Dokumen tersebut membahas tentang kedermawanan dan kewajiban umat Islam untuk mengentaskan kemiskinan. Dokumen menyebutkan angka-angka mengenai peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia yang mencapai 330 ribu orang per bulan, sementara jumlah pengguna ponsel bertambah sebesar 1,7 juta per bulan. Dokumen ini menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan secara sistematis yang melibatkan partisipasi individu
2. 2
Jama’ah Shalat Jum’at yang diberkati dan dirahmati Allah swt.
Pertama-tama marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke hadirat Illahi
Rabbi yang telah mencurahkan begitu banyak kenikmatan dalam hidup kita; baik
itu nikmat Islam, nikmat Iman, nikmat ilmu pengetahuan, nikmat kesehatan,
nikmat keluarga, nikmat harta, dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung
dan tidak dapat kita hitung. Semoga Allah swt memberikan kita hikmah dan
kebijaksanaan untuk dapat mensyukuri dan memaknai semua nikmat tersebut
secara baik, benar dan berkelanjutan.
Disamping itu marilah kita terus tingkatkan kualitas dan kinerja ketakwaan kita
semua, sehingga kita dapat menjadi insan yang semakin dekat dengan Allah swt
dan semakin bermanfaat dan berdaya guna bagi sesama dan alam sekitar kita.
Amin ya Rabbal Alamin.
Jama’ah Shalat Jum’at yang diberkati dan dirahmati Allah swt.
Fenomena sosial yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kita semua pada
saat ini adalah masalah kemiskinan, yang nampaknya semakin lama semakin
memburuk di negeri kita tercinta ini.
Laporan Tahun 2006 dari Program Pembangunan PBB menginformasikan bahwa
jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di
Indonesia pada bulan Maret 2006 adalah sebesar 39,05 juta (17,75 persen).
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Februari 2005 yang berjumlah
35,10 juta (15,97 persen), berarti jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 3,95
juta dalam waktu hanya setahun. Berarti setiap bulannya terdapat pertambahan
jumlah orang miskin sekitar 330 ribu orang; atau sekitar 11 ribu orang per hari;
atau sekitar 460 orang per jam Jumlah yang sangat mencengangkan dan
mengkhawatirkan. Dalam hal ini menurut BPS, garis kemiskinan yang digunakan
adalah sekitar Rp. 140 ribu per kapita per bulan (untuk daerah pedesaan), dan Rp.
180 ribu per kapita per bulan (untuk daerah perkotaan).
Pada saat yang sama, Ketua Asosiasi Telepon Seluler Indonesia (ATSI),
mengatakan bahwa sampai akhir Maret 2007 pengguna ponsel di Indonesia telah
mencapai 75 juta. Ini adalah peningkatan dari perhitungan terakhir di 2006 yang
mencapai 70 juta. Dengan kata lain dalam 3 bulan ada peningkatan sebesar 5 juta
pengguna ponsel di Indonesia; atau sekitar 1.7 juta per bulan; 56 ribu per hari;
atau sekitar 2315 pengguna ponsel per jam.
Jadi saat ini setidaknya setiap jam 460 orang bertambah miskin, dan 2315 orang
menjadi pelanggan baru ponsel di negeri kita tercinta ini. Jumlah orang miskin
umumnya bertambah di kawasan pedesaan, dan jumlah pengguna ponsel
umumnya bertambah di kawasan perkotaan.
Statistik di atas adalah suatu contoh, suatu analogi. Nampaknya saat ini di
Indonesia yang miskin tambah miskin, yang kaya tambah kaya. Inilah kenyataan
yang sangat mengkhawatirkan. Sejarah kemanusiaan mengajarkan kita bahwa
kesenjangan kaya-miskin yang begitu besar akan dapat memicu disintegrasi
bangsa dan bahkan revolusi sosial. Tentunya kita tidak mengharapkan ini terjadi
3. 3
di Indonesia. Lantas pertanyaan besarnya, apa yang bisa kita perbuat sebagai
seorang muslim. Bukankah sebagian besar komunitas miskin di Indonesia juga
adalah saudara kita seiman. Dan seandainyapun tidak seiman, bukankah kita
sebagai muslim juga punya kewajiban kemanusian untuk mengentaskan
kemiskinan.
Kemisikinan yang bersifat materil ini perlu dientaskan, karena penyakit sosial
masyarakat ini bisa memicu penyakit-penyakit sosial lainnya, seperti peningkatan
tingkat kejahatan, keputus-asaan yang berujung ke stress dan bunuh diri,
prostitusi. Kemiskinan materil juga dapat berujung pada kemiskinan spiritual,
kekufukuran dan bahkan kemurtadan.
Patut diakui, bahwa pengentasan kemiskinan bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah. Pengentasan kemiskinan perlu usaha yang sistematik, terkoordinir dan
terus menerus yang melibatkan tidak hanya tataran negara, tapi juga tataran
bangsa, komunitas, keluarga dan individu. Pada khutbah kali ini, khatib hanya
akan menyampaikan kewajiban kita sebagai individu dalam proses pengentasan
kemiskinan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jama’ah Shalat Jum’at yang diberkati dan dirahmati Allah swt.
Secara individual, kita dapat berkontribusi dalam proses pengentasan kemiskinan
dengan meningkatkan kualitas kedermawanan kita. Secara syara’ kedermawanan
berarti memberikan sesuatu kepada seseorang yang layak menerimanya. Sesuatu
di sini bisa berupa harta benda, maupun pertolongan dalam bentuk perbuatan
dan pemikiran yang baik dan konstruktif. Bahkan dalam tataran yang tinggi bisa
dalam bentuk kedudukan (kekuasaan) dan bahkan jiwa raga. Kedermawanan yang
dianjurkan adalah yang disertai keikhlasan untuk membantu saudara kita yang
memerlukan dan demi mencari keridlaan Allah. Inilah yang akan mendapatkan
pahala berlipat ganda dari Allah SWT.
Kedermawanan merupakan salah satu sifat Allah swt. Dalam hal ini Rasulullah
saw bersabda :
Sesungguhnya Allah itu Maha Dermawan, cinta kepada kedermawanan
dan Maha Pemurah, cinta kepada kemurahan hati. (HR At-Tirmidzi)
Sesungguhnya Tuhan kalian Mahamalu dan Maha Pemurah. Dia malu
terhadap hamba-Nya jika hamba itu telah mengangkat kedua tangannya
kepada-Nya lalu melepaskan kembali kedua tangan itu dengan hampa
(sia-sia). (HR Ibnu Majah).
Allah swt sendiri menetapkan kedermawanan sebagai salah satu sifat dari orang
yang bertakwa :
4. 4
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertaqwa; (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik
di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan. (QS. 3:133-134).
Rasulullah saw juga menegaskan bahwa kedermawanan juga merupakan salah
satu sifat dari orang beriman :
Keimanan dan kekikiran selamanya tidak akan berkumpul dalam hati
seorang hamba. (HR An-Nasa’i)
Orang yang beriman itu mulia dan dermawan; sedangkan orang yang
bermaksiat itu jahat dan hina. (HR At-Tirmidzi)
Jama’ah Shalat Jum’at yang diberkati dan dirahmati Allah swt.
Siapa saja yang perlu merasakan kedermawanan ?. Secara umum, seorang muslim
haruslah menjadi rahmatan lil alamin. Bermanfaat bagi seluruh entitas di alam
ini. Dalam konteks kedermawan materil, ayat-ayat Al Qur’an berikut menjelaskan
prioritas yang perlu kita perhatikan :
5. 5
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (QS. An-Nisa:36)
Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian
kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang
lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka
itulah orang-orang beruntung. (QS Ar-Rum : 38).
Patut dicatat dalam hal ini, bahwa dalam bersedekah, berinfak maupun berzakat
kita harus memberikan yang terbaik seperti yang telah dipesankan oleh Allah swt
melalui ayat Al Qura’an berikut :
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(QS. Al Baqarah: 267)
Jama’ah Shalat Jum’at yang diberkati dan dirahmati Allah swt.
Kapan kita perlu bersedekah atau berinfak pada saudara-saudara kita ?. Dalam Al
Qur’an surat Ali Imran ayah 133-134 di atas, Allah swt menganjurkan kita untuk
tetap dermawan, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Baik dalam kondisi
kaya maupun miskin. Ketika Rasulullah saw ditanya sedekah seperti apa yang
paling utama, beliau menjawab:
6. 6
Sedekah dari usaha (jerih payah) orang yang miskin. (HR Abu Daud).
Kita tidak perlu takut bertindak dermawan pada saat kita relatif kekurangan,
karena Allah swt yang Maha Memiliki dan Maha Kaya sudah berjanji bahwa
kedermawanan tidak akan membuat kita miskin atau berkurang :
Dan apa yang kalian infakkan, maka Dia (Allah) pasti menggantinya dan
Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya (Q.S. Saba' : 39).
Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku akan berinfak pula
kepadamu. (HR Bukhari dan Muslim)
Harta itu tidak akan berkurang karena disedekahkan … (HR Muslim)
Tidaklah seseorang yang membuka pintu pemberian dengan cara
bersedekah dan bersilaturahmi, kecuali dengan hal itu Allah akan
menambahkan jumlah yang banyak kepadanya. (HR Al-Baihaqi)
Meskipun begitu sebagai manusia, biasanya kita berhitung menggunakan logika
ekonomi manusia. Kalau kita memberikan sesuatu, maka sumberdaya kita akan
berkurang sebanyak yang kita berikan. Manusia umumnya khawatir bahwa
dengan memberi kita akan menjadi lebih miskin, dan kekikiran sepertinya
menjadi sikap yang logis. Allah swt pun sudah mengantisipasi hal ini dengan
memberikan peringatan dan janji berikut :
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah :268)
Logika bahwa kalau kita dermawan kita akan lebih miskin, sebenarnya hanya
absah kalau kita melupakan Allah swt sebagai sumber dari segala sumberdaya.
Disamping itu logika tersebut juga sebenarnya kurang valid kalau kita mengingat
bahwa jaringan distribusi rejeki seseorang akan sangat dipengaruhi oleh keluasan
jaringan sosialnya. Orang yang jaringan sosialnya luas dan baik, secara umum
potensi sumber rejekinya pun juga akan relatif banyak. Dalam hal ini
kedermawanan secara langsung maupun tidak langsung akan memperluas
jaringan sosial orang tersebut dan ujungnya akan membuka lebih banyak pintu
rejeki. Argumentasi ini selaras dengan beberapa hadist dari Rasulullah saw :
7. 7
“Orang dermawan dekat dengan manusia, dekat dengan Tuhan dan dekat
dengan surga. Orang bakhil jauh dari manusia, jauh dari Tuhan dan
dekat dengan neraka". (HR At-Tirmidzi)
Barangsiapa ingin dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya,
maka ia harus memperbanyak tali persaudaraan (silaturahmi) (HR
Bukhari)
Rasulullah saw juga mengingatkan kita, bahwa kekikiran akan sangat merugikan
kita, baik ditinjau dari aspek finansial maupun batiniah :
“Jauhilah olehmu dari kikir (bakhil), maka sesungguhnya kekikiran itu
telah membinasakan manusia sebelum kamu”. (HR Muslim)
"Dari Asma' binti Abu Bakar ra. Bahwasanya ia datang kepada Nabi saw.
Lalu beliau bersabda : "Janganlah kamu kikir, maka Allah (akan) kikir
kepadamu, berilah sesuatu menurut kemampuanmu." (HR: Bukhari)
Jama’ah Shalat Jum’at yang diberkati dan dirahmati Allah swt.
Disamping mendekatkan kita dengan Allah swt dan manusia, serta membuka
pintu-pintu rejeki, Allah swt dan Rasulullah saw juga menginformasikan kita
bahwa kedermawanan akan mempermudah jalan kehidupan kita serta dapat
mengobati penyakit yang kita derita :
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,
dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS Al-Lail: 5-7).
Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah. (HR Baihaqi)
Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak, dan
tetangganya bisa dihapus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar
makruf nahi munkar. (HR Bukhari dan Muslim).
Semoga Allah swt membuka mata hati, fikiran dan perasaa kita, sehingga nilai-
nilai kedermawanan dapat menjadi sikap hidup dan pakaian keseharian kita.
Amin ya Rabbal Alamin.
8. 8
ِﷲُِﺪْﻤَﺤْﻟَا-ِﷲُِﺪْﻤَﺤْْْْﻟَا
KHUTBAH KEDUA
Jama’ah Shalat Jum’at yang diberkati Allah swt.
Menurut hemat khatib, pada era global saat ini, pengentasan kemiskinan adalah
salah satu bentuk jihad fi sabilillah yang perlu kita upayakan secara all-out dan
terus menerus, baik pada tataran individu, keluarga, komunitas, maupun bangsa
dan negara.
Sekecil apapun kapasitas dan kesempatan yang kita miliki, kedermawan sosial
(filantrophi) kita tidak boleh redup. Jadilah orang yang dermawan, baik dengan
harta kita, ilmu kita, perbuatan kita, maupun pemikiran dan ide kita.
Janganlah kita menjadi orang yang egois, yang tidak memikirkan permasalahan
yang sedang menghimpit pemikiran dan perasaan saudara-saudara kita. Mari
gunakan sumberdaya yang di amanahkan Allah swt pada kita untuk meringankan
beban-beban yang menggayuti punggung mereka. Marilah kita coba menghapus
airmata yang mengalir di pipi mereka. Marilah kita tebarkan kembali keceriaan di
tengah-tengah keluarga mereka.
Dalam tasawuf Islam, egoisme adalah penyakit hati dan tirai yang menghalangi
manusia untuk mendekati dan ‘melihat’ Allah swt. Egoisme adalah ruang sempit
yang membatasi pandangan mata hati kita terhadap kemurahan dan anugrah
Allah swt yang berserakan dalam diri dan sekeliling kita. Keluarlah dari ruang
sempit tersebut dan temuilah Allah swt di kalangan orang-orang miskin,
kelaparan, teraniaya, tertindas, janda dan yatim piatu.
Pengalaman empiris kemanusiaan menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya
9. 9
lebih mudah berbuat baik dari pada berbuat jahat. Dengan kata lain kebaikan
adalah jalan fitrah manusia. Secara psikologis, manusia akan lebih sehat kalau
berjalan sesuai dengan fitrahnya. Secara perenial dan diakui di semua komunitas
budaya dan ideologi, kedermawanan adalah salah satu bentuk kebaikan. Dengan
kata lain kedermawanan adalah pola hidup sehat yang mendekatkan diri kita
dengan manusia dan juga Allah swt.
Akhirnya perlu kita camkan di akhir khutbah ini bahwa Allah swt dan Rasulullah
saw telah mengajarkan suatu sunatullah kehidupan (golden rule of life) yang
sangat penting sebagai salah satu pegangan bagi kita dalam mengarungi samudra
kehidupan yang semakin kompleks. Sunatullah kehidupan tersebut adalah :
Kedermawanan akan (1) mendekatkan kita dengan Allah swt, (2)
mendekatkan kita dengan sesama manusia, (3) membuka pintu-pintu
rejeki, (4) mempermudah jalan kehidupan, dan (5) mengobati penyakit
dan kesulitan.
Semoga Allah swt memberikan bagi kita semua, hikmah, kekuatan, kesehatan dan
kesempatan untuk menjadi orang-orang yang dermawan. Marilah kita tingkatkan
kualitas dan kinerja dari kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas kita, sehingga
kita juga dapat memperbesar kapasitas dan kapabilitas kedermawanan kita. Amin
ya Rabbal Alamin.
Jama’ah Shalat Jum’at yang diberkati Allah swt.
Diakhir khutbah Idul Adha ini marilah kita panjatkan doa ke hadirat Allah swt
agar petunjuk, berkah dan rahmat Nya selalu tercurahkan pada kita semua. Mari
kita semua mengamininya, karena kita tidak tahu berdasarkan ‘amin’ dari mulut
siapa doa kita ini akan dikabulkan oleh Allah swt.
َﻦِﯾﺮِﺳَﺎﺨْﻟا َﻦِﻣ ﱠﻦَﻧُﻮﻜَﻨَﻟ َﺎﻨْﻤَﺣْﺮَﺗَو َﺎﻨَﻟ ْﺮِﻔْﻐَﺗ ْﻢﱠﻟ ِنإَو َﺎﻨَﺴُﻔَﻧأ َﺎﻨْﻤَﻠَﻇ َﺎﻨﱠﺑَر
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi" [QS Al-A’raf : 23].
َﺖَﻧأ َﻚﱠﻧِإ ًﺔَﻤْﺣَر َﻚُﻧﺪﱠﻟ ِﻦﻣ َﺎﻨَﻟ ْﺐَﻫَو َﺎﻨَﺘْﯾَﺪَﻫ ْذِإ َﺪْﻌَﺑ َﺎﻨَﺑُﻮﻠُﻗ ْغِﺰُﺗَﻻ َﺎﻨﱠﺑَر
ُبﱠﺎﻫَﻮْﻟا
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha
Pemberi (karunia)." [QS Ali Imran : 8].
ْﺮُﺼَاﻧو َﺎﻨَﻣَاﺪْﻗَأ ْﺖﱢﺒَﺛَو َﺎﻧِﺮْﻣَأ ِﻲﻓ َﺎﻨَﻓَاﺮْﺳِإَو َﺎﻨَﺑُﻮﻧُذ َﺎﻨَﻟ ْﺮِﻔْﻏا َﺎﻨﱠﺑَرَﻰﻠَﻋ َﺎﻧ
َﻦِﯾﺮِﻓَﺎﻜْﻟا ِمْﻮَﻘْﻟا
10. 10
"Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang
berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" [QS Ali Imran : 147].
ْﺐَﻫ َﺎﻨﱠﺑَرًﺎﻣَﺎﻣِإ َﻦِﯿﻘﱠﺘُﻤْﻠِﻟ َﺎﻨْﻠَﻌْﺟَاو ٍﻦُﯿْﻋَأ َةﱠﺮُﻗ َﺎﻨِﺗﱠﺎﯾﱢرُذَو َﺎﻨِﺟَاوْزَأ ْﻦِﻣ َﺎﻨَﻟ
“Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami dari istri-istri kami dan anak cucu
kami yang menyenangkan kami dan jadikanlah kami sebagai ikutan bagi
orang-orang yang bertakwa “ [QS Al-Furqan : 74].
ُﻪَﺘْﻠَﻤَﺣ َﺎﻤَﻛ ًاﺮْﺻِإَﺂﻨْﯿَﻠَﻋ ْﻞِﻤْﺤَﺗ َﻻَو َﺎﻨﱠﺑَر َﺎﻧْﺄَﻄْﺧَأ ْوَأ َﺂﻨِﯿﺴﱠﻧ ِنإَﺂﻧْﺬِﺧَاﺆُﺗ َﻻ َﺎﻨﱠﺑَر
ِﻔْﻏَاو ﱠﺎﻨَﻋ ُﻒْﻋَاو ِﻪِﺑ َﺎﻨَﻟ َﺔَﻗَﺎﻃَﻻَﺎﻣ َﺎﻨْﻠﱢﻤَﺤُﺗ َﻻَو َﺎﻨﱠﺑَر َﺎﻨِﻠْﺒَﻗ ِﻦﻣ َﻦِﯾﺬﱠﻟا َﻰﻠَﻋَﺎﻨَﻟ ْﺮ
َﻦِﯾﺮِﻓَﺎﻜْﻟا ِمْﻮَﻘْﻟا َﻰﻠَﻋ َﺎﻧْﺮُﺼَﺎﻧﻓ َﺎﻧَﻻْﻮَﻣ َﺖَﻧأ َﺂﻨْﻤَﺣْرَاو
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
[QS Al-Baqarah : 286].
َﻦِﯾﺮِﻓَﺎﻜْﻟا ِمْﻮَﻘْﻟا َﻰﻠَﻋ َﺎﻧْﺮُﺼْﻧَاو َﺎﻨَﻣَاﺪْﻗَأ ْﺖﱢﺒَﺛَو ًاﺮْﺒَﺻ َﺎﻨْﯿَﻠَﻋ ْغِﺮْﻓَأ َﺂﻨﱠﺑَر
”Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas kami, kokohkanlah pendirian
kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir itu”. [QS Al-Baqarah
: 250].
ُُﺮِﯾﺪَﻗ ٍءْﻰَﺷ ﱢﻞُﻛ َﻰﻠَﻋ َﻚﱠﻧِإ َﺂﻨَﻟ ْﺮِﻔْﻏَاو َﺎﻧَرُﻮﻧ َﺎﻨَﻟ ْﻢِﻤْﺗَأ َﺂﻨﱠﺑَر
"Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" [QS At-Tahrim : 8].
ِﻣ َﺎﻨِﺗَاء َﺂﻨﱠﺑَرًاﺪْﺷُر َﺎﻧِﺮْﻣَأ ْﻦِﻣ َﺎﻨَﻟ ْﺊﱢﯿَﻫَو ًﺔَﻤْﺣَر َﻚُﻧﺪﱠﻟ ﻦ
"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. [QS
Al-Kahfi : 10].
َﻨَﺴَﺣ َﺎﯿْﻧﱡﺪاﻟ ِﻲﻓ َﺎﻨِﺗَاء َﺂﻨﱠﺑَرِرﱠﺎﻨاﻟ َبَاﺬَﻋ َﺎﻨِﻗَو ًﺔَﻨَﺴَﺣ ِةَﺮِﺧَﻷْا ِﻲﻓَو ًﺔ
”Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka”. [QS Al-Baqarah : 201].