SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
PERCOBAAN 4

I.

NAMA PERCOBAAN
ANALGETIK

II.

PENDAHULUAN
II.1. Tujuan percobaan
Mengenal, mempraktekkan dan membandingkan daya analgetik
asetosal dan parasetamol menggunakan metode rangsang kimia.

II.2. Dasar teori
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk
mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni
penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi
emosional dan individu terhadap perangsang ini (Anief, 2000).

Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses
pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan
sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang
diakibatkan oleh rangsangan sakit (Anief, 2000).

Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang
terletak di otak. Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat.
Thermostat adalah alat untuk menyetel suhu seperti yang terdapat
pada AC. Hipotalamus kita mengetahui berapa suhu tubuh kita yang
seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh kita untuk menjaga
suhu tersebut tetap stabil (Wibowo, S., 2006).

Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa
nyeri yang dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis,
kimia, dan fisis yang melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai
ambang nyeri). Rasa nyeri tersebut terjadi akibat terlepasnya
mediatornyeri dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang
reseptor nyeri diujung saraf perifer ataupun ditempat lain. Dari
tempat ini selanjutnya rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di
korteks serebri oleh saraf sensoris melalui sumsum tulang belakang
dan thalamus.

Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu:
a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat
yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika
antiradang termasuk kelompok ini.
b. Analgetika narkotik, khusus digunakan untuk mengahalau rasa
nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker.

Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer (parasetamol,
asetosal, mefenamat atau aminofenazon). Untuk nyeri sedang dapat
ditambahkan kofein dan kodein. Nyeri yang disertai pembengkakan
sebaiknya

diobati

dengan

suatu

analgetikum

antiradang

(aminofenazon, mefenaminat dan nifluminat). Nyeri yang hebat
perlu ditanggulangi dengan morfin. Obat terakhir yang disebut dapat
menimbulkan ketagihan dan menimbulkan efek samping sentral
yang merugikan. (Tjay, 2007).

Penggolongan analgetika perifer secara kimiawi dibawah ini,
antara lain :
a. Paracetamol
b. Salisilat : Na-salisilat, asetosal, salisilamida, dan benirilat
c. Derivat pirazolion : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan
metamizol.
d. Derivat antranilat : glafenin, asam mefenamat.
e. Penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibufrofen, dll
f. lainnya : bezidamin (tantum). (Tjay, 2007).

Demam adalah

suatu

bagian

penting dari

mekanisme

pertahanan tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus
yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37
derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat
membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan
system kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah
putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak
zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S.,2006).

Rasa Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak
nyaman, berkaitan dengan ( ancaman ) kerusakan jaringan. Batas
nyeri untuk suhu konstan, yakni pada 44-45°C. Nyeri disebabkan
oleh rangsangan yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan,
rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut
mediator nyeri.

Sebagai mediator nyeri, antara lain adalah sebagai berikut :
a. histamine, yang bertanggungjawab untuk kebanyakan reaksi
alergi ( bronchokontriksi, pengembangan mukosa, pruritus ) dan
nyeri.
b. bradikin, adalah polipeptida ( rangkaian asam amino ) yang
dibentuk dari protein plasma.
c. leukontrien, dan
d. prostaglandin, mirip struktur dengan asam lemak dan terbentuk
dari asam arachidonat. (Tjay, 2007).

Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguangangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal
dan juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama
terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis besar, maka sebaiknya
janganlah menggunakan analgetika ini secara terus menerus.
(Katzung, 1997).
III.

CARA PERCOBAAN

III.1. Bahan dan alat yang digunakan
A. Bahan
1) Larutan tilosa dalam air 1%
2) Suspensi asetosal 1% dalam tilosa 1%
3) Suspensi paracetamol 1% dalam tilosa 1%
4) Larutan steril asam asetat 1%

B. Alat
1) Spuit injeksi (0.1-1 ml)
2) Jarum oral (ujung tumpul)
3) Beker glass

C. Hewan Uji : mencit betina, umur 40-60 hari, berat 20-30g

III.2. Cara kerja

Mencit 9 ekor, dibagi menjadi 3 kelompok

Kelompok I (kontrol) : diberi larutan tilosa 1% melalui oral
dengan volume sama dengan larutan pembawa obat pada
kelompok tikus perlakuan

Mencit kelompok II : diberi suspensi paracetamol 1%, dosis
300ml/kgBB, melalui oral

Mencit kelompok III : diberi suspensi asetosal 1%, dosis
300ml/kgBB, melalui oral
A. Pengumpulan data
Setelah hewan uji mendapat perlakuan

5 menit kemudian seluruh hewan di suntik intra peritoneal
larutan steril asam asetat 1% v/v dengan dosis 300mg/kgBB

Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut kejang
dan kaki ditarik kebelakang).

Catat jumlah komulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5
menit selama 60 menit.

Hitung persen daya analgetik dengan rumus :
% daya analgetik = 100 – (P/K x 100)

Dengan,
P = jumlah komulatif geliat mencit yang diberi obat analgetik
K = jumlah komulatif geliat mencit yang diberi tilosa (kontrol)

a.

Analisis Hasil

Bandingkan daya analgetik asetosal dan paracetamol dengan uji t
dengan taraf kepercayaan 95%

IV.

HASIL PERCOBAAN

Jumlah geliatan mencit
Kelompok

Tilosa

Paracetamol

Asetosal

IV

27x

21x

29x

V

16x

16x

9x

VI

27x

16x

15x
% daya analgetika = 100 – (P/K x 100)
% Paracetamol

% Acetosal

=

=

100 – (29/27 x 100)

=

100 – 77,78 %

=

100 – 107,40 %

=

V.

100 – (21/27 x 100)

22,22 %

=

- 7,40 %

PERHITUNGAN
Dosis konversi

Dosis larutan stok

Paracetamol

1,305 mg / 20 gr

128,46 mg/50 ml

Acetosal

1,048 mg / 20 gr

255,338 mg/50 ml

PGS

Maksimal 1,0 ml

Asam Asetat

Maksimal 0,050 ml

Rumus :
Mg Dosis yang di berikan = BB Mecit / 20 gr x DosisManusia

1. Dosis Tilosa, BB mencit 15 gr
maksimal pemakaian 1,0 ml

2. Dosis Paracetamol, BB mencit 20 gr
20 gr
20 gr

X

1,305 mg = 1,305 mg

1,305 mg
128,46 mg/50 ml

= 0,50 ml

3. Dosis Acetosal, BB mencit = 30 gr
30 gr
20 gr

X

1,048 mg = 1,572 mg

1,572 mg
255,338 mg/50 ml

= 0,30 ml
LARUTAN STOK ANALGETIK

Dosis

Berat Tablet

Paracetamol

500 mg

562,7 mg / tab

Asetosal

400 mg

1113,8 mg / 5 tab

1. PARACETAMOL
Dosis untuk mencit

=

500 mg x 0,00261

=

1,305 mg / 20 g BB.

Dosis untuk mencit ( 35 gr )

=

Dosis PCT dalam 50 ml

=

Mg PCT untuk lar. stok

=

Jadi, Sebanyak 128,46 mg PCT dilarutkan dalam 50 mL tilosa.

2. ASETOSAL
Dosis untuk mencit

=

400 mg x 0,00261

=

1,048 mg / 20 g BB.

Dosis untuk mencit ( 35 gr )

=

Dosis PCT dalam 50 ml

=

Mg Asetosal untuk lar. stok

=

Jadi, Sebanyak 255,338 mg Asetosal dilarutkan dalam 50 ml tilosa.
VI.

PEMBAHASAN
Percobaan Analgetika ini ditujukan untuk melihat respon mencit
terhadap asam asetat yang dapat menimbulkan respon menggeliat dari
mencit ketika menahan nyeri pada bagian paha kiri mencit yang
disuntikkan asam asetat secara intra muskular.

Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian obat-obat
analgetik pada tiap mencit per oral. Setelah 5 menit I, mencit II, dan III,
diberikan larutan induksi asam asetat 1 % secara i.m. Dan laruran asam
asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui
rute lain, misalnya per oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat
tidak tahan terhadap pengaruh asam.

Mencit menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke
belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menit selama 60 menit.
Pengamatan

yang dilakukan agak rumit

karena

praktikan sulit

membedakan antara geliatan yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari obat
atau karena mencit merasa kesakitan akibat penyuntikan intramuscular
pada paha bagian kiri mencit.

Hasil praktikum analgetika ini tidak sesuai dengan teori, yang
seharusnya jumlah geliatan terbanyak pertama diperoleh dari mencit yang
diberi tilosa, yang kedua mencit yang diberi paracetamol, dan yang
terakhir mencit yang diberi Acetosal. Tapi hasil praktikum kami malah
jumlah geliatan terbanyak pertama diperoleh dari mencit Acetosal, kedua
mencit Tilosa, dan terakhir mencit Paracetamol.

Maka dari itu untuk % analgetika obat Acetosal kami mendapatkan
hasil -7,40 %, sedangkan untuk % analgetika obat Paracetamol
mendapatkan hasil 22,22 %.

Kemungkinan kesalahan hasil praktikum kali ini dikarenakan cara
penyuntikkan intramuscular pada paha mencit yang keliru, mencitnya
yang tidak dapat perlakukan dan menyebabkan mencit strees, atau bisa
karena human error atau kesalah yang diperbuat oleh praktikan sendiri.
Penjelasan tentang data statistic :
1. Data kolom normalitas persen geliatannya untuk kolom Sig. pada
Shapiro Wilk memperoleh 0,190 yang bearti tidak memenuhi syarat
karena data yang didapat harus < 0,05.
2. Dan data pada kolom homogenitas persen geliatannya untuk kolom
Sig. memperoleh 0,030 yang bearti tidak memenuhi syarat karena data
yang didapat harus > 0,05.
3. Jadi digunakan table kruskal wallis karena persen geliat pada
normalitas dan homogenitas terjai perbedaan.

VII.

KESIMPULAN
1. Penyuntikkan Asam asetat 1% melalui intramuscular pada paha bagian
kiri mencit.
2. Mencit menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke
belakang.
3. Jumlah geliatan mencit PGS = 27x
4. Jumlah geliatan mencit Paracetamol = 21x
5. Jumlah geliatan mencit Acetosal = 29x
6. Hasil % analgetika obat Paracetamol = 22,22%
7. Hasil % analgetika obat Acetosal = - 7,40%
8. Hasil praktikum analgetika ini tidak sesuai dengan teori.
VIII.

DAFTAR PUSTAKA

Anief,Moh. 2000, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada University Press.
Katzung,B.G. 1997, Farmakologi Dasar dan Klinik, ed VI. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mutschler Ernest. 1991, Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi &
Toksikologi, edisi V, Bandung : Penerbit ITB
Tjay,Tan Hoan,Drs., Rahardja,Kirana,Drs., edisi VI, 2007, Obat-obat
Penting, Jakarta : Gramedia

More Related Content

What's hot

19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.Maranata Gultom
 
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatidentifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatzakirafi
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
 
Laporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonLaporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonKezia Hani Novita
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)Annie Rahmatillah
 
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK irmalawai
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriRidha Faturachmi
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatDokter Tekno
 
pre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabpre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabMaranata Gultom
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cqlp
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKARezkyNurAziz
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Filania Kanja
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiMina Audina
 

What's hot (20)

Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
 
Tetes hidung
Tetes hidungTetes hidung
Tetes hidung
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)
 
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatidentifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
 
Laporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortisonLaporan resmi krim hidrocortison
Laporan resmi krim hidrocortison
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
 
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum Asidimetri
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja Obat
 
pre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tabpre formulasi Ciprofloxacin tab
pre formulasi Ciprofloxacin tab
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
Pembuatan amilum
Pembuatan amilumPembuatan amilum
Pembuatan amilum
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
 

Viewers also liked

Mantra Singlar Basa Sunda Kelas XI
Mantra Singlar Basa Sunda Kelas XIMantra Singlar Basa Sunda Kelas XI
Mantra Singlar Basa Sunda Kelas XISalsabila Widi
 
Nulis carita pondok [carpon]
Nulis carita pondok [carpon]Nulis carita pondok [carpon]
Nulis carita pondok [carpon]Raidah N. S
 
Carita pondok
Carita pondokCarita pondok
Carita pondokadejuve
 

Viewers also liked (6)

CV Aya 2015
CV Aya 2015CV Aya 2015
CV Aya 2015
 
Mantra Singlar Basa Sunda Kelas XI
Mantra Singlar Basa Sunda Kelas XIMantra Singlar Basa Sunda Kelas XI
Mantra Singlar Basa Sunda Kelas XI
 
Carita pondok
Carita pondokCarita pondok
Carita pondok
 
Nulis carita pondok [carpon]
Nulis carita pondok [carpon]Nulis carita pondok [carpon]
Nulis carita pondok [carpon]
 
Carita pondok
Carita pondokCarita pondok
Carita pondok
 
Carita pondok
Carita pondokCarita pondok
Carita pondok
 

Similar to P 4 lap res

Kelompok 5_Analgetika.pptx
Kelompok 5_Analgetika.pptxKelompok 5_Analgetika.pptx
Kelompok 5_Analgetika.pptxRuthMichellee
 
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing ReflexLaporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing ReflexSiska Hermawati
 
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIKFITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIKSofiaNofianti
 
12 22-2-pb
12 22-2-pb12 22-2-pb
12 22-2-pbdindams
 
PPT Uji Analgesik.pptx
PPT Uji Analgesik.pptxPPT Uji Analgesik.pptx
PPT Uji Analgesik.pptxArisalPulupina
 
Persentasi clara
Persentasi claraPersentasi clara
Persentasi clarajoshua7755
 
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASITFARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASITVhiyyae ChokkiCokiie
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiNunung Ayu Novi
 
Uji analgesik metode refleks geliat (writhing reflex)
Uji analgesik metode refleks geliat (writhing reflex)Uji analgesik metode refleks geliat (writhing reflex)
Uji analgesik metode refleks geliat (writhing reflex)cynthiaanggipradita
 
Nyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptxNyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptxfellycahyana2
 
Bismillah lulus OSCE.pdf
Bismillah lulus OSCE.pdfBismillah lulus OSCE.pdf
Bismillah lulus OSCE.pdfnaufalahda2
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatbarkah1933
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docxApriaHartinaAghna
 
Efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca leucadendron l) pad...
Efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca leucadendron l) pad...Efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca leucadendron l) pad...
Efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca leucadendron l) pad...Menjadi yang terbaik di Jalan ALLAH SWT
 

Similar to P 4 lap res (20)

Analgesik kafein
Analgesik kafeinAnalgesik kafein
Analgesik kafein
 
Kelompok 5_Analgetika.pptx
Kelompok 5_Analgetika.pptxKelompok 5_Analgetika.pptx
Kelompok 5_Analgetika.pptx
 
Analgetika kebidanan
Analgetika kebidananAnalgetika kebidanan
Analgetika kebidanan
 
Farmakologi 6
Farmakologi 6Farmakologi 6
Farmakologi 6
 
Manajemen nyeri
Manajemen nyeriManajemen nyeri
Manajemen nyeri
 
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing ReflexLaporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
 
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIKFITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
 
12 22-2-pb
12 22-2-pb12 22-2-pb
12 22-2-pb
 
PPT Uji Analgesik.pptx
PPT Uji Analgesik.pptxPPT Uji Analgesik.pptx
PPT Uji Analgesik.pptx
 
jojo
jojojojo
jojo
 
Persentasi clara
Persentasi claraPersentasi clara
Persentasi clara
 
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASITFARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN DAN KEMOTERAPI PARASIT
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesi
 
Praktikum v
Praktikum vPraktikum v
Praktikum v
 
Uji analgesik metode refleks geliat (writhing reflex)
Uji analgesik metode refleks geliat (writhing reflex)Uji analgesik metode refleks geliat (writhing reflex)
Uji analgesik metode refleks geliat (writhing reflex)
 
Nyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptxNyeri 26 Feb 23.pptx
Nyeri 26 Feb 23.pptx
 
Bismillah lulus OSCE.pdf
Bismillah lulus OSCE.pdfBismillah lulus OSCE.pdf
Bismillah lulus OSCE.pdf
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusat
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_NYERI.docx
 
Efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca leucadendron l) pad...
Efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca leucadendron l) pad...Efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca leucadendron l) pad...
Efek analgetika ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca leucadendron l) pad...
 

More from Nina Vianti

More from Nina Vianti (9)

P1 2 fix
P1  2 fixP1  2 fix
P1 2 fix
 
P 3 fix
P 3 fixP 3 fix
P 3 fix
 
P2 k3
P2 k3P2 k3
P2 k3
 
Apd
ApdApd
Apd
 
Herbisida (2)
Herbisida (2)Herbisida (2)
Herbisida (2)
 
2 insektisida
2 insektisida2 insektisida
2 insektisida
 
Biofarmasi
BiofarmasiBiofarmasi
Biofarmasi
 
Sejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obatSejarah perkembangan obat
Sejarah perkembangan obat
 
Antihipertensi
AntihipertensiAntihipertensi
Antihipertensi
 

P 4 lap res

  • 1. PERCOBAAN 4 I. NAMA PERCOBAAN ANALGETIK II. PENDAHULUAN II.1. Tujuan percobaan Mengenal, mempraktekkan dan membandingkan daya analgetik asetosal dan parasetamol menggunakan metode rangsang kimia. II.2. Dasar teori Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini (Anief, 2000). Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit (Anief, 2000). Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat untuk menyetel suhu seperti yang terdapat pada AC. Hipotalamus kita mengetahui berapa suhu tubuh kita yang seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh kita untuk menjaga suhu tersebut tetap stabil (Wibowo, S., 2006). Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis yang melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Rasa nyeri tersebut terjadi akibat terlepasnya mediatornyeri dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri diujung saraf perifer ataupun ditempat lain. Dari
  • 2. tempat ini selanjutnya rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf sensoris melalui sumsum tulang belakang dan thalamus. Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk kelompok ini. b. Analgetika narkotik, khusus digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer (parasetamol, asetosal, mefenamat atau aminofenazon). Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein dan kodein. Nyeri yang disertai pembengkakan sebaiknya diobati dengan suatu analgetikum antiradang (aminofenazon, mefenaminat dan nifluminat). Nyeri yang hebat perlu ditanggulangi dengan morfin. Obat terakhir yang disebut dapat menimbulkan ketagihan dan menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. (Tjay, 2007). Penggolongan analgetika perifer secara kimiawi dibawah ini, antara lain : a. Paracetamol b. Salisilat : Na-salisilat, asetosal, salisilamida, dan benirilat c. Derivat pirazolion : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizol. d. Derivat antranilat : glafenin, asam mefenamat. e. Penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibufrofen, dll f. lainnya : bezidamin (tantum). (Tjay, 2007). Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan
  • 3. system kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S.,2006). Rasa Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan ( ancaman ) kerusakan jaringan. Batas nyeri untuk suhu konstan, yakni pada 44-45°C. Nyeri disebabkan oleh rangsangan yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan, rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Sebagai mediator nyeri, antara lain adalah sebagai berikut : a. histamine, yang bertanggungjawab untuk kebanyakan reaksi alergi ( bronchokontriksi, pengembangan mukosa, pruritus ) dan nyeri. b. bradikin, adalah polipeptida ( rangkaian asam amino ) yang dibentuk dari protein plasma. c. leukontrien, dan d. prostaglandin, mirip struktur dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat. (Tjay, 2007). Efek-efek samping yang biasanya muncul adalah gangguangangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal dan juga reaksi-reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau pada dosis besar, maka sebaiknya janganlah menggunakan analgetika ini secara terus menerus. (Katzung, 1997).
  • 4. III. CARA PERCOBAAN III.1. Bahan dan alat yang digunakan A. Bahan 1) Larutan tilosa dalam air 1% 2) Suspensi asetosal 1% dalam tilosa 1% 3) Suspensi paracetamol 1% dalam tilosa 1% 4) Larutan steril asam asetat 1% B. Alat 1) Spuit injeksi (0.1-1 ml) 2) Jarum oral (ujung tumpul) 3) Beker glass C. Hewan Uji : mencit betina, umur 40-60 hari, berat 20-30g III.2. Cara kerja Mencit 9 ekor, dibagi menjadi 3 kelompok Kelompok I (kontrol) : diberi larutan tilosa 1% melalui oral dengan volume sama dengan larutan pembawa obat pada kelompok tikus perlakuan Mencit kelompok II : diberi suspensi paracetamol 1%, dosis 300ml/kgBB, melalui oral Mencit kelompok III : diberi suspensi asetosal 1%, dosis 300ml/kgBB, melalui oral
  • 5. A. Pengumpulan data Setelah hewan uji mendapat perlakuan 5 menit kemudian seluruh hewan di suntik intra peritoneal larutan steril asam asetat 1% v/v dengan dosis 300mg/kgBB Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut kejang dan kaki ditarik kebelakang). Catat jumlah komulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit. Hitung persen daya analgetik dengan rumus : % daya analgetik = 100 – (P/K x 100) Dengan, P = jumlah komulatif geliat mencit yang diberi obat analgetik K = jumlah komulatif geliat mencit yang diberi tilosa (kontrol) a. Analisis Hasil Bandingkan daya analgetik asetosal dan paracetamol dengan uji t dengan taraf kepercayaan 95% IV. HASIL PERCOBAAN Jumlah geliatan mencit Kelompok Tilosa Paracetamol Asetosal IV 27x 21x 29x V 16x 16x 9x VI 27x 16x 15x
  • 6. % daya analgetika = 100 – (P/K x 100) % Paracetamol % Acetosal = = 100 – (29/27 x 100) = 100 – 77,78 % = 100 – 107,40 % = V. 100 – (21/27 x 100) 22,22 % = - 7,40 % PERHITUNGAN Dosis konversi Dosis larutan stok Paracetamol 1,305 mg / 20 gr 128,46 mg/50 ml Acetosal 1,048 mg / 20 gr 255,338 mg/50 ml PGS Maksimal 1,0 ml Asam Asetat Maksimal 0,050 ml Rumus : Mg Dosis yang di berikan = BB Mecit / 20 gr x DosisManusia 1. Dosis Tilosa, BB mencit 15 gr maksimal pemakaian 1,0 ml 2. Dosis Paracetamol, BB mencit 20 gr 20 gr 20 gr X 1,305 mg = 1,305 mg 1,305 mg 128,46 mg/50 ml = 0,50 ml 3. Dosis Acetosal, BB mencit = 30 gr 30 gr 20 gr X 1,048 mg = 1,572 mg 1,572 mg 255,338 mg/50 ml = 0,30 ml
  • 7. LARUTAN STOK ANALGETIK Dosis Berat Tablet Paracetamol 500 mg 562,7 mg / tab Asetosal 400 mg 1113,8 mg / 5 tab 1. PARACETAMOL Dosis untuk mencit = 500 mg x 0,00261 = 1,305 mg / 20 g BB. Dosis untuk mencit ( 35 gr ) = Dosis PCT dalam 50 ml = Mg PCT untuk lar. stok = Jadi, Sebanyak 128,46 mg PCT dilarutkan dalam 50 mL tilosa. 2. ASETOSAL Dosis untuk mencit = 400 mg x 0,00261 = 1,048 mg / 20 g BB. Dosis untuk mencit ( 35 gr ) = Dosis PCT dalam 50 ml = Mg Asetosal untuk lar. stok = Jadi, Sebanyak 255,338 mg Asetosal dilarutkan dalam 50 ml tilosa.
  • 8. VI. PEMBAHASAN Percobaan Analgetika ini ditujukan untuk melihat respon mencit terhadap asam asetat yang dapat menimbulkan respon menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada bagian paha kiri mencit yang disuntikkan asam asetat secara intra muskular. Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian obat-obat analgetik pada tiap mencit per oral. Setelah 5 menit I, mencit II, dan III, diberikan larutan induksi asam asetat 1 % secara i.m. Dan laruran asam asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui rute lain, misalnya per oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap pengaruh asam. Mencit menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menit selama 60 menit. Pengamatan yang dilakukan agak rumit karena praktikan sulit membedakan antara geliatan yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari obat atau karena mencit merasa kesakitan akibat penyuntikan intramuscular pada paha bagian kiri mencit. Hasil praktikum analgetika ini tidak sesuai dengan teori, yang seharusnya jumlah geliatan terbanyak pertama diperoleh dari mencit yang diberi tilosa, yang kedua mencit yang diberi paracetamol, dan yang terakhir mencit yang diberi Acetosal. Tapi hasil praktikum kami malah jumlah geliatan terbanyak pertama diperoleh dari mencit Acetosal, kedua mencit Tilosa, dan terakhir mencit Paracetamol. Maka dari itu untuk % analgetika obat Acetosal kami mendapatkan hasil -7,40 %, sedangkan untuk % analgetika obat Paracetamol mendapatkan hasil 22,22 %. Kemungkinan kesalahan hasil praktikum kali ini dikarenakan cara penyuntikkan intramuscular pada paha mencit yang keliru, mencitnya yang tidak dapat perlakukan dan menyebabkan mencit strees, atau bisa karena human error atau kesalah yang diperbuat oleh praktikan sendiri.
  • 9. Penjelasan tentang data statistic : 1. Data kolom normalitas persen geliatannya untuk kolom Sig. pada Shapiro Wilk memperoleh 0,190 yang bearti tidak memenuhi syarat karena data yang didapat harus < 0,05. 2. Dan data pada kolom homogenitas persen geliatannya untuk kolom Sig. memperoleh 0,030 yang bearti tidak memenuhi syarat karena data yang didapat harus > 0,05. 3. Jadi digunakan table kruskal wallis karena persen geliat pada normalitas dan homogenitas terjai perbedaan. VII. KESIMPULAN 1. Penyuntikkan Asam asetat 1% melalui intramuscular pada paha bagian kiri mencit. 2. Mencit menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. 3. Jumlah geliatan mencit PGS = 27x 4. Jumlah geliatan mencit Paracetamol = 21x 5. Jumlah geliatan mencit Acetosal = 29x 6. Hasil % analgetika obat Paracetamol = 22,22% 7. Hasil % analgetika obat Acetosal = - 7,40% 8. Hasil praktikum analgetika ini tidak sesuai dengan teori.
  • 10. VIII. DAFTAR PUSTAKA Anief,Moh. 2000, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada University Press. Katzung,B.G. 1997, Farmakologi Dasar dan Klinik, ed VI. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mutschler Ernest. 1991, Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi & Toksikologi, edisi V, Bandung : Penerbit ITB Tjay,Tan Hoan,Drs., Rahardja,Kirana,Drs., edisi VI, 2007, Obat-obat Penting, Jakarta : Gramedia