Latar belakang: Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai
dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin
dan meluas ke arah pulpa. Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2018, ditemui
prevalensi gigi berlubang/rusak/karies untuk Provinsi Sulawesi Selatan sebesar
55,5%, salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, Kabupaten Jeneponto
juga ditemukan prevalensi yang cukup besar yaitu 48,27% yang didominasi oleh
usia 5-9 tahun. Pengetahuan yang baik akan memberikan dampak perilaku
kesehatan gigi dan mulut yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan:
meningkatkan pengetahuan siswa SDN 82 Bontokatangka terhadap kesehatan gigi
dan mulut. Metode: Penyuluhan dengan teknik demonstrasi dan ceramah di
hadapan siswa menggunakan media flichart, model studi, sikat gigi dan pasta gigi
serta mengukur tingkat pengetahuan dengan kuisioner pre-test dan post-test.
Jumlah responden sebanyak 36 anak SDN 82 Bonto Katangka, Kec. Tarowang,
Kab. Jeneponto. Hasil: Sejumlah 36 responden mengalami peningkatan
pengetahuan dari kurang menjadi baik setelah diberikan penyuluhan yaitu sebesar
36,2%. Simpulan: Seluruh responden mengalami peningkatan pengetahuan
mengenai kesehatan gigi dan mulut.
zxcvbnm
Edukasi Kesehatan Gigi Meningkatkan Pemahaman Siswa
1. LAPORAN INDIVIDU
EDUKASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SDN 82
BONTO KATANGKA
Dr. drg. Nurlinda Hamrun, M.Kes
dr. Aussie Fitriani Ghaznawie, Sp. JP
drg. Eri Hendra Jubhari, M.Kes., Sp.Pros
drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., Sp.BM(K)
Sitti Jahadiyah
KULIAH KERJA NYATA PROFESI KESEHATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
2. “Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut Dalam
Meningkatkan Pemahaman Siswa SDN 82 Bonto
Katangka”
Nurlinda Hamrun, Aussie Fitriani Ghaznawie 2
, Eri Hendra Jubhari 3
, Muhammad
Ruslin 4
, Sitti Jahadiyah5*
1
Dosen Departemen Oral Biology Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Hasanuddin, Indonesia
2
Dosen Departemen Kardiovaskular Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin,Indonesia
3
Dosen Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Hasanuddin, Indonesia
4
Dosen Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Hasanuddin, Indonesia
5
Mahasiswa S1 Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Hasanuddin, Indonesia
1
lindahamrun@gmail.com, 2
oz.ghaznawie@gmail.com, 3
erihjubhari@gmail.com ,
4
mruslin@unhas.ac.id, 5
sittijahadiyah92@gmail.com*
Abstrak
Latar belakang: Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai
dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin
dan meluas ke arah pulpa. Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2018, ditemui
prevalensi gigi berlubang/rusak/karies untuk Provinsi Sulawesi Selatan sebesar
55,5%, salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, Kabupaten Jeneponto
juga ditemukan prevalensi yang cukup besar yaitu 48,27% yang didominasi oleh
usia 5-9 tahun. Pengetahuan yang baik akan memberikan dampak perilaku
kesehatan gigi dan mulut yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan:
meningkatkan pengetahuan siswa SDN 82 Bontokatangka terhadap kesehatan gigi
dan mulut. Metode: Penyuluhan dengan teknik demonstrasi dan ceramah di
hadapan siswa menggunakan media flichart, model studi, sikat gigi dan pasta gigi
serta mengukur tingkat pengetahuan dengan kuisioner pre-test dan post-test.
Jumlah responden sebanyak 36 anak SDN 82 Bonto Katangka, Kec. Tarowang,
Kab. Jeneponto. Hasil: Sejumlah 36 responden mengalami peningkatan
pengetahuan dari kurang menjadi baik setelah diberikan penyuluhan yaitu sebesar
36,2%. Simpulan: Seluruh responden mengalami peningkatan pengetahuan
mengenai kesehatan gigi dan mulut.
Kata Kunci: Karies Gigi, Edukasi, Kesehatan Gigi, Pengetahuan, Anak Sekolah
Dasar.
3. PENDAHULUAN
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin dan meluas ke arah
pulpa. Karies dikarenakan berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat. (1)
The Global Burden of Disease Study pada tahun 2017 melaporkan bahwa
penyakit gigi dan mulut mempengaruhi hampir 3,5 miliar orang di seluruh dunia,
dengan karies gigi permanen menjadi kondisi yang paling umum. Secara global,
diperkirakan 2,3 miliar orang menderita karies gigi permanen dan lebih dari 530
juta anak menderita karies pada gigi sulungnya. Menurut riset kesehatan dasar
Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 menunjukkan bahwa 93% anak di Indonesia
mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut, berarti bahwa hanya 7% yang tidak
mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut. (2,3)
Prevalensi karies gigi di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2007 penderita
karies gigi aktif sebesar 43,4%. Kemudian, pada tahun 2013 meningkat menjadi
53,2%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 6
tahun telah terjadi peningkatan prevalensi karies gigi aktif di Indonesia sebesar
9,8%. (4)
Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2018, ditemui prevalensi gigi
berlubang/rusak/karies untuk Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 55,5%, salah satu
kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, Kabupaten Jeneponto juga ditemukan
prevalensi yang cukup besar yaitu 48,27% yang didominasi oleh usia 5-9 tahun
yaitu 65,51%.(5)
Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang tergambarkan di Desa Bontoujung,
Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto yaitu berdasarkan data yang diperoleh
dari Puskesmas Tino setempat, masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling besar
yaitu karies/gigi berlubang, khususnya pada anak-anak masih banyaknya yang
mengonsumsi jajanan seperti es krim, permen, kue dll, pada waktu diantara waktu
makan, beberapa anak yang ditemukan tampak gigi yang rusak dan berlubang.
The American Dental Association merekomendasikan setiap individu harus
menyikat dan membersihkan gigi setidaknya dua kali sehari dan mengunjungi
dokter gigi secara teratur untuk mencegah penyakit mulut utamanya karies gigi
Kurangnya praktik kebersihan mulut seperti menyikat gigi, flossing, dan kunjungan
gigi berkala harus dikembangkan sejak dini agar tidak menyebabkan perkembangan
penyakit mulut. (6)
Berdasarkan penelitian di Daverenge tahun 2016, anak-anak mengira sikat gigi
yang tidak teratur hanya menyebabkan karies (46,80%), tetapi mereka kurang
menyadari penyakit gusi dan bau mulut. Sekitar 64% anak-anak menjawab
mengenai masalah gigi disebabkan karena makan es krim saja; Namun, penyebab
lain seperti cara menyikat gigi yang tidak tepat, tidak berkumur, dan kunjungan ke
dokter gigi yang tidak teratur sedikit disebutkan oleh anak-anak. Dan 48,28% anak
menyebutkan bahwa masalah gigi dapat dicegah dengan menghindari makanan
manis dan lengket, sedangkan teknik pencegahan lainnya seperti metode menyikat
4. gigi yang benar, berkumur setelah makan, dan kunjungan gigi secara teratur kurang
dikenal. Hasil ini menunjukkan bahwa diperlukan peningkatan pengetahuan
terhadap pembelajaran menjaga kesehatan gigi serta teknik menyikat gigi yang
benar. (6)
Usia sekolah merupakan tahap penting dalam pertumbuhan, perkembangan
fisik dan kesehatan anak karena pada usia ini anak mulai mengembangkan
kebiasaan yang cenderung bertahan hingga dewasa salah satunya menjaga
kebersihan mulut. Perilaku kesehatan gigi dan mulut pada anak Indonesia masih
kurang baik karena kurangnya pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan
gigi. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut khususnya pada usia
sekolah perlu mendapat perhatian khusus. Usia sekolah dasar adalah waktu yang
ideal untuk melatih keterampilan motorik anak dan meningkatkan keterampilan
kognitif. (7)
Dari uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah “bagaimana tingkat
pengetahuan siswa SDN 82 Bontokatangka terhadap kesehatan gigi dan mulut?”
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada Jum’at, 25 Juni 2021 bertempat di SDN 82 Bonto
Katangka, Desa Bonto Ujung, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto dengan
sasaran penelitiannya adalah siswa kelas II-IV berjumlah 36 orang.
Metode yang digunakan yaitu penyuluhan dengan demonstrasi dan ceramah di
hadapan siswa SDN 82 Bonto Katangka dengan variabel pengetahuan siswa
terhadap kesehatan gigi dan mulut yang diukur menggunakan kuisioner sederhana.
Adapun bahan yang digunakan selain kuisioner pre-test dan post-test, yaitu media
flichart, model studi, sikat gigi dan pasta gigi.
Tahapan penelitian diawali dengan pencarian referensi dan data awal
berdasarkan masalah kesehatan gigi dan mulut yang terdapat di Desa Bontoujung,
setelah diketahui penyakit karies merupakan masalah utama, selanjutya
mempersiapkan materi serta media penyuluhan. Dalam tahap pelaksanaannya yang
pertama dilakukan adalah memasukkan surat izin, memberikan kuisioner pre-test,
setelah itu memberikan edukasi dengan ceramah dan demonstrasi. Untuk
mendapatkan jawaban post-test dari responden maka diadakan permainan sebagai
bentuk feedback dan memberikan rewards dalam bentuk sikat gigi dan pasta gigi
serta kartu gigi sehat.
5. Gambar 1. Alat dan Bahan yang digunakan
Gambar 2. Kartu Gigi Sehat
HASIL
1.1. Karakteristik Sampel
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 16 44,4
Perempuan 20 55,6
Total 36 100
Sumber: Data Primer, 2021
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin yaitu didominasi oleh anak
perempuan sebanyak 20 orang dibandingkan anak laki-laki 16 orang walaupun
perbandingannya tidak jauh berbeda.
Tabel 2. Kelompok umur
Frekuensi (n) Persentase (%)
< 10 tahun 28 77,8
10 tahun 8 22,2
Total 36 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan kelompok umur, sebanyak 77,8% siswa berada pada usia dibawah
10 tahun dan yang berusia 10 tahun hanya 22,2%. Hal ini dikarenakan pada saat
penelitian, siswa kelas VI telah menyelesaikan pendidikannya sehingga diliburkan.
6. Tabel 3. Tingkatan kelas
Frekuensi (n) Persentase (%)
Kelas II 9 25
Kelas III 9 25
Kelas IV 18 50
Total 36 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 3, distribusi tingkatan kelas terbanyak berada pada siswa
kelas IV yang berjumlah 18 orang, diikuti oleh kelas II dan III masing-masing
sebanyak 9 siswa.
1.2. Kondisi Sebelum dan Setelah Intervensi
Tabel 4. Distribusi jawaban pre-test dan post-test responden
Pertanyaan
Pre-test Post-test
Salah Benar Salah Benar
n % n % n % n %
Gigi berlubang adalah gigi yang
rusak secara permanen di daerah
permukaan keras gigi yang
berkembang mulai dari lubang kecil
sampai menjadi lubang yang
merusak gigi
19 52,8 17 47,2 3 8 ,3 33 91,7
Coklat, donat dan permen
menyebabkan gigi berlubang 11 30,6 25 69,4 0 0 36 100
Kuman-kuman dapat menyebabkan
gigi rusak dan berlubang 19 52,8 17 47,2 7 19,4 29 80,6
Gigi yang berlubang akan
mempunyai dampak sakit gigi jika
tidak dibarengi sikat gigi secara
teratur
17 47,2 19 52,8 2 5,6 34 94,4
Waktu sikat gigi yang baik yaitu
pagi setelah makan dan malam
sebelum tidur
23 63,9 13 36,1 1 2,8 35 97,2
Cara menyikat gigi yang baik dan
benar yaitu
1) Sikat bagian permukaan luar
gigi
2) Bagian permukaan dalam
gigi
3) Bagian atas atau permukaan
oklusal gigi
4) Bagian sela-sela gigi dengan
gerakan mencungkil
5) Bagian permukaan lidah
28 77,8 8 22,2 8 22,2 28 77,8
Sumber: Data Primer, 2021
7. Dari pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuisioner, setiap pertanyaan
mempunyai skor 1 jika menjawab benar dan 0 jika menjawab salah. Berdasarkan
hasil pada kolom pre-test tabel 4, responden ditemukan banyak yang menjawab
dengan benar sebesar 69,4% untuk poin pertanyaan kedua yaitu coklat, donat dan
permen menyebabkan gigi berlubang. Pada pertanyaan poin kelima mengenai
waktu yang tepat menyikat gigi masih banyak responden yang belum mengetahui
hal ini dat dilihat sebesar 63,9% menjawab salah dalam menyikat gigi pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur. Pertanyaan pre-test poin keenam mengenai cara
menyikat gigi yang baik dan benar merupakan pertanyaan yang paling sedikit
dijawab benar oleh responden yaitu hanya 8 responden dengan persentase 22,2%
dalam hal ini ketika mempraktekkan masih banyak yang belum memahami teknik
menyikat gigi.
Berdasarkan tabel 4, setelah diberikan materi penyuluhan dapat dilihat pada
tabel post-test dengan pertanyaan yang sama poin kedua telah terjawab dengan
benar oleh 36 responden, dalam hal ini materi benar-benar telah dipahami. Waktu
yang tepat menyikat gigi dijawab dengan benar oleh 94,4% responden yaitu pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Mengenai cara menyikat gigi yang baik
dan benar, responden sebanyak 77,8% atau sejumlah 28 anak telah memahami dan
mampu mempraktekkannya dengan benar.
Tabel 5. Proporsi pengetahuan pre-test dan post-test responden
Kategori n (%)
Pre-test
Baik 16 44,4
Kurang 20 55,6
Post-test
Baik 29 80,6
Kurang 7 19,4
Sumber: Data Primer, 2021
Tingkat pengetahuan responden selanjutnya dikategorikan menjadi baik dan
kurang untuk pre-test maupun post-test, berdasarkan tabel 5 dapat diamati
pengetahuan sebelum diberikan materi penyuluhan hanya sebesar 44,4% yang
setelah itu berubah menjadi 80,6% atau sebanyak 29 responden. Hasil interpretasi
dari persentase ini yaitu terjadi peningkatan pengetahuan untuk kategori baik
sebesar 36,2%.
PEMBAHASAN
Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah yang memerlukan
penanganan secara komprehensif, karena berdimensi luas serta mempunyai dampak
besar yang meliputi faktor fisik, mental maupun sosial bagi individu yang
menderita penyakit gigi. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem
pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut pada
anak ialah karies gigi. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai
dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin
dan meluas ke arah pulpa. Etiologi karies gigi bersifat multifaktor sehingga akan
8. terjadi bila terdapat interaksi beberapa faktor, yaitu organisme mikro, substrat, host
dan waktu yang bekerja secara simultan. Karies dimulai dengan plak pada
permukaan gigi. Gula dari sisa makanan dan bakteri akan menempel dan pada
waktu tertentu akan berubah menjadi asam laktat dan menurunkan pH mulut
sehingga menyebabkan demineralisasi email. Penurunan pH yang berulang dalam
waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan,
dan proses karies pun dimulai.(8,9)
Berdasarkan hasil penelitian ini, pada poin pertanyaan kedua mengenai
penyebab gigi berlubang banyak yang menjawab benar yaitu sebanyak 25
responden (69,4%) hal ini sama dengan penelitian oleh Vishwanathaiah S., pada
anak sekolah sebesar 64% menjawab benar bahwa penyebab masalah gigi adalah
makanan permen dan es krim. Anak-anak dalam penelitian ini masih banyak yang
belum paham waktu menyikat gigi yang baik dan benar, sama halnya dalam
penelitian sebelumnya bahwa lebih banyak anak menyikat gigi hanya sekali sehari
sebesar 69,57% sedangkan untuk anak yang menyikat gigi dua kali sehari setelah
sarapan dan sebelum tidur sejumlah 30,43%. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan
orang tua tentang pentingnya menyikat gigi dua kali sehari, mengingat bahwa
lingkungan keluarga adalah pembentuk pribadi anak termasuk perilaku menyikat
gigi. Poin keenam merupakan pertanyaan yang jawabannya banyak salah yaitu
teknik menyikat gigi hal ini disebabkan oleh pendidikan dan promosi kesehatan gigi
dan mulut tingkat sekolah yang kurang memberikan edukasi mengingat anak-anak
menghabiskan banyak waktu disekolah terutama pada usia ketika kebiasaan mereka
terbentuk, oleh karena itu peran guru disekolah sangat penting dalam tahap
perkembangan anak, terutama sebagai tempat sekolah adalah lokasi yang optimal
untuk memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut mereka yang tidak
memiliki akses ke sumber daya kesehatan lain dan tidak dapat menerima perawatan
gigi professional.(6)
Hasil penelitian ini menunjukkan sebelum diadakan materi penyuluhan,
pengetahuan anak masuk dalam kategori kurang, hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai factor, yaitu pendidikan orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anak,
perilaku rutin menjaga kesehatan gigi dan mulut, serta factor social dan budya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Misra, et al., menunjukkan tingkat
pendidikan orang tua memiliki dampak besar , ditunjukkan dengan kesehatan mulut
anak yang baik berada pada orang tua yang berpendidikan sedangkan
kecenderungan sakit gigi anak, kebiasaan menyikat gigi yang tidak teratur,
ditemukan dengan orang tua yang tidak berpendidikan sebab factor ekonomi,
terbatasnya informasi dan akses ke layanan kesehatan.(10)
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini setelah diberikan materi penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 36,2% yang
kemudian masuk dalam kategori baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Rikawarastuti, et al. yaitu ada hubungan antara peningkatan pengetahuan dengan
penggunaan media saat penyuluhan karena penggunaan media flipchart maupun
demonstrasi dapat membuat seseorang mengingat sampai 90% dari apa yang
dibaca, dengar, lihat dan tunjukkan. Selain itu, usia sekolah dasar merupakan masa
yang tepat untuk promosi kesehatan karena kemampuan kognitif anak mulai
berkembang pada sesuatu yang konkrit, rasional dan objektif sebagai cara
berpikirnya. Secara alami, anak-anak di usia sekolah dasar telah menunjukkan
kepekaan untuk belajar sebagai rasa ingin tahu mereka. (7)
9. SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, yaitu terjadinya peningkatan
pengetahuan dari kurang menjadi baik setelah memberikan materi penyuluhan
dengan metode ceramah dan demosntrasi dengan menggunakan berbagai media
yang mampu diterima oleh anak usia anak sekolah dasar. Harapan dalam kegiatan
ini adalah dengan meningkatnya pengetahuan anak sekolah dasar, maka dapat
memberikan perilaku kesehatan gigi dan mulut yang baik dalam kehidupan sehari-
hari.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Prasada BD. Gambaran Perilaku Menggosok Gigi Pada Siswa SD Kelas Satu Dengan Karies Gigi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rendang Karangasem Bali Oktober 2014. ISM. Mei-Agustus 2015; 6(1):2
[2] Achmad H, Armedina RN, Timokhina T, Goncharov VV, Sitanaya R, Riyanti E. Literature Review:
Problems of Dental and Oral Health Primary School Children. Indian Journal of Forensic Medicine &
Toxicology, April-June 2021; 15(2):4146
[3] RISKESDAS 2018. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Kementerian Kesehatan RI.
[4] Mukhbitin F. Gambaran kejadian karies pada siswa kelas 3 MI Al Mutmainnah. Jurnal Promkes.
Desember 2018; 6(2) : 155 – 166
[5] RISKESDAS 2018. Laporan Nasional RISKESDAS Provinsi Sulawesi Selatan 2018. Kementerian
Kesehatan RI
[6] Vishwanathaiah S. Knowledge, Attitudes, and Oral Health Practices of School Children in Davangere.
Int J Clin Pediatr Dent 2016;9(2):172-176.
[7] Rikawarastuti, Anggreni E, Budiarti R, Suid NR. The use of “KakAyu Dental Flipbook” in oral health
knowledge improvement for elementary school in Depok. Kesmas: National Public Health Journal. 2017;
11 (4): 163-167.
[8] Sukarsih, silfia A, Muliadi. Perilaku dan keterampilan menyikat gigi terhadap timbulnya karies gigi pada
anak di kota Jambi. Jurnal Kesehatan Gigi. 2019; 6(2): 80-6.
[9] Anwar AI. Hubungan perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada siswa-
siswi sekolah dasar di Desa Sanrobone, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar. Makassar Dent J
2019; 8(3): 125-130.
[10] Mishra A, Pandey RK, Chopra H, Arora V. Oral health awareness in school-going children and its
significance to parent’s education level. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2018;36:120-4