 	
•Melatih anak berjalan mundur dan mengikuti garis lurus
B.	 Usia 2-3 Tahun
•	 Melompat dengan dua kaki jatuh bersamaan
•	 Berdiri di satu kaki
•	 Melempar, menangkap dan menendang bola
•	 Melakukan gerakan sesuai irama
•	 Menaiki tempat tinggi
•	Berlari
•	 Mulai makan dan berpakaian sendiri
•Melatih anak untuk melompat dan berdiri satu kaki
•Mengajak anak bermain lempar, tangkap, tending dan kejar
bola
•Mengajak anak menari sambil mendengarkan music
•Mengajak anak menaiki tangga dengan kaki bergantian
C.	 Usia 3-4 Tahun
•	 Berlari dan meloncat menghindari rintangan
•	 Berdiri dengan satu kaki selama 5-10 detik
•	 Berjalan kearah depan dengan menggunakan
•	 tumit
•	 Melompat dengan satu kaki sebanyak 3-5 kaki
•	 Menangkap bola
•	 Berdiri dengan satu kaki
•Mengajak anak berlari dan meloncat sambil melompati benda
(misalnya balok)
•Mengajak anak berdiri dengan satu kaki bergantian
•Mengajak anak melompati kotak yang digaris dilantai dengan
satu kaki
•Mengajak anak bermain lempar dan tangkap bola
D.	 Usia 4-5 Tahun
•	 Naik dan turun tangga dengan berganti kaki
•	 Berlari lurus
•	 Berjalan di balok titian
•	 Melompat dengan satu kaki
•	 Melempar bola dengan memutar badan, memindahkan tump-
uan badan pada kaki tertentu, dan menangkap bola dengan
satu tangan
•	 Naik sepeda roda tiga
•	 Lompat ke belakang
•Bermain bersama anak sehingga anak mengembangkan ket-
erampilan fisiknya, seperti naik dan turun tangga sambil diawasi
bermain bola, bermain tali, naik sepeda bersama dan berjalan
di balok titian
E. Usia 5-6 Tahun
•	 Berdiri dengan satu kaki bergantian selama 10 detik
•	 Berjalan mundur dengan berjinjit sejauh 2 meter
•	 berlari dengan cepat dan stabil
•	 Lompat ke depan maupun mundur 5 kali berturut-turut
•	 Lompat tali 10 kali berturut-turut
•	 Lari ke depan sambil menendang bola
•	 Naik sepeda roda dua
•Sering beraktivitas bersama anak dengan mengajak anak ber-
jalan mundur, berjinjit, lomba lari, lompat tali, lompat dengan
satu kaki, menangkap, melempar dan menangkap bola
•Mengajari anak bersepeda roda dua
C. Stimulasi gerakan halus menurut tahapan
perkembangan anak usia dini
Berikan stimulasi/rangsangan untuk mengoptimalkan pertumbuhan otak. Semak-
in banyak stimulasi yang diterima, maka semakin banyak sambungan yang terjadi
antar sel-sel syaraf otak. Stimulus perlu disesuaikan dengan usia anak dan diberi-
kan lewat permainan dalam suasana yang menyenangkan, penuh kegembiraan
dan kasih sayang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan keterlambatan tumbuh
kembang anak.
Adapun stimuasi gerakan halus yang dapat diberikan orang tua pada anak
menurut tahap perkembangannya, yaitu:
16 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Ciri Perkembangan Motorik Halus Stimulasi yang dapat diberikan orang tua
A.	 Usia 0-6 bulan
•	 Mengisap putting ibu
•	 Memutar kepala saat leher atau mulutnya disentuh
•	 Mengomunikasikan dan mengekspresikan emosi
melalui berbagai cara, seperti menangis, memalingkan wajah,
dsb
•	 Mendengar berbagai suara, terutama suara ibu
•	 Melihat benda yang jaraknya 20-30 cm
•	 Mengikuti benda bergerak dengan 2 bola matanya
•	 Membedakan warna, setelah bayi berusia 2 bulan
•	 Membawa tangan ke mulut
•Merangsang pendengaran dengan mengajak bicara bayi
pada setiap kesempatan
•Merangsang penglihatan dengan mengajak bayi
tersenyum, peluk dan menimang bayi
•Berikan mainan warna kontras (hitam dan putih)
•Berikan mainan denganwarna primer (merah, biru, kuning)
•Merangsang taktil/perabaan bayi dengan mengusap ba-
gian tubuh bayi dengan sentuhan penuh kasih saying
B.	 Usia 6-12 bulan
•	 Mengangkat kepala dan tubuh bagian atas saat berbaring
tengkurap
•	 Mengikuti gerakan orang dengan mata
•	 Meraih benda
•	 Duduk tanpa bantuan
•	 Merangkak
•	 Berjalan beberapa langkah sambil berpegangan
•	 Memindahkan benda dari tangan kanan ke kiri atau sebaliknya
•Merangsang kemampuan motorik kasar dengan melatih
anak mendudukannya dengan menggunakan ganjal ban-
tal
•Setelah anak bisa duduk, maka dapat melatihnya untuk
merangkak dan berdiri dengan memegangnya
•Merangsang kemampuan motorik halus dengan mem-
berikan mainan dan meletakkan mainan yang menarik di
depan anak
C.	 Usia 1-2 Tahun
•	 Mampu menumpuk 2 benda atau lebih
•	 Mampu mengumpulkan benda di sebuah wadah
•	 Mampu menggunakan sendok
•	 Belajar memakai dan melepas baju sendiri
•	 Membuat coretan gambar
•Memberikan mainan dan wadahnya
•Melatih anak memegang dan menggunakan sendok
•Melatih anak memakai dan melepas baju sendiri
•Menyediakan kertas dan pensil
D.	 Usia 2-3 Tahun
•	 Meremas benda
•	 Menggenggam pensil atau krayon
•	 Mencorat-coret saat diberi pensil atau krayon
•	 Menggunakan gunting
•	 Menuang/memasukkan benda
•	 Memegang benda pipih/datar
•	 Melipat kertas
•Melatih anak untuk meremas dan merokok kertas
•Memberi contoh meronce manik-manik
•Mengajak anak belajar
•Menggunting dan melipat kertas
•Bermain memindahkan air, pasir, biji-bijian ke dalam wa-
dah seperti toples/baskom
E.	 Usia 3-4 Tahun
•	 Membuat menara dari 9-11 balok
•	 Membuat gambar lingkaran, garis, segi empat
•	 Menuang/memasukkan benda ke dalam wadah
•	Meronce
•	Menggunting
•Menyediakan permainan balok untuk anak
•Menyediakan kertas dan pensil
•Mengajak anak meronce dan menggunting
•Mengajak anak memasukkan air, pasir atau biji-bijian ke
dalam wadah seperti botol atau mangkok
F.	 Usia 4-5 Tahun
•	 Membuka dan memasang kancing baju tanpa bantuan serta
memakai baju sendiri
•	 Menjepit kertas dengan penjepit kertas dan merapikan lipatan
kertas dengan jari
•	 Mampu makan dengan menggunakan sendok dan garpu
•	 Meronce
•	 Menggunakan alat tulis untuk menggambar, mewarnai dan
menebalkan huruf
•Melatih anak untuk berpakaian dan makan sendiri
•Mengajari anak menjepit dan melipat kertas
•Mengajak anak menggambar dan mewarnai
•Mengajak anak bermain dengan balok
•Memberikan aktivitas yang memungkinkan anak untuk
memperkuat jari dan tangannya
G.	 Usia 5-6 Tahun
•	 Menggunakan pisau untuk memotong lilin/tanah liat
•	 Mengikat tali sepatu sendiri
•	 Memegang pensil dengan 3 jari secara tepat
•	 Meniru huruf
•	 Mewarnai dengan tidak keluar garis
•	 Menggambar bentuk segitiga, persegi panjang dan belah
ketupat
•Menyediakan kertas dan alat tulis serta gunting pada anak
•Bersana anak beraktivitas menggunting bentuk serta
menggambar, mewarnai dan meniru huruf/bentuk
17 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Q
D. Rangkuman
Anak usia 0-12 bulan perlu mendapat stimulasi untuk dapat melakukan melatih
koordinasi seluruh anggota tubuhnya untuk mulai melakukan respon atau gera-
kan-gerakan dari mulai yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Seorang
anak mulai melakukan gerakan kasar dan gerakan halus. Gerakan Kasar adalah
gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot tubuh dan biasan-
ya memerlukan tenaga. Tujuan latihan gerakan kasar adalah agar anak dapat ter-
ampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan yang diperlukan untuk menyesuai-
kan diri dengan lingkungannya.
Sedangkan Gerakan Halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan ha-
lus tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi perlu memusatkan perhatian (ker-
jasama) mata dengan anggota tubuh (tangan dan kaki). Tujuan latihan gerakan
halus adalah agar seorang anak kelak dapat terampil dan cermat menggunakan
jemarinya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya untuk mengerjakan tugas-tugas
sekolah seperti menulis atau menggambar.
E. Latihan
1.	 Amatilah perkembangan anak balita ketika meraih sesuatu apakah termasuk
gerakan halus atau kasar!
2.	 Bagaimana merangsang gerakan halus!
3.	 Bagaimana merangsang gerakan kasar!
4.	 Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana solusi agar gerakan halus anak
balita tidak terhambat?
5.	 Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana caranya orang tua memantau
perkembangan gerakan anak balita?
18 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
BAB IV
STIMULASI KOMUNIKASI AKTIF,
KOMUNIKAS PASIF DAN
KECERDASAN ANAK USIA DINI
Indikator Hasil Belajar:
setelah mempelajari BAB IV ini, peserta diklat diharapkan dapat
mempraktikkan stimulasi komunikasi aktif, komunikasi pasif dan
kecerdasan anak usia dini
19 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Dalam lima tahun terakhir, kasus keterlambatan bicara pada anak usia balita
meningkat signifikan dibandingkan kasus gangguan tumbuh kembang anak lainnya.
Penyebab utamanya adalah stimulus berupa komunikasi aktif dari orang tua kepada
anak yang kurang. Demikian diungkapkan Anggota Divisi Tumbuh Kembang Anak
Rumah Sakit Umum Dr Soetomo dr Ahmad Suryawan SpA(K), Minggu (18/1) di
Surabaya. Pada usia nol hingga enam tahun, anak mengalami perkembangan
dasar otak. Karena itu, anak harus selalu dirangsang untuk berkomunikasi aktif agar
sel-sel jaringan otaknya berkembang. Berdasarkan teknologi imaging otak yang
mampu merekam fungsi otak, antara usia nol hingga enam tahun anak memasuki
masa kritis perkembangan otaknya. Masa kritis adalah periode di mana jika pada
periode tersebut terdeteksi adanya gangguan dan tidak segera diketahui dan
ditangani dapat menyebabkan kelainan yang bersifat permanen. Orang tua
juga perlu mengetahui bahwa untuk mengembangkan kemampuan anak balita
dalam pertumbuhan dan perkembangannya maka harus dirangsang dengan
menggunakan alat atau media interaksi agar kemampuan berfikir, berbicara,
bergaul anak balita yang terpendam akan dapat dimunculkan dan dimanfaatkan
secara optimal.
A. Komunikasi Efektif antara orang tua dan anak Balita
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan melalui
bahasa, pembicaraan, mendengar, gerak tubuh atau ungkapan emosi. Sebuah
penelitian mengungkapkan bahwa 70% dari waktu bangun kita, digunakan
untuk berkomunikasi.Mulai dari bangun tidur, interaksi dengan anggota keluarga;
beraktivitas diluar rumah juga melibatkan komunikasi, yang menjadi pertanyaan
adalah apakah komunikasi yang kita lakukan tersebut apakah berhasil?dengan
kata lain, apakah sudah efektif komunikasi yang kita lakukan? Seberapa efektifkah
komunikasi yang telah dilakukan?
Secarasederhana,komunikasiefektifterjadiapabilaorangberhasilmenyampaikan
apayang dimasudkannya. Menurut Tubbs, (Yusrizal:2005) ”secara umum, komunikasi
dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh
pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan
dipahami oleh penerima.
Komunikasi antara orang tua dan anak pada dasarnya harus terbuka. Komunikasi
yang terbuka diharapkan dapat menghindari kesalahpamahan. Dalam batas-batas
tertentu sifat keterbukaan dalam komunikasi juga dilaksanakan dengan anak-anak,
yaitu apabila anak-anak telah dapat berpikir secara baik.
a. Tujuan Komunikasi Efektif
•	 Membangun hubungan yang harmonis dalam keluarga keterbukaan dan
mendengar
20 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
•	 Membuat keluarga mau bicara pada saat menghadapi masalah
•	 Membuat keluarga mau mendengar dan menghargai saat orang bicara
•	 Membantu keluarga menyelesaikan masalah
b. Hal apa yang sering dilakukan orang tua dalam berkomunikasi
•	 Lebih banyak bicara daripada mendengar
•	 Merasa lebih tahu banyak daripada lawan bicara
•	 Cenderung memberi arahan dan nasihat
•	 Tidak berusaha untuk mendengar dulu apa yang sebenarnya terjadi dan apa
yang dialami oleh lawan bicara
•	 Tidak memberi kesempatan agar orang lain mengemukakan pendapatnya
•	 Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami
•	 Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus
dilakukan
c. Kiat-kiat Berkomunikasi orang tua dengan anak
•	 Dengarkan dulu apa yang diungkapkan anak, untuk itu orang tua harus
Membuka dan menerima keadaan anak apa adanya
•	 Peka dan memperhatikan sungguh-sungguh ungkapan, percakapan, nada
suara, gerakan
•	 Sabar mau mendengar pernyataan anak.
•	 Jangan memutus pembicaraan anak
d. Pahami perasaan anak, orang tua harus :
•	 Mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan
•	 Pahami apa yang diharapkan, dipikirkan, dicemaskan anak
•	 Bantu anak untuk dapat memecahkan permasalahan dari sudut
pandang anak
•	 Gunakan bahasa tubuh dengan menepuk, membekai, mendekap.
e. Perhatikan inti pesan yang diungkapkan anak
f. Gunakan pesan “Saya” bukan pesan “Kamu”
•	 Usahakan untuk sejajar dengan anak waktu bicara
•	 Jongkok setinggi anak atau pangku agar seperti setinggi orang tuanya
•	 Pandang mata anak, ajarkan untuk menatap mata orang tuanya ketika
berbicara
•	 Bicara tenang dan pelan, jangan berteriak, kontrol emosi orang tua
•	 Gunakan kata2 sederhana yang mudah dipahami	
g. Kekeliruan dalam berkomunikasi
•	 Bicara tergesa-gesa
•	 Tidak kenal diri sendiri
•	 Lupa bahwa setiap individu itu unik
•	 Perbedaan antara kebutuhan dan kemauan
•	 Tidak membaca bahasa tubuh
21 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
•	 Tidak mendengar perasaan
•	 Menggunakan 12 gaya arogansi:
1)	Memerintah 	
2)	Menyalahkan
3)	Meremehkan
4)	Membandingkan
5)	Mencap/memberi label
6)	Mengecam
7)	Menasehati
8)	Membohongi
9)	Menghibur
10) Mengeritik
11) Menyindir
 
B. Perkembangan kemampuan komunikasi pasif anak usia dini
Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan
orang lain. Contoh; menengok kearah sumber suara, mengerti kalimat sederhana,
senang mendengarkan cerita, mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari
yang sederhana hingga yang lebih sukar.
1. Perkembangan Komunikasi pasif anak 0-1 tahun
•	 	Berekasi terhadap pembicaraan orang dengan melihat pembicara
•	 	Memberi reaksi terhadap bermacam-macam suara
•	 	Menengok ke arah datangnya suara
•	 	Memberi reaksi dengan gerakan terhadap perkataan yang disertai dengan
gerakan
•	 	Menghentikan kegiatan kalau mendengar ada perintah
2. Perkembangan Komunikasi pasif anak 1-2 tahun
•	 	Memberi reaksi tepat apabila ditanya “di mana”
•	 	Mengerti kata arti “ di dalam dan di bawah”
•	 	Menjalankan perintah untuk membawa benda yang dikenal dari ruangan lain
•	 	Mengerti kalimat sederhana paling banyak 2 kata saja
•	 	Mengerti dua perintah sederhana yang paling berhubungan
3. Perkembangan Komunikasi pasif anak 2-3 tahun
•	 	Menunjuk beda umum yang sudah dikenal apabila benda tersebut disebut
•	 	Dapat mengenal benda apabila diberitahukan kegunaanya
•	 	Mengerti bentuk pertanyaan “apa dan di mana”
•	 	Mengerti kata larangan “ tidak, jangan, bukan, tidak dapat”
•	 	Senang mendengarkan cerita yang sederhana dan minta diceritakan lagi
4. Perkembangan Komunikasi pasif anak 3-4 tahun
•	 	Mulai memahami kalimat yang memakai konsep waktu
22 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
•	 	Mengerti perbandingan dalam hal ukuran, membandingkan dua benda
•	 	Memahami konsep sebab akibat
•	 	Mengerti dan dapat melaksanakan 2-4 perintah/petunjuk yang ada
•	 	Mengerti kalau diberitahu
5. Perkembangan Komunikasi pasif anak 4-5 tahun
•	 Dapat mengikuti 3 perintah yang tak berhubungan dalam urutan yang tepat
•	 	Mengerti perbandingan sesuatu sifat dari benda/orang secara bertingkat (bi
asa-lebih-paling)
•	 	Mendengarkan cerita yang panjang
•	 	Menggabungkan perintah lisan ke dalam kegiatan
•	 	Mengerti kejadian-kejadian apabila diberitahu
C. Perkembangan Kemampuan Komunikasi Aktif Anak Usia Dini
Perkembangankemampuankomunikasiaktifyaitukemampuanuntukmenyatakan
perasaan dan keinginannya melalui tangisan, gerakan tubuh, maupun dengan
kata-kata. Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau bersama
orang lain. Agar dicapai saling pengertian maka diperlukan suatu komunikasi,
dimana bahasa merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaannya. Baik
komunikasi pasif maupun yang aktif, keduanya perlu dikembangkan yaitu dengan
cara melatih anak secara bertahap agar mau dan mampu berkomunikasi seperti
berbicara, mengucapkan kalimat-kalimat, menyanyi dan ungkapan verbal (lisan)
lainnya.
Berikut penjelasan singkat mengenai tahapan perkembangan komunikasi anak,
menurut Indonesian Pediatric Society.
• Usia 0-6 bulan
	 Menangis adalah cara komunikasi bayi pada saat lahir. Namun, pada usia 2-3
bulan, bayi sudah dapat membuat suara yang disebut cooing. Mendekati usia 6
bulan, bayi sudah mulai melakukan babbling (celotehan), dan dapat mengoceh
dengan suku kata sederhana. Selain itu, ocehan bayi pun disertai dengan ekspresi
wajah yang sesuai dengan emosinya. Sebaiknya waspada jika pada usia 6 bulan
bayi tidak mulai babbling.
• Usia 6-12 bulan
	 Pada awal usia ini, bayi mulai mengerti nama orang dan benda, serta sudah
mengerti konsep perbedaan ‘ya’ dan ‘tidak’. Selain itu, bayi pun dapat
mengucapkan kata-kata sederhana, seperti papa atau mama tanpa arti. Bayi
pun sudah mulai menyatakan keinginannya melalui isyarat. Pada usia 12 bulan,
bayi sudah mengerti sekitar 70 kata. Sebaiknya waspada, jika pada usia ini bayi
tidak menunjukkan ekspresi, dan tidak dapat menunjuk dengan jari.
• Usia 12-18 bulan
	 Kosakata anak akan bertambah dengan pesat pada usia 15 bulan, dan dapat
23 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
mengucapkan 3-6 kata dengan arti. Namun, pada saat usia 18 bulan, kosakatanya
dapat mencapai 5-50 kata, yang diucapkan anak untuk mengungkapkan
keinginannya. Sebaiknya Anda waspada, jika anak tidak mulai mengucapkan
kata-kata berarti pada usia 16 bulan.
•	 Usia 18-24 bulan
	 Pada rentang usia ini, anak akan memiliki kosakata baru dan senang
mendengarkan cerita. Pada usia 2 tahun, sekitar 50% bicaranya sudah dapat
dimengerti oleh orang lain. Sebaiknya Anda waspada, jika tidak ada kalimat 2
kata yang diucapkannya, yang dapat dimengerti orang dewasa pada saat usia
anak 2 tahun.
•	 Usia 2-3 tahun
	 Setelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak sudah dapat
dimengerti orang dewasa. Pada usia 3 tahun, anak sudah dapat menyebutkan
namaataubenda. Secaraumum,padausiaberapapun,sebaiknyabawalahanak
Anda ke dokter, agar lebih jelas mengenai pertumbuhan dan perkembangannya,
termasuk dalam hal kelancarannya belajar bicara. Jika anak Anda mengalami
salah satu tanda waspada di atas, sebaiknya segera hubungi dokter, dan meminta
pertolongan.
Otak si Kecil berkembang sangat pesat pada usia 1-2 tahun. Perkembangan otak
tersebut juga ditandai dengan meningkatnya kemampuan berbicara pada si Kecil.
Kemampuan bicara merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki si Kecil.
Dengan kemampuan berbicara, si Kecil akan belajar berkomunikasi.
Melalui komunikasi, anak dapat memperbanyak kosa kata dan mengembangkan
daya penerimaan dan juga daya ingatnya. Kelancaran berbicara anak pada usia
1-2 tahun juga menjadi tanda tumbuh kembang yang sehat, cerdas, dan pintar.
BagiorangtuakhususnyaIbupastinyakhawatirjikasiKecilmengalamiketerlambatan
dalam berkomunikasi atau berbicara. Penting bagi Ibu untuk mengetahui tahapan
perkembangan bicara si Kecil mulai usia 0-24 bulan
D. Perkembangan Kecerdasan Anak
Usia Dini
Pada anak Balita, kemampuan berpikir mula-mula
berkembang melalui kelima inderanya. Ia melihat
warna-warna, mendengar suara atau bunyi-bunyi,
mengenal rasa dan seterusnya. Daya pikir dan
pengertianmula-mulaterbataspadaapayangnyata
yang dapat dilihat dan dipegang atau dimainkan.
Kemudian berbagai konsep atau pengertian akan
dimiliki, seperti konsep tentang benda, warna, manusia, bentuk, dan lain-lain. Semua
24 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
konsep ini kemudian memungkinkan anak melakukan pemikiran-pemikiran ke tingkat
yang lebih tinggi, yang lebih abstrak dan majemuk.
Otak si Kecil berkembang sangat pesat pada usia 1-2 tahun. Perkembangan
otak tersebut juga ditandai dengan meningkatnya kemampuan berbicara pada
si Kecil. Kemampuan bicara merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki si
Kecil. Dengan kemampuan berbicara, si Kecil akan belajar berkomunikasi.Melalui
komunikasi, anak dapat memperbanyak kosa kata dan mengembangkan daya
penerimaan dan juga daya ingatnya. Kelancaran berbicara anak pada usia 1-2
tahun juga menjadi tanda tumbuh kembang yang sehat, cerdas, dan pintar.
BagiorangtuakhususnyaIbupastinyakhawatirjikasiKecilmengalamiketerlambatan
dalam berkomunikasi atau berbicara. Penting bagi Ibu untuk mengetahui tahapan
perkembangan bicara si Kecil mulai usia 0-24 bulan sebelum memberikan stimulasi
perkembangan bicara. Tahapan perkembangan bicara tersebut antara lain:
•	 Usia 0-3 bulan:
	 Si Kecil hanya mampu mengeluarkan suara 	
	 seperti menangis ataupun tertawa.
•	 Usia 4-6 bulan:
	 Si Kecil mulai bisa mengeluarkan kata 		
	 pengulangan seperti “Ma..ma” dan
	“Pa..pa”.
•	 Usia 7-8 bulan:
	 Si Kecil mulai mampu menggabungkan 		
	 beberapa kata untuk diucapkan. Misalnya, 	
	 “Mama makan”,
	 “Minum susu”.
•	 Usia 9-12 bulan:
	 Si Kecil mulai memiliki kemampuan berbicara aktif dengan menirukan apa 	
	 yang Ibu ucapkan.
•	 Usia 12-24 bulan:
	 Si Kecil sudah mampu berbicara dengan baik dengan perbendaharaan
kata 	 yang banyak dan telah bisa mengasah kemampuan berbicara sehingga Ibu
mengerti apa yang si Kecil katakan.
Setelah mengetahui bagaimana tahapan perkembangan berbicara si Kecil,
langkah yang harus orangtua khususnya Ibu lakukan adalah dengan memberikan
stimulasi yang tepat bagi perkembangan berbicara si Kecil. Berikut 4 hal yang dapat
memberikan stimulasi perkembangan berbicara anak usia 1-2 tahun:
1. Berkomunikasi
Mengajak si Kecil berkomunikasi akan membantu si Kecil menjadi anak yang
25 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
komunikatif. Ibu perlu mengajak si Kecil berkomunikasi sejak dini kapanpun dan
dimanapun. Perlu bagi Ibu untuk mengenalkan si Kecil dengan nama-nama benda
yang sedang si Kecil pegang ataupun benda yang ada di sekitarnya. Ibu juga
bisa mengajak si Kecil berkomunikasi dengan menceritakan semua kegiatan yang
tengah Ibu lakukan. Terapis wicara di Chicago, Pam Quinn, mengatakan teruslah
berbicara, walaupun tampak konyol karena bayi berusia di bawah 3 tahun belum
pandai menjawab dan menanggapi. Dengan berbicara kepada si Kecil, Ibu telah
mengajarkan si Kecil tidak hanya pada kemampuan berbicara namun juga pada
aspek sosial si Kecil.
2. Jadi “Role Model” Si Kecil
Menjadi “role model” si Kecil dapat dilakukan dengan memperbaiki kesalahan
kalimat yang mungkin saja salah diucapkan. Memperbaiki yang benar adalah
dengan cara merespon ucapan si Kecil dengan penggunaan kalimat atau kata
yang benar. Misalnya, saat si Kecil mengucapkan kata “cucu” untuk susu, Ibu bisa
membenarkannya dengan merespon “iya, ini susumu”. Hindari untuk mengoreksi
ucapannya dengan terang-terangan. Mengoreksi kata-kata si Kecil dengan terang-
terangan dapat membuatnya tidak nyaman dan membuatnya berpikir apa yang si
Kecil lakukan selalu salah di mata Ibu.
3. Bernyanyi dan Bercerita
Bernyanyi dan bercerita merupakan cara efektif yang dapat Ibu lakukan sebagai
stimulasi perkembangan berbicara si Kecil. Pasalnya, tak hanya memberikan
pelajaran pada perkembangan berbicara namun juga merupakan cara bermain si
Kecil yang menyenangkan.
Si Kecil pasti senang untuk diajak bernyanyi. Ibu dapat memilihkan lagu sederhana
yang mudah untuk diingat dan dihafalkan si Kecil. Ibu juga bisa mengajarkan si
Kecil bercerita tentang kesehariannya atau sekedar menceritakan cerita dongeng
kepadanya.
Bernyanyi dan bercerita mampu mengembangkan kosa kata berbahasanya
serta melatih daya ingatnya pada suatu hal salah satunya melalui lagu.
4. Instruksi dan Pertanyaan
Penting bagi Ibu untuk memberikan instruksi dan pertanyaan untuk mengasah
kemampuan berbicara si Kecil. Dengan memberikan instruksi kecil seperti “Dik,
ambilkan Ibu sendok makan”, si Kecil akan mengetahui kosa kata benda dan belajar
menanggapi seperti “Dimana?”, “Ini ya bu?”. Stimulasi lain juga dapat diberikan
melalui pertanyaan. Tanyakan hal-hal sederhana yang sekiranya mampu untuk si
Kecil tanggapi. Misalnya, “Adik tadi sore main dimana?”.“Adek mau makan?”, dan
sebagainya.
Stimulasi yang Ibu berikan melalui perkataan, akan si Kecil simpan dalam
26 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
memorinya dan suatu saat si Kecil akan meniru apa yang dia dengarkan, baik yang
diajarkan orangtua maupun lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penting juga
bagi Ibu untuk selalu mengajarkan si Kecil berbicara dengan kata-kata yang positif
dan tetap menjaga lingkungan si Kecil agar tetap kondusif.
Marikitatengokbersamamaknakatacerdasdankecerdasan.Cerdasberdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kondisi kemampuan anak dalam berpikir,
tajam berpikir, sempurna perkembangan akal budinya. Sedangkan kecerdasan
adalah kesempurnaan perkembangan akal budi dalam rangka menyelesaikan
persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Kecerdasan anak dapat diketahui sejak usia dini. Mereka akan memasuki usia
0-7 tahun ketika berada di dalam masa eksplorasi. Pada saat ini orang tua dapat
mengenali dan menggali potensi kecerdasan anak. Salah satu caranya adalah
dengan membebaskan anak untuk memilih aktivitas yang disenanginya. Pada
masa ini, anak-anak memasuki usia keemasan dimana perkembangan sel sarafnya
berkembang dengan pesat. Oleh karena itu, stimulasi oleh orang tua dan pendidik
sangat diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan anak.
“Kecerdasan seorang anak tidak semata-mata mampu berprestasi di bidang
akademik, mampu menyelesaikan persoalan sehari-hari dan menunjukkan
kemampuan yang gemilang dalam bidang spesifik juga menunjukkan kecerdasan
seseorang.” (Catherine Yusuf, M.Psi., Psi., CGA)
Kecerdasan anak yang kita kenal dapat berupa Intelligence Quotient (IQ)
yang merupakan kecerdasan tunggal dari individu yang pada dasarnya hanya
bertautan dengan aspek kognitif individu tersebut, Emotional Quotient (EQ) yang
merupakan kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, mengendalikan
diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan termasuk kerja sama dan kemampuan
bersosialisasi, serta Spiritual Quotient (SQ) yang merupakan kecerdasan untuk
mengetahui makna dan value, menempatkan perilaku dan hidup pada makna
yang lebih luas.
Berdasarkan cerita pada pembukaan tulisan ini, terdapat kecerdasan majemuk
pada diri kita masing-masing. Kecerdasan majemuk tersebut terdiri dari 8 jenis
kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner dalam Multiple Intellegence,
yaitu:
•	 Linguistic intelligence, kemampuan untuk menganalisa informasi yang
berhubungan dengan bahasa
•	 Logical-mathematical intelligence, kemampuan untuk berhitung dan
menyelesaikan masalah secara abstrak.
•	 Spatial intelligence, kemampuan untuk mengenali bentuk dan gambar spasial.
27 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
•	 Musical intelligence, kemampuan untuk menghasilkan, mengingat dan
membaca pola dari suara
•	 Bodily-kinesthetic intelligence, kemampuan untuk menggunakan tubuh untuk
membuat sesuatu.
•	 Naturalistic intelligence, kemampuan untuk dapat membedakan berbagai
macam jenis binatang dan tanaman dan beberapa cuaca.
•	 Interpersonal intelligence, kemampuan untuk memahami motivasi, keinginan,
dan kondisi emosi orang lain.
•	 Intrapersonal intelligence, kemampuan untuk memahami motivasi, keinginan,
dan kondisi emosi diri sendiri.
Semakin banyaknya jenis kecerdasan anak menyadarkan orang tua bahwa anak
itu tidak hanya pintar di satu bidang, tetapi mereka dapat memiliki kecerdasan di
berbagai bidang, tidak hanya di bidang eksak saja. Hal ini dapat membuat orang
tua untuk dapat mengenali kecerdasan dan bakat anak. Seringkali kita jumpai
pemaksaan yang dilakukan orang tua terhadap anak agar berkembang menurut
apa yang mereka sukai/inginkan. Padahal, anak akan berkembang lebih pesat
apabila diasah sesuai dengan bidang yang diminatinya.
Para orang tua hendaknya sering menghabiskan waktu bersama anak-anaknya
melalui kegiatan-kegiatan seru di dalam atau di luar rumah, saat liburan ataupun hari-
hari biasa. Kegiatan yang mampu mengoptimalkan kecerdasan dan memancing
anak untuk dapat menunjukkan bakatnya. Prinsip dalam menstimulasi kemampuan
anak adalah tanpa paksaan, bila perlu sambil bermain dan belajar sehingga anak
sadar dan berada di lingkungan yang kondusif untuk melatih kemampuannya.
Sampai saat ini, tidak ada indikator dan alat ukur yang jelas untuk mengukur
kecerdasan seseorang, kecuali untuk mengukur IQ. IQ dapat diukur melalui
serangkaian psikotest, tetapi hasilnya dapat berubah sesuai dengan usia manusia.
Ada beberapa tes yang dapat digunakan, antara lain Wechles Intellegence Scale
for children (WISC) yang digunakan mengukur kemampuan kognitif anak usia 5- 15
tahun, mengukur kemampuan verbal dan logika anak, tes IQ Fischer-Price, yaitu tes
yang digunakan pada anak usia enam bulan hingga satu tahun dan dilakukan pada
orang tua sang bayi. Mereka ditanya 10 pertanyaan mengenai perilaku dan respon
bayi terhadap beberapa situasi., dan Bayley Scales of Infant Development yang
dapat dilakukan pada bayi berumur 1 bulan hingga 42 bulan. Melalui serangkaian
tes IQ dan tes minat bakat, orang tua dapat mengetahui kecerdasan IQ anak serta
peminatan dan bakat mereka. Selain melalui pengukuran kecerdasan standard,
ada cara lain untuk mengetahui kecerdasan seseorang yaitu melalui pengamatan
yang dapat dilakukan oleh guru, pengasuh, dan seluruh anggota keluarga. Selain itu,
peran guru dan pengasuh serta lingkungan sekitar sangat penting dalam mendeteksi
kecerdasan anak sejak dini.
28 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Q
NahBu,pentingjugabagiIbuuntuktidakmembanding-bandingkankemampuansi
Kecil dengan anak lainnya. Perlu diketahui bahwa perkembangan dan pertumbuhan
setiap anak berbeda-beda. Namun, tetap usahakan stimulasi yang maksimal agar
tumbuh kembang si Kecil sesuai, cepat tangkap dan aktif bergerak.
E. Rangkuman
Secarasederhana,komunikasiefektifterjadiapabilaorangberhasilmenyampaikan
apayang dimasudkannya. Menurut Tubbs, (Yusrizal:2005)”secara umum, komunikasi
dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh
pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan
dipahami oleh penerima.
Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan
orang lain. Contoh; menengok kearah sumber suara, mengerti kalimat sederhana,
senang mendengarkan cerita, mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari
yang sederhana hingga yang lebih sukar.
Perkembangan kemampuan komunikasi aktif yaitu kemampuan untuk
menyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan, gerakan tubuh, maupun
dengan kata-kata. Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau
bersama orang lain.
Kecerdasan anak yang kita kenal dapat berupa Intelligence Quotient (IQ)
yang merupakan kecerdasan tunggal dari individu yang pada dasarnya hanya
bertautan dengan aspek kognitif individu tersebut, Emotional Quotient (EQ) yang
merupakan kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, mengendalikan
diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan termasuk kerja sama dan kemampuan
bersosialisasi, serta Spiritual Quotient (SQ) yang merupakan kecerdasan untuk
mengetahui makna dan value, menempatkan perilaku dan hidup pada makna
yang lebih luas.
F. Latihan
1.	 Amatilahperkembangankomunikasi pasif Balita di lingkungan keluarga Anda,
rekamlah apa yang disampaikan Balita tersebut!
2.	 Amatilah perkembangan komunikasi aktif Balita di lingkungan Anda, analisislah
perbendaanya dengan komunikasi pasif!
3.	 Bagaimana merangsang komunikasi pasif Balita!
4.	 Bagaimana merangsang komunikasi aktif Balita!
5.	 Kecerdasan Balita perlu diperhatikan dari dini, berikan alasannya!
29 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB V
STIMULASI MENOLONG DIRI
SENDIRI DAN
TINGKAH LAKU SOSIAL
Indikator Hasil Belajar:
setelah mempelajari BAB V ini, peserta diklat diharapkan
dapatmempraktikkan stimulasi menolong diri sendiri dan tingkah
laku sosial
30 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
A. Pengertian menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial
Proses belajar anak tidak hanya melalui latihan yang diberikan, tetapi juga den-
gan meniru tingkah laku orang dewasa atau anak yang lebih besar sehingga or-
angtua perlu menjadi teladan bagi anak. Salah satu hal yang bisa orangtua lakukan
adalah mengajarkan tentang bagaimana caranya bergaul dan bertingkah laku
yang sesuai dengan norma atau nilai yang dianut keluarga maupun masyarakat.
Kemampuan menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial diharapkan dapat mem-
bantu anak untuk menjadi pribadi yang mandiri, mudah bergaul, dan mudah be-
radaptasi dengan lingkungan.
Menolong diri sendiri adalah kemampuan dan keterampilan seorang anak untuk
melakukan sendiri kegiatan sehari-hari untuk dirinya sendiri. Proses anak dalam me-
nolong dirinya sendiri harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan agar ke-
mampuan menolong dirinya sendiri menjadi suatu kebiasaan yang menetap hingga
anak besar. Kemampuan menolong diri sendiri dapat membantu anak mengem-
bangkan keberanian dan kepercayaan dirinya sehingga orangtua harus memberi-
kan kesempatan kepada anak untuk menolong dirinya sendiri meskipun hasilnya
dirasakan kurang maksimal.
Sementara itu, tingkah laku sosial mudah dilihat melalui kemampuan anak dalam
bergaul dan menempatkan dirinya. Anak yang mampu bergaul adalah anak yang
mampu untuk menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga maupun
dengan orang lain.Tujuan melatih kemampuan bergaul adalah agar anak dapat
mudah berkawan, tidak canggung ketika memasuki lingkungan baru, serta men-
gerti disiplin, sopan santun, dan aturan-aturan, baik di dalam maupun di luar rumah.
B. Stimulasi menolong diri sendiri menurut tahapan
	 perkembangan anak usia dini
Usia (ta-
hun)
Tugas perkembangan
anak
Alat bantu Kegiatan Manfaat
0-1 Dapat menggunakan alat minum
(cangkir plastik/gelas plastik)
cangkir plastik/gelas
plastik
Memberi kesempatan anak untuk
menggunakan cangkir/gelas plastik
>>orangtua memberikan cangkir/gelas
plastik yang berisi minuman (air putih
atau susu) kepada anak dan men-
gajarkan cara memegang cangkir/
gelas tersebut kemudian meminumnya.
Kemudian orangtua mengajak anak un-
tuk minum bersama dari cangkir/gelas
masing-masing
meningkatkan
kemandirian
31 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Menyuap makanan sendiri Makanan dan alat
makan
Memberi kesempatan anak untuk ma-
kan sendiri
>>orangtua menyiapkan piring/
mangkok berisi makanan, anak diberi-
kan sendok yang aman bagi usianya.
Orangtua mencontohkan cara me-
megang sendok dan cara menyuapkan
makanan. Kemudian orangtua menga-
jak anak untuk makan bersama meng-
gunakan alat makan masing-masing
1-2 Mampu memakai dan melepaskan
pakaian sendiri
Pakaian(baju,cela-
na),sepatu,sandal
Memberi kesempatan kepada anak
untuk memakai baju sendiri
Melatih penanaman
nilai-nilai kemadirian
Mampu mencuci tangan sendiri Air yang
mengalir, sabun
Memberi contoh danmemberikanke-
sempatan kepada anak cara mencuci
tangan, misalnya sebelum makan (+
praktik 6 langkah cuci tangan
Melatih penanaman
niai-nilai kemandirian,
memahamipentingn-
yakebersihan tangan
Mampu belajar menggosok gigi
sendiri
Sikat gigi, pasta gigi Memberi contoh dan memberikan ke-
sempatan kepada anak untuk meng-
gosok gigi sendiri
>>orangtua mengajak anak untuk
menggosok gigi bersama, orangtua
menggunakan gosok gigi dewasa dan
anak diberikan gosok gigi anak-anak.
Orangtua mencontohkan bagaimana
cara menggosok gigi di depan anak
Melatih penanaman
niai-nilai kemandirian,
memahami penting-
nya
kesehatan gigi
2-3 Bisa mengatakan keinginan untuk
buang air kecil dan air besar
Kamar mandi,jam-
ban
Orangtua melatih cara buang air besar
dan buang air kecil, misalnya dengan
bertanya ke anak, “Kenapa kok perutn-
ya dipegangi? Mulas ya? Mungkin kamu
mau BAB, coba yuk ke kamar mandi”
Melatih anak untuk
menyampaikan ke-
inginan dan kebutu-
hannya serta menan-
amkan nilai disiplin
Makan menggunakan sendok tan-
pa tumpah
Sendok dan perala-
tan Makan
Ketika anak mulai mampu dan terbiasa
menyuap makanan sendiri, orangtua
perlu memperhatikan apakah anak
mampu menyuap tanpa tumpah. Jika
masih tumpah, orangtua mendampingi
anak dan me-reward anak misal den-
gan pujian ketika berhasil melakukan-
nya. Pun bila masih belum mampu,
orangtua tetap memuji karena anak
sudah berusaha.
Meningkatkan ke-
mampuan anak da-
lam mengenali benda
dan menggunakan
sesuai fungsinya
Menuang minuman dariceret/
teko/kendi/botol ke gelas
Ceret/teko/kendi/
botol, gelas/cangkir
Ajari anak menuang air dari teko atau
botol ke dalam gelas. Bila sudah ter-
ampil, biarkan anak melakukannya
sendiri(tanpa dibantu)
Meningkatkan ke-
mampuan anak da-
lam mengontrol ger-
akan-gerakan halus,
melatih kepercayaan
diri, kesabaran, dan
kemandirian
Mencuci tangan, kaki, dan men-
geringkannya
Air, sabun, serbet, tis-
sue, pemutar
Kran, keset
Biasakan anak untuk mencuci tangan
sesuai dengan langkah-langkahnya
dan mengeringkannya, misalnya sebe-
lum dan sesudah makan. Orangtua
dapat juga sekaligus mengajarkan
anak untuk mencuci kaki setelah ber-
main di luar dan sebelum tidur
Meningkatkan ke-
mampuan anak untuk
menjaga kebersihan
dan kesehatan diri
3-4 Mengangkat piring dan gelas kotor
sisa makanan/minumannya ke
tempatnya
Piring dan gelas kotor Ajari anak untuk terbiasa meletakan pir-
ing atau gelas sehabis makan ke tem-
patnya
Melatih kepercayaan
diri, kesabaran, dan
kemandirian
32 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Cuci tangan dan kaki tanpa dib-
antu
Sabun, air mengalir Biasakan anak untuk mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan dan kaki
sebelum tidur sendiri tanpa dibantu
Melatih hidup bersih
dan disiplin
Memakai sendiri sandal/sepatu
tanpa tali
Sandal atau sepatu
tanpa tali
Melatih anak untuk dapat memakai
sandal/sepatu tanpa tali
Melatih kepercayaan
diri, kesabaran, dan
kemandirian
4-5 Memegang garpu dan sendok
dengan jari-jari
Garpu, sendok, dan
makanan
Menggunakan garpu dan sendok ketika
makan
Kemandirian dan mo-
torik halus
Menggunakan pisau Makanan, pisau Melatih anak memegang pisau dan
menggunakannya
M e m p e r k e n a l k a n
cara memegang dan
menggunakan pisau
Melepas pakaian yang tidak ber-
kancing
Pakaian Beri kesempatan anak untuk membuka
pakaian sendiri tanpa dibantu
Melatih koordinasi tan-
gan dan mata
Berpakaian sendiri secara mandiri Pakaian Beri kesempatan anak untuk berpaka-
ian sendiri, bila belum mampu, orangtua
dapat membimbing
Melatih koordinasi
mata dan tangan,
kemandirian, percaya
diri
Mengikat tali sepatu Sepatu bertali • Tunjukkan dengan contoh bagaima-
na caranya membuka tali sepatu
• Ulangi beberapa kali sampai anak
dapat mengerjakannya sendiri dengan
benar
Melatih koordinasi
tangan dan mata, ke-
mandirian
Berusaha membuat pita tali sepatu Sepatu bertali Contohkan kepada anak membuat pita
pada tali sepatu dan beri kesempatan
baginya untuk mencoba membuatnya
Melatih keterampilan
tangan
Belajar cebok sendiri Air Ajari anak untuk membersihkan diri
setelah BAB/BAK, orangtua bisa mem-
bantu menuangkan air dan anak yang
membersihkannya
Melatih kebersihan
diri, kemandirian
Mengeringkan badan setelah man-
di
Handuk Ajari anak menggunakan handuk untuk
mengeringkan badan setelah mandi
Melatih kebersihan
diri, kemandirian
5-6 Dapat memakai pakaian yang ber-
kancing secara mandiri
Pakaian berkancing Ajari anak untuk memakai pakaian
sendiri
Melatih kemampuan
anak dan kemandi-
rian
Membuat pita tali sepatu Sepatu bertali Beri kesempatan anak membuat pita
pada tali sepatu
Melatih kemampuan
dan kreativitas
Toilet training(menyiram WC, cebok
sendiri, mengeringkan, dan meng-
gunakan celana dalam sendiri)
- Ajari anak cara mengambil air dengan
baik dan menyiram bagian badannya
agar bersih dari kotoran. Berikan lap un-
tuk mengeringkannya dan minta anak
memakai kembali pakaiannya
Melatih kemandirian
Mandi sendiri Air, sabun, handuk,
gayung
Beri kesempatan anak untuk mandi
sendiri dengan mengajari anak untuk
menggosok badan dengan sabun,
membersihkan dengan air, dan men-
geringkan badan dengan handuk
Melatih kemandirian
Berani dalam suasana baru tanpa
didampingi orangtua atau pen-
gasuh
- Kenalkan anak pada lingkungan baru
dan beri kesempatan ia untuk berad-
aptasi
Melatih kemandirian
dan keberanian
33 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
C.Stimulasi tingkah laku sosial menurut tahapan
	 perkembangan anak usia dini
Usia (ta-
hun)
Tugas perkembangan
anak
Alat bantu Kegiatan Manfaat
0-1 Tersenyum dan kontak mata den-
gan orang lain
Orangtua dan orang
lain belum dikenal
Orangtua mengenalkan anak kepada
orang lain
Meningkatkan hubu-
ngan dengan orang
lain dengan rasa
aman
Menunjukkan rasa sayang kepada
orang lain, boneka, atau mainan
Mainan, boneka,
orang, binatang
Orangtua mencontohkan dengan me-
meluk boneka, orangtua memeluk/
mengelus anak, orangtua bersama
anak memberi makan atau mengelus
hewan peliharaan
Menumbuhkan rasa
kasih sayang, men-
ingkatkan kepekaan/
kepedulian anak ter-
hadap orang lain/bi-
natang
1-2 Mengenali dirinya sendiri melalui
kaca cermin
Cermin Mengajak anak untuk mengenal diri
sendiri melalui cermin
mengajak anak bercermin sambil ber-
tanya “itu ada siapa?”
Meningkatkan pema-
haman tentang dir-
inya
Menunjukkan rasa takut terhadap
tempat baru dan orang asing
T e m p a t / s u a s a n a
baru, orang-orang
lain
Mengajak anak ke tempat/suasana
baru dan memperkenalkan anak kepa-
da orang-orang lain
Meningkatkan ke-
mampuan menyesuai-
kan diri terhadap tem-
pat baru/orang asing
Mengetahui mana yang menjadi
miliknya atau bukan
Mainan, benda-ben-
da sekitar
Menyampaikan dan mengenalkan ke-
pada anak mainan/benda yang men-
jadi miliknya dan bukan miliknya
Meningkatkan ke-
mampuan anak da-
lam memahami nor-
ma sosial
2-3 Mampu mengenali teman laki-laki
dan perempuan
Boneka, teman se-
baya
Mengenalkan perbedaan antara la-
ki-laki dan perempuan dengan bermain
bersama teman laki-laki dan peremp-
uan atau bermain boneka
Mengenal perbedaan
Mampu bekerja sama dengan
teman
Teman sebaya dan
alat permainan
Bawa anak mengamati anak-anak lain
yang sedang bermain dan beri kesem-
patan anak untuk bergabung dengan
anak-anak lain
Meningkatkan rasa
kebersamaan
Mengenali jenis perasaan diri sendi-
ri dan orang lain
Ekspresi diri dan
orang lain, buku cer-
ita, nyanyian
Bercerita, bernyanyi, dan merangsang
anak untuk mengatakan perasaannya,
misalnya dengan “kalau adik ketawa,
adik merasa senang ya, “adik kok cem-
berut? Adik sedih ya denger lagunya”,
“mainannya kenapa dibanting-bant-
ing? Adik marah?”
Belajar mengenali dan
mengelola emosinya
3-4 Bermain dengan teman Sebaya Teman sebaya dan
alat permainan
• Beri kesempatan pada anak untuk
bermain dengan teman sebayanya
• Sediakan beberapa jenis permainan
yang bias dipergunakan bersama-sama
• Biasakan anak untuk meminta ijin jika
akan meminjam mainan temannya dan
harus mengembalikannya
• Ajarkan anak untuk mengikuti aturan
permainan
Melatih anak berso-
sialisasi, berkomunikasi
dan mengenal nor-
ma(kejujuran,sportivi-
tas,dll) serta percaya
diri
Menunggu giliran Menunggu giliran	
Permainan berkelom-
pok
Biasakan anak untuk menunggu giliran
ketika bermain sesuai dengan aturan
permainan
Melatih disiplin, kesa-
baran, dan menghar-
gai orang
34 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Bisa memberi dan menerima Makanan, mainan,
buku cerita, dll
•Ajarkan anak untuk mau berbagi
makanan, mainan, buku cerita dll
•Pujilah anak bila mau berbagi
Melatih anak untuk
menghargai dan
memahami kebutu-
han orang lain
Bisa bergaul dengan orang yang
lebih dewasa atau orang tua
- Ajaklah anak mengunjungi keluarga
atau tetangga dan perkenalkan anak
pada orang lain misalnya tamu, te-
tangga
Melatih anak meng-
hormati/sopan santun
dan berkomunikasi
dengan orang lain
yang lebih tua
4-5 Mulai menyadari akan perilaku baik
dan buruk
Contoh keteladan,
buku dongeng
Ajarkan anak memahami perilaku baik
dan buruk dengan memberi contoh ket-
eladanan
Mengetahui perbe-
daan perilaku baik
dan buruk dan men-
gajarkan norma
Menunjukkan dengan cara sopan
emosi yang dirasakan anak
Permainan berkelom-
pok
Biasakan anak untuk menunjukkan
tingkah laku sopan bila sedang marah,
kesal, dan gagal, misalnya orangtua
mendekati anak dan berkata “kamu
lagi kesal ya? Sini, duduk dulu, yuk am-
bil nafas bareng sampai rasa nggak
nyaman di dadamu mulai berkurang.
Gimana?”
Melatih mengendali-
kan emosi
5-6 Dapat menjalin persahabatan
yang erat dengan teman sebaya
Permainan yang bisa
dimainkan bersama
teman-teman se-
baya atau di dalam
kelompok
•Memfasilitasi anak untuk bergaul/ber-
sosialisasi dengan teman sebaya
•Membimbing anak untuk bergaul/ber-
sosialisasi dengan teman sebaya
•Membimbing anak untuk mampu
membedakan mana yang menjadi mi-
liknya dan milik orang lain
•Bermain bersama seperti ular naga
atau ular tangga
•Bermain siapa cepat dia dapat den-
gan musik: ada 5 kursi tetapi jumlah
anak ada 6, lalu ketika musik dimatikan,
anak yang tidak dapat kursi keluar dari
permainan. Lakukan sampai kursi yang
tersisa tinggal satu dan ada dua anak
•Mengenali berbagai
macam ekspresi, em-
osi
•Mengenali aturan
main
•Anak lebih ramah,
senang bergaul, lebih
percaya diri
•Belajar mengatasi
konflik ketika mengh-
adapi masalah
•Belajar toleransi dan
empati
•Bekerja sama/tidak
egois
•Belajar kepemimp-
inan
Memilih pertemanan yang memiliki
minat sama
Berbagai jenis
mainan, misaln-
ya mobil-mobilan,
masak-masakan, dll
Berikan kesempatan pada anak untuk
bermain secara kelompok, berdasar-
kan minat yang telah mereka tentukan
sendiri
• Mulai mengidenti-
fikasi diri sendiri den-
gan tokoh tauladan
• Bekerja sama
Mulai mengenali berbagai macam
budaya berdasarkan tampilan fisik
Buku cerita, dongeng
dari berbagai daer-
ah
•Menceritakan dongeng-dongeng dari
berbagai daerah
•Melatih anak untuk membedakan
berbagai jenis suku yang ada di Indo-
nesia
•Memperlihatkan foto-foto orang dari
berbagai macam budaya
•Menanamkan cinta
tanah air
•Meningkatkan cinta
kepada Tuhan YME
•Belajar menghargai
perbedaan
Mulai mengenali mana yang baik
dan buruk berdasarkan nilai bu-
daya dan agama
Buku cerita yang
mengenalkan nilai-
nilai keagamaan
dan kebudayaan
•Orangtua dan anak melakukan ritual
keagamaan bersama (berdoa, shalat,
ke gereja, membaca kitab suci)
•Memberikan contoh kepada anak
tentang hal-hal yang dilakukan oleh
anak (hormat, santun, terbiasa mengu-
cap salam, berdoa, mencintai Tuhan
dan ciptaan-Nya)
Anak belajar mem-
bedakan berbagai
macam perilaku
beserta konsekuen-
si yang mungkin
ditemuinya di lingkun-
gan sekitar
35 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Bersemangat untuk ikut aktivitas
dan aturan di kelas
- Beri kesempatan anak mengikuti ke-
giatan di kelas dan mendorong anak
supaya selalu bersemangat dalam set-
iap aktivitas dengan teman
Membangun kebersa-
maan
Ingin menjadi mandiri seperti orang
dewasa
- beri kesempatan anak melakukan ke-
giatan sendiri tanpa dibantu saat ia ber-
tingkah laku seperti orang dewasa
Melatih kemandirian
anak
Meminta maaf untuk kesalahan
yang diperbuat
- Biasakan anak meminta maaf apabila
melakukan kesalahan
Melatih kesabaran
atas kesalahan yang
diperbuat baik sen-
gaja maupun tidak
disengaja
Mau menolong teman
- Saat bermain, ajarkan anak membantu
temannya jika diperlukan
Melatih empati dan
kasih sayang
Bekerja sama dalam kelompok ke-
cil
Alat permainan Beri kesempatan anak untuk bekerja
sama dengan teman-temannya, mel-
alui bermain bersama. Apabila anak
enggan, orangtua dapat mendampingi
anak saat bermain
Melatih anak mengi-
kuti aturan main, mel-
atih kerja sama
D.Rangkuman
Menolong diri sendiri adalah kemampuan dan keterampilan seorang anak untuk
melakukan sendiri kegiatan sehari-hari untuk dirinya sendiri. Proses anak dalam me-
nolong dirinya sendiri harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan agar ke-
mampuan menolong dirinya sendiri menjadi suatu kebiasaan yang menetap hingga
anak besar. Kemampuan menolong diri sendiri dapat membantu anak mengem-
bangkan keberanian dan kepercayaan dirinya sehingga orangtua harus memberi-
kan kesempatan kepada anak untukmenolong dirinya sendiri meskipun hasilnya
dirasakan kurang maksimal.
Sementara itu, tingkah laku sosial mudah dilihat melalui kemampuan anak dalam
bergaul dan menempatkan dirinya. Anak yang mampu bergaul adalah anak yang
mampu untuk menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga maupun
dengan orang lain.Tujuan melatih kemampuan bergaul adalah agar anak dapat
mudah berkawan, tidak canggung ketika memasuki lingkungan baru, serta men-
gerti disiplin, sopan santun, dan aturan-aturan, baik di dalam maupun di luar rumah.
36 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
QE. Latihan
Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana meningkatkan kemampuan menolong
diri sendiri pada Balita!
1.	 Analisislah jika ditemukan anak “suka” bertengkar dengan teman-temannya,
bagaimana tingkah laku sosialnya!
2.	 Lakukan wawancara kepada orang tua yang mempunyai Balita, bagaimana
tahap anak bergaul dengan teman-temannya!
3.	 Amati bagaimana sesorang Balita bangkit jika terjatuh dari tempat bermainn-
ya!
4.	 Berikan contoh stimulus untuk meningkatkan jiwa sosial anak!
37 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB VI
DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG
ANAK USIA DINI
Indikator hasil belajar:
setelah mempelajari BAB VI ini, peserta diklat diharapkan mampu
menjelaskan deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak
38 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
A. Pengertian deteksi dini tumbuh kembang anak usia dini
Orangtua perlu memantau tumbuh kembang anak secara terus menerus. Hal
tersebut salah satunya dilakukan untuk mendeteksi sejak dini adanya kemungkinan
kelainan pada anak sehingga dapat lebih cepat diambil langkah-langkah antisipa-
tif. Sebagai contoh, pada usia tiga tahun anak belum bisa memegang pensil, pada-
hal semestinya motorik halus anak sudah berkembang.Bila hal ini terjadi, orangtua
perlu berkonsultasi dengan tenaga profesional.Jika memang terjadi gangguan tum-
buh kembang, kemungkinan perlu diberikan stimulasi tambahan melalui terapi. Or-
angtua juga perlu menerima kondisi anak sepenuhnya dan perlu selalu mendukung
anak.
B. Memantau tumbuh kembang anak usia dini dengan KKA
Pengisian KKA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
39 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
40 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
41 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
42 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
C. Cara melakukan deteksi dini dan mencari solusinya
menurut tahapan perkembangan anak usia dini
KKA menjadi salah satu alat bagi orangtua untuk memantau perkembangan anak.
apabila umur anak sudah melampaui garis merah KKA dan belum dapat melaksan-
akan suatu tugas perkembangan tertentu atau dengan kata lain titik perpotongan
garis datar tugas dan garis tegak umur (bulan) berada di bawah garis merah, maka
anak cenderung mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas perkembangan-
nya pada umur tertentu.
Apabila orangtua kesulitan menangani hal tersebut, maka orangtua dapat men-
yampaikannya kepada kader BKB. Namun, bila solusi dirasakan belum maksimal,
maka kader dapat merujuk ke bidan, Puskesmas terdekat, rumah sakit, dokter,
psikolog, tenaga pendidik, atau ahli tumbuh kembang lainnya.
Proses Rujukan Program BKB adalah sebagai berikut:
1.	Tingkat Keluarga:
	 Rujukan dimulai dari tingkat keluarga, dengan cara mengembangkan kemamp-
uan keluarga (khususnya ayah dan ibu) untuk:
	 a.	 berinteraksi dengan balita
	 b.	 memantau tingkat perkembangan anaknya dengan KKA dan
		 membahas hasilnya dengan kader BKB dan Kader Posyandu
	 c.	 memberikan stimulasi sederhana sesuai tingkat perkembangannya
2.	Apabila keluarga belum dapat menanganinya, maka kader BKB dan Posyandu
melanjutkan rujukan berdasarkan hasil KKA.
3.	Apabila ternyata tidak dapat ditangani oleh kader di tingkat kelompok atau Po-
syandu, rujukan diteruskan ke Puskesmas terdekat dengan menggunakan surat
pengantar rujukan (Lampiran 1).
4.	Setelah ditangani oleh para petugas kesehatan di Puskesmas, petugas tersebut
43 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Q
memberikan surat keterangan (Lampiran 2), apabila penanganannya sudah di-
anggap selesai.
5.	Apabila memerlukan penanganan lebih lanjut, petugas Puskesmas merujuk ke
Klinik/RS Tumbuh Kembang Anak, ke RSU Tk. I, serta rujukan lain di lingkungan pe-
layanan kesehatan, menggunakan sistem rujukan yang ada dalam sistem kese-
hatan tersebut.
D. Rangkuman
Orangtua perlu memantau tumbuh kembang anak secara terus menerus. Hal
tersebut salah satunya dilakukan untuk mendeteksi sejak dini adanya kemungkinan
kelainan pada anak sehingga dapat lebih cepat diambil langkah-langkah antisi-
patif. Memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan kartu kembang
anak (KKA) dilakukan untuk mengetahui tahap-tahap pertumbuhan dan perkem-
bangan anak. KKA menjadi salah satu alat bagi orangtua untuk memantau perkem-
bangan anak. apabila umur anak sudah melampaui garis merah KKA dan belum
dapat melaksanakan suatu tugas perkembangan tertentu atau dengan kata lain
titik perpotongan garis datar tugas dan garis tegak umur (bulan) berada di bawah
garis merah, maka anak cenderung mengalami kesulitan dalam melaksanakan tu-
gas perkembangannya pada umur tertentu.
E. Latihan
1.	 Coba amati bagimana kader BKB mendeteksi pertumbuhan dan perkemban-
gan anak Balita dengan menggunakan KKA!
2.	 Bagaimana solusi apabila ditemukan Balita di bawah garis merah?
3.	 Praktikkan cara menggunakan KKA yang baik dan benar lalu buatlah rekaman
videonya secara singkat!
4.	 Simpulkan dari kelompok BKB di wilayah binaan Anda, adakah Balita yang
masih di bawah garis merah?
5.	 Apa saran Anda kepada orang tua yang mempunyai Balita untuk secara kon-
tinyu memeriksa tumbuh kembang anak dengan KKA?
44 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
A. Kesimpulan
Dapat dikatakan bahwa masa balita adalah periode keemasan dimana orangtua
mempunyai kesempatan yang paling tepat untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki anak secara optimal. Periode emas merupakan suatu periode yang hanya
akan dialami satu kali dalam rentang kehidupan manusia dan merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam suatu siklus.
Setiap keluarga diharapkan menjadi orangtua yang bertanggung jawab yaitu
dengan merencanakan jumlah anak, dan melahirkan pada usia yang tepat. Untuk
mengembangkan potensi anak secara optimal maka orangtua perlu merangsang
perkembangan balita sesuai dengan tingkat usianya.
Pertumbuhan dan perkembangan anak balita pada dasarnya mencakup 2 per-
istiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan. Pertumbuhan berkaitan den-
gan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ mau-
pun individu. Dapat diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang, dan lain-lain. Perkembangan adalah bertambahnya ke-
mampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur, termasuk aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan (Depkes
et all, 2004).
BAB VII
PENUTUP
45 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
QB. Evaluasi
Evaluasi Sumatif
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih a, b, c, d atau e pada jawaban yang
tepat!
1. Seorang Balita menampakan wajah tersenyum pada orang yang dilihatnya mer-
upakan tahap perkembangan aspek…
a.	mental
b.	psikososial
c.	spiritual
d.	psikoseksual
e.	Emosi
2.	Sorang Balita dapat memahami aspek psikoseksualnya dari hal-hal…
a. makanan yang dimakan
b. minuman yang diminum
c. pakaian yang dipakai
d. ruangan yang dipakai
e. Alat makan yang dipakai
3.	Tujuan latihan gerakan kasar adalah…
a.	agar anak dapat terampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan
b.	agar anak dapat cepat berbicara
c.	agar anak mudah bermain dengan teman-temannya
d.	agar anak mudah menerima nasihat
e.	agar anak berani berbuat
4.	Contoh stimulasi dengan memberikan mainan warna kontras (hitam dan putih)
untuk melatih…
a.	gerakan halus dan kasar
b.	berbicara
c.	bermain
d.	berjalan
e.	belajar
5.	Gerakan menulis contoh gerakan…
a.	gerakan stimulan
b.	gerakan kasar
c.	gerakan halus
d.	gerakan majemuk
e.	gerakan kompleks
46 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
6.	Hal-hal perlu dilakukan orang tua dalam berkomunikasi terhadap anak,
	 di antaranya…
a.	Lebih banyak berbicara daripada mendengar
b.	Lebih banyak menasihati
c.	Lebih banyak memberi perintah
d.	Lebih banyak melihat daripada mendengar
e.	Lebih banyak mendengar daripada berbicara
7.	Kekeliruan dalam berkomunikasi dengan anak di antaranya…
a.	Lupa memandang bahwa setiap anak itu unik
b.	Mengenal setiap individunya
c.	Mengetahui yang menjadi kesukaanya
d.	Melakukan komunikasi sejajar
e.	Melakukan mendengar aktif
8.	Contoh komunikasi Balita “menengok ke arah datangnya suara” merupakan ta-
hap perkembangan…
a.	Komunikasi aktif 0-1 tahun
b.	Komunikasi pasif 0-1 tahun
c.	Komunikasi aktif 2-3 tahun
d.	Komunikasi pasif 2-3 tahun
e.	Komunikasi pasif 3-4 tahun
9.	Pada usia 2-3 bulan, bayi sudah dapat membuat suara yang disebut…
a.	Babbling
b.	Cooing
c.	Coocing
d.	Sanging
e.	playing
10. Memberi stimulus dengan cara memberikan kesempatan anak untuk makan 	
sendiri dalam rangka merangsang…
a.	Menolong diri sendiri
b.	Tingkah laku sosial
c.	Berbicara
d.	Komunikasi pasif
e.	Komunikasi aktif
47 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
C. Umpan balik dan tindak lanjut
Jawaban Evaluasi Sumatif
1.	b
2.	c
3.	a
4.	a
5.	c
6.	e
7.	a
8.	b
9.	b
10.	 a
Setelah membaca dan mempelajari modul ini, diharapkan pada kader BKB atau
posyandu dapat membantu masyarakat dengan melakukan KIE dilingkungan se-
kitarnya dalam menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan anak Balita
sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
A
48 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
DAFTAR PUSTAKA
Orang tua Hebat. BKKBN. 2015
https://www.kalcare.com/artikel/tahapan-perkembangan-komunikasi-anak-
kapan-anak-mulai-belajar-bicara/ diakses tanggal 27 Mei 2020
https://slideplayer.info/slide/3106920/ diakses 28 Mei 2020
50 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Tahun 2020

More Related Content

What's hot

Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4PusdiklatKKB
 
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptximelda238795
 
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPZakiah dr
 
Mencegah Stunting Dari Desa
Mencegah Stunting Dari DesaMencegah Stunting Dari Desa
Mencegah Stunting Dari DesaPaul SinlaEloE
 
Anemia pada remaja putri
Anemia pada remaja putri Anemia pada remaja putri
Anemia pada remaja putri Aris Rahmanda
 
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMSOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMPuskesmasSungaiMenan
 
Modul Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R) BKKBN Program Prioritas Nasion...
Modul Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R) BKKBN Program Prioritas Nasion...Modul Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R) BKKBN Program Prioritas Nasion...
Modul Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R) BKKBN Program Prioritas Nasion...Anindita Dyah Sekarpuri
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduMuh Saleh
 
Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Muh Saleh
 
MATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxMATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxAchmadAS
 
Pendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanPendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanRita Pranawati
 

What's hot (20)

Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak usia dini bkkbn rev4
 
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
Modul kesehatan reproduksi anak usia dini bkkbn rev4
 
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
 
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
Modul bkb hi kebijakan dan strategi bkkbn_rev4
 
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
4. Kampung Keluarga Berkualitas.pptx
 
KESEHATAN DAN GIZI ANAK USIA DINI
KESEHATAN DAN GIZI ANAK USIA DINIKESEHATAN DAN GIZI ANAK USIA DINI
KESEHATAN DAN GIZI ANAK USIA DINI
 
Materi bkr
Materi bkrMateri bkr
Materi bkr
 
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
 
Advokasi dan KIE
Advokasi dan KIEAdvokasi dan KIE
Advokasi dan KIE
 
Pmba pada kader
Pmba pada kaderPmba pada kader
Pmba pada kader
 
Mencegah Stunting Dari Desa
Mencegah Stunting Dari DesaMencegah Stunting Dari Desa
Mencegah Stunting Dari Desa
 
Kia
KiaKia
Kia
 
Anemia pada remaja putri
Anemia pada remaja putri Anemia pada remaja putri
Anemia pada remaja putri
 
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMSOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
 
Kespro bagi catin
Kespro bagi catinKespro bagi catin
Kespro bagi catin
 
Modul Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R) BKKBN Program Prioritas Nasion...
Modul Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R) BKKBN Program Prioritas Nasion...Modul Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R) BKKBN Program Prioritas Nasion...
Modul Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R) BKKBN Program Prioritas Nasion...
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader Posyandu
 
Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023Kompetensi Kader Posyandu 2023
Kompetensi Kader Posyandu 2023
 
MATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptxMATERI DASHAT.pptx
MATERI DASHAT.pptx
 
Pendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinanPendewasaan usia perkawinan
Pendewasaan usia perkawinan
 

Similar to Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-finalJuknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-finalputralaksana
 
JUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADUJUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADUifulmoch
 
Pedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD TerpaduPedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD TerpaduFKIP UHO
 
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dinibuku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dininunungnurajizah
 
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-fileKurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-fileSukronSoedimara
 
Buku pedoman k 13 paud-ok
Buku pedoman  k 13 paud-okBuku pedoman  k 13 paud-ok
Buku pedoman k 13 paud-okAgus Iriani
 
A01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tkA01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tkWelly Indriany
 
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfJuknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfMEffendi5
 
2. juknis kum fa
2. juknis kum fa2. juknis kum fa
2. juknis kum faRahman Saja
 
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdfimansugestiono1979
 
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdfAcuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdfVivi Sofiana
 

Similar to Tumbuh Kembang Anak Usia Dini (20)

Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
 
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
Modul 8 fungsi keluarga bkkbn rev4
 
Buku pegangan kader
Buku pegangan kaderBuku pegangan kader
Buku pegangan kader
 
Juknis paud-hi
Juknis paud-hiJuknis paud-hi
Juknis paud-hi
 
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-finalJuknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
 
JUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADUJUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADU
 
Pedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD TerpaduPedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
 
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
 
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
25. bantuan-penguatan-lembaga-paud
 
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dinibuku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
buku pedoman kurikulum k13 pendidkan anak usia dini
 
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-fileKurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
Kurikulum pendidikan-anak-usia-dini-file
 
Buku pedoman k 13 paud-ok
Buku pedoman  k 13 paud-okBuku pedoman  k 13 paud-ok
Buku pedoman k 13 paud-ok
 
A01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tkA01. juknis-penyelenggaraan-tk
A01. juknis-penyelenggaraan-tk
 
Panduan SRA.pdf
Panduan SRA.pdfPanduan SRA.pdf
Panduan SRA.pdf
 
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfJuknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
 
2. juknis kum fa
2. juknis kum fa2. juknis kum fa
2. juknis kum fa
 
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINIPENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
 
Pedoman Kampus Sehat
Pedoman Kampus SehatPedoman Kampus Sehat
Pedoman Kampus Sehat
 
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
1. MODEL LAYANAN BK SD_PSP.pdf
 
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdfAcuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
Acuan Penyusunan Kurikulum_Red.pdf
 

More from PusdiklatKKB

Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1PusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6PusdiklatKKB
 
Modul 3 mortalitas
Modul 3   mortalitasModul 3   mortalitas
Modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang 3 mortalitas
Bahan tayang 3   mortalitasBahan tayang 3   mortalitas
Bahan tayang 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 2 fertilitas
Bahan tayang modul 2   fertilitasBahan tayang modul 2   fertilitas
Bahan tayang modul 2 fertilitasPusdiklatKKB
 
Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Modul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarModul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
Demografi terapan modul 5   luaran demografiDemografi terapan modul 5   luaran demografi
Demografi terapan modul 5 luaran demografiPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul4 migrasi
Demografi terapan modul4   migrasiDemografi terapan modul4   migrasi
Demografi terapan modul4 migrasiPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul 3 mortalitas
Demografi terapan modul 3   mortalitasDemografi terapan modul 3   mortalitas
Demografi terapan modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul 2 fertilitas
Demografi terapan modul 2   fertilitasDemografi terapan modul 2   fertilitas
Demografi terapan modul 2 fertilitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisBahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiBahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 3 mortalitas
Bahan tayang modul 3   mortalitasBahan tayang modul 3   mortalitas
Bahan tayang modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hiPusdiklatKKB
 

More from PusdiklatKKB (20)

Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6
 
Demografi modul 1
Demografi modul 1Demografi modul 1
Demografi modul 1
 
Modul 3 mortalitas
Modul 3   mortalitasModul 3   mortalitas
Modul 3 mortalitas
 
Bahan tayang 3 mortalitas
Bahan tayang 3   mortalitasBahan tayang 3   mortalitas
Bahan tayang 3 mortalitas
 
Bahan tayang modul 2 fertilitas
Bahan tayang modul 2   fertilitasBahan tayang modul 2   fertilitas
Bahan tayang modul 2 fertilitas
 
Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2
 
Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2
 
Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2
 
Modul3 mortalitas
Modul3 mortalitasModul3 mortalitas
Modul3 mortalitas
 
Modul2 fertilitas
Modul2 fertilitasModul2 fertilitas
Modul2 fertilitas
 
Modul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarModul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantar
 
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
Demografi terapan modul 5   luaran demografiDemografi terapan modul 5   luaran demografi
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
 
Demografi terapan modul4 migrasi
Demografi terapan modul4   migrasiDemografi terapan modul4   migrasi
Demografi terapan modul4 migrasi
 
Demografi terapan modul 3 mortalitas
Demografi terapan modul 3   mortalitasDemografi terapan modul 3   mortalitas
Demografi terapan modul 3 mortalitas
 
Demografi terapan modul 2 fertilitas
Demografi terapan modul 2   fertilitasDemografi terapan modul 2   fertilitas
Demografi terapan modul 2 fertilitas
 
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisBahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
 
Bahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiBahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasi
 
Bahan tayang modul 3 mortalitas
Bahan tayang modul 3   mortalitasBahan tayang modul 3   mortalitas
Bahan tayang modul 3 mortalitas
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
 

Recently uploaded

Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 

Recently uploaded (20)

Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 

Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

  • 1. I Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
  • 2. II Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Hak Cipta @ 2020 PERANGKAT TRAINING OF TRAINER (ToT) PENCEGAHAN STUNTING MELALUI 1000 HPK DAN PENGASUHAN ANAK USIA DINI PADA KELOMPOK BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK INTEGRATIF (BKB HI) Edisi Pertama Tahun 2020 Tim Penyusun Dra. Theodora Pandjaitan, M.Sc Achmad Sopian, M.Pd Pengarah : DR. Lalu Makripuddin, M.Si Penanggung Jawab : Dadi Ahmad Roswandi, M.Si Editor : Dewi Andayani, S.Pd., M.Si. Tim Teknis : Yufi Winiastuti, SKM Desnita Ekaratri, SS, MPH Tri Aryadi, S.Psi. Ratu Chaira Vielananda, S.Pd. Sugeng Diterbitkan oleh : PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650 PO. BOX : 296 JKT 13013
  • 3. III Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana KATA SAMBUTAN P uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya, sehingga perangkat pembelajaran Training of Trainers (TOT) ) Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi yang merupakan program prioritas nasional di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dapat diselesaikan. Perlu kita pahami bersama bahwa pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) harus dimulai sejak dalam kandungan, karena saat itu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sudah berlangsung, khususnya perkembangan otak. Begitupun dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima tahun (Balita) merupakan periode paling kritis karena pada masa tersebut proses tumbuh kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut adalah masa “emas” yang apabila tidak dibina dengan baik akan menyebabkan gangguan perkembangan emosi, sosial dan kecerdasan. Masa ini merupakan tahap awal pembentukan dasar kemampuan, mental, intelektual dan moral yang menentukan sikap, nilai dan perilaku di masa dewasa. Orangtua sebagai pengasuh dan pendidik pertama dan utama diharapkan dapat mengasuh anak balitanya dengan benar, bukan hanya melalui pemenuhan kebutuhan anak akan kesehatan, gizi, akan tetapi juga perhatian, kasih sayang dan rasa aman serta rangsangan terhadap mental, emosional, sosial, dan moral. Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang anak, maka orangtua perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu melaksanakan pengasuhan secara optimal. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh orangtua antara lain dengan mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI EMAS). BKB HI-EMAS merupakan salah satu program inovasi strategi untuk mengimplementasikan kegiatan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dalam mendukung penurunan stunting dan pencapaian target BKKBN. Keluarga dan anggota keluarga merupakan sasaran utama kegiatan ini dengan melibatkan seluruh komponen dan organisasi masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup keluarga. Penyusunan
  • 4. IV Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat mendukung upaya mewujudkan Keluarga Indonesia dan berkualitas dan berketahanan. Saya berharap perangkat ini menjadi acuan utama dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, orientasi dan kegiatan sejenis di lingkungan BKKBN Pusat, Provinsi, Kab/Kota seluruh Indonesia. Akhirnya, kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan komitmennya dalam menyusun perangkat pembelajaran ini saya ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah atas semua yang telah kita lakukan. Jakarta, Juni 2020 Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan, Prof. Rizal Damanik, PhD.
  • 5. V Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana KATA PENGANTAR P uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan karunia-Nya, penyusunan perangkat pembelajaran Training of Trainers (TOT) ) Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana bekerjasama dengan Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak menyusun perangkat pembelajaran ini dalam rangka mempersiapkan SDM yang kompeten guna memfasilitasi dan memberikan informasi kepada Keluarga Indonesia mengenai Pengasuhan Anak Usia Dini dalam rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok BKB. Perangkat pembelajaran ini adalah acuan pengelolaan pelatihan untuk menyelenggarakan Training of Trainers (TOT) ) Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi. Dengan mengacu kepada perangkat pembelajaran ini diharapkan setiap penyelenggaraan pelatihan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan alumnus pelatihan yang berkualitas. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini. Semogasegalaupayakitauntukmeningkatkankualitaspelatihandapatberkontribusi dalam pembangunan keluarga Indonesia yang berkualitas. Semoga Tuhan Yang Masa Esa memberikan berkah-NYA terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan. Jakarta, Juni 2020 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB, DR. Lalu Makripuddin, M.Si
  • 6. VI Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN ......................................................................................................................I KATA SAMBUTAN ..................................................................................................................III KATA PENGANTAR ..............................................................................................................V DAFTAR ISI ............................................................................................................................VI ☼ BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................................................2 B.Deskripsi Singkat .........................................................................................................3 C. Manfaat Modul...........................................................................................................3 D.Tujuan Pembelajaran .................................................................................................3 E.Materi Pokok dan Sub Materi Pokok .........................................................................4 F.Petunjuk Belajar ...........................................................................................................5 ☼ BAB II ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI ..........................................................6 A.Pengertian dan Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini .....................................7 B. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini .......................................................9 C. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini .............................10 D. Rangkuman..............................................................................................................11 E. Latihan ......................................................................................................................12 ☼ BAB III STIMULASI GERAKAN KASAR DAN GERAKAN HALUS ANAK ..........................13 A.Pengertian gerakan kasar dan gerakan halus anak usia dini ............................14 B.Stimulasi gerakan kasar menurut tahapan perkembangan anak usia dini ........14 C.Stimulasi gerakan halus menurut tahapan perkembangan anak usia dini .......15 D.Rangkuman ...............................................................................................................17 E.Latihan ........................................................................................................................17 ☼ BAB IV STIMULASI KOMUNIKASI AKTIF, KOMUNIKASI PASIF DAN KECERDASAN ANAK USIA DINI ...........................................................................18 A.Komunikasi Efektif antara orang tua dan anak Balita ............................................19 B.Perkembangan kemampuan komunikasi pasif anak usia dini.............................21 C.Perkembangan Kemampuan Komunikasi Aktif Anak Usia Dini..........................22 D. Perkembangan Kecerdasan Anak Usia Dini ......................................................23 E. Rangkuman ............................................................................................................28 F. Latihan .......................................................................................................................28
  • 7. VII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana ☼BABVSTIMULASIMENOLONGDIRISENDIRIDANTINGKAHLAKUSOSIAL.......................29 A. Stimulasi menolong diri sendiri menurut tahapan perkembangan anak usia dini............................................................................................................30 B.Stimulasi tingkah laku sosial menurut tahapan perkembangan anak usia dini.............................................................................................................33 C.Rangkuman................................................................................................................35 D.Latihan .......................................................................................................................36 ☼ BAB VI DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI..........................................37 A. Pengertian deteksi dini tumbuh kembang anak usia dini.....................................38 B. Memantau tumbuh kembang anak usia dini dengan KKA...................................38 C. Cara melakukan deteksi dini dan mencari solusinya menurut tahapan perkembangan anak usia dini................................................................42 D. Rangkuman...............................................................................................................43 E. Latihan........................................................................................................................43 ☼ BAB VII PENUTUP ............................................................................................................44 A. Kesimpulan ...............................................................................................................45 B. Evaluasi .....................................................................................................................47 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................48
  • 8. VIII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini MODUL TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Tim Penyusun Dra. Theodora Pandjaitan, M.Sc Achmad Sopian, M.Pd PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2020
  • 9. 1 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana BAB I PENDAHULUAN
  • 10. 2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini A. Latar Belakang Mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi orangtua yaitu kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan stimulasi. Pada modul ini, pembahasan akan lebih difokuskan pada kebutuhanstimulasianak,yangdalampenerapannyajugadidukungolehkebutuhan- kebutuhan dasar lainnya. Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak oleh lingkungan (ayah, ibu, anggota keluarga lain, pengasuh anak) untuk mempercepat tumbuh kembang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan keterlambatan tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap makhluk. Sejak dalam kandungan seseorang sudah mengalami proses pertumbuhan meskipun tidak dapat diamati secara langsung. Pada masa balita, proses tumbuh kembang terjadi sangat cepat dan dapat diamati dengan jelas. Pertumbuhan dan perkembangan sebenarnya berjalan seiring artinya pertumbuhan menentukan perkembangan dan sebaliknya. Kata pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan secara bergantian atau bersamaan. Ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian perkembangan. Jadi bisa dikatakan bahwa Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Dapat diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan lain-lain. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, termasuk aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan (Depkes et all, 2004). Pada mata Diklat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Balita akan membahas mengenai periode emas anak Balita, Pertumbuhan dan perkembangan anak balita, ciri dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak balita Sehingga penyusunan modul pertumbuhan dan perkembangan anak balita ini akan sangat berguna bagi para petugas lapangan dan kader program Bina Keluarga Balita (BKB) dalam melakukan KIE pada masyarakat. Diharapkan dengan tersedianya modul ini petugas lapangan dan kader akan lebih memahami dan dapat mempelajarinya lebih mendalam sehingga tujuan program BKB dapat tercapai sebagaimana mestinya. KemudianuntukdapatlebihmemahamitentangPertumbuhandanperkembangan anak balita, para petugas lapangan dan kader dapat mempelajarinya pada modul
  • 11. 3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Mata Diklat Pelaksanaan Pemantauan dan Rujukan Perkembangan Anak Balita Menggunakan Kartu Kembang Anak (KKA). B. Deskripsi Singkat Modul ini membahas aspek perkembangan anak usia dini; stimulasi gerakan kasar dan gerakan halus anak usia dini; stimulasi komunikasi aktif, komunikasi pasif dan kecerdasan anak usia dini; stimulasi menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial; deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak. Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, simulasi dan praktik. C. Manfaat Modul Modul sebagai bahan bacaan peserta pelatihan BKB HI EMAS, dapat dijadikan rujukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak kepada para pengelola BKB khususnya dan para orang tua yang mempunyai Balita. D. Tujuan Pembelajaran a. Hasil Belajar Setelahmengikutipembelajaranini,pesertadiharapkanmampumempraktikkan konsep tumbuh kembang Balita dan anak. b. Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat: • menjelaskan aspek perkembangan anak usia dini; • mempraktikkan stimulasi gerakan kasar dan gerakan halus anak usia dini; • mempraktikkan stimulasi komunikasi aktif, komunikasi pasif dan kecerdasan anak usia dini; • mempraktikkan stimulasi menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial; • menjelaskan deteksi dini tumbuh kembang anak usia dini
  • 12. 4 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
  • 13. 5 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana F. Petunjuk Belajar Agar peserta pelatihan mudah memahami seluruh materi dalam modul ini, maka strategi belajar adalah : 1. Memahami secara garis besar manfaat dari pertumbuhan dan perkembangan anak balita 2. Memahami perbedaan pertumbuhan dengan perkembangan anak balita secara umum. 3. Mengerjakan latihan – latihan yang ada dalam modul. 4. Pelajari materi dari yang paling mudah ke sulit, dari ringan ke berat dan dari bagian keseluruhan. 5. Diskusikan bersama teman Anda dan tanyakan kepada Pengampu apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti. 6. Carilah referensi lain yang relevan untuk memperkuat pemahaman Anda.
  • 14. 6 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini BAB II ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI Indikator Hasil Belajar: setelah mempelajari BAB II ini, peserta diklat diharapkan dapatmenjelaskan aspek perkembangan anak usia dini
  • 15. 7 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana A. Pengertian dan Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini Mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi orangtua yaitu kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan stimulasi. Pada modul ini, pembahasan akan lebih difokuskan pada kebutuhan stimulasi anak, yang dalam penerapannya juga didukung oleh kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Tahun pertama perkembangan anak merupakan salah satu periode yang paling dinamis dan menarik. Terjadi banyak perubahan besar dalam periode ini. Namun, setiap bayi memiliki kecepatan masing- masing pada pertumbuhan. Karena itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk mengenali pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat mendukung dan mengoptimalkan setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak kita. Perkembangan merupakan proses perubahan yang teratur dari satu tahapan ketahapan selanjutnya, artinya perkembangan anak mencakup perkembangan mental, kecerdasan, tingkah laku, budi pekerti sikap dan sebagainya.Apabila diamati, anak berkembang melewati proses pematangan, berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu. Kemampuannya meningkat dari sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit. Kita tidak boleh memaksa anak untuk menjalani proses perkembangan yang belum saatnya, seperti contoh: anak berkembang dari mulai tengkurap, duduk, lalu selanjutnya bisa berdiri sendiri tanpa dibantu oleh siapapun. Apabila anak memang belum bisa berdiri, namun dipaksa berdiri maka akan berpengaruh pada pertumbuhan kakinya yang menjadi tidak wajar. Pada lima tahun pertama merupakan periode penting karena proses perkembangannya berjalan sangat cepat. Hasil perkembangan usia 5 (lima) tahun ini merupakan landasan yang kokoh bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Proses tahapan perkembangan yang terjadi pada anak usia 0-6 tahun 1. Perkembangan Mental Seorang bayi belajar dengan cara memandang, meraba, mencium bau dan mengecap semua objek yang terjangkau. Menjelang akhir masa bayi, seorang anak mulai bisa menyusun kata-kata menjadi kalimat. Pada usia 2 (dua) tahun bayi dapat membuat generalisasi (penyamaan) sederhana terhadap hal-hal sekitarnya. Anak mulai memperhatikan hal-hal kecil agar dia tidak mudah bingung jika menghadapi benda, situasi atau orang. Kemampuan mental semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan berpikir dan melihat hubungan antar kejadian. 2. Perkembangan Psikososial Perkembangan social pada masa bayi mempengaruhi hubungan sosial yang akan berkembang pada masa depannya. Bayi memberikan reaksi sosial kepada orang
  • 16. 8 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini dewasa, misalnya tersenyum dan bersuara. Perkembangan psikososial meningkat setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya sosialisasi antara anak dan teman sebayanya. Hal ini ditandai dengan banyaknya waktu yang dihabiskan anak untuk bermain. Salah satu elemen dalam perkembangan psikososial adalah perkembangan identitas ego. Identitas ego adalah pemahaman akan kesadaran diri yang berkembang lewat interaksi social. Identitas ego kita terus berubah karena adanya pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam interaksi dengan orang lain. Selain itu, pemahaman akan kompetensi juga memotivasi perilaku dan tindakan. Masing-masing tahapan mengarahkan anak agar semakin kompeten dalam suatu bidang kehidupan. 3. Perkembangan Emosi Pada waktu bayi waktu lahir, emosinya baru tampak dalam bentuk yang sederhana, seperti marah, takut, penasaran, gembira dan sayang. Emosi ini akan berkembang semakin kuat sehingga anak mudah terbawa oleh ledakan emosional; dia akan sulit dibimbing dan diarahkan. Seorang anak akan memiliki dasar yang kuat dalam perkembangan selanjutnya jika dia dapat menangani perasaan pribadinya, memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, dan menjalin interaksi secara positif dengan orang lain. Perbedaan dalam perkembangan social dan emosional adalah akibat dari temperamen bawaan anak, pengaruh budaya, contoh perilaku yang ditiru dari orang dewasa disekitarnya, tingkat rasa aman yang dirasakan anak dan kesempatan yang timbul dari interaksi sosial. Anak pada umur satu tahun baru saja belajar mengenal dan menangani perasaan mereka. Mereka mengalami berbagai macam emosi dan tantrum ketika lelah atau frustasi. Mereka juga menanggapi konflik dengan memukul, menggigit, berteriak atau menangis. Anak umur satu tahun sedang belajar untuk mendapatkan otonomi. Tidak heran mereka suka membantah dan berkata “Tidak!” jika diberi saran atau nasihat dari orang dewasa. Terkadang mereka ingin mengerjakan sendiri semua aktifitas yang dilakukan, namun setelah itu mereka akan meminta tolong kepada orang dewasa. 4. Perkembangan Psikoseksual Sejak lahir, seorang bayi sebenarnya sudah belajar memahami jenis kelaminnya. Bayi dibedakan jenis kelaminnya lewat pakaian yang dikenakan, mainan dan perlakuan orang disekitarnya. Seorang anak yang melewati tahap psikoseksual dengan baik, akan memiliki kepribadian yang sehat. 5. Perkembangan Nilai Moral dan Spiritual Anak-anakharusmeletakkandasar-dasarhatinuranisehinggadapatmembimbing
  • 17. 9 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana mereka untuk membedakan perilaku yang benar dan salah. Perkembangan spiritual mencakup perkembangan pemahaman mereka mengenai diri, potensi unik mereka, pemahaman akan kekuatan dan kelemahan mereka, serta kemauan untuk meraih kesuksesan. Ketika rasa penasaran mereka mengenai diri sendiri dan tempat tinggal mereka di dunia meningkat, mereka akan mencoba menjawab sendiripertanyaan-pertanyaan hidup yang mendasar. Mereka mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sifat dan sikap yang mereka butuhkan untuk merawat kesejahteraan batin. Perkembangan moral meliputi kemampuan anak untuk memahami perbedaan antara benar, salah, konflik moral, perhatian kepada orang lain dan kemauan untuk melakukan hal yang benar. Mereka mampu dan bersedia merenungkan konsekuensi tindakan mereka serta belajar untuk memaafkan diri sendiri serta orang lain. Mereka mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sifat serta perilaku yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan moral yang bertanggung jawab serta bertindak berdasarkan keputusan itu. B. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 1) Perkembangan Kemampuan Gerakan Kasar Gerakan Kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot tubuh dan biasanya memerlukan tenaga. Tujuan latihan gerakan kasar adalah agar anak dapat terampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 2) Perkembangan Kemampuan Gerakan Halus Gerakan Halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan halus tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi perlu memusatkan perhatian (kerjasama) mata dengan anggota tubuh (tangan dan kaki). Tujuan latihan gerakan halus adalah agar seorang anak kelak dapat terampil dan cermat menggunakan jemarinya dalam kehidupan sehari- hari, khususnya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti menulis atau menggambar. 3) Perkembangan Kemampuan Memahami Ucapan Orang Lain (Komunikasi Pasif) Komunikasi Pasif adalah kemampuan memahami isyarat dan pembicaraan orang lain. Tujuan latihan kemampuan mengerti isyarat pembicaraan adalah agar anak dapat lebih mudah mengerti, menangkap dan memahami maksud dan penjelasan orang lain. 4) Perkembangan Kemampuan Berbicara (Komunikasi Aktif) Komunikasi aktif adalah kemampuan menyatakan perasaan, keinginan dan pikiran, baik melalui tangisan, gerakan tubuh isyarat, maupun kata-kata. Tujuan
  • 18. 10 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini latihan kemampuan dengan isyarat kata-kata agar anak mengungkapkan diri dengan baik sesuai dengan tahapan usianya. 5) Perkembangan Kemampuan Kecerdasan Cerdas erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Cerdas artinya cepat tanggap, cepat memahami, mampu dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, menyelesaikan masalah sesuai dengan usianya dan mempunyai banyak gagasan. Agar potensi kecerdasan anak dapat berkembang dengan optimal, maka perlu dirangsang pertumbuhan dan perkembangannya sejak dalam kandungan. 6) Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri Menolong diri sendiri adalah kemampuan dan keterampilan seorang anak untuk melakukan sendiri kegiatan sehari-hari untuk dirinya sendiri agar secara bertahap tidak bergantung pada orang lain. Tujuan latihan kemampuan menolong diri sendiri adalah agar anak mampu melakukan sendiri kegiatan sehari-hari, sehingga merasa percaya diri, berani dan tidak merepotkan orang lain. 7) Perkembangan Kemampuan Bergaul (Tingkah Laku Sosial) Bergaul berarti menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga maupun dengan orang lain. Tujuan latihan kemampuan bergaul adalah agar anak dapat mudah berkawan, tidak merasa canggung ketika memasuki lingkungan baru, serta mengerti disiplin, sopan santun dan aturan-aturan yang ada, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. C. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini Beberapa faktor mendasar dalam proses perkembangan anak 1) Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan. Seperti contoh: ada anak yang lahir dengan memiliki penyakit bawaan asma. Apabila orang tua/ keluarga kurang memperhatikan hal tersebut, maka perkembangan kemampuan dalam bersosialisasinya bisa terlambat. 2) Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan adalah faktor utama yang menentukan kecepatan pertumbuhan mental. Orang tua dapat membantu perkembangan otak bayi dengan memberikan stimulasi dan reaksi yang tepat. Stimulasi ini sangat penting pada tahun pertama dan kedua anak, yaitu ketika bayi pertama kali mengenal dunia sekitarnya. Seperti contoh: seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang kasih sayang, terutama karena hubungan ayah ibunya kurang harmonis, maka proses perkembangan kepribadiannya bisa terganggu. Anak akan lebih mudah murung dan marah. 3) Tumbuh kembang anak berjalan secara bertahap. Pada setiap tahapan perkembangan selama tahun pertama hidupnya, seorang bayi akan mengembangkanketerampilandankemampuanyangberbeda-beda.Orangtua sangat penting untuk mengetahui dan mengenal tahap-tahap perkembangan
  • 19. 11 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana anak sehingga dapat melakukan beberapa aktivitas bersama anak untuk meningkatkan dan mengoptimalkan perkembangan fisik dan mentalnya. Seperti contoh: seorang anak pada awalnya belajar bicara dengan meniru suara, lalu meniru kata-kata ayah ibunya, dan pada akhirnya dapat menggunakan kata- katanya sendiri. 4) Setiap anak berkembang sebagai individu yang unik. Seperti contoh: ada anak yang usia 1 (satu) tahun sudah dapat berbicara kalimat sederhana, namun ada pula pada umur yang sama yang hanya baru bisa mengucapkan 1 atau 2 kata sederhana. D. Rangkuman Perkembangan merupakan proses perubahan yang teratur dari satu tahapan ketahapan selanjutnya, artinya perkembangan anak mencakup perkembangan mental, kecerdasan, tingkah laku, budi pekerti sikap dan sebagainya. Apabila diamati, anak berkembang melewati proses pematangan, berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu. Kemampuannya meningkat dari sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini terdiri atas: 1. Perkembangan Kemampuan Gerakan Kasar 2. Perkembangan Kemampuan Gerakan Halus 3. Perkembangan Kemampuan Memahami Ucapan Orang Lain (Komunikasi Pasif) 4. Perkembangan Kemampuan Berbicara (Komunikasi Aktif) 5. Perkembangan Kemampuan Kecerdasan 6. Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri 7. Perkembangan Kemampuan Bergaul (Tingkah Laku Sosial) Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini terdiri atas: 1. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan 2. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. 3. Tumbuh kembang anak berjalan secara bertahap. 4. Setiap anak berkembang sebagai individu yang unik.
  • 20. 12 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini QE. Latihan 1. Diskusikan dengan teman Anda bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Balita di lingkungan RT Anda!. 2. Lakukan pengamatan di wilayah RT Anda, apakah ada Balita yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya? buatlah laporannya! 3. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan untuk mendukung aspek pertumbuhan dan perkembangan Balita, Diskusikan dengan teman Anda! 4. Kemukakan pendapat Anda, bagaimana meningkatkan kemampuan gerak kasar anak Balita? 5. Buatlah simpulan dalam 1 paragraf faktor
  • 21. 13 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana BAB III STIMULASI GERAKAN KASAR DAN GERAKAN HALUS ANAK Indikator Hasil Belajar: setelah mempelajari BAB III ini, peserta diklat diharapkan dapat mempraktikkan stimulasi gerakan kasar dan gerakan halus anak Balita
  • 22. 14 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini A.Pengertian gerakan kasar dan gerakan halus anak usia dini Para Pengelola BKB, perlu diketahui bahwa tahap pertumbuhan dan perkemban- gan anak perlu didukung agar dapat mengoptimalkan seluruh kapasitas fisik mau- pun mental yang dimiliki anak kita. Orang tua sebaiknya memanfaatkan masa emas anak, yaitu usia 0-5 tahun secara optimal karena masa tersebut tidak akan terulang kembali. Orang tua harus berperan aktif memberikan rangsangan/stimulasi pada masa emas ini, baik dengan pemenuhan kebutuhan gizi, stimulasi fisik dan psikis. Dengan memberikan stimulasi yang tepat maka anak dapat tumbuh dan berkem- bang secara optimal. Anak usia 0-12 bulan perlu mendapat stimulasi untuk dapat melakukan melatih koordinasi seluruh anggota tubuhnya untuk mulai melakukan respon atau gera- kan-gerakan dari mulai yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Seorang anak mulai melakukan gerakan kasar dan gerakan halus. Gerakan Kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot tubuh dan biasan- ya memerlukan tenaga. Tujuan latihan gerakan kasar adalah agar anak dapat ter- ampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan yang diperlukan untuk menyesuai- kan diri dengan lingkungannya. Sedangkan Gerakan Halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan ha- lus tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi perlu memusatkan perhatian (ker- jasama) mata dengan anggota tubuh (tangan dan kaki). Tujuan latihan gerakan halus adalah agar seorang anak kelak dapat terampil dan cermat menggunakan jemarinya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti menulis atau menggambar. B. Stimulasi gerakan kasar menurut tahapan perkembangan anak usia dini Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak oleh lingkungan (ayah, ibu, anggota keluarga lain, pengasuh anak) untuk mempercepat tumbuh kembang anak. Stimulasi ini perlu diberikan sejak konsepsi sampai kelahiran bayi ser- ta pada masa perkembangannya. Orang tua dapat memberikan stimulasi dini yang memadai yaitu dengan cara merangsang otak balita agar perkembangan motorik, berbicara, berbahasa, bersosialisasi dan kemandiriannya dapat berkembang opti- mal sesuai usia anak. Stimulasi yang dapat diberikan orang tua untuk mengoptimalkan perkembangan motorik kasar anak menurut tahapan perkembangan anak adalah:
  • 23. 15 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Ciri Perkembangan Motorik Kasar Anak Stimulasi yang dapat diberikan orang tua A. Usia 1-2 Tahun • Belajar berjalan mundur • Belajar berjalan mengikuti garis lurus •Melatih anak berjalan mundur dan mengikuti garis lurus B. Usia 2-3 Tahun • Melompat dengan dua kaki jatuh bersamaan • Berdiri di satu kaki • Melempar, menangkap dan menendang bola • Melakukan gerakan sesuai irama • Menaiki tempat tinggi • Berlari • Mulai makan dan berpakaian sendiri •Melatih anak untuk melompat dan berdiri satu kaki •Mengajak anak bermain lempar, tangkap, tending dan kejar bola •Mengajak anak menari sambil mendengarkan music •Mengajak anak menaiki tangga dengan kaki bergantian C. Usia 3-4 Tahun • Berlari dan meloncat menghindari rintangan • Berdiri dengan satu kaki selama 5-10 detik • Berjalan kearah depan dengan menggunakan • tumit • Melompat dengan satu kaki sebanyak 3-5 kaki • Menangkap bola • Berdiri dengan satu kaki •Mengajak anak berlari dan meloncat sambil melompati benda (misalnya balok) •Mengajak anak berdiri dengan satu kaki bergantian •Mengajak anak melompati kotak yang digaris dilantai dengan satu kaki •Mengajak anak bermain lempar dan tangkap bola D. Usia 4-5 Tahun • Naik dan turun tangga dengan berganti kaki • Berlari lurus • Berjalan di balok titian • Melompat dengan satu kaki • Melempar bola dengan memutar badan, memindahkan tump- uan badan pada kaki tertentu, dan menangkap bola dengan satu tangan • Naik sepeda roda tiga • Lompat ke belakang •Bermain bersama anak sehingga anak mengembangkan ket- erampilan fisiknya, seperti naik dan turun tangga sambil diawasi bermain bola, bermain tali, naik sepeda bersama dan berjalan di balok titian E. Usia 5-6 Tahun • Berdiri dengan satu kaki bergantian selama 10 detik • Berjalan mundur dengan berjinjit sejauh 2 meter • berlari dengan cepat dan stabil • Lompat ke depan maupun mundur 5 kali berturut-turut • Lompat tali 10 kali berturut-turut • Lari ke depan sambil menendang bola • Naik sepeda roda dua •Sering beraktivitas bersama anak dengan mengajak anak ber- jalan mundur, berjinjit, lomba lari, lompat tali, lompat dengan satu kaki, menangkap, melempar dan menangkap bola •Mengajari anak bersepeda roda dua C. Stimulasi gerakan halus menurut tahapan perkembangan anak usia dini Berikan stimulasi/rangsangan untuk mengoptimalkan pertumbuhan otak. Semak- in banyak stimulasi yang diterima, maka semakin banyak sambungan yang terjadi antar sel-sel syaraf otak. Stimulus perlu disesuaikan dengan usia anak dan diberi- kan lewat permainan dalam suasana yang menyenangkan, penuh kegembiraan dan kasih sayang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan keterlambatan tumbuh kembang anak. Adapun stimuasi gerakan halus yang dapat diberikan orang tua pada anak menurut tahap perkembangannya, yaitu:
  • 24. 16 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Ciri Perkembangan Motorik Halus Stimulasi yang dapat diberikan orang tua A. Usia 0-6 bulan • Mengisap putting ibu • Memutar kepala saat leher atau mulutnya disentuh • Mengomunikasikan dan mengekspresikan emosi melalui berbagai cara, seperti menangis, memalingkan wajah, dsb • Mendengar berbagai suara, terutama suara ibu • Melihat benda yang jaraknya 20-30 cm • Mengikuti benda bergerak dengan 2 bola matanya • Membedakan warna, setelah bayi berusia 2 bulan • Membawa tangan ke mulut •Merangsang pendengaran dengan mengajak bicara bayi pada setiap kesempatan •Merangsang penglihatan dengan mengajak bayi tersenyum, peluk dan menimang bayi •Berikan mainan warna kontras (hitam dan putih) •Berikan mainan denganwarna primer (merah, biru, kuning) •Merangsang taktil/perabaan bayi dengan mengusap ba- gian tubuh bayi dengan sentuhan penuh kasih saying B. Usia 6-12 bulan • Mengangkat kepala dan tubuh bagian atas saat berbaring tengkurap • Mengikuti gerakan orang dengan mata • Meraih benda • Duduk tanpa bantuan • Merangkak • Berjalan beberapa langkah sambil berpegangan • Memindahkan benda dari tangan kanan ke kiri atau sebaliknya •Merangsang kemampuan motorik kasar dengan melatih anak mendudukannya dengan menggunakan ganjal ban- tal •Setelah anak bisa duduk, maka dapat melatihnya untuk merangkak dan berdiri dengan memegangnya •Merangsang kemampuan motorik halus dengan mem- berikan mainan dan meletakkan mainan yang menarik di depan anak C. Usia 1-2 Tahun • Mampu menumpuk 2 benda atau lebih • Mampu mengumpulkan benda di sebuah wadah • Mampu menggunakan sendok • Belajar memakai dan melepas baju sendiri • Membuat coretan gambar •Memberikan mainan dan wadahnya •Melatih anak memegang dan menggunakan sendok •Melatih anak memakai dan melepas baju sendiri •Menyediakan kertas dan pensil D. Usia 2-3 Tahun • Meremas benda • Menggenggam pensil atau krayon • Mencorat-coret saat diberi pensil atau krayon • Menggunakan gunting • Menuang/memasukkan benda • Memegang benda pipih/datar • Melipat kertas •Melatih anak untuk meremas dan merokok kertas •Memberi contoh meronce manik-manik •Mengajak anak belajar •Menggunting dan melipat kertas •Bermain memindahkan air, pasir, biji-bijian ke dalam wa- dah seperti toples/baskom E. Usia 3-4 Tahun • Membuat menara dari 9-11 balok • Membuat gambar lingkaran, garis, segi empat • Menuang/memasukkan benda ke dalam wadah • Meronce • Menggunting •Menyediakan permainan balok untuk anak •Menyediakan kertas dan pensil •Mengajak anak meronce dan menggunting •Mengajak anak memasukkan air, pasir atau biji-bijian ke dalam wadah seperti botol atau mangkok F. Usia 4-5 Tahun • Membuka dan memasang kancing baju tanpa bantuan serta memakai baju sendiri • Menjepit kertas dengan penjepit kertas dan merapikan lipatan kertas dengan jari • Mampu makan dengan menggunakan sendok dan garpu • Meronce • Menggunakan alat tulis untuk menggambar, mewarnai dan menebalkan huruf •Melatih anak untuk berpakaian dan makan sendiri •Mengajari anak menjepit dan melipat kertas •Mengajak anak menggambar dan mewarnai •Mengajak anak bermain dengan balok •Memberikan aktivitas yang memungkinkan anak untuk memperkuat jari dan tangannya G. Usia 5-6 Tahun • Menggunakan pisau untuk memotong lilin/tanah liat • Mengikat tali sepatu sendiri • Memegang pensil dengan 3 jari secara tepat • Meniru huruf • Mewarnai dengan tidak keluar garis • Menggambar bentuk segitiga, persegi panjang dan belah ketupat •Menyediakan kertas dan alat tulis serta gunting pada anak •Bersana anak beraktivitas menggunting bentuk serta menggambar, mewarnai dan meniru huruf/bentuk
  • 25. 17 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Q D. Rangkuman Anak usia 0-12 bulan perlu mendapat stimulasi untuk dapat melakukan melatih koordinasi seluruh anggota tubuhnya untuk mulai melakukan respon atau gera- kan-gerakan dari mulai yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Seorang anak mulai melakukan gerakan kasar dan gerakan halus. Gerakan Kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot tubuh dan biasan- ya memerlukan tenaga. Tujuan latihan gerakan kasar adalah agar anak dapat ter- ampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan yang diperlukan untuk menyesuai- kan diri dengan lingkungannya. Sedangkan Gerakan Halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan ha- lus tidak memerlukan tenaga yang besar, tetapi perlu memusatkan perhatian (ker- jasama) mata dengan anggota tubuh (tangan dan kaki). Tujuan latihan gerakan halus adalah agar seorang anak kelak dapat terampil dan cermat menggunakan jemarinya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah seperti menulis atau menggambar. E. Latihan 1. Amatilah perkembangan anak balita ketika meraih sesuatu apakah termasuk gerakan halus atau kasar! 2. Bagaimana merangsang gerakan halus! 3. Bagaimana merangsang gerakan kasar! 4. Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana solusi agar gerakan halus anak balita tidak terhambat? 5. Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana caranya orang tua memantau perkembangan gerakan anak balita?
  • 26. 18 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini BAB IV STIMULASI KOMUNIKASI AKTIF, KOMUNIKAS PASIF DAN KECERDASAN ANAK USIA DINI Indikator Hasil Belajar: setelah mempelajari BAB IV ini, peserta diklat diharapkan dapat mempraktikkan stimulasi komunikasi aktif, komunikasi pasif dan kecerdasan anak usia dini
  • 27. 19 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Dalam lima tahun terakhir, kasus keterlambatan bicara pada anak usia balita meningkat signifikan dibandingkan kasus gangguan tumbuh kembang anak lainnya. Penyebab utamanya adalah stimulus berupa komunikasi aktif dari orang tua kepada anak yang kurang. Demikian diungkapkan Anggota Divisi Tumbuh Kembang Anak Rumah Sakit Umum Dr Soetomo dr Ahmad Suryawan SpA(K), Minggu (18/1) di Surabaya. Pada usia nol hingga enam tahun, anak mengalami perkembangan dasar otak. Karena itu, anak harus selalu dirangsang untuk berkomunikasi aktif agar sel-sel jaringan otaknya berkembang. Berdasarkan teknologi imaging otak yang mampu merekam fungsi otak, antara usia nol hingga enam tahun anak memasuki masa kritis perkembangan otaknya. Masa kritis adalah periode di mana jika pada periode tersebut terdeteksi adanya gangguan dan tidak segera diketahui dan ditangani dapat menyebabkan kelainan yang bersifat permanen. Orang tua juga perlu mengetahui bahwa untuk mengembangkan kemampuan anak balita dalam pertumbuhan dan perkembangannya maka harus dirangsang dengan menggunakan alat atau media interaksi agar kemampuan berfikir, berbicara, bergaul anak balita yang terpendam akan dapat dimunculkan dan dimanfaatkan secara optimal. A. Komunikasi Efektif antara orang tua dan anak Balita Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan melalui bahasa, pembicaraan, mendengar, gerak tubuh atau ungkapan emosi. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% dari waktu bangun kita, digunakan untuk berkomunikasi.Mulai dari bangun tidur, interaksi dengan anggota keluarga; beraktivitas diluar rumah juga melibatkan komunikasi, yang menjadi pertanyaan adalah apakah komunikasi yang kita lakukan tersebut apakah berhasil?dengan kata lain, apakah sudah efektif komunikasi yang kita lakukan? Seberapa efektifkah komunikasi yang telah dilakukan? Secarasederhana,komunikasiefektifterjadiapabilaorangberhasilmenyampaikan apayang dimasudkannya. Menurut Tubbs, (Yusrizal:2005) ”secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Komunikasi antara orang tua dan anak pada dasarnya harus terbuka. Komunikasi yang terbuka diharapkan dapat menghindari kesalahpamahan. Dalam batas-batas tertentu sifat keterbukaan dalam komunikasi juga dilaksanakan dengan anak-anak, yaitu apabila anak-anak telah dapat berpikir secara baik. a. Tujuan Komunikasi Efektif • Membangun hubungan yang harmonis dalam keluarga keterbukaan dan mendengar
  • 28. 20 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini • Membuat keluarga mau bicara pada saat menghadapi masalah • Membuat keluarga mau mendengar dan menghargai saat orang bicara • Membantu keluarga menyelesaikan masalah b. Hal apa yang sering dilakukan orang tua dalam berkomunikasi • Lebih banyak bicara daripada mendengar • Merasa lebih tahu banyak daripada lawan bicara • Cenderung memberi arahan dan nasihat • Tidak berusaha untuk mendengar dulu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang dialami oleh lawan bicara • Tidak memberi kesempatan agar orang lain mengemukakan pendapatnya • Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami • Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan c. Kiat-kiat Berkomunikasi orang tua dengan anak • Dengarkan dulu apa yang diungkapkan anak, untuk itu orang tua harus Membuka dan menerima keadaan anak apa adanya • Peka dan memperhatikan sungguh-sungguh ungkapan, percakapan, nada suara, gerakan • Sabar mau mendengar pernyataan anak. • Jangan memutus pembicaraan anak d. Pahami perasaan anak, orang tua harus : • Mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan • Pahami apa yang diharapkan, dipikirkan, dicemaskan anak • Bantu anak untuk dapat memecahkan permasalahan dari sudut pandang anak • Gunakan bahasa tubuh dengan menepuk, membekai, mendekap. e. Perhatikan inti pesan yang diungkapkan anak f. Gunakan pesan “Saya” bukan pesan “Kamu” • Usahakan untuk sejajar dengan anak waktu bicara • Jongkok setinggi anak atau pangku agar seperti setinggi orang tuanya • Pandang mata anak, ajarkan untuk menatap mata orang tuanya ketika berbicara • Bicara tenang dan pelan, jangan berteriak, kontrol emosi orang tua • Gunakan kata2 sederhana yang mudah dipahami g. Kekeliruan dalam berkomunikasi • Bicara tergesa-gesa • Tidak kenal diri sendiri • Lupa bahwa setiap individu itu unik • Perbedaan antara kebutuhan dan kemauan • Tidak membaca bahasa tubuh
  • 29. 21 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana • Tidak mendengar perasaan • Menggunakan 12 gaya arogansi: 1) Memerintah 2) Menyalahkan 3) Meremehkan 4) Membandingkan 5) Mencap/memberi label 6) Mengecam 7) Menasehati 8) Membohongi 9) Menghibur 10) Mengeritik 11) Menyindir   B. Perkembangan kemampuan komunikasi pasif anak usia dini Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang lain. Contoh; menengok kearah sumber suara, mengerti kalimat sederhana, senang mendengarkan cerita, mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari yang sederhana hingga yang lebih sukar. 1. Perkembangan Komunikasi pasif anak 0-1 tahun • Berekasi terhadap pembicaraan orang dengan melihat pembicara • Memberi reaksi terhadap bermacam-macam suara • Menengok ke arah datangnya suara • Memberi reaksi dengan gerakan terhadap perkataan yang disertai dengan gerakan • Menghentikan kegiatan kalau mendengar ada perintah 2. Perkembangan Komunikasi pasif anak 1-2 tahun • Memberi reaksi tepat apabila ditanya “di mana” • Mengerti kata arti “ di dalam dan di bawah” • Menjalankan perintah untuk membawa benda yang dikenal dari ruangan lain • Mengerti kalimat sederhana paling banyak 2 kata saja • Mengerti dua perintah sederhana yang paling berhubungan 3. Perkembangan Komunikasi pasif anak 2-3 tahun • Menunjuk beda umum yang sudah dikenal apabila benda tersebut disebut • Dapat mengenal benda apabila diberitahukan kegunaanya • Mengerti bentuk pertanyaan “apa dan di mana” • Mengerti kata larangan “ tidak, jangan, bukan, tidak dapat” • Senang mendengarkan cerita yang sederhana dan minta diceritakan lagi 4. Perkembangan Komunikasi pasif anak 3-4 tahun • Mulai memahami kalimat yang memakai konsep waktu
  • 30. 22 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini • Mengerti perbandingan dalam hal ukuran, membandingkan dua benda • Memahami konsep sebab akibat • Mengerti dan dapat melaksanakan 2-4 perintah/petunjuk yang ada • Mengerti kalau diberitahu 5. Perkembangan Komunikasi pasif anak 4-5 tahun • Dapat mengikuti 3 perintah yang tak berhubungan dalam urutan yang tepat • Mengerti perbandingan sesuatu sifat dari benda/orang secara bertingkat (bi asa-lebih-paling) • Mendengarkan cerita yang panjang • Menggabungkan perintah lisan ke dalam kegiatan • Mengerti kejadian-kejadian apabila diberitahu C. Perkembangan Kemampuan Komunikasi Aktif Anak Usia Dini Perkembangankemampuankomunikasiaktifyaitukemampuanuntukmenyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan, gerakan tubuh, maupun dengan kata-kata. Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain. Agar dicapai saling pengertian maka diperlukan suatu komunikasi, dimana bahasa merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaannya. Baik komunikasi pasif maupun yang aktif, keduanya perlu dikembangkan yaitu dengan cara melatih anak secara bertahap agar mau dan mampu berkomunikasi seperti berbicara, mengucapkan kalimat-kalimat, menyanyi dan ungkapan verbal (lisan) lainnya. Berikut penjelasan singkat mengenai tahapan perkembangan komunikasi anak, menurut Indonesian Pediatric Society. • Usia 0-6 bulan Menangis adalah cara komunikasi bayi pada saat lahir. Namun, pada usia 2-3 bulan, bayi sudah dapat membuat suara yang disebut cooing. Mendekati usia 6 bulan, bayi sudah mulai melakukan babbling (celotehan), dan dapat mengoceh dengan suku kata sederhana. Selain itu, ocehan bayi pun disertai dengan ekspresi wajah yang sesuai dengan emosinya. Sebaiknya waspada jika pada usia 6 bulan bayi tidak mulai babbling. • Usia 6-12 bulan Pada awal usia ini, bayi mulai mengerti nama orang dan benda, serta sudah mengerti konsep perbedaan ‘ya’ dan ‘tidak’. Selain itu, bayi pun dapat mengucapkan kata-kata sederhana, seperti papa atau mama tanpa arti. Bayi pun sudah mulai menyatakan keinginannya melalui isyarat. Pada usia 12 bulan, bayi sudah mengerti sekitar 70 kata. Sebaiknya waspada, jika pada usia ini bayi tidak menunjukkan ekspresi, dan tidak dapat menunjuk dengan jari. • Usia 12-18 bulan Kosakata anak akan bertambah dengan pesat pada usia 15 bulan, dan dapat
  • 31. 23 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana mengucapkan 3-6 kata dengan arti. Namun, pada saat usia 18 bulan, kosakatanya dapat mencapai 5-50 kata, yang diucapkan anak untuk mengungkapkan keinginannya. Sebaiknya Anda waspada, jika anak tidak mulai mengucapkan kata-kata berarti pada usia 16 bulan. • Usia 18-24 bulan Pada rentang usia ini, anak akan memiliki kosakata baru dan senang mendengarkan cerita. Pada usia 2 tahun, sekitar 50% bicaranya sudah dapat dimengerti oleh orang lain. Sebaiknya Anda waspada, jika tidak ada kalimat 2 kata yang diucapkannya, yang dapat dimengerti orang dewasa pada saat usia anak 2 tahun. • Usia 2-3 tahun Setelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak sudah dapat dimengerti orang dewasa. Pada usia 3 tahun, anak sudah dapat menyebutkan namaataubenda. Secaraumum,padausiaberapapun,sebaiknyabawalahanak Anda ke dokter, agar lebih jelas mengenai pertumbuhan dan perkembangannya, termasuk dalam hal kelancarannya belajar bicara. Jika anak Anda mengalami salah satu tanda waspada di atas, sebaiknya segera hubungi dokter, dan meminta pertolongan. Otak si Kecil berkembang sangat pesat pada usia 1-2 tahun. Perkembangan otak tersebut juga ditandai dengan meningkatnya kemampuan berbicara pada si Kecil. Kemampuan bicara merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki si Kecil. Dengan kemampuan berbicara, si Kecil akan belajar berkomunikasi. Melalui komunikasi, anak dapat memperbanyak kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan dan juga daya ingatnya. Kelancaran berbicara anak pada usia 1-2 tahun juga menjadi tanda tumbuh kembang yang sehat, cerdas, dan pintar. BagiorangtuakhususnyaIbupastinyakhawatirjikasiKecilmengalamiketerlambatan dalam berkomunikasi atau berbicara. Penting bagi Ibu untuk mengetahui tahapan perkembangan bicara si Kecil mulai usia 0-24 bulan D. Perkembangan Kecerdasan Anak Usia Dini Pada anak Balita, kemampuan berpikir mula-mula berkembang melalui kelima inderanya. Ia melihat warna-warna, mendengar suara atau bunyi-bunyi, mengenal rasa dan seterusnya. Daya pikir dan pengertianmula-mulaterbataspadaapayangnyata yang dapat dilihat dan dipegang atau dimainkan. Kemudian berbagai konsep atau pengertian akan dimiliki, seperti konsep tentang benda, warna, manusia, bentuk, dan lain-lain. Semua
  • 32. 24 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini konsep ini kemudian memungkinkan anak melakukan pemikiran-pemikiran ke tingkat yang lebih tinggi, yang lebih abstrak dan majemuk. Otak si Kecil berkembang sangat pesat pada usia 1-2 tahun. Perkembangan otak tersebut juga ditandai dengan meningkatnya kemampuan berbicara pada si Kecil. Kemampuan bicara merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki si Kecil. Dengan kemampuan berbicara, si Kecil akan belajar berkomunikasi.Melalui komunikasi, anak dapat memperbanyak kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan dan juga daya ingatnya. Kelancaran berbicara anak pada usia 1-2 tahun juga menjadi tanda tumbuh kembang yang sehat, cerdas, dan pintar. BagiorangtuakhususnyaIbupastinyakhawatirjikasiKecilmengalamiketerlambatan dalam berkomunikasi atau berbicara. Penting bagi Ibu untuk mengetahui tahapan perkembangan bicara si Kecil mulai usia 0-24 bulan sebelum memberikan stimulasi perkembangan bicara. Tahapan perkembangan bicara tersebut antara lain: • Usia 0-3 bulan: Si Kecil hanya mampu mengeluarkan suara seperti menangis ataupun tertawa. • Usia 4-6 bulan: Si Kecil mulai bisa mengeluarkan kata pengulangan seperti “Ma..ma” dan “Pa..pa”. • Usia 7-8 bulan: Si Kecil mulai mampu menggabungkan beberapa kata untuk diucapkan. Misalnya, “Mama makan”, “Minum susu”. • Usia 9-12 bulan: Si Kecil mulai memiliki kemampuan berbicara aktif dengan menirukan apa yang Ibu ucapkan. • Usia 12-24 bulan: Si Kecil sudah mampu berbicara dengan baik dengan perbendaharaan kata yang banyak dan telah bisa mengasah kemampuan berbicara sehingga Ibu mengerti apa yang si Kecil katakan. Setelah mengetahui bagaimana tahapan perkembangan berbicara si Kecil, langkah yang harus orangtua khususnya Ibu lakukan adalah dengan memberikan stimulasi yang tepat bagi perkembangan berbicara si Kecil. Berikut 4 hal yang dapat memberikan stimulasi perkembangan berbicara anak usia 1-2 tahun: 1. Berkomunikasi Mengajak si Kecil berkomunikasi akan membantu si Kecil menjadi anak yang
  • 33. 25 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana komunikatif. Ibu perlu mengajak si Kecil berkomunikasi sejak dini kapanpun dan dimanapun. Perlu bagi Ibu untuk mengenalkan si Kecil dengan nama-nama benda yang sedang si Kecil pegang ataupun benda yang ada di sekitarnya. Ibu juga bisa mengajak si Kecil berkomunikasi dengan menceritakan semua kegiatan yang tengah Ibu lakukan. Terapis wicara di Chicago, Pam Quinn, mengatakan teruslah berbicara, walaupun tampak konyol karena bayi berusia di bawah 3 tahun belum pandai menjawab dan menanggapi. Dengan berbicara kepada si Kecil, Ibu telah mengajarkan si Kecil tidak hanya pada kemampuan berbicara namun juga pada aspek sosial si Kecil. 2. Jadi “Role Model” Si Kecil Menjadi “role model” si Kecil dapat dilakukan dengan memperbaiki kesalahan kalimat yang mungkin saja salah diucapkan. Memperbaiki yang benar adalah dengan cara merespon ucapan si Kecil dengan penggunaan kalimat atau kata yang benar. Misalnya, saat si Kecil mengucapkan kata “cucu” untuk susu, Ibu bisa membenarkannya dengan merespon “iya, ini susumu”. Hindari untuk mengoreksi ucapannya dengan terang-terangan. Mengoreksi kata-kata si Kecil dengan terang- terangan dapat membuatnya tidak nyaman dan membuatnya berpikir apa yang si Kecil lakukan selalu salah di mata Ibu. 3. Bernyanyi dan Bercerita Bernyanyi dan bercerita merupakan cara efektif yang dapat Ibu lakukan sebagai stimulasi perkembangan berbicara si Kecil. Pasalnya, tak hanya memberikan pelajaran pada perkembangan berbicara namun juga merupakan cara bermain si Kecil yang menyenangkan. Si Kecil pasti senang untuk diajak bernyanyi. Ibu dapat memilihkan lagu sederhana yang mudah untuk diingat dan dihafalkan si Kecil. Ibu juga bisa mengajarkan si Kecil bercerita tentang kesehariannya atau sekedar menceritakan cerita dongeng kepadanya. Bernyanyi dan bercerita mampu mengembangkan kosa kata berbahasanya serta melatih daya ingatnya pada suatu hal salah satunya melalui lagu. 4. Instruksi dan Pertanyaan Penting bagi Ibu untuk memberikan instruksi dan pertanyaan untuk mengasah kemampuan berbicara si Kecil. Dengan memberikan instruksi kecil seperti “Dik, ambilkan Ibu sendok makan”, si Kecil akan mengetahui kosa kata benda dan belajar menanggapi seperti “Dimana?”, “Ini ya bu?”. Stimulasi lain juga dapat diberikan melalui pertanyaan. Tanyakan hal-hal sederhana yang sekiranya mampu untuk si Kecil tanggapi. Misalnya, “Adik tadi sore main dimana?”.“Adek mau makan?”, dan sebagainya. Stimulasi yang Ibu berikan melalui perkataan, akan si Kecil simpan dalam
  • 34. 26 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini memorinya dan suatu saat si Kecil akan meniru apa yang dia dengarkan, baik yang diajarkan orangtua maupun lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penting juga bagi Ibu untuk selalu mengajarkan si Kecil berbicara dengan kata-kata yang positif dan tetap menjaga lingkungan si Kecil agar tetap kondusif. Marikitatengokbersamamaknakatacerdasdankecerdasan.Cerdasberdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kondisi kemampuan anak dalam berpikir, tajam berpikir, sempurna perkembangan akal budinya. Sedangkan kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi dalam rangka menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan anak dapat diketahui sejak usia dini. Mereka akan memasuki usia 0-7 tahun ketika berada di dalam masa eksplorasi. Pada saat ini orang tua dapat mengenali dan menggali potensi kecerdasan anak. Salah satu caranya adalah dengan membebaskan anak untuk memilih aktivitas yang disenanginya. Pada masa ini, anak-anak memasuki usia keemasan dimana perkembangan sel sarafnya berkembang dengan pesat. Oleh karena itu, stimulasi oleh orang tua dan pendidik sangat diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan anak. “Kecerdasan seorang anak tidak semata-mata mampu berprestasi di bidang akademik, mampu menyelesaikan persoalan sehari-hari dan menunjukkan kemampuan yang gemilang dalam bidang spesifik juga menunjukkan kecerdasan seseorang.” (Catherine Yusuf, M.Psi., Psi., CGA) Kecerdasan anak yang kita kenal dapat berupa Intelligence Quotient (IQ) yang merupakan kecerdasan tunggal dari individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif individu tersebut, Emotional Quotient (EQ) yang merupakan kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, mengendalikan diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan termasuk kerja sama dan kemampuan bersosialisasi, serta Spiritual Quotient (SQ) yang merupakan kecerdasan untuk mengetahui makna dan value, menempatkan perilaku dan hidup pada makna yang lebih luas. Berdasarkan cerita pada pembukaan tulisan ini, terdapat kecerdasan majemuk pada diri kita masing-masing. Kecerdasan majemuk tersebut terdiri dari 8 jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner dalam Multiple Intellegence, yaitu: • Linguistic intelligence, kemampuan untuk menganalisa informasi yang berhubungan dengan bahasa • Logical-mathematical intelligence, kemampuan untuk berhitung dan menyelesaikan masalah secara abstrak. • Spatial intelligence, kemampuan untuk mengenali bentuk dan gambar spasial.
  • 35. 27 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana • Musical intelligence, kemampuan untuk menghasilkan, mengingat dan membaca pola dari suara • Bodily-kinesthetic intelligence, kemampuan untuk menggunakan tubuh untuk membuat sesuatu. • Naturalistic intelligence, kemampuan untuk dapat membedakan berbagai macam jenis binatang dan tanaman dan beberapa cuaca. • Interpersonal intelligence, kemampuan untuk memahami motivasi, keinginan, dan kondisi emosi orang lain. • Intrapersonal intelligence, kemampuan untuk memahami motivasi, keinginan, dan kondisi emosi diri sendiri. Semakin banyaknya jenis kecerdasan anak menyadarkan orang tua bahwa anak itu tidak hanya pintar di satu bidang, tetapi mereka dapat memiliki kecerdasan di berbagai bidang, tidak hanya di bidang eksak saja. Hal ini dapat membuat orang tua untuk dapat mengenali kecerdasan dan bakat anak. Seringkali kita jumpai pemaksaan yang dilakukan orang tua terhadap anak agar berkembang menurut apa yang mereka sukai/inginkan. Padahal, anak akan berkembang lebih pesat apabila diasah sesuai dengan bidang yang diminatinya. Para orang tua hendaknya sering menghabiskan waktu bersama anak-anaknya melalui kegiatan-kegiatan seru di dalam atau di luar rumah, saat liburan ataupun hari- hari biasa. Kegiatan yang mampu mengoptimalkan kecerdasan dan memancing anak untuk dapat menunjukkan bakatnya. Prinsip dalam menstimulasi kemampuan anak adalah tanpa paksaan, bila perlu sambil bermain dan belajar sehingga anak sadar dan berada di lingkungan yang kondusif untuk melatih kemampuannya. Sampai saat ini, tidak ada indikator dan alat ukur yang jelas untuk mengukur kecerdasan seseorang, kecuali untuk mengukur IQ. IQ dapat diukur melalui serangkaian psikotest, tetapi hasilnya dapat berubah sesuai dengan usia manusia. Ada beberapa tes yang dapat digunakan, antara lain Wechles Intellegence Scale for children (WISC) yang digunakan mengukur kemampuan kognitif anak usia 5- 15 tahun, mengukur kemampuan verbal dan logika anak, tes IQ Fischer-Price, yaitu tes yang digunakan pada anak usia enam bulan hingga satu tahun dan dilakukan pada orang tua sang bayi. Mereka ditanya 10 pertanyaan mengenai perilaku dan respon bayi terhadap beberapa situasi., dan Bayley Scales of Infant Development yang dapat dilakukan pada bayi berumur 1 bulan hingga 42 bulan. Melalui serangkaian tes IQ dan tes minat bakat, orang tua dapat mengetahui kecerdasan IQ anak serta peminatan dan bakat mereka. Selain melalui pengukuran kecerdasan standard, ada cara lain untuk mengetahui kecerdasan seseorang yaitu melalui pengamatan yang dapat dilakukan oleh guru, pengasuh, dan seluruh anggota keluarga. Selain itu, peran guru dan pengasuh serta lingkungan sekitar sangat penting dalam mendeteksi kecerdasan anak sejak dini.
  • 36. 28 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Q NahBu,pentingjugabagiIbuuntuktidakmembanding-bandingkankemampuansi Kecil dengan anak lainnya. Perlu diketahui bahwa perkembangan dan pertumbuhan setiap anak berbeda-beda. Namun, tetap usahakan stimulasi yang maksimal agar tumbuh kembang si Kecil sesuai, cepat tangkap dan aktif bergerak. E. Rangkuman Secarasederhana,komunikasiefektifterjadiapabilaorangberhasilmenyampaikan apayang dimasudkannya. Menurut Tubbs, (Yusrizal:2005)”secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang lain. Contoh; menengok kearah sumber suara, mengerti kalimat sederhana, senang mendengarkan cerita, mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari yang sederhana hingga yang lebih sukar. Perkembangan kemampuan komunikasi aktif yaitu kemampuan untuk menyatakan perasaan dan keinginannya melalui tangisan, gerakan tubuh, maupun dengan kata-kata. Sebagai makhluk sosial, anak akan selalu berada diantara atau bersama orang lain. Kecerdasan anak yang kita kenal dapat berupa Intelligence Quotient (IQ) yang merupakan kecerdasan tunggal dari individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif individu tersebut, Emotional Quotient (EQ) yang merupakan kemampuan mengontrol dan menggunakan emosi, mengendalikan diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan termasuk kerja sama dan kemampuan bersosialisasi, serta Spiritual Quotient (SQ) yang merupakan kecerdasan untuk mengetahui makna dan value, menempatkan perilaku dan hidup pada makna yang lebih luas. F. Latihan 1. Amatilahperkembangankomunikasi pasif Balita di lingkungan keluarga Anda, rekamlah apa yang disampaikan Balita tersebut! 2. Amatilah perkembangan komunikasi aktif Balita di lingkungan Anda, analisislah perbendaanya dengan komunikasi pasif! 3. Bagaimana merangsang komunikasi pasif Balita! 4. Bagaimana merangsang komunikasi aktif Balita! 5. Kecerdasan Balita perlu diperhatikan dari dini, berikan alasannya!
  • 37. 29 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana BAB V STIMULASI MENOLONG DIRI SENDIRI DAN TINGKAH LAKU SOSIAL Indikator Hasil Belajar: setelah mempelajari BAB V ini, peserta diklat diharapkan dapatmempraktikkan stimulasi menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial
  • 38. 30 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini A. Pengertian menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial Proses belajar anak tidak hanya melalui latihan yang diberikan, tetapi juga den- gan meniru tingkah laku orang dewasa atau anak yang lebih besar sehingga or- angtua perlu menjadi teladan bagi anak. Salah satu hal yang bisa orangtua lakukan adalah mengajarkan tentang bagaimana caranya bergaul dan bertingkah laku yang sesuai dengan norma atau nilai yang dianut keluarga maupun masyarakat. Kemampuan menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial diharapkan dapat mem- bantu anak untuk menjadi pribadi yang mandiri, mudah bergaul, dan mudah be- radaptasi dengan lingkungan. Menolong diri sendiri adalah kemampuan dan keterampilan seorang anak untuk melakukan sendiri kegiatan sehari-hari untuk dirinya sendiri. Proses anak dalam me- nolong dirinya sendiri harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan agar ke- mampuan menolong dirinya sendiri menjadi suatu kebiasaan yang menetap hingga anak besar. Kemampuan menolong diri sendiri dapat membantu anak mengem- bangkan keberanian dan kepercayaan dirinya sehingga orangtua harus memberi- kan kesempatan kepada anak untuk menolong dirinya sendiri meskipun hasilnya dirasakan kurang maksimal. Sementara itu, tingkah laku sosial mudah dilihat melalui kemampuan anak dalam bergaul dan menempatkan dirinya. Anak yang mampu bergaul adalah anak yang mampu untuk menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga maupun dengan orang lain.Tujuan melatih kemampuan bergaul adalah agar anak dapat mudah berkawan, tidak canggung ketika memasuki lingkungan baru, serta men- gerti disiplin, sopan santun, dan aturan-aturan, baik di dalam maupun di luar rumah. B. Stimulasi menolong diri sendiri menurut tahapan perkembangan anak usia dini Usia (ta- hun) Tugas perkembangan anak Alat bantu Kegiatan Manfaat 0-1 Dapat menggunakan alat minum (cangkir plastik/gelas plastik) cangkir plastik/gelas plastik Memberi kesempatan anak untuk menggunakan cangkir/gelas plastik >>orangtua memberikan cangkir/gelas plastik yang berisi minuman (air putih atau susu) kepada anak dan men- gajarkan cara memegang cangkir/ gelas tersebut kemudian meminumnya. Kemudian orangtua mengajak anak un- tuk minum bersama dari cangkir/gelas masing-masing meningkatkan kemandirian
  • 39. 31 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Menyuap makanan sendiri Makanan dan alat makan Memberi kesempatan anak untuk ma- kan sendiri >>orangtua menyiapkan piring/ mangkok berisi makanan, anak diberi- kan sendok yang aman bagi usianya. Orangtua mencontohkan cara me- megang sendok dan cara menyuapkan makanan. Kemudian orangtua menga- jak anak untuk makan bersama meng- gunakan alat makan masing-masing 1-2 Mampu memakai dan melepaskan pakaian sendiri Pakaian(baju,cela- na),sepatu,sandal Memberi kesempatan kepada anak untuk memakai baju sendiri Melatih penanaman nilai-nilai kemadirian Mampu mencuci tangan sendiri Air yang mengalir, sabun Memberi contoh danmemberikanke- sempatan kepada anak cara mencuci tangan, misalnya sebelum makan (+ praktik 6 langkah cuci tangan Melatih penanaman niai-nilai kemandirian, memahamipentingn- yakebersihan tangan Mampu belajar menggosok gigi sendiri Sikat gigi, pasta gigi Memberi contoh dan memberikan ke- sempatan kepada anak untuk meng- gosok gigi sendiri >>orangtua mengajak anak untuk menggosok gigi bersama, orangtua menggunakan gosok gigi dewasa dan anak diberikan gosok gigi anak-anak. Orangtua mencontohkan bagaimana cara menggosok gigi di depan anak Melatih penanaman niai-nilai kemandirian, memahami penting- nya kesehatan gigi 2-3 Bisa mengatakan keinginan untuk buang air kecil dan air besar Kamar mandi,jam- ban Orangtua melatih cara buang air besar dan buang air kecil, misalnya dengan bertanya ke anak, “Kenapa kok perutn- ya dipegangi? Mulas ya? Mungkin kamu mau BAB, coba yuk ke kamar mandi” Melatih anak untuk menyampaikan ke- inginan dan kebutu- hannya serta menan- amkan nilai disiplin Makan menggunakan sendok tan- pa tumpah Sendok dan perala- tan Makan Ketika anak mulai mampu dan terbiasa menyuap makanan sendiri, orangtua perlu memperhatikan apakah anak mampu menyuap tanpa tumpah. Jika masih tumpah, orangtua mendampingi anak dan me-reward anak misal den- gan pujian ketika berhasil melakukan- nya. Pun bila masih belum mampu, orangtua tetap memuji karena anak sudah berusaha. Meningkatkan ke- mampuan anak da- lam mengenali benda dan menggunakan sesuai fungsinya Menuang minuman dariceret/ teko/kendi/botol ke gelas Ceret/teko/kendi/ botol, gelas/cangkir Ajari anak menuang air dari teko atau botol ke dalam gelas. Bila sudah ter- ampil, biarkan anak melakukannya sendiri(tanpa dibantu) Meningkatkan ke- mampuan anak da- lam mengontrol ger- akan-gerakan halus, melatih kepercayaan diri, kesabaran, dan kemandirian Mencuci tangan, kaki, dan men- geringkannya Air, sabun, serbet, tis- sue, pemutar Kran, keset Biasakan anak untuk mencuci tangan sesuai dengan langkah-langkahnya dan mengeringkannya, misalnya sebe- lum dan sesudah makan. Orangtua dapat juga sekaligus mengajarkan anak untuk mencuci kaki setelah ber- main di luar dan sebelum tidur Meningkatkan ke- mampuan anak untuk menjaga kebersihan dan kesehatan diri 3-4 Mengangkat piring dan gelas kotor sisa makanan/minumannya ke tempatnya Piring dan gelas kotor Ajari anak untuk terbiasa meletakan pir- ing atau gelas sehabis makan ke tem- patnya Melatih kepercayaan diri, kesabaran, dan kemandirian
  • 40. 32 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Cuci tangan dan kaki tanpa dib- antu Sabun, air mengalir Biasakan anak untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan kaki sebelum tidur sendiri tanpa dibantu Melatih hidup bersih dan disiplin Memakai sendiri sandal/sepatu tanpa tali Sandal atau sepatu tanpa tali Melatih anak untuk dapat memakai sandal/sepatu tanpa tali Melatih kepercayaan diri, kesabaran, dan kemandirian 4-5 Memegang garpu dan sendok dengan jari-jari Garpu, sendok, dan makanan Menggunakan garpu dan sendok ketika makan Kemandirian dan mo- torik halus Menggunakan pisau Makanan, pisau Melatih anak memegang pisau dan menggunakannya M e m p e r k e n a l k a n cara memegang dan menggunakan pisau Melepas pakaian yang tidak ber- kancing Pakaian Beri kesempatan anak untuk membuka pakaian sendiri tanpa dibantu Melatih koordinasi tan- gan dan mata Berpakaian sendiri secara mandiri Pakaian Beri kesempatan anak untuk berpaka- ian sendiri, bila belum mampu, orangtua dapat membimbing Melatih koordinasi mata dan tangan, kemandirian, percaya diri Mengikat tali sepatu Sepatu bertali • Tunjukkan dengan contoh bagaima- na caranya membuka tali sepatu • Ulangi beberapa kali sampai anak dapat mengerjakannya sendiri dengan benar Melatih koordinasi tangan dan mata, ke- mandirian Berusaha membuat pita tali sepatu Sepatu bertali Contohkan kepada anak membuat pita pada tali sepatu dan beri kesempatan baginya untuk mencoba membuatnya Melatih keterampilan tangan Belajar cebok sendiri Air Ajari anak untuk membersihkan diri setelah BAB/BAK, orangtua bisa mem- bantu menuangkan air dan anak yang membersihkannya Melatih kebersihan diri, kemandirian Mengeringkan badan setelah man- di Handuk Ajari anak menggunakan handuk untuk mengeringkan badan setelah mandi Melatih kebersihan diri, kemandirian 5-6 Dapat memakai pakaian yang ber- kancing secara mandiri Pakaian berkancing Ajari anak untuk memakai pakaian sendiri Melatih kemampuan anak dan kemandi- rian Membuat pita tali sepatu Sepatu bertali Beri kesempatan anak membuat pita pada tali sepatu Melatih kemampuan dan kreativitas Toilet training(menyiram WC, cebok sendiri, mengeringkan, dan meng- gunakan celana dalam sendiri) - Ajari anak cara mengambil air dengan baik dan menyiram bagian badannya agar bersih dari kotoran. Berikan lap un- tuk mengeringkannya dan minta anak memakai kembali pakaiannya Melatih kemandirian Mandi sendiri Air, sabun, handuk, gayung Beri kesempatan anak untuk mandi sendiri dengan mengajari anak untuk menggosok badan dengan sabun, membersihkan dengan air, dan men- geringkan badan dengan handuk Melatih kemandirian Berani dalam suasana baru tanpa didampingi orangtua atau pen- gasuh - Kenalkan anak pada lingkungan baru dan beri kesempatan ia untuk berad- aptasi Melatih kemandirian dan keberanian
  • 41. 33 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana C.Stimulasi tingkah laku sosial menurut tahapan perkembangan anak usia dini Usia (ta- hun) Tugas perkembangan anak Alat bantu Kegiatan Manfaat 0-1 Tersenyum dan kontak mata den- gan orang lain Orangtua dan orang lain belum dikenal Orangtua mengenalkan anak kepada orang lain Meningkatkan hubu- ngan dengan orang lain dengan rasa aman Menunjukkan rasa sayang kepada orang lain, boneka, atau mainan Mainan, boneka, orang, binatang Orangtua mencontohkan dengan me- meluk boneka, orangtua memeluk/ mengelus anak, orangtua bersama anak memberi makan atau mengelus hewan peliharaan Menumbuhkan rasa kasih sayang, men- ingkatkan kepekaan/ kepedulian anak ter- hadap orang lain/bi- natang 1-2 Mengenali dirinya sendiri melalui kaca cermin Cermin Mengajak anak untuk mengenal diri sendiri melalui cermin mengajak anak bercermin sambil ber- tanya “itu ada siapa?” Meningkatkan pema- haman tentang dir- inya Menunjukkan rasa takut terhadap tempat baru dan orang asing T e m p a t / s u a s a n a baru, orang-orang lain Mengajak anak ke tempat/suasana baru dan memperkenalkan anak kepa- da orang-orang lain Meningkatkan ke- mampuan menyesuai- kan diri terhadap tem- pat baru/orang asing Mengetahui mana yang menjadi miliknya atau bukan Mainan, benda-ben- da sekitar Menyampaikan dan mengenalkan ke- pada anak mainan/benda yang men- jadi miliknya dan bukan miliknya Meningkatkan ke- mampuan anak da- lam memahami nor- ma sosial 2-3 Mampu mengenali teman laki-laki dan perempuan Boneka, teman se- baya Mengenalkan perbedaan antara la- ki-laki dan perempuan dengan bermain bersama teman laki-laki dan peremp- uan atau bermain boneka Mengenal perbedaan Mampu bekerja sama dengan teman Teman sebaya dan alat permainan Bawa anak mengamati anak-anak lain yang sedang bermain dan beri kesem- patan anak untuk bergabung dengan anak-anak lain Meningkatkan rasa kebersamaan Mengenali jenis perasaan diri sendi- ri dan orang lain Ekspresi diri dan orang lain, buku cer- ita, nyanyian Bercerita, bernyanyi, dan merangsang anak untuk mengatakan perasaannya, misalnya dengan “kalau adik ketawa, adik merasa senang ya, “adik kok cem- berut? Adik sedih ya denger lagunya”, “mainannya kenapa dibanting-bant- ing? Adik marah?” Belajar mengenali dan mengelola emosinya 3-4 Bermain dengan teman Sebaya Teman sebaya dan alat permainan • Beri kesempatan pada anak untuk bermain dengan teman sebayanya • Sediakan beberapa jenis permainan yang bias dipergunakan bersama-sama • Biasakan anak untuk meminta ijin jika akan meminjam mainan temannya dan harus mengembalikannya • Ajarkan anak untuk mengikuti aturan permainan Melatih anak berso- sialisasi, berkomunikasi dan mengenal nor- ma(kejujuran,sportivi- tas,dll) serta percaya diri Menunggu giliran Menunggu giliran Permainan berkelom- pok Biasakan anak untuk menunggu giliran ketika bermain sesuai dengan aturan permainan Melatih disiplin, kesa- baran, dan menghar- gai orang
  • 42. 34 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Bisa memberi dan menerima Makanan, mainan, buku cerita, dll •Ajarkan anak untuk mau berbagi makanan, mainan, buku cerita dll •Pujilah anak bila mau berbagi Melatih anak untuk menghargai dan memahami kebutu- han orang lain Bisa bergaul dengan orang yang lebih dewasa atau orang tua - Ajaklah anak mengunjungi keluarga atau tetangga dan perkenalkan anak pada orang lain misalnya tamu, te- tangga Melatih anak meng- hormati/sopan santun dan berkomunikasi dengan orang lain yang lebih tua 4-5 Mulai menyadari akan perilaku baik dan buruk Contoh keteladan, buku dongeng Ajarkan anak memahami perilaku baik dan buruk dengan memberi contoh ket- eladanan Mengetahui perbe- daan perilaku baik dan buruk dan men- gajarkan norma Menunjukkan dengan cara sopan emosi yang dirasakan anak Permainan berkelom- pok Biasakan anak untuk menunjukkan tingkah laku sopan bila sedang marah, kesal, dan gagal, misalnya orangtua mendekati anak dan berkata “kamu lagi kesal ya? Sini, duduk dulu, yuk am- bil nafas bareng sampai rasa nggak nyaman di dadamu mulai berkurang. Gimana?” Melatih mengendali- kan emosi 5-6 Dapat menjalin persahabatan yang erat dengan teman sebaya Permainan yang bisa dimainkan bersama teman-teman se- baya atau di dalam kelompok •Memfasilitasi anak untuk bergaul/ber- sosialisasi dengan teman sebaya •Membimbing anak untuk bergaul/ber- sosialisasi dengan teman sebaya •Membimbing anak untuk mampu membedakan mana yang menjadi mi- liknya dan milik orang lain •Bermain bersama seperti ular naga atau ular tangga •Bermain siapa cepat dia dapat den- gan musik: ada 5 kursi tetapi jumlah anak ada 6, lalu ketika musik dimatikan, anak yang tidak dapat kursi keluar dari permainan. Lakukan sampai kursi yang tersisa tinggal satu dan ada dua anak •Mengenali berbagai macam ekspresi, em- osi •Mengenali aturan main •Anak lebih ramah, senang bergaul, lebih percaya diri •Belajar mengatasi konflik ketika mengh- adapi masalah •Belajar toleransi dan empati •Bekerja sama/tidak egois •Belajar kepemimp- inan Memilih pertemanan yang memiliki minat sama Berbagai jenis mainan, misaln- ya mobil-mobilan, masak-masakan, dll Berikan kesempatan pada anak untuk bermain secara kelompok, berdasar- kan minat yang telah mereka tentukan sendiri • Mulai mengidenti- fikasi diri sendiri den- gan tokoh tauladan • Bekerja sama Mulai mengenali berbagai macam budaya berdasarkan tampilan fisik Buku cerita, dongeng dari berbagai daer- ah •Menceritakan dongeng-dongeng dari berbagai daerah •Melatih anak untuk membedakan berbagai jenis suku yang ada di Indo- nesia •Memperlihatkan foto-foto orang dari berbagai macam budaya •Menanamkan cinta tanah air •Meningkatkan cinta kepada Tuhan YME •Belajar menghargai perbedaan Mulai mengenali mana yang baik dan buruk berdasarkan nilai bu- daya dan agama Buku cerita yang mengenalkan nilai- nilai keagamaan dan kebudayaan •Orangtua dan anak melakukan ritual keagamaan bersama (berdoa, shalat, ke gereja, membaca kitab suci) •Memberikan contoh kepada anak tentang hal-hal yang dilakukan oleh anak (hormat, santun, terbiasa mengu- cap salam, berdoa, mencintai Tuhan dan ciptaan-Nya) Anak belajar mem- bedakan berbagai macam perilaku beserta konsekuen- si yang mungkin ditemuinya di lingkun- gan sekitar
  • 43. 35 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Bersemangat untuk ikut aktivitas dan aturan di kelas - Beri kesempatan anak mengikuti ke- giatan di kelas dan mendorong anak supaya selalu bersemangat dalam set- iap aktivitas dengan teman Membangun kebersa- maan Ingin menjadi mandiri seperti orang dewasa - beri kesempatan anak melakukan ke- giatan sendiri tanpa dibantu saat ia ber- tingkah laku seperti orang dewasa Melatih kemandirian anak Meminta maaf untuk kesalahan yang diperbuat - Biasakan anak meminta maaf apabila melakukan kesalahan Melatih kesabaran atas kesalahan yang diperbuat baik sen- gaja maupun tidak disengaja Mau menolong teman - Saat bermain, ajarkan anak membantu temannya jika diperlukan Melatih empati dan kasih sayang Bekerja sama dalam kelompok ke- cil Alat permainan Beri kesempatan anak untuk bekerja sama dengan teman-temannya, mel- alui bermain bersama. Apabila anak enggan, orangtua dapat mendampingi anak saat bermain Melatih anak mengi- kuti aturan main, mel- atih kerja sama D.Rangkuman Menolong diri sendiri adalah kemampuan dan keterampilan seorang anak untuk melakukan sendiri kegiatan sehari-hari untuk dirinya sendiri. Proses anak dalam me- nolong dirinya sendiri harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan agar ke- mampuan menolong dirinya sendiri menjadi suatu kebiasaan yang menetap hingga anak besar. Kemampuan menolong diri sendiri dapat membantu anak mengem- bangkan keberanian dan kepercayaan dirinya sehingga orangtua harus memberi- kan kesempatan kepada anak untukmenolong dirinya sendiri meskipun hasilnya dirasakan kurang maksimal. Sementara itu, tingkah laku sosial mudah dilihat melalui kemampuan anak dalam bergaul dan menempatkan dirinya. Anak yang mampu bergaul adalah anak yang mampu untuk menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga maupun dengan orang lain.Tujuan melatih kemampuan bergaul adalah agar anak dapat mudah berkawan, tidak canggung ketika memasuki lingkungan baru, serta men- gerti disiplin, sopan santun, dan aturan-aturan, baik di dalam maupun di luar rumah.
  • 44. 36 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini QE. Latihan Diskusikan dengan teman Anda, bagaimana meningkatkan kemampuan menolong diri sendiri pada Balita! 1. Analisislah jika ditemukan anak “suka” bertengkar dengan teman-temannya, bagaimana tingkah laku sosialnya! 2. Lakukan wawancara kepada orang tua yang mempunyai Balita, bagaimana tahap anak bergaul dengan teman-temannya! 3. Amati bagaimana sesorang Balita bangkit jika terjatuh dari tempat bermainn- ya! 4. Berikan contoh stimulus untuk meningkatkan jiwa sosial anak!
  • 45. 37 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana BAB VI DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Indikator hasil belajar: setelah mempelajari BAB VI ini, peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan deteksi dini tumbuh kembang balita dan anak
  • 46. 38 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini A. Pengertian deteksi dini tumbuh kembang anak usia dini Orangtua perlu memantau tumbuh kembang anak secara terus menerus. Hal tersebut salah satunya dilakukan untuk mendeteksi sejak dini adanya kemungkinan kelainan pada anak sehingga dapat lebih cepat diambil langkah-langkah antisipa- tif. Sebagai contoh, pada usia tiga tahun anak belum bisa memegang pensil, pada- hal semestinya motorik halus anak sudah berkembang.Bila hal ini terjadi, orangtua perlu berkonsultasi dengan tenaga profesional.Jika memang terjadi gangguan tum- buh kembang, kemungkinan perlu diberikan stimulasi tambahan melalui terapi. Or- angtua juga perlu menerima kondisi anak sepenuhnya dan perlu selalu mendukung anak. B. Memantau tumbuh kembang anak usia dini dengan KKA Pengisian KKA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
  • 47. 39 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
  • 48. 40 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
  • 49. 41 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
  • 50. 42 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini C. Cara melakukan deteksi dini dan mencari solusinya menurut tahapan perkembangan anak usia dini KKA menjadi salah satu alat bagi orangtua untuk memantau perkembangan anak. apabila umur anak sudah melampaui garis merah KKA dan belum dapat melaksan- akan suatu tugas perkembangan tertentu atau dengan kata lain titik perpotongan garis datar tugas dan garis tegak umur (bulan) berada di bawah garis merah, maka anak cenderung mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas perkembangan- nya pada umur tertentu. Apabila orangtua kesulitan menangani hal tersebut, maka orangtua dapat men- yampaikannya kepada kader BKB. Namun, bila solusi dirasakan belum maksimal, maka kader dapat merujuk ke bidan, Puskesmas terdekat, rumah sakit, dokter, psikolog, tenaga pendidik, atau ahli tumbuh kembang lainnya. Proses Rujukan Program BKB adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Keluarga: Rujukan dimulai dari tingkat keluarga, dengan cara mengembangkan kemamp- uan keluarga (khususnya ayah dan ibu) untuk: a. berinteraksi dengan balita b. memantau tingkat perkembangan anaknya dengan KKA dan membahas hasilnya dengan kader BKB dan Kader Posyandu c. memberikan stimulasi sederhana sesuai tingkat perkembangannya 2. Apabila keluarga belum dapat menanganinya, maka kader BKB dan Posyandu melanjutkan rujukan berdasarkan hasil KKA. 3. Apabila ternyata tidak dapat ditangani oleh kader di tingkat kelompok atau Po- syandu, rujukan diteruskan ke Puskesmas terdekat dengan menggunakan surat pengantar rujukan (Lampiran 1). 4. Setelah ditangani oleh para petugas kesehatan di Puskesmas, petugas tersebut
  • 51. 43 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Q memberikan surat keterangan (Lampiran 2), apabila penanganannya sudah di- anggap selesai. 5. Apabila memerlukan penanganan lebih lanjut, petugas Puskesmas merujuk ke Klinik/RS Tumbuh Kembang Anak, ke RSU Tk. I, serta rujukan lain di lingkungan pe- layanan kesehatan, menggunakan sistem rujukan yang ada dalam sistem kese- hatan tersebut. D. Rangkuman Orangtua perlu memantau tumbuh kembang anak secara terus menerus. Hal tersebut salah satunya dilakukan untuk mendeteksi sejak dini adanya kemungkinan kelainan pada anak sehingga dapat lebih cepat diambil langkah-langkah antisi- patif. Memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan kartu kembang anak (KKA) dilakukan untuk mengetahui tahap-tahap pertumbuhan dan perkem- bangan anak. KKA menjadi salah satu alat bagi orangtua untuk memantau perkem- bangan anak. apabila umur anak sudah melampaui garis merah KKA dan belum dapat melaksanakan suatu tugas perkembangan tertentu atau dengan kata lain titik perpotongan garis datar tugas dan garis tegak umur (bulan) berada di bawah garis merah, maka anak cenderung mengalami kesulitan dalam melaksanakan tu- gas perkembangannya pada umur tertentu. E. Latihan 1. Coba amati bagimana kader BKB mendeteksi pertumbuhan dan perkemban- gan anak Balita dengan menggunakan KKA! 2. Bagaimana solusi apabila ditemukan Balita di bawah garis merah? 3. Praktikkan cara menggunakan KKA yang baik dan benar lalu buatlah rekaman videonya secara singkat! 4. Simpulkan dari kelompok BKB di wilayah binaan Anda, adakah Balita yang masih di bawah garis merah? 5. Apa saran Anda kepada orang tua yang mempunyai Balita untuk secara kon- tinyu memeriksa tumbuh kembang anak dengan KKA?
  • 52. 44 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini A. Kesimpulan Dapat dikatakan bahwa masa balita adalah periode keemasan dimana orangtua mempunyai kesempatan yang paling tepat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal. Periode emas merupakan suatu periode yang hanya akan dialami satu kali dalam rentang kehidupan manusia dan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu siklus. Setiap keluarga diharapkan menjadi orangtua yang bertanggung jawab yaitu dengan merencanakan jumlah anak, dan melahirkan pada usia yang tepat. Untuk mengembangkan potensi anak secara optimal maka orangtua perlu merangsang perkembangan balita sesuai dengan tingkat usianya. Pertumbuhan dan perkembangan anak balita pada dasarnya mencakup 2 per- istiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan. Pertumbuhan berkaitan den- gan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ mau- pun individu. Dapat diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan lain-lain. Perkembangan adalah bertambahnya ke- mampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, termasuk aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan (Depkes et all, 2004). BAB VII PENUTUP
  • 53. 45 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana QB. Evaluasi Evaluasi Sumatif Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih a, b, c, d atau e pada jawaban yang tepat! 1. Seorang Balita menampakan wajah tersenyum pada orang yang dilihatnya mer- upakan tahap perkembangan aspek… a. mental b. psikososial c. spiritual d. psikoseksual e. Emosi 2. Sorang Balita dapat memahami aspek psikoseksualnya dari hal-hal… a. makanan yang dimakan b. minuman yang diminum c. pakaian yang dipakai d. ruangan yang dipakai e. Alat makan yang dipakai 3. Tujuan latihan gerakan kasar adalah… a. agar anak dapat terampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan b. agar anak dapat cepat berbicara c. agar anak mudah bermain dengan teman-temannya d. agar anak mudah menerima nasihat e. agar anak berani berbuat 4. Contoh stimulasi dengan memberikan mainan warna kontras (hitam dan putih) untuk melatih… a. gerakan halus dan kasar b. berbicara c. bermain d. berjalan e. belajar 5. Gerakan menulis contoh gerakan… a. gerakan stimulan b. gerakan kasar c. gerakan halus d. gerakan majemuk e. gerakan kompleks
  • 54. 46 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini 6. Hal-hal perlu dilakukan orang tua dalam berkomunikasi terhadap anak, di antaranya… a. Lebih banyak berbicara daripada mendengar b. Lebih banyak menasihati c. Lebih banyak memberi perintah d. Lebih banyak melihat daripada mendengar e. Lebih banyak mendengar daripada berbicara 7. Kekeliruan dalam berkomunikasi dengan anak di antaranya… a. Lupa memandang bahwa setiap anak itu unik b. Mengenal setiap individunya c. Mengetahui yang menjadi kesukaanya d. Melakukan komunikasi sejajar e. Melakukan mendengar aktif 8. Contoh komunikasi Balita “menengok ke arah datangnya suara” merupakan ta- hap perkembangan… a. Komunikasi aktif 0-1 tahun b. Komunikasi pasif 0-1 tahun c. Komunikasi aktif 2-3 tahun d. Komunikasi pasif 2-3 tahun e. Komunikasi pasif 3-4 tahun 9. Pada usia 2-3 bulan, bayi sudah dapat membuat suara yang disebut… a. Babbling b. Cooing c. Coocing d. Sanging e. playing 10. Memberi stimulus dengan cara memberikan kesempatan anak untuk makan sendiri dalam rangka merangsang… a. Menolong diri sendiri b. Tingkah laku sosial c. Berbicara d. Komunikasi pasif e. Komunikasi aktif
  • 55. 47 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana C. Umpan balik dan tindak lanjut Jawaban Evaluasi Sumatif 1. b 2. c 3. a 4. a 5. c 6. e 7. a 8. b 9. b 10. a Setelah membaca dan mempelajari modul ini, diharapkan pada kader BKB atau posyandu dapat membantu masyarakat dengan melakukan KIE dilingkungan se- kitarnya dalam menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan anak Balita sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga. A
  • 56. 48 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana MODUL | Tumbuh Kembang Anak Usia Dini DAFTAR PUSTAKA Orang tua Hebat. BKKBN. 2015 https://www.kalcare.com/artikel/tahapan-perkembangan-komunikasi-anak- kapan-anak-mulai-belajar-bicara/ diakses tanggal 27 Mei 2020 https://slideplayer.info/slide/3106920/ diakses 28 Mei 2020
  • 57.
  • 58. 50 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2020