Laporan kasus ini membahas pasien laki-laki berusia 36 tahun yang mengalami asfiksia trauma akibat kecelakaan bermotor. Pasien mengalami cyanosis, edema, dan perdarahan subkonjungtiva di wajah serta leher akibat tekanan vena yang tinggi. Pemeriksaan penunjang menunjukkan perdarahan paru-paru dan fraktur tulang rusuk. Pasien diberikan terapi oksigen dan steroid untuk mencegah komplikasi.
1. A CASE OF
TRAUMATIC
ASPHYXIA DUE
TO MOTORCYCLE
ACCIDENT
C
A
S
E
R
E
P
O
R
T
K
e
n
n
y
A
m
b
a
r
w
a
t
i
/
1
7
7
1
1
1
2
2
T
u
t
o
r
i
a
l
9
2. 1st Oliver D’Angers (1873) otopsi mayat “ecchymotic mask”
Laird dan Borman : 7 dari 107.000 rumah sakit dan klinik dalam jangka waktu 30
bulan , di antaranya 75.000 telah terlibat dalam kecelakaan besar.
Dwek : 1 kasus dari total 18.500 korban kecelakaan di daerah
dengan lalu lintas militer yang berat.
pada orang dewasa, insidennya adalah 1 kasus per 18.500 kecelakaan.
elama periode Januari 2010 hingga Desember 2011, 3 kasus asfiksia trauma
didiagnosis di unit gawat darurat pediatrik.
(Gulbahar et al., 2015 ; Montes-Tapia, 2014)
Asfiksia = pulselessness.
gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan
oksigen darah berkurang (hipoksia).
3. TERTIMPALEMARI/ATAP
yang mengenai dada dan abdomen
TERHIMPITSAATKECELAKAAN
BERMOTOR
TERTIMPABANGUNAN
TEKNIK MENGUNCI
LAWAN
T
E
R
H
I
M
P
I
T
D
IK
E
R
A
M
A
I
A
N (Montes-Tapia, 2014)
4. kompresi yang berat atau tiba-tiba pada thoraks
maupun abdomen bagian atas ataupun keduanya
àà kompresi pada thoracoabdominal
PATHOPHYSIOLOGY
Peningkatan tekanan intratoraks --> darah dari
sisi kanan jantung dan vena toraks
ke kepala .
Darah dari vena cava superior jantung
Kembali ke kepala dan leher melalui
vena jugularis.
Overdistensi --> kapiler pecah dan stasis dan
venula kulit --> petekie & perdarahan
subkonjungtiva
(Sertaridou et al., 2012).
5. A N A M N E S I S
Riwayat trauma di dada dan abdomen
Keluhan yang dirasakan:
Pusing, kebas, mata merah
P E M E R I K S A A N
P E N U N J A N G
CT Scan
Rontgen Thoraxabdominal
Darah lengkap
Elektrokardiogram
Analisis gas darah
P E M E R I K S A A N F I S I K
craniocervical cyanosis/cervicofacial
cyanosis dan edema, subconjunctival
haemorrhage, petechiae, distensi dari vena
leher
Vital sign : nadi meningkat, tekanan darah
menurun
GCS normal.
DIAGNOSIS
(Kamali et al., 2013)
(Kamali et al., 2013 ; Eken and Yıgıt, 2009).
Gejala klinis pada 90% kasus dan dapat muncul sebagai
agitasi, kehilangan kesadaran, kebingungan, atau kejang
Otorrhea, hemotympanum, tinnitus, dan
gangguan pendengaran dapat juga bisa ditemukan
6. TERAPI
- Survei ABCD
- Oxygen therapy
- Posisikan pasien berbaring
terlentang dengan kepala miring 30
derajad
- Spinal stabilization
- IV line of kriataloid untuk
mencegah komplikasi ke ginjal
- Monitor EKG
- Terapi cedera penyerta
(Ochoa-Jiménez, Víquez-Beita and Alvarado-Arce, 2017).
7. MR. X
USIA 36 TAHUN
LAPORAN
KASUS datang ke IGD
RPS
pasien berada di bawah bus dari
satu sisi dan saat poros berputar
pasien segera pingsan
sebelumnya belum pernah
mengalami hal serupa
Nadi 140x.menit
Tekanan darah 100/65mmHg
Scor GCS 15
Px sistem kardiovaskular dbn
Px wajah, dada, leher : cyanotic,
edematous, dan multiple petechie.
Px mata : perdarahan subkonjungtiva
bilateral.
Px abdomen : dermabraion area 30 × 40 cm
di regio kanan dan iritasi peritoneum di
kuadran kanan atas.
Px Ekstermitas: deformitas dan pergerakan
yg patologis pada 1/3 medial humerus kiri,
dan distalpullness dikeduanya.
PEMERIKSAAN FISIK
(Kamali et al., 2013).
8. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
LAPORAN KASUS
LDH 3350 U / L
Amilase 324 U / L
Total bilirubin
Nilai 2.33mg / dL (maksimum)
Bilirubin direct 0,71mg / dL.
INR 1,23, PT 15,7 detik (52,6%)
aPTT 28,3 dtk.
Nilai kreatin kinase tidak meningkat >
106U / L.
AST: 2294U / L
ALT: 1902U / L
Hb 14.62 g / dL, jumlah WBC 31.390 / mm3,
jumlah trombosit normal
selama pemantauan Hb
turun menjadi 9,05 g / dL
HARI BERIKUTNYA :
(Kamali et al., 2013).
EKG tidak ada kelainan
9. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
gambar 2.
Thorax CT image of the patient.
gambar 3.
Abdomen CT image of the patient.
LAPORAN
KASUS
TERAPI
Terapi oksigen :
5 L / menit, di bawah oksigen dengan masker 100%
Bolus metilprednisolon intravena dosis 30mg / kg.
Infus metilprednisolon 5,4 mg / kg per jam
selama 24 jam.
Reduksi dan pembidaian
pada fraktur di humerus kiri.
Ventilasi mekanis tidak diperlukan
Tidak ada komplikasi yang muncul
Lama dirawat di rumah sakit
t7 hari.
(Kamali et al., 2013).
2 unit suspensi eritrosit
10. June 1, 2021
MDM Company
Multiple petekie di wajah & leher
Edema
Perdarahan subkonjungtiva bilateral
Distensi vena leher
PEMBAHASAN
TEMUAN KLINIS :
Etiologi : akibat terhimpit
saat kecelakaan bermotor.
SESUAI DENGAN DIAGNOSIS GEJALANYA.
1
3
2
4
11. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Perdarahan subkonjungtiva disebabkan
karena adanya pecah pembuluh darah
akibat tekanan kapiler yang tinggi -->
ruptur
PEMBAHASAN
gambar 2.
Thorax CT image of the patient.
gambar 3.
Abdomen CT image of the patient.
di sebelah kanan a
memar paru bilateral yang lebih jelas
dan luas, dan perdarahan alveolar
Gejala petekie pada wajah dan leher
saja tetapi minim petechiae di bagian
tubuh bawah karena obstruksi tekan
vena cava inferior di
dada atau perut
Selain itu , fakta bahwa
bagian bawah tubuh dilindungi dari transmisi
belakang tekanan vena oleh serangkaian
katup bisa mekanisme lain , karena SVC ,
innominate dan
vena jugularis tidak memiliki katup
Edema paru adalah hal yang tersering
terjadi pada kasus asfiksia. Hal ini
disebabkan dari efek hipoksia pada pusat
vasomotor dengan berbagai macam
derajatnya
Emfisema subkutan parasternal
kiri juga terdeteksi.
Fraktur terdeteksi di tulang
rusuk kiri ke-7, ke-8, dan ke-9
Perihepatik dan
cairan perisplenic terdeteksi
Terdapatcairan hemoragik
intrapelvis.
(Kamali et al., 2013) ; Montes-Tapia, 2014).
12. S U R V E I A B C D
TERAPI
R E - P O S I S I
berbaring telentang dengan kepala miring ke
30 derajat
T E R A P I O K S I G E N
mask 5L/menit dengan 100% oksigen
P E M B E R I A N I N F U S R I N G E R L A K T A T
(Kamali et al., 2013).
T E R A P I S U P P O R T I V E
pemasangan bidai pada fraktur
B O L U S I V M E T I L P R E D N I S O L O N ( 3 0 M G / K G )
I N F U S M E T I L P R E D N I S O L O N 5 , 4 M G / K G P E R
J A M S E L A M A 2 4 J A M
13. DAFTAR
PUSTAKA
Eken, C. and Yıgıt, O. (2009) ‘Traumatic asphyxia: A rare syndrome in trauma patients’,
International Journal of Emergency Medicine, 2(4), pp. 255–256. doi: 10.1007/s12245-009-0115-x.
Gulbahar, G. et al. (2015) ‘A Rare and Serious Syndrome That Requires Attention in Emergency
Service: Traumatic Asphyxia’, Case Reports in Emergency Medicine. Hindawi Publishing
Corporation, 2015, pp. 1–4. doi: 10.1155/2015/359814.
Kamali, S. et al. (2013) ‘A Case of Traumatic Asphyxia due to Motorcycle Accident’, Case Reports
in Emergency Medicine, 2013, pp. 1–3. doi: 10.1155/2013/857131.
Montes-Tapia, F. (2014) ‘Traumatic Asphyxia’, British Medical Journal, 2(3536), p. 677. doi:
10.1136/bmj.2.3536.677.
Ochoa-Jiménez, R., Víquez-Beita, K. and Alvarado-Arce, E. M. (2017) ‘Perthes´ Syndrome:
Traumatic Asphyxia’, Journal of Case Reports, 7(1), pp. 22–26. doi: 10.17659/01.2017.0006.
Sertaridou, E. et al. (2012) ‘Traumatic asphyxia due to blunt chest trauma: A case report and
literature review’, Journal of Medical Case Reports, 6, pp. 1–5. doi: 10.1186/1752-1947-6-257.