Pengertian epistemologi menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti kajian. Epistemologi adalah pembicaraan tentang”ke-cara-an” dan “ke-bagaimana-an”. Jadi epistemologi adalah kajian tentang pengetahuan
2. EPISTEMOLOGI
A. HAKIKAT EPISTOMOLOGI
Pengertian epistemologi menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani, yaitu
episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti kajian. Epistemologi
adalah pembicaraan tentang”ke-cara-an” dan “ke-bagaimana-an”. Jadi epistemologi
adalah kajian tentang pengetahuan.
J.F. Ferriar adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah epistemologi
yang kemudian di artikan sebagai teori pengetahuan. Definisi lain dari epistemologi
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan
yang membahas mengenai sumber, struktur, metode-metode dan validitas
pengetahuan.Sesungguhnya mengkaji epistemologi bagi manusia adalah upaya
menyalurkan watak esensial manusia bagaimana cara mendapatkan pengetahuan
yabg benar dari objek yang dipikirkan.
Berdasarkan informasi-informasi yang telah disebutkan diatas, pemahaman
epistemologi dapat dirangkum sebagai berikut: Epistemologi atau teori pengetahuan
adalah cabang dari filsafat yang berupaya untuk membahas secara mendalam dari
segala aktivitas yang merupakan proses untuk mencapai sebuah pengetahuan
(knowledge). Aktivitas pencerapan pengetahuan yang terus menerus dan dilakukan
secara sistematis dan terstruktur dan kemudian lahirlah istilah ilmu (Science).
Sebagai bagian penting dari pengetahuan, ilmu memiliki cara-cara tersendiri untuk
mendapatkan yang kita kenal dengan metode keilmuan. Dari sini terlahir metode
ilmiah (scientifik method) yang menjadi ‘pakem’ bagi ilmuan menyelidiki objek-
objek kealaman (natuaral sciences), kemanusiaan (social sciences) dan juga
humaniora. (Suriasumantri, 2000).
B. Jenis-Jenis Epistemologi
Terdapat beberapa jenis epistemologi yang disampaikan oleh Sudarminto
(2000) dan Pranaka dalam Lubis (2016).
1. Epistemologi metafisis
Plato dan Hegel mengemukakan bahwa pengetahuan berasal dari
pandangan tenntang metafisika (realitas)yang dianggap mendasari semua
realitas.
3. 2. Epistemologi skepsis
Rene Descartes berupaya untuk menemukan metode yang pasti, sehingga
filsafat dan pengetahuan dapat mengatasi berbagai perbedaan dan pertentangan
pendapat yang muncul. Descartes menyangsikan keberadaan semua hal, dan
menyatakan hanya ada satu tidak dapat disangsikan keberadaannya, yaitu
kesangsian itu sendiri dan kesangsian itu membuktikan adanya saya yang
berfikir. Cara kerja yang dilakukan Descartes ini disebut dengan epistemologi
skeptic.
3. Epistemologi kritis
Epistemologi kritis berasal dari sikap kritis terhadap berbagai macam
asumsi, teori dan metode yang ada dalam pemikiran (pengetahuan dan ilmu
pengetahuan) serta yang ada dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, Imanuel
Kant mengkritik nasionalisme dan empirisme yang dianggap berat sebelah,
kemudian menyatukannya.
Epistemologi dapat dibedakan menjadi epistemologi individual dan sosial
(Sudarminta, 2000 dann Pranaka dalam Surajio, 2007).
a. Epistemologi individual
Permasalahan pengetahuan teang pengamatan (persepsi), rasionalitas
dan justifikasi selalu dianggap berkaitan dengan individu dan terlepas dari
dimensi sosial.
b. Epistemologi sosial
Melihat keterkaitan pengetahuan (dan ilmu pengetahuan) dengan
dimensi sosial yang berkembang setelah munculnya post-positivisme (khun)
dan pemikiran post-strukturalisme dan post modernisme (yang menilhat
adanya kaitan ilmu pengetahuan dengan faktor sosial budaya)
C. Timbulnya pengetahuan
Pengetahuan adalah masalah yang sangat penting dalam epistemologi karena
pandangan seseorang terhadap terjadinya pengetahuan akan beragam. Pengetahuan
apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman
indra maupun batin, sedangkan pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang
terjadi karena adanya pengalaman sehingga bertumpu pada kenyataan objektif
(Hamami M, 1982 dalam Surajiyo).
4. John Hospers dalam bukunya “An introduction to Philosophical Analisis”
mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan (Surajiyo, 2009).
1. Pengalaman indra (sense experience)
Pengindraan adalah alat yang paling fital dalam memperoleh pengetahuan.
Paham dalam filsafat realisme karena menekankan pada kenyataan. Tokoh dari
pandangan ini adalah Aristoteles pengetahuan adalah pengetahuan terjadi bila
subjek diubah dibawah pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia luar
meninggalkan bekas dalam kehidupan batin.
2. Nalar (reason)
Nalar adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan dua
pemikiran atau lebih, dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.
3. Otoritas (authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan
diakui oleh kelompoknya.
4. Intuisi (intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses
kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat
pernyataan yang berupa pengetahuan yang tidak dapat dibuktikan seketika atau
melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul adanya pengetahuan terlebih
dahulu.
5. Wahyu (revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada nabi-Nya
untuk kepentingan umatnya.
6. Keyakinan (faith)
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan.
Kemudian Plato membagi pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan
sesuai dengan karakteristik objeknya (surajiyo, 2007).
1. Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Merupakan pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran
yang isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau
kesuakaan serta kenikmatan manusia yang berpengetahuan.
5. 2. Pengetahuan Pistis (Substansial)
Merupakan pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia
kenyataan atau diindrai secara langsung.
3. Pengetahuan Dianoya (Matematik)
Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkat yang ada
didalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak
tetapi juga terletak pada bagaimana cara berfikirnya.
4. Pengetahuan Noesis (Filsafat)
Merupakan tingkat pengetahuan tertinggi yang objeknya berupa arche
yaitu prinsip-prinsip utama yang mencakup epistemologi dan metafisik.
D. Metode Pemerolehan Pengetahuan
1. Empirisme
Empirisme yaitu suatu cara atau metode dalam filsafat yang mendasarkan
cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman.
2. Rasionalisme
Metode ini adalah metode yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan
dengan pertimbangan-pertimbangan atau menggunakan kriteria kebenaran yang
dapat diterima rasio.
3. Objektivisme
Objektivisme berpendapat bahwa subjek (ilmuwan) bersifat pasif dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
4. Subjektivisme
Subjektivisme adalah pandangan yang menekan kan peran unsur/dimensi
subjek dalam menghasilkan pengetahuan.
5. Skeptisisme
Skeptisisme adalah paham yang menyatakan ketidak mungkinan untuk
mencapai/memperoleh kebenaran objek (akhir, final) pengetahuan/ilmu.
6. Relativisme
Relativisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa kebenaran tidak
bersifat absolut atau universal.
7. Fenomenalisme
6. Fenomenalisme (phenomenon = apa yang tampak) adalah pandangan yang
menyatakan bahwa kita hanya dapat mengetahui gejala-gejala yang diindrai atau
gejala sebagaimana tampak lewat pengamatan.
8. Intuisionalisme
Intuisionalisme yaitu cara atau metode dalam memperoleh sumber ilmu
pengetahuan dengan menggunakan sarana intuisi untuk mengetahui secara
langsung seketika.
E. Keilmiahan
1. Siklus keilmuan
Menurut (Soemargono, 1983) dalam (Surajiyo, 2007) pengetahuan dibagi
menjadi pengetahuan non-ilmiah dan ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah
pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak
termasuk dalam kategori metode ilmiah. Sedangkan pengetahuan ilmiah adalah
segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan
metode-metode ilmiah. Metode ilmiah (scientifik method adalah proses berfikir
untuk memcahkan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol.
Suriasumantri, 2007 menyebutkan beberapa langkah yang mencerminkan
tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.
a. Perumusan masalah
b. Menyusun kerangka pemikiran
c. Perumusan hipotesis
d. Pengujian hipotesis
e. Penarikan kesimpulan
2. Jenis metode ilmiah
Salam, 1997 mengemukakan beberapa jenis metode ilmiah.
a. Observasi
Metode observasi melingkupi pengamatan indrawi seperti melihat,
mendengar, menyentuh, meraba.
b. Trial and eror
Trial and eror dilakukan dengan mengulang-ulang pekerjaan baik
dari segi metode, teknik, materi, maupun parameter-parameternya sampai
akhirnya menemukan sesuatu.
7. c. Metode eksperimen
Kegiatan eksperimen ini berdasarkan pada prinsip metode penemuan
sebab akibat dan pengajuan hipotesis.
d. Metode statistik
Statistik memungkinkan kita untuk menjelaskan sebab dan akibat
dan pengaruhnya, melukiskan tipe-tipe dari fenomena-fenomena dan kita
dapat membuat perbandingan-perbandingan dengan menggunakan tabel-
tabel dan grafik.
e. Metode sampling
Terjadinya sampling yaitu apabila kita mengambil beberapa anggota
atau bolangan tertentu dari suatu kelas atau kelompok sebagai wakil dari
keseluruhan kelompok tersebut dapat mewakili secara keseluruhan atau
tidak.
f. Metode berfikir reflektif
Metode reflektive thinking pada umumnya melalui enam tahap,
yaitu:
1. Adanya kesadaran kepada sesuatu masalah
2. Data yang diperoleh dan relevan yang harus dikumpulkan
3. Data yang terorganisasi
4. Formulasi hipotesis
5. Deduksi hipotesis (deduksi harus berasal dari hipotesis)
6. Pembuktian kebenaran verifikasi
3. Model penalaran
a. Induksi
Induksi adalah proses penalaran atau penarikan kesimpulan dimana
benar tidaknya tesis (pernyataan/proposisi) ditentukan oleh pengalaman.
b. Deduksi
Deduksi adalah proses penalaran yang dimulai dari generalisasi (hal
yang umum) lalu kita rumuskan kesimpulan yang lebih khusus.
c. Abduksi
Abduksi adalah sebuah bentuk pembuktian berdasarkan silogisme.
d. Dealektika
8. Dengan berdialog dapat dilakukan proses; membandingkan,
menyisikan, memperjelas, hingga menolak kemudia baru ditarik pengertian
umum (definisi).
4. Teori kebenaran
Surajio (2007) menyatakan bahwa perbincangan tentang kebenaran sudah
dimulai sejak Plato yang kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles. Bagi seorang
skeptik, pengetahuan tidak mempunyai kebenaran karena semua diragukan dan
keraguan itulah yang merupakan kebenaran.
F. Pentingnya Belajar Epistemologi
Pranarka (1987) dalam Lubis (2016) mengemukakan tiga argumen/alasan
mengapa epistimologi perlu di pelajari.
1. Adanya pertimbangan strategis karena ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi unsur yang dominan dalam zaman modern.
2. Asumsi epistimologi ilmu pengetahuan berkaitan dengan asumsi ontologis dan
aksiologis yang biasanya tersembunyi.
3. Berdasarkan pertimbangan edukatif (pendidikan), epistimologi membantu
peserta didik memahami berbagai bentuk pengetahuan, dan memahami
kekuatan dan keterbatasannya sehingga terbentuk pemahaman yang lebih
holistik.
G. Tanggapan
1. Bagaimana penyelesaian apabila timbul pengetahuan secara nalar?
Dengan cara menggunakan asas di bawah ini.
a. Asas kesamaan (prinsipium identitas.
b. Asas pertentangan (prinsipium contradiction)
c. Asas tidak adanya kemungkinan ketiga (prinsipium tertii fxclusi)