Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh pengawas pekerjaan struktur bangunan gedung adalah penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, komunikasi di tempat kerja, pengawasan berbagai tahapan pekerjaan struktur bangunan, dan pelaporan hasil pengawasan. Fasilitator perlu mengembangkan sikap yang mendukung keakraban dan kesederajatan dengan peserta dengan cara bersikap terbuka, positif, dan netral serta
2. Beberapa hal yang harus diperhatikan
sebagai Pengawas Bangunan Gedung
adalah :
1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Serta Lingkungan (SMK3-L)
2. Melakukan Komunikasi di Tempat Kerja
3. Melakukan Pekrjaan Persiapan Pengawasaan Lapangan
4. Mengawasi Pekerjaan Bowplank pada Struktur Bangunan
Gedung
5. Mengawasi Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung
6. Mengawasai Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung
7. Mengawasi Pekerjaan Struktur Rangka Atap Bangunan
Gedung
8. Melaksanakan Pekerjaan Akhir Pengawasan (Membuat
Laporan Hasil Pengawasan)
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya menciptakan
lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat mengurangi
probabilitas kecelakaan kerja atau penyakit akibat kelalaian yang
mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktifitas kerja.
Penyebab keselamatan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak
aman sebesar 88 % dan kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%,
atau kedual hal tersebut terjadi secara bersamaan, (Menurut H.W Heinrich
dalam Notoadmodjo, 2007)
Penerapan keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) dilaksanakan karena tiga
faktor penting (Menurut Moekijat (2004), yaitu :
1. Berdasarkan perikemanusiaan
2. Berdasarkan Undang-Undang
3. Berdasarkan Alasan ekonomi untuk sadar keselamatan kerja karena biaya
kecelakaan dampaknya sangat besar.
4. Kecelakaan Kerja dapat dicegah dengan metode HIRARC, HIRARC terdiri dari :
a) Identifikasi Bahaya (hazard identification).
b) Penilaian Risiko (Risk Assestment).
c) Pengendalian Risiko (Risk Control)
Prinsip- prinsip yang harus dijalankan dalam dalam menerapkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut:
1. Adanya APD di tempat kerja
2. Adanya buku pentunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya
3. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab
4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat lingkungan
kerja)
5. Adanya penunjang Kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja
6. Adanya sarana dan prasarana lengkap ditempat kerja
7. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan Kesehatan kerja
8. Adanya Pendidikan dan pelatihan tentang kesadaran K3.
5.
6. 5. Bersikap Sederajat
Seringkali Fasilitator
membandingkan keadaan
masyarakat miskin dengan
lingkungan lain yang diangap
lebih maju. Lalu yang miskin
dipandang berstatus rendah. Hal itu perlu dihindari
dengan mengembangkan sikap kesederajatan atau
menghindari adanya ‘benteng’ perbedaan.
Sadarilah bahwa setiap orang selalu mempunyai
potensi.
7. 6. Bersikap Akrab
dan Melebur
Hubungan dengan masyarakat
sebaiknya dilakukan dengan
informal, akrab, dan santai, sehingga suasana
kesederajatan pun tercipta. Masyarakat biasanya
senang apabila Fasilitator tidak sungkan untuk
melebur ke dalam kehidupan mereka, termasuk
berpakaian tidak menyolok, saling berbagi, tinggal
di rumah mereka, dan tolong-menolong selama
bersama masyarakat (mengambil air mandi dan
mencuci sendiri). Suasana gembira dan penuh homur
akan sangat membantu menciptakan keakraban ini.
8. 7. Tidak Menggurui
Meskipun di dalam suasana yang
akrab dan santai, seorang fasilitator
sebaiknya menunjukan
kesungguhan di dalam bekerja bersama
masyarakat. Dengan demikian, masyarakatpun akan
menghargainya. Penghargaan ini juga akan diberikan
apabila Fasilitator memiliki wawasan yang cukup
tentang pekerjaan/kegiatan bersama masyarakat
9. 8. Tidak memihak (netral)
Di tengah masyarakat seringkali
terjadi pertentangan pendapat. Fasilitator tidak boleh
menilai dan mengkritik semua pendapat, juga tidak
boleh bersikap memihak. Secara netral Fasilitator
berusaha memfasilitasi komunikasi di antara pihak-
pihak yang berbeda pendapat, untuk mencari
kesepakatan dan jalan keluarnya
10. 9. Bersikap Terbuka
Sebagai pasilitator, perlu
mengembangkan suasana
keterbukaan secara luwes.
Biasanya masyarakat akan lebih
terbuka apabila telah tumbuh rasa
percaya kepada fasilitator
(yang dalam hal ini sebagai orang luar).
Juga jangan segan untuk berterus terang
bila merasa kurang mengetahui sesuatu, agar
masyarakat memahami bahwa semua orang selalu
masih perlu belajar.
11. 10. Bersikap Positif
Seorang fasilitator sebaiknya
selalu membangun suasana positif.
Artinya Fasilitator mengajak
masyarakat untuk memahami keadaan
dirinya dengan menonjolkan potensi-potensi yang ada
(dan bukan mengeluhkan keburukan-keburukan di
masyarakat). Perlu diingat, potensi terbesar setiap
masyarakat adalah kemauan dari manusianya sendiri
untuk merubah keadaan.
12. 11. Pengaturan suasana
Bersahabat; senyum (tidak cemberut dan terkesan galak atau ketus);
selalu memberi semangat (tidak menjatuhkan atau memojokkan
masyarakat/peserta);
Gunakan nama (apabila sudah dikenal namanya, sapalah mereka dengan
menyebutkan namanya;
Hindari kata kamu,
anda, apabila sudah dikenal);
Melucu (bukan melawak tetapi kerap kali menumbuhkan dan
memunculkan cara yang segar dan tidak menegangkan);
Ciptakan suasana santai sehingga peserta tidak merasa bosan atau
jenuh. Suasana santai ini dapat dilakukan melalui bahasa yang
dipergunakan sampai kepada formasi tempat pertemuan (duduk di lantai
atau di kursi, melingkar atau oval, semuanya disesuaikan dengan
kesepakatan bersama).
13. 12. Percaya diri
Yakin akan dirinya sendiri.
Bekal kepercayaan tidak selalu
tumbuh dengan sendirinya,
tetapi tumbuh karena dirinya merasa menguasai materi
pembahasan (hasil membaca atau belajar), mempunyai
pengalaman dalam memfasilitasi materi bersangkutan, dan
tampil dengan tujuan bukan hanya untuk memberikan
pengetahuan tetapi sekaligus untuk belajar bersama
(belajar kepada peserta)
14. 13. Kontak mata
Pandangan yang baik pada
setiap orang.
Fasilitator mengarahkan
pandangannya tidak hanya ke satu sasaran (ke obyek
atau ke salah satu peserta saja) melainkan semua
peserta mendapatkan giliran untuk dipandang,
sehingga terkesan terjadi kontak mata antara kedua
belah pihak. Juga tidak boleh hanya mengarahkan
pandangannya kepada flipchart atau kertas plano,
papan tulis dan sejenisnya. Kejadian yang hanya
mengarahkan pandangannya kepada obyek-obyek
tersebut, terkesan telah mengabaikan peserta, dan
peserta menjadi tidak terkontrol kondisinya
15. 14. Bahasa tubuh
Membuat gerakan yang baik
terhadap orang, relaks, dan gunakan
tangan secara efektif. Bahasa tubuh bukan termasuk olah raga
melainkan menggerakkan tubuh (menggunakan tangan atau raga
lainnya) dalam rangka menyempurnakan bahasa lisan. Misalnya
ketika mengatakan semangat dilengkapi dengan kepalan tangan;
dan ketika berbicara atau menyampaikan pengalaman, tidak
selalu duduk atau diam di satu tempat, melainkan bergerak teratur
sambil menyesuaikan terhadap apa yang sedang dibahas.
16. 15. Suara
Keras/lantang (tapi bukan keras
dalam arti menyakitkan atau teriak-teriak
seperti saat marah);
jelas (dapat didengar dan yang
mendengarkanpun mampu menangkap apa
yang disampaikan Fasilitator);
tidak terlalu cepat dan bervariasi (intonasi dan
variasi suara disesuaikan dengan kebutuhan).
17. 16. Bertanya
Pertanyaan yang jelas (bukan menghakimi
atau mengintrogasi);
membuat pertanyaan untuk seluruh kelompok,
kemudian setelah beberapa saat arahkan
pertanyaan kepada individu/perorangan
18. 17. Tingkatkan peran serta
Libatkan semua peserta untuk
berpartisipasi secara aktif. Siapapu pesertanya (laki-laki dan
perempuan, tua dan muda, kaya dan miskin) semuanya
mempunyai hak untuk ambil bagian dalam diskusi dan tukar
informasi.
Ciptakan suasana dan media tertentu untuk mempermudah
terjadinya partisipasi, misalnya dengan model pertemuan
melingkar (sehingga semua peserta dapat saling
memandang), atau menggunakan kertas untuk memancing
peserta yang malu bertanya atau malu menjawab. Melalui
kertas tersebut siapapun dapat kesempatan untuk bertanya
dan menjawab sesuai aspirasi dirinya
19. 18. Menggunakan gambar
Menunjukan gambar secara sistematis sehingga semua orang
dapat melihatnya;
letakkan gambar di lantai atau di dinding dan mengajak setiap
orang untuk berpartisipasi melihat dan menyampaikan
kesannya.
Gambar bukan satu-satunya alat bantu yang efektif. Banyak
pertemuan yang gagal justru karena menggunakan media
gambar atau karena teknik menampilkan gambarnya yang
keliru. Untuk itu pahami secara cepat mengenai karakter
peserta, bila perlu lakukan obrolan singkat mengenai
“bagaimana kalau dalam pertemuan ini disertai dengan
penunjukkan beberapa gambar
20. 19. Mencatat
Tulis dengan jelas dan cukup besar, Fasilitator
harus cek bahwa poin-point telah di catat
dengan benar. Gunakan media pencatatan
yang mudah dipahami masyarakat
21. 20. Mencari dan Memberi
Informasi
Faslilitator senantiasa harus aktif
mencari, mendengar dan mengumpulkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan Kelompok, Kemudian
menyampaikannya kepada kelompok sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan.
22. 21. Memberi dorongan
Bersikap bersahabat, hangat, tanggap
terhadap masalah, memuji, dan menghargai.
Gunakan kata “terima kasih telah memberikan
jawaban atau tanggapan”, “pertanyaannya
sangat bagus”, dan sebagainya
23. 22. Mengikat Gagasan
Faslilitator harus pandai menangkap gagasan-
gagasan, ide-ide anggota kelompok/masyarakat,
kemudian mengklasifikasikannya dan
mewujudkan dalam suatu usaha atau kegiatan
yang ditangani bersama oleh kelompok