SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
1
MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB
AKHLAQ QUR’ANI
MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA
Tafsir QS al-Baqarah/2: 17-18
“Berjalan Dalam Kegelapan”
Nash (Teks) Ayat al-Quran
ُ ‫ذ‬
‫اَّلل‬ َ‫ب‬
َ
‫ه‬
َ
‫ذ‬ ُ َ
‫َل‬ْ‫و‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫م‬
ْ
‫ت‬َ‫اء‬
َ
‫ض‬
َ
‫أ‬ ‫ا‬‫ذ‬‫م‬
َ
‫ل‬
َ
‫ف‬ ‫ا‬ً‫ار‬
َ
‫ن‬
َ
‫د‬
َ
‫ق‬ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ‫ي‬ِ
‫ذ‬
‫اَّل‬ ِ‫ل‬
َ
‫ث‬َ‫م‬
َ
‫ك‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
ُ
‫ل‬
َ
‫ث‬َ‫م‬
َ
‫ون‬ُ ِ‫ِص‬ْ‫ب‬
ُ
‫ي‬
‫ذ‬
‫َّل‬ ٍ‫ات‬َ‫م‬
ُ
‫ل‬
ُ
‫ظ‬ ِ‫ِف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ك‬َ‫ر‬
َ
‫ت‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ور‬ُ‫ن‬ِ‫ب‬﴿٧١
َ
‫َّل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ف‬ ٌ ْ‫ْم‬
ُ
‫ع‬ ٌ‫م‬
ْ
‫ك‬ُ‫ب‬ ٌ‫م‬ ُ‫ص‬ ﴾
﴿
َ
‫ون‬ُ‫ع‬ِ‫ج‬ْ‫ر‬َ‫ي‬٧١﴾
“Perumpamaan mereka (orang-orang munafik) adalah seperti orang yang menyalakan
api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).”
(QS al-Baqarah/2: 17-18)
Tafsîr al-Mufradât
: Perumpamaan mereka (orang-orang munafik).
Maksudnya Allah – di dalam ayat ini --
menyerupakan orang-orang munafik dengan
perumpamaan tertentu.
: Orang yang menyalakan api. Yaitu: komunitas
manusia yang telah menyalakan untuk
memeroleh cahaya untuk mengusir kegelapan
yang tengah mereka alami.
: Mereka tidak dapat melihat. Meskipun mereka
telah menyalakan api untuk menerangi, tetapi
Allah tidak akan pernah memberikan izin
(ridha) bagi mereka, karena Dia (Allah) selalu
akan menghalangi orang-orang munafik untuk
mendapatkan cahaya (kebenaran) yang mereka
harapkan dari (cahaya) ‘api’ yang mereka
nyalakan.
Al-Îdhâh (Penjelasan)
1. Salah Satu Perumpamaan Kondisi Kaum Munafik
Di sini, Allâh menyerupakan para musuh-Nya, kaum munafik, dengan
sekumpulan orang yang menyalakan api untuk penerangan bagi mereka.
Melalui cahayanya, mereka dapat melihat hal-hal yang bermanfaat dan yang
berbahaya bagi mereka. Jalan pun bisa mereka saksikan setelah sebelumnya
berada dalam kebingungan lagi tersesat. Namun, setelah diterangi cahaya dan
2
mereka dapat melihat dan mengetahui, tiba-tiba api tersebut padam. Akhirnya,
mereka berada dalam kegelapan (kembali).1
Abdullâh bin 'Abbâs r.a. mengatakan, "Allah mengumpamakan kaum
munâfiqîn dengan perumpamaan seperti orang yang menyalakan api, maka
setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat. Mereka tidak dapat melihat kebenaran untuk kemudian mereka
katakan. Sehingga ketika keluar dari kegelapan kufr (kekafiran) dengan cahaya
(keimanan tersebut), mereka memadamkan cahaya itu dengan kekufuran dan
nifâq (kemunafikan) mereka. Allâh pun kemudian membiarkan mereka dalam
kegelapan kekufuran, sehingga mereka tidak dapat melihat petunjuk dan tidak
bersikap istiqâmah di atas kebenaran".2
Demikianlah potret kaum munâfiqîn, gambaran yang sangat tepat untuk
melukiskan kondisi mereka, kaum yang sebenarnya menyembunyikan
kekufuran dalam relung hati terdalam, meski bibir-bibir mereka melontarkan
pengakuan keimanan. Mereka memeroleh penerangan melalui cahaya iman
yang dimiliki kaum mukminin yang berada di sekitar mereka. Lantaran lentera
iman itu bukan melekat pada mereka, akibatnya mereka hanya dapat
memanfaatkannya sementara waktu saja. Kongkretnya, darah mereka
terpelihara, harta juga terjaga, dan setidaknya situasi aman sempat mereka
rasakan di dunia ini. Namun ketika tiba-tiba kematian menerjang mereka,
secercah cahaya yang sebelumnya menerangi hidup mereka akan hilang.
Akhirnya, kegelapan demi kegelapan menerpa mereka; kegelapan alam kubur,
kegelapan kekufuran, kegelapan nifak, kegelapan maksiat dengan berbagai
jenisnya. Dan terakhir, kegelapan neraka. Itulah seburuk-buruknya tempat
kembali. Wa al-'iyâdzu billâh (semoga Allah melindungi diri kita). Demikian
paparan Syaikh as-Sa'di mengenai ayat pertama pada pembahasan ini.3
Sementara itu, Ibnu Katsîr dengan merujuk penafsiran beberapa Ulama
Salaf memandang bahwa cahaya yang dimaksud adalah keimanan yang
sebelumnya ada di hati kaum munâfiqîn. Artinya, mereka telah beriman sebelum
kufr (kekafiran) dan nifâq yang merasuki hati mereka. Mereka lebih
mengutamakan kesesatan (dhalâlah) daripada hidâyah (petunjuk), lebih
menyukai penyimpangan setelah memeroleh pengetahuan tentang kebenaran.
Kondisi ini diserupakan dengan perumpamaan yang telah disebutkan.4
Di akherat kelak, mereka akan menjadi penghuni neraka terbawah.
Allâh berfirman:
1
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Ijtimâ al-Juyûsy al-Islâmiyyah `alâ Ghazw al-
Mu`aththilah wa al-Jahmiyyah, tahqîq Dr. Awwâd bin 'Abdullâh al-Mu'tiq (Beirut: Dâr al-
Kutub al-‘Ilmiyyah, 1404 H./1984 M.), hlm. 63
2
Atsar dengan sanad hasan. Lihat: Dr. Hikmat bin Basyîr, At-Tafsîr ash-Shahîh,
juz I, hal. 113.
3
As-Sa’di, Taisîrul Karîm ar-Rahmân, juz I, hal. 44; Lihat juga Aisar at- Tafâsîr,
juz I, hal. 19.
4
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, Juz I, tahqîq Sâmi bin Muhammad
Salamah (Riyâdh: Dâr Thaibah, 1420 H./1999 M.), hal. 186.
3
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling
bawah dari neraka.” (QS an-Nisâ/4: 145)
2. Tiga Pintu Hidayah Tertutup dan Tidak Berfungsi
Pada diri kaum munâfiqîn, perangkat untuk memeroleh hidâyah
(kebenaran) yang telah disediakan bagi setiap manusia telah tertutup. Imam
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa hidâyâh akan masuk pada seorang hamba
melalui tiga pintu; melalui apa yang ia dengar dengan telinganya (as-sam’), yang
terlihat oleh matanya (al-bashar) dan yang dipahami oleh hatinya (al-qalb).
Ketiga akses hidâyah ini tidak berfungsi, sehingga hidâyah pun terhalangi masuk.
Akibatnya, hati mereka tidak mengetahui hal-hal yang bermanfaat bagi diri
mereka sendiri.5
Abdullâh bin ‘Abbâs r.a. mengatakan, "Mereka tidak dapat mendengar
hidâyâh, tidak melihat dan tidak memahaminya".6
Hal itu dikarenakan mereka
sudah terlampau jauh berbuat kerusakan (kufr dan nifâq).7
3. Layaknya Orang Cacat
Ketika organ tubuh tidak berfungsi sebagaimana mestinya, karena
mereka tidak dapat memeroleh manfaat dari pendengaran, penglihatan dan hati,
mereka pun disamakan dengan orang yang sama sekali tidak memiliki ketiga
organ tersebut.
Allah berfirman:
“Mereka tuli, bisu, dan buta.”
Secara zhâhir (tekstual), dikatakan asy-Syinqîthi, ayat ini menyatakan
kaum munâfiqîn memiliki sifat tuli, bisu dan buta. Akan tetapi, di tempat (ayat)
lain, Allâh menjelaskan bahwa makna tuli, bisu dan buta (yang ada pada
mereka) adalah ketidakmampuan memeroleh manfaat dari pendengaran, hati
dan penglihatan mereka. seperti yang difirmankan Allâh berikut:
5
Ijtimâ al-Juyûsy al-Islâmiyyah, hlm. 63
6
At-Tafsîr ash-Shahîh, juz I, hal. 113.
7
Aisar at-Tafâsîr, juz I, hal. 19.
4
“Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi
pendengaran, penglihatan dan hati mereka tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka,
karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa
yang dahulu selalu mereka memerolok-olokkannya.” (QS al-Ahqâf/46: 26)8
4. Mereka Tidak Akan Kembali Menuju Kebenaran
Vonis mereka tidak akan kembali kepada jalan kebenaran,
sebagaimana termaktub dalam penggalan ayat yang terakhir, sangat beralasan.
Selain alasan takdir yang berdasarkan ilmu (pengetahuan) Allâh bahwa mereka
tidak akan kembali kepada kebenaran9
, akhir hidup yang sangat buruk itu
disebabkan usai mengetahui kebenaran dengan nyata, tidak malah
mengikutinya, justru mereka menampiknya. Maka, sangat kecil kemungkinan
mereka akan kembali dan sadar dalam kondisi apapun. Berbeda halnya orang
yang melakukan penolakan terhadap kebenaran karena memang belum
mengetahuinya atau berada dalam kesesatan. Orang seperti ini belum dapat
memahami kebenaran dengan baik. Sehingga terbuka kemungkinan ia akan
menerima kebenaran.10
Abdullâh bin ‘Abbâs r.a.. mengatakan, " Mereka tidak akan kembali
menuju hidâyâh, juga tidak kepada kebaikan. Mereka tidak memeroleh
keselamatan dari kondisi mereka". Sedangkan Qatâdah memaknainya dengan
mereka tidak akan bertaubat dan tidak akan menyadari".11
Ibnu Qayyim menyatakan bahwa mereka tidak akan kembali karena
mereka telah melihat cahaya dan menyaksikan hidâyâh (petunjuk) Allah. Akan
tetapi, ketika nyala cahaya itu padam, mereka pun tidak bisa melihat apa yang
sebelumnya dapat mereka saksikan.12
Hal itu lantaran Allâh telah menghilangkan cahaya itu dari sisi
mereka. sehingga ma'iyyah khâshshah (kebersamaan Allâh dengan hamba yang
bersifat khusus) yang berkonsekuensi datangnya bantuan dan pertolongan dari-
Nya telah terputus dari mereka. Sebab ini hanya diperuntukkan bagi kaum
mukminin semata.
Coba perhatikan firman Allah yang artinya [Allâh hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka]. Di situ disebutkan bahwa pancaran cahaya penerangan
berada di luar mereka, tidak menyatu dengan mereka. Seandainya berpadu
dengan mereka, tentu tidak akan hilang dari sisi mereka. Cahaya itu hanya
bersifat temporer. Sementara kegelapan (baca: nifâq) adalah unsur yang
permanen pada diri mereka. Selanjutnya, sinar cahaya kembali kepada
sumbernya. Demikian pula, kegelapan pun tetap bertahan pada tempat asalnya.
Pancaran cahaya pergi, tinggal api yang membakar yang masih menyertai
mereka.
8
Muhammad al-Amîn asy-Syinqîthi, Adhwâ al-Bayân, juz I, hal. 41.
9
Al-Qurthubi, Al-Jâmi li Ahkâm al-Qur`ân, juz I, hal. 259.
10
Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, hal. 26; Aisar at-Tafâsîr, juz I, hal. 19.
11
At-Tafsîr ash-Shahîh, juz I, hal. 113.
12
Ijtimâ al-Juyûsy al-Islâmiyyah, hal. 63.
5
Pada akhirnya, mereka menjadi ahl azh-zhulumât yaitu, orang-orang
yang berada dalam naungan kegelapan yang sama sekali tidak memiliki cahaya
penerangan sedikit pun. Ini akibat mereka menolak kebenaran yang merupakan
cahaya. Sesungguhnya Allâh telah menamakan kitab-Nya sebagai cahaya, rasul-
Nya sebagai cahaya, agama-Nya sebagai cahaya, petunjuk-Nya sebagai cahaya.
Termasuk juga, nama Allâh adalah an-nûr yang bermakna cahaya. Shalat juga
dinamakan cahaya. Oleh karena itu, ketika Allâh hilangkan cahaya dari
mereka, berarti ini semua (semua yang disebut cahaya di atas) secata otomatis
juga hilang dari mereka.13
5. Kebenaran Hanya Satu
Perlu diketahui pula, pada ayat yang artinya [Allah hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka] - [dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat], kebenaran yang diwakili dengan kata nûr (cahaya) hanya berjumlah
satu. Sedangkan kegelapan yang kemudian menjadi kondisi yang menaungi
kaum munâfiqîn disebutkan dengan bentuk jamak (zhulumât). Ini, menurut Ibnu
Qayyim menunjukkan bahwa al-haq (kebenaran) adalah satu yaitu jalan Allâh
yang lurus yang tidak ada pintu lain menuju kepada-Nya kecuali melalui pintu
itu saja. Yaitu, beribadah kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dan
menjalankan syariat yang dibawa oleh Rasul-Nya, bukan atas dasar hawa nafsu,
bid'ah dan jalan orang-orang yang keluar dari rel misi yang diemban beliau yang
berupa petunjuk dan agama yang benar. Berbeda dengan kebatilan, berjumlah
banyak dan bercabang-cabang. Oleh karena itu, pada ayat-ayat lain, Allah
hanya menyebutkan kebenaran dengan bentuk mufrad (kata tunggal, satu), dan
menyebutkan kebatilan dengan bentuk jamak.14
Demikianlah salah satu matsal (perumpamaan) yang Allâh buat untuk
memerjelas kondisi riil kaum munâfiqîn. Golongan yang sebelumnya Allah sebut
mereka dengan telah melakukan transaksi jual-beli yang sangat merugikan.
Allâh berfirman:
“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung
perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS al-Baqarah/2: 16).
6. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa dalam
rangkaian ayat tersebut Allah mengibaratkan kaum munafik itu bagaikan orang
yang menyalakan api di tengah malam yang gelap gulita dan berbadai, yang
diasumsikan oleh mereka bisa memberikan cahaya yang menerangi. Namun,
pada setiap nyala api yang diharapkan menerangi, Allah mendatangkan badai
13
Ibid., hal. 64.
14
Ibnu Qayyim al-Jauziyah membawakan contoh lain, QS al-Baqarah/2: 257,
QS al-An'âm/6:153. Lihat. Ijtimâ al-Juyûsy al-Islâmiyyah, hal. 66.
6
yang menghembus api itu denga hembusan yang kencang. Oleh karenanya, api
itu pun segera padam, dan mereka terus-menerus berada dalam kegelapan yang
menghambat diri mereka untuk melihat apa pun yang mereka inginkan.
7. Pelajaran Dari Rangkaian Ayat Tersebut
Dari rangkaian ayat tersebut di atas, kita dapat mengambil beberapa
pelajaran yag berharga. Antara lain:
6.1. Perumpamaan dalam al-Qur`ân tersebut sangat bermanfaat untuk
direnungi dan menjadi bahan pertimbangan untuk bersikap.
(Bandingkan dengan QS al’Ankabût/29: 43)
6.2. Kaum munâfiqîn sebenarnya pernah beriman, kemudian mereka
bersikap kufur karena terkesima dengan pertimbangan duniawi yang
lebih memikat diri mereka.
6.3. Iman adalah cahaya yang memiliki pengaruh baik, bahkan bagi hati
kaum munâfiqîn sekali pun.
6.4. Allâh membiarkan kaum munâfiqîn dalam kesesatan dan kufr
(kekafiran)-nya. Dan siapa saja yang dibiarkan oleh Allâh berjalan
tanpa taufik dari-Nya, dia akan binasa.
6.5. Kaum munâfiqîn tidak akan kembali dari kesesatan mereka. Sebab
mereka berkeyakinan telah berbuat baik. Barangsiapa menganggap
keburukan adalah kebaikan, sulit baginya untuk menyadari
kesalahannya.
6.6. Rangkaia ayat tersebut menggambarkan betapa buruknya akhir
kehidupan bagi orang-orang yang hidup dalam kebatilan
6.7. Kebenaran (nûr) hanya satu, yaitu (yang berasal) dari Allah, yang
hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Sementara
kegelapan (zhulumât) berjumlah banyak, yang bisa diperoleh dari mana
pun (selain dari Allah) oleh siapa pun.
Wallâhu A’lam.
Yogyakarta, Senin - 22 Desember 2014

More Related Content

What's hot

Agar Al-Quran Menjadi Teman
Agar Al-Quran Menjadi TemanAgar Al-Quran Menjadi Teman
Agar Al-Quran Menjadi TemanFeby FauziahS
 
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u Roeslandy Ahmad Andy
 
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman Kepada Kitab-Kitab AllahIman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman Kepada Kitab-Kitab Allahanindianr
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunanDosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunanMuhsin Hariyanto
 
Tafsir Al azhar 098 al bayyinah
Tafsir Al azhar 098 al bayyinahTafsir Al azhar 098 al bayyinah
Tafsir Al azhar 098 al bayyinahMuhammad Idris
 
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah AhrufMakalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah AhrufPAUSIL ABU
 
Menyikapi keragaman manusia
Menyikapi keragaman manusiaMenyikapi keragaman manusia
Menyikapi keragaman manusiaMuhsin Hariyanto
 
Asbabun nuzul.docxp.point
Asbabun nuzul.docxp.pointAsbabun nuzul.docxp.point
Asbabun nuzul.docxp.pointWan Rubiah
 
Alqur'an, Memahami Dan menghampiri
Alqur'an, Memahami Dan menghampiriAlqur'an, Memahami Dan menghampiri
Alqur'an, Memahami Dan menghampiriVisnu Candra
 
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-QuranWhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-QuranRidlo Abelian
 
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)UD. Berkah Jaya Komputer
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulRisma Amalia
 
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlahPokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlahbar-bar
 
Tugasan 1 Ilmu2 quran
Tugasan 1 Ilmu2 quranTugasan 1 Ilmu2 quran
Tugasan 1 Ilmu2 quranKhudrey Hamid
 

What's hot (19)

Agar Al-Quran Menjadi Teman
Agar Al-Quran Menjadi TemanAgar Al-Quran Menjadi Teman
Agar Al-Quran Menjadi Teman
 
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
 
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman Kepada Kitab-Kitab AllahIman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunanDosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
Dosa yang harus (segera) dimohonkan ampunan
 
Tafsir Al azhar 098 al bayyinah
Tafsir Al azhar 098 al bayyinahTafsir Al azhar 098 al bayyinah
Tafsir Al azhar 098 al bayyinah
 
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah AhrufMakalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf
 
S lide kunci tadabbur qur'an
S lide kunci tadabbur qur'anS lide kunci tadabbur qur'an
S lide kunci tadabbur qur'an
 
Wahyu yg plg pertama
Wahyu yg plg pertamaWahyu yg plg pertama
Wahyu yg plg pertama
 
Menyikapi keragaman manusia
Menyikapi keragaman manusiaMenyikapi keragaman manusia
Menyikapi keragaman manusia
 
Asbabun nuzul.docxp.point
Asbabun nuzul.docxp.pointAsbabun nuzul.docxp.point
Asbabun nuzul.docxp.point
 
Asbabun Nuzul
Asbabun NuzulAsbabun Nuzul
Asbabun Nuzul
 
Alqur'an, Memahami Dan menghampiri
Alqur'an, Memahami Dan menghampiriAlqur'an, Memahami Dan menghampiri
Alqur'an, Memahami Dan menghampiri
 
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-QuranWhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
WhatsApp Tajwid - Bab 001 Tentang Al-Quran
 
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
Point point hizbiyah ubaid al jaabiry (seri lengkap 1 dan 2)
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
 
Makalah ulumul
Makalah ulumulMakalah ulumul
Makalah ulumul
 
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlahPokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
 
Tugasan 1 Ilmu2 quran
Tugasan 1 Ilmu2 quranTugasan 1 Ilmu2 quran
Tugasan 1 Ilmu2 quran
 

Similar to 1 Akhlak Quran

Alam Kubur Itu Benar Adanya
Alam Kubur Itu Benar AdanyaAlam Kubur Itu Benar Adanya
Alam Kubur Itu Benar AdanyaYulian Purnama
 
materi KKP surga dan neraka.pptx
materi KKP surga dan neraka.pptxmateri KKP surga dan neraka.pptx
materi KKP surga dan neraka.pptxMuhidalWasi
 
Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Tafsir Ijmali Mengenal Surah al-Baqarah.pptx
Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Tafsir Ijmali Mengenal Surah al-Baqarah.pptxDr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Tafsir Ijmali Mengenal Surah al-Baqarah.pptx
Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Tafsir Ijmali Mengenal Surah al-Baqarah.pptxHasaniahmadsaid
 
Gambaran Neraka Bagian 1
Gambaran Neraka  Bagian 1Gambaran Neraka  Bagian 1
Gambaran Neraka Bagian 1Idrus Abidin
 
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia Debat
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia DebatRasionalitas al Qur’an dalam Dunia Debat
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia DebatIdrus Abidin
 
Nama lain al qur'an
Nama lain al qur'anNama lain al qur'an
Nama lain al qur'anRusli Harby
 
Tafsir qs ar ra’d, 13 - 17
Tafsir qs ar ra’d, 13 - 17Tafsir qs ar ra’d, 13 - 17
Tafsir qs ar ra’d, 13 - 17Muhsin Hariyanto
 
Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).Ibnu Ahmad
 
Mencermati pesan pesan surat al-haqqah
Mencermati pesan pesan surat al-haqqahMencermati pesan pesan surat al-haqqah
Mencermati pesan pesan surat al-haqqahabdul syakur
 
QV5-AGA6-NURAFIDATA NASUTION.pdf
QV5-AGA6-NURAFIDATA NASUTION.pdfQV5-AGA6-NURAFIDATA NASUTION.pdf
QV5-AGA6-NURAFIDATA NASUTION.pdfQIROATI
 
Tugas pendidikan agama islam uas
Tugas pendidikan agama islam   uasTugas pendidikan agama islam   uas
Tugas pendidikan agama islam uasSiKholis1
 
keutamaanmembacaal-quranlite-170704031031.pdf
keutamaanmembacaal-quranlite-170704031031.pdfkeutamaanmembacaal-quranlite-170704031031.pdf
keutamaanmembacaal-quranlite-170704031031.pdfMuhammadUbaid49
 
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriahTafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriahMuhammad Idris
 

Similar to 1 Akhlak Quran (20)

Alam Kubur Itu Benar Adanya
Alam Kubur Itu Benar AdanyaAlam Kubur Itu Benar Adanya
Alam Kubur Itu Benar Adanya
 
Hikmah diturunkannya al-Qur'an secara bertahap
Hikmah diturunkannya al-Qur'an secara bertahapHikmah diturunkannya al-Qur'an secara bertahap
Hikmah diturunkannya al-Qur'an secara bertahap
 
materi KKP surga dan neraka.pptx
materi KKP surga dan neraka.pptxmateri KKP surga dan neraka.pptx
materi KKP surga dan neraka.pptx
 
Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Tafsir Ijmali Mengenal Surah al-Baqarah.pptx
Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Tafsir Ijmali Mengenal Surah al-Baqarah.pptxDr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Tafsir Ijmali Mengenal Surah al-Baqarah.pptx
Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Tafsir Ijmali Mengenal Surah al-Baqarah.pptx
 
Gambaran Neraka Bagian 1
Gambaran Neraka  Bagian 1Gambaran Neraka  Bagian 1
Gambaran Neraka Bagian 1
 
Hari kiamat
Hari kiamatHari kiamat
Hari kiamat
 
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia Debat
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia DebatRasionalitas al Qur’an dalam Dunia Debat
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia Debat
 
Nama lain al qur'an
Nama lain al qur'anNama lain al qur'an
Nama lain al qur'an
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Tafsir qs ar ra’d, 13 - 17
Tafsir qs ar ra’d, 13 - 17Tafsir qs ar ra’d, 13 - 17
Tafsir qs ar ra’d, 13 - 17
 
(10) reinkarnasi
(10) reinkarnasi(10) reinkarnasi
(10) reinkarnasi
 
Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).
 
Mencermati pesan pesan surat al-haqqah
Mencermati pesan pesan surat al-haqqahMencermati pesan pesan surat al-haqqah
Mencermati pesan pesan surat al-haqqah
 
Sakînah
SakînahSakînah
Sakînah
 
QV5-AGA6-NURAFIDATA NASUTION.pdf
QV5-AGA6-NURAFIDATA NASUTION.pdfQV5-AGA6-NURAFIDATA NASUTION.pdf
QV5-AGA6-NURAFIDATA NASUTION.pdf
 
Tugas pendidikan agama islam uas
Tugas pendidikan agama islam   uasTugas pendidikan agama islam   uas
Tugas pendidikan agama islam uas
 
keutamaanmembacaal-quranlite-170704031031.pdf
keutamaanmembacaal-quranlite-170704031031.pdfkeutamaanmembacaal-quranlite-170704031031.pdf
keutamaanmembacaal-quranlite-170704031031.pdf
 
Sakînah
SakînahSakînah
Sakînah
 
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriahTafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
 
I'jaz Al Qur'an
 I'jaz Al Qur'an I'jaz Al Qur'an
I'jaz Al Qur'an
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 
Ketika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaKetika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 
Ketika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkacaKetika kresna menghormat gatotkaca
Ketika kresna menghormat gatotkaca
 

1 Akhlak Quran

  • 1. 1 MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB AKHLAQ QUR’ANI MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA Tafsir QS al-Baqarah/2: 17-18 “Berjalan Dalam Kegelapan” Nash (Teks) Ayat al-Quran ُ ‫ذ‬ ‫اَّلل‬ َ‫ب‬ َ ‫ه‬ َ ‫ذ‬ ُ َ ‫َل‬ْ‫و‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫م‬ ْ ‫ت‬َ‫اء‬ َ ‫ض‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬‫ذ‬‫م‬ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ار‬ َ ‫ن‬ َ ‫د‬ َ ‫ق‬ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ‫ي‬ِ ‫ذ‬ ‫اَّل‬ ِ‫ل‬ َ ‫ث‬َ‫م‬ َ ‫ك‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ث‬َ‫م‬ َ ‫ون‬ُ ِ‫ِص‬ْ‫ب‬ ُ ‫ي‬ ‫ذ‬ ‫َّل‬ ٍ‫ات‬َ‫م‬ ُ ‫ل‬ ُ ‫ظ‬ ِ‫ِف‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ك‬َ‫ر‬ َ ‫ت‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ور‬ُ‫ن‬ِ‫ب‬﴿٧١ َ ‫َّل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ف‬ ٌ ْ‫ْم‬ ُ ‫ع‬ ٌ‫م‬ ْ ‫ك‬ُ‫ب‬ ٌ‫م‬ ُ‫ص‬ ﴾ ﴿ َ ‫ون‬ُ‫ع‬ِ‫ج‬ْ‫ر‬َ‫ي‬٧١﴾ “Perumpamaan mereka (orang-orang munafik) adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (QS al-Baqarah/2: 17-18) Tafsîr al-Mufradât : Perumpamaan mereka (orang-orang munafik). Maksudnya Allah – di dalam ayat ini -- menyerupakan orang-orang munafik dengan perumpamaan tertentu. : Orang yang menyalakan api. Yaitu: komunitas manusia yang telah menyalakan untuk memeroleh cahaya untuk mengusir kegelapan yang tengah mereka alami. : Mereka tidak dapat melihat. Meskipun mereka telah menyalakan api untuk menerangi, tetapi Allah tidak akan pernah memberikan izin (ridha) bagi mereka, karena Dia (Allah) selalu akan menghalangi orang-orang munafik untuk mendapatkan cahaya (kebenaran) yang mereka harapkan dari (cahaya) ‘api’ yang mereka nyalakan. Al-Îdhâh (Penjelasan) 1. Salah Satu Perumpamaan Kondisi Kaum Munafik Di sini, Allâh menyerupakan para musuh-Nya, kaum munafik, dengan sekumpulan orang yang menyalakan api untuk penerangan bagi mereka. Melalui cahayanya, mereka dapat melihat hal-hal yang bermanfaat dan yang berbahaya bagi mereka. Jalan pun bisa mereka saksikan setelah sebelumnya berada dalam kebingungan lagi tersesat. Namun, setelah diterangi cahaya dan
  • 2. 2 mereka dapat melihat dan mengetahui, tiba-tiba api tersebut padam. Akhirnya, mereka berada dalam kegelapan (kembali).1 Abdullâh bin 'Abbâs r.a. mengatakan, "Allah mengumpamakan kaum munâfiqîn dengan perumpamaan seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tidak dapat melihat kebenaran untuk kemudian mereka katakan. Sehingga ketika keluar dari kegelapan kufr (kekafiran) dengan cahaya (keimanan tersebut), mereka memadamkan cahaya itu dengan kekufuran dan nifâq (kemunafikan) mereka. Allâh pun kemudian membiarkan mereka dalam kegelapan kekufuran, sehingga mereka tidak dapat melihat petunjuk dan tidak bersikap istiqâmah di atas kebenaran".2 Demikianlah potret kaum munâfiqîn, gambaran yang sangat tepat untuk melukiskan kondisi mereka, kaum yang sebenarnya menyembunyikan kekufuran dalam relung hati terdalam, meski bibir-bibir mereka melontarkan pengakuan keimanan. Mereka memeroleh penerangan melalui cahaya iman yang dimiliki kaum mukminin yang berada di sekitar mereka. Lantaran lentera iman itu bukan melekat pada mereka, akibatnya mereka hanya dapat memanfaatkannya sementara waktu saja. Kongkretnya, darah mereka terpelihara, harta juga terjaga, dan setidaknya situasi aman sempat mereka rasakan di dunia ini. Namun ketika tiba-tiba kematian menerjang mereka, secercah cahaya yang sebelumnya menerangi hidup mereka akan hilang. Akhirnya, kegelapan demi kegelapan menerpa mereka; kegelapan alam kubur, kegelapan kekufuran, kegelapan nifak, kegelapan maksiat dengan berbagai jenisnya. Dan terakhir, kegelapan neraka. Itulah seburuk-buruknya tempat kembali. Wa al-'iyâdzu billâh (semoga Allah melindungi diri kita). Demikian paparan Syaikh as-Sa'di mengenai ayat pertama pada pembahasan ini.3 Sementara itu, Ibnu Katsîr dengan merujuk penafsiran beberapa Ulama Salaf memandang bahwa cahaya yang dimaksud adalah keimanan yang sebelumnya ada di hati kaum munâfiqîn. Artinya, mereka telah beriman sebelum kufr (kekafiran) dan nifâq yang merasuki hati mereka. Mereka lebih mengutamakan kesesatan (dhalâlah) daripada hidâyah (petunjuk), lebih menyukai penyimpangan setelah memeroleh pengetahuan tentang kebenaran. Kondisi ini diserupakan dengan perumpamaan yang telah disebutkan.4 Di akherat kelak, mereka akan menjadi penghuni neraka terbawah. Allâh berfirman: 1 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Ijtimâ al-Juyûsy al-Islâmiyyah `alâ Ghazw al- Mu`aththilah wa al-Jahmiyyah, tahqîq Dr. Awwâd bin 'Abdullâh al-Mu'tiq (Beirut: Dâr al- Kutub al-‘Ilmiyyah, 1404 H./1984 M.), hlm. 63 2 Atsar dengan sanad hasan. Lihat: Dr. Hikmat bin Basyîr, At-Tafsîr ash-Shahîh, juz I, hal. 113. 3 As-Sa’di, Taisîrul Karîm ar-Rahmân, juz I, hal. 44; Lihat juga Aisar at- Tafâsîr, juz I, hal. 19. 4 Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`ân al-'Azhîm, Juz I, tahqîq Sâmi bin Muhammad Salamah (Riyâdh: Dâr Thaibah, 1420 H./1999 M.), hal. 186.
  • 3. 3 “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” (QS an-Nisâ/4: 145) 2. Tiga Pintu Hidayah Tertutup dan Tidak Berfungsi Pada diri kaum munâfiqîn, perangkat untuk memeroleh hidâyah (kebenaran) yang telah disediakan bagi setiap manusia telah tertutup. Imam Ibnu Qayyim mengatakan bahwa hidâyâh akan masuk pada seorang hamba melalui tiga pintu; melalui apa yang ia dengar dengan telinganya (as-sam’), yang terlihat oleh matanya (al-bashar) dan yang dipahami oleh hatinya (al-qalb). Ketiga akses hidâyah ini tidak berfungsi, sehingga hidâyah pun terhalangi masuk. Akibatnya, hati mereka tidak mengetahui hal-hal yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri.5 Abdullâh bin ‘Abbâs r.a. mengatakan, "Mereka tidak dapat mendengar hidâyâh, tidak melihat dan tidak memahaminya".6 Hal itu dikarenakan mereka sudah terlampau jauh berbuat kerusakan (kufr dan nifâq).7 3. Layaknya Orang Cacat Ketika organ tubuh tidak berfungsi sebagaimana mestinya, karena mereka tidak dapat memeroleh manfaat dari pendengaran, penglihatan dan hati, mereka pun disamakan dengan orang yang sama sekali tidak memiliki ketiga organ tersebut. Allah berfirman: “Mereka tuli, bisu, dan buta.” Secara zhâhir (tekstual), dikatakan asy-Syinqîthi, ayat ini menyatakan kaum munâfiqîn memiliki sifat tuli, bisu dan buta. Akan tetapi, di tempat (ayat) lain, Allâh menjelaskan bahwa makna tuli, bisu dan buta (yang ada pada mereka) adalah ketidakmampuan memeroleh manfaat dari pendengaran, hati dan penglihatan mereka. seperti yang difirmankan Allâh berikut: 5 Ijtimâ al-Juyûsy al-Islâmiyyah, hlm. 63 6 At-Tafsîr ash-Shahîh, juz I, hal. 113. 7 Aisar at-Tafâsîr, juz I, hal. 19.
  • 4. 4 “Dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memerolok-olokkannya.” (QS al-Ahqâf/46: 26)8 4. Mereka Tidak Akan Kembali Menuju Kebenaran Vonis mereka tidak akan kembali kepada jalan kebenaran, sebagaimana termaktub dalam penggalan ayat yang terakhir, sangat beralasan. Selain alasan takdir yang berdasarkan ilmu (pengetahuan) Allâh bahwa mereka tidak akan kembali kepada kebenaran9 , akhir hidup yang sangat buruk itu disebabkan usai mengetahui kebenaran dengan nyata, tidak malah mengikutinya, justru mereka menampiknya. Maka, sangat kecil kemungkinan mereka akan kembali dan sadar dalam kondisi apapun. Berbeda halnya orang yang melakukan penolakan terhadap kebenaran karena memang belum mengetahuinya atau berada dalam kesesatan. Orang seperti ini belum dapat memahami kebenaran dengan baik. Sehingga terbuka kemungkinan ia akan menerima kebenaran.10 Abdullâh bin ‘Abbâs r.a.. mengatakan, " Mereka tidak akan kembali menuju hidâyâh, juga tidak kepada kebaikan. Mereka tidak memeroleh keselamatan dari kondisi mereka". Sedangkan Qatâdah memaknainya dengan mereka tidak akan bertaubat dan tidak akan menyadari".11 Ibnu Qayyim menyatakan bahwa mereka tidak akan kembali karena mereka telah melihat cahaya dan menyaksikan hidâyâh (petunjuk) Allah. Akan tetapi, ketika nyala cahaya itu padam, mereka pun tidak bisa melihat apa yang sebelumnya dapat mereka saksikan.12 Hal itu lantaran Allâh telah menghilangkan cahaya itu dari sisi mereka. sehingga ma'iyyah khâshshah (kebersamaan Allâh dengan hamba yang bersifat khusus) yang berkonsekuensi datangnya bantuan dan pertolongan dari- Nya telah terputus dari mereka. Sebab ini hanya diperuntukkan bagi kaum mukminin semata. Coba perhatikan firman Allah yang artinya [Allâh hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka]. Di situ disebutkan bahwa pancaran cahaya penerangan berada di luar mereka, tidak menyatu dengan mereka. Seandainya berpadu dengan mereka, tentu tidak akan hilang dari sisi mereka. Cahaya itu hanya bersifat temporer. Sementara kegelapan (baca: nifâq) adalah unsur yang permanen pada diri mereka. Selanjutnya, sinar cahaya kembali kepada sumbernya. Demikian pula, kegelapan pun tetap bertahan pada tempat asalnya. Pancaran cahaya pergi, tinggal api yang membakar yang masih menyertai mereka. 8 Muhammad al-Amîn asy-Syinqîthi, Adhwâ al-Bayân, juz I, hal. 41. 9 Al-Qurthubi, Al-Jâmi li Ahkâm al-Qur`ân, juz I, hal. 259. 10 Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, hal. 26; Aisar at-Tafâsîr, juz I, hal. 19. 11 At-Tafsîr ash-Shahîh, juz I, hal. 113. 12 Ijtimâ al-Juyûsy al-Islâmiyyah, hal. 63.
  • 5. 5 Pada akhirnya, mereka menjadi ahl azh-zhulumât yaitu, orang-orang yang berada dalam naungan kegelapan yang sama sekali tidak memiliki cahaya penerangan sedikit pun. Ini akibat mereka menolak kebenaran yang merupakan cahaya. Sesungguhnya Allâh telah menamakan kitab-Nya sebagai cahaya, rasul- Nya sebagai cahaya, agama-Nya sebagai cahaya, petunjuk-Nya sebagai cahaya. Termasuk juga, nama Allâh adalah an-nûr yang bermakna cahaya. Shalat juga dinamakan cahaya. Oleh karena itu, ketika Allâh hilangkan cahaya dari mereka, berarti ini semua (semua yang disebut cahaya di atas) secata otomatis juga hilang dari mereka.13 5. Kebenaran Hanya Satu Perlu diketahui pula, pada ayat yang artinya [Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka] - [dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat], kebenaran yang diwakili dengan kata nûr (cahaya) hanya berjumlah satu. Sedangkan kegelapan yang kemudian menjadi kondisi yang menaungi kaum munâfiqîn disebutkan dengan bentuk jamak (zhulumât). Ini, menurut Ibnu Qayyim menunjukkan bahwa al-haq (kebenaran) adalah satu yaitu jalan Allâh yang lurus yang tidak ada pintu lain menuju kepada-Nya kecuali melalui pintu itu saja. Yaitu, beribadah kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dan menjalankan syariat yang dibawa oleh Rasul-Nya, bukan atas dasar hawa nafsu, bid'ah dan jalan orang-orang yang keluar dari rel misi yang diemban beliau yang berupa petunjuk dan agama yang benar. Berbeda dengan kebatilan, berjumlah banyak dan bercabang-cabang. Oleh karena itu, pada ayat-ayat lain, Allah hanya menyebutkan kebenaran dengan bentuk mufrad (kata tunggal, satu), dan menyebutkan kebatilan dengan bentuk jamak.14 Demikianlah salah satu matsal (perumpamaan) yang Allâh buat untuk memerjelas kondisi riil kaum munâfiqîn. Golongan yang sebelumnya Allah sebut mereka dengan telah melakukan transaksi jual-beli yang sangat merugikan. Allâh berfirman: “Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS al-Baqarah/2: 16). 6. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa dalam rangkaian ayat tersebut Allah mengibaratkan kaum munafik itu bagaikan orang yang menyalakan api di tengah malam yang gelap gulita dan berbadai, yang diasumsikan oleh mereka bisa memberikan cahaya yang menerangi. Namun, pada setiap nyala api yang diharapkan menerangi, Allah mendatangkan badai 13 Ibid., hal. 64. 14 Ibnu Qayyim al-Jauziyah membawakan contoh lain, QS al-Baqarah/2: 257, QS al-An'âm/6:153. Lihat. Ijtimâ al-Juyûsy al-Islâmiyyah, hal. 66.
  • 6. 6 yang menghembus api itu denga hembusan yang kencang. Oleh karenanya, api itu pun segera padam, dan mereka terus-menerus berada dalam kegelapan yang menghambat diri mereka untuk melihat apa pun yang mereka inginkan. 7. Pelajaran Dari Rangkaian Ayat Tersebut Dari rangkaian ayat tersebut di atas, kita dapat mengambil beberapa pelajaran yag berharga. Antara lain: 6.1. Perumpamaan dalam al-Qur`ân tersebut sangat bermanfaat untuk direnungi dan menjadi bahan pertimbangan untuk bersikap. (Bandingkan dengan QS al’Ankabût/29: 43) 6.2. Kaum munâfiqîn sebenarnya pernah beriman, kemudian mereka bersikap kufur karena terkesima dengan pertimbangan duniawi yang lebih memikat diri mereka. 6.3. Iman adalah cahaya yang memiliki pengaruh baik, bahkan bagi hati kaum munâfiqîn sekali pun. 6.4. Allâh membiarkan kaum munâfiqîn dalam kesesatan dan kufr (kekafiran)-nya. Dan siapa saja yang dibiarkan oleh Allâh berjalan tanpa taufik dari-Nya, dia akan binasa. 6.5. Kaum munâfiqîn tidak akan kembali dari kesesatan mereka. Sebab mereka berkeyakinan telah berbuat baik. Barangsiapa menganggap keburukan adalah kebaikan, sulit baginya untuk menyadari kesalahannya. 6.6. Rangkaia ayat tersebut menggambarkan betapa buruknya akhir kehidupan bagi orang-orang yang hidup dalam kebatilan 6.7. Kebenaran (nûr) hanya satu, yaitu (yang berasal) dari Allah, yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Sementara kegelapan (zhulumât) berjumlah banyak, yang bisa diperoleh dari mana pun (selain dari Allah) oleh siapa pun. Wallâhu A’lam. Yogyakarta, Senin - 22 Desember 2014