Peran dan tantangan internal auditor di era revolusi industri 4.0
1. Peran dan Tantangan Internal Auditor
menyongsong Era Revolusi Industri 4.0.
Oleh:
Sujatmiko Wibowo
Auditor Ahli Muda Itjen Kemenristekdikti
Revolusi industri merupakan suatu perubahan secara cepat di bidang ekonomi yaitu dari
kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam mengolah
bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Istilah “Revolusi Industri” diperkenalkan oleh
Friedrich dan Louis Auguste Blanqui pada pertengahan abad ke 18. (Latucosina MA, 2017).
Menurut Latucosina MA, 2017, Revolusi Industri yang pertama terjadi di Inggris sekitar
tahun 1760, ditandai dengan masih dipergunakannya teknik kuno, yaitu penggunaan uap untuk
menggerakkan mesin yang berbahan bakar kayu atau batu bara. Revolusi Industri kedua terjadi
di Amerika Serikat dan Uni Soviet pada abad ke-20. ditandai dengan penggunaan teknik baru
berupa mesin bermotor yang berbahan bakar listrik atau bensin. Revolusi tahap kedua ini
terjadi di Amerika Serikat dan Jerman pada abad ke-19. Revolusi Industri III ditandai dengan
penggunaan teknik kimia-hayati berbahan bakar atom atau nuklir. yang juga dikenal sebagai
Revolusi Digital, yang ditandai oleh proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua
bidang. Otomatisasi di semua bidang dan konektivitas adalah tanda-tanda yang nyata.
Salah satu petanda unik dan khusus dari Revolusi Industri keempat adalah terjadinya
aplikasi Artificial Intelligence (AI). Transformasi pada Revolusi Industri keempat ini berbeda
dari pendahulunya dalam beberapa aspek. Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan
disebarkan lebih cepat dari sebelumnya. Kedua, adanya penurunan biaya produksi marginal
secara signifikan dan munculnya platform yang menggabungkan beberapa aktivitas
konsentrasi di beberapa sektor dan meningkatkan agregat hasil. Ketiga, revolusi ini terjadi pada
tingkat global dan akan mempengaruhi, serta dibentuk oleh, hampir semua negara. Akibatnya,
revolusi industri keempat ini akan berdampak sangat sistemik di banyak tempat.
(https://www.researchgate.net/publication/293695551)
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam paparannya pada Dies Natalis
Universitas Indonesia ke-68 menegaskan pentingnya respons aktif perguruan tinggi dalam
menghadapi revolusi industri 4.0. dalam kesempatan tersebut juga menyatakan bahwa
Indonesia masih banyak membutuhkan sumber daya manusia yang unggul untuk
memenangkan kompetisi global. Melalui perguruan tinggi (PT), sumber daya manusia
progresif dihasilkan yang diharapkan mampu memberikan terobosan dan antisipatif dalam
merespons revolusi industri 4.0. Menurut Presiden, kemajuan Indonesia tidak mungkin dicapai
dengan upaya yang biasa saja. Bahkan standar keilmuan pun, diakuinya terus berevolusi
mengejar perkembangan zaman dan Indonesia harus terbuka pada hal tersebut. (Kabar24.com
edisi 2 Februari 2018).
Hal senada disampaikan pada lokakarya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Vietnam
(setingkat Inspektorat Jenderal Kementerian di Indonesia) pada tanggal 15 November 2017,
diantaranya bahwa pengetahuan tentang revolusi industri 4.0 dan mengidentifikasikan
tantangan-tantangan untuk berinisitatif mengajar kecenderungan zaman dan melakukan
integrasi dengan dunia yang berbudaya dan sedang melangkah maju dengan kuat ke era
revolusi industri 4.0, hal yang penting yaitu harus melakukan pembaruan menurut arah
2. modernisasi dari pendidikan untuk menciptakan barisan pekerja yang cukup pengetahuan dan
ketrampilan untuk menghadapi zaman baru. Pada masa depan, semua unit BPK negera
Vietnam dari berbagai kementerian, instansi dan daerah akan memperkuat penerapan teknologi
digital ke dalam aktivitasnya, dari aktivitas pengelolaan sampai keuangan dan audit.
(http://vovworld.vn/Industrial revolution 4.0 and challenges to the State Finance Audit-
594783.vov)
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyiapkan 5
elemen yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi untuk menghadapi revolusi industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk bidang
pengetahuan di pendidikan tinggi. Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 Kemenristekdikti
harus berupaya untuk membangun sistem pembelajaran yang lebih inovatif, rekonstruksi
kebijakan kelembagaan, peningkatan kualitas dosen, dan terobosan hasil riset. Disrupsi
teknologi membawa segala hal menjadi tanpa batas. Pasalnya, perkembangan internet dan
teknologi digital sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin
semakin masif dan revolusi industri 4.0 harus direspons secara cepat dan tepat oleh seluruh
pemangku kepentingan. (www.pikiranrakyat.com edisi 17 Januari 2018)
Menristekdikti Mohammad Nasir pada kesempatan Rapat Kerja Nasional (rekernas)
Kemenristekdikti Tahun 2018 menyampaikan persiapan kemenristekdikti dalam menyongsong
era disrupsi dan revolusi industri 4.0. Pertama, perguruan tinggi dituntut mempersiapkan sistem
distance/online learning yg merujuk pada Peraturan Menteri tentang Standar Pendidikan
Tinggi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kedua, Kemenristekdikti dan perguruan tinggi harus
melakukan penyediaan infrastruktur yang mendukung gaya pendidikan di era revolusi industri
4.0, serta melaksanakan rekrutmen dan manajemen dosen yang relevan dengan perkembangan
zaman guna menyediakan sumber daya manusia (SDM) masa depan Indonesia yang
berkualitas. Selain itu, Menristekdikti juga menyamaikan perlunya penyelarasan paradigma
tridarma perguruan tinggi dengan era industri 4.0 dan perguruan tinggi dan lembaga litbang
diwajibkan melakukan harmonisasi hasil-hasil riset pengembangan dan penerapan teknologi
melalui Lembaga Manajemen Inovasi, serta perguruan tinggi diwajibkan melaksanakan proses
inovasi produk melalui inkubasi dan pembelajaran berbasis industri.
(http://www.republika.co.id edisi 17 Januari 2018)
Pada kesempatan Rakernas tersebut, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan
(Belmawa), Intan Ahmad menyampaikan bahwa kebijakan Pendidikan Tinggi menyongsong
era revolusi industri 4.0 diantaranya adalah : a. Reorientasi kurikulum; b. Hybrid/Blended
Learning, Online; c. Unit Khusus Lifelong Learning; d. Hibah dan Bimtek dari Belmawa untuk
reorientasi kurikulum bagi 400 Perguruan Tinggi. Reorientasi kurikulum diwujudkan dengan
pengembangan literasi baru dalam pengajaran (data, teknologi, humanities), kegiatan ekstra
kurikuler untuk pengembangan kepemimpinan dan bekerja dalam tim agar terus
dikembangkan, serta kewajiban pembelajaran entrepreneurship dan internship. Penerapkan
Hybrid/Blended Learning Online diantaranya adalah dengan sisem pengajaran secara online
melalui Sistem Pembelajaran Daring Indonesia dan Video Conference, Online Learning,
Resource Sharing (SPADA-IdREN). Perguruan tinggi ke depan juga diharapkan membentuk
Unit Khusus Lifelong Learning, yaitu sebagai fasilitator semua kalangan masyarakat dengan
konsep belajar sepanjang hayat. Program ini disediakan untuk pembelajar lanjut yang ingin
memperoleh pengetahuan/ keterampilan atau kompetensi baru yang sesuai dengan perubahan
teknologi/pekerjaan. Dirjen Belmawa akan memberikan Bimbingan Teknis dan Hibah untuk
reorientasi kurikulum untuk 400 perguruan tinggi sesuai dengan milestone SPADA 2018 –
2020. Disamping itu, Dirjen Belamwa juga menyampaikan bahwa literasi manusia menjadi
penting untuk bertahan di era ini, tujuannya adalah agar manusia bisa berfungsi dengan baik
dilingkungan manusia dan dapat memahami interaksi dengan sesama manusia. Oleh karena itu
3. universitas perlu mencari metoda untuk mengembangkan kapasitas kognitif mahasiswa: higher
order mental skills, berpikir kritis & sistemik, amat penting untuk bertahan di era revolusi
industri 4.0. (http://belmawa.ristekdikti.go.id)
Berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 15
Tahun 2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Diantaranya
menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; b. pelaksanaan pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; c.
pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan menteri; d. penyusunan laporan
hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; e.
pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan
Menteri.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti dibentuk pada tahun 2015 berdasarkan
penggabungan Inspektorat Kementerian Riset dan Teknologi dan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penggabungan ini dimaksudkan
untuk menanggulangi banyaknya permasalahan pada perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta. Penggabungan ini memerlukan dukungan seperti anggaran, sumber daya manusia serta
sarana dan prasarana. Permasalahan yang dihadapi oleh Itjen Kemenristekdikti saat ini
diantaranya adalah kurangnya sumber daya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana dan
ruang kantor yang kurang memadai serta peningkatan kualitas. (Laporam Kinerja Itjen
Kemenristekdikti Tahun 2016)
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas APIP menyebutkan
bahwa salah satu alat yang dipakai untuk mengukur efektifitas peran audit intern di sektor
publik adalah model penilaian yang disebut Internal Audit Capability Model (IA-CM). Pada
IA-CM terdapat lima tingkat kapabilitas (capability levels) pengawasan internal, dari yang
terendah sampai tertinggi yaitu (1) initial; (2) Infrastructure; (3) Integrated; (4) Managed; dan
(5) Optimizing. Hasil penilaian BPKP (2016) terhadap kinerja Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) dengan menggunakan pendekatan IA-CM, Inspektorat Jenderal
Kemenristekdikti berada pada level 2 (infrastructure). Hal ini berarti bahwa Itjen
Kemenristekdikti dinilai belum dapat berperan baik menyelesaikan permasalahan stratejik,
memberikan assurance atas efisien dan efektifitas, serta belum dapat berperan sebagai early
warning system dalam pencegahan korupsi. Dengan kondisi Itjen Kemenristekdikti yang
dianggap belum mampu berperan sebagai early warning system dalam pencegahan korupsi
tersebut, maka peran manajemen dalam hal ini pengendalian internal pada setiap unit satuan
kerja sangat berperan dalam pencegahan adanya perilaku fraud dan korupsi pada organisasi.
(Laporan Hasil Validasi atas Penilaian Mandiri Kapabilitas Itjen Kemenristekdikti).
Berdasarkan Laporan Hasil Penilaian tingkat Maturitas Penyelenggaraan SPIP
Kemenristekdikti tahun 2016, masih berada di level “berkembang”, dengan nilai rata-rata
maturitas sebesar 2,499. Dengan maturitas “berkembang”, maka terdapat sub unsur yang masih
memerlukan perbaikan, diantaranya : peran APIP yang efektif, identifikasi dan analisis risiko,
pengendalian fisik atas aset dan pemantauan yang berkelanjutan. Dalam laporan tersebut juga
disebutkan beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan, diantaranya penguatan peran
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti, mendorong disusunnya ketentuan tentang penerapan
manajemen risiko, melakukan penilaian risiko secara lebih komprehensif, peningkatan
4. akuntabilitas pengeloaan keuangan negara, serta menjalankan fungsi pemantauan secara
berkelanjutan.
Menurut Hery (2018), audit internal (Inspektorat Jenderal) dibentuk untuk
mengembangkan dan menjaga efektifivitas sistem pengendalian internal, menjamin
terlaksananya good governance untuk menghindari terjadinya keterpurukan serta kegagalan
dalam organisasi. Agar peran dari pengawas internal ini dapat berjalan dengan efektif, ada lima
hal yang dapat dijadikan sebagai benchmark dalam menilai kualitas dari dilakukannya sebuah
audit internal dalam organisasi. Kelima indikator tersebut adalah watchdog, kinerja auditan,
preventif, konsultan internal, dan pengetahuan.
1. Watchdog
Orientasi pelaksanaan audit internal seyogyanya tidak terbatas pada pengawasan ketaatan
atau kepatuhan terhadap segala prosedur, ketetapan dan kebijakan manajemen semata.
Dalam era globalisasi, sifat pekerjaan audit internal yang hanya sebatas pada compliance
audit ini sudah tidak lagi memenuhi harapan manajemen. Auditor internal tidak hanya
sekedar menjadi penjaga yang menunggu hingga proses pemeriksaan dilakukan di tahap
akhir, akan tetapi sudah sejak dari awal seharusnya auditor internal dapat membantu
memberi keyakinan dan masukan konsultatif kepada manajemen secara independen untuk
memastikan bahwa keseluruhan proses telah berada pada jalur yang benar.
2. Kinerja Auditan
Audit internal yang dilakukan secara efektif dalam sebuah organisasi akan dapat
memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja satuan kerja/auditan. Dalam
melakukan auditnya, auditor internal harus dapat menilai, mengevaluasi, termasuk
memberikan rekomendasi kepada satuan kerja mengenai seberapa jauh tingkat efisiensi dari
penggunaan sumber daya yang ada dalam suatu organisasi. Sebuah audit internal yang
berkualitas tentu saja harus dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan secara
langsung akan berdampak terhadap peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan.
3. Preventif
Audit internal terhadap kegiatan operasional satuan kerja seyogyanya dilaksanakan secara
teratur, baik sebelum dirasakan adanya suatu masalah maupun sesudah terlanjur terjadi
masalah. Audit internal yang dilakukan secara teratur dapat mencegah terjadinya suatu
masalah, karena auditor internal akan dapat dengan segera mengetahui dan mengatasi
masalah serta mengambil langkah-langkah efektif untuk mengatasinya sebelum masalah
tersebut menjadi berkelanjutan. Suatu audit internal dapat dikatakan berkualitas jika mampu
melaksanakan tugas-tugas pencegahan terjadinya masalah dan memberikan dukungan
kepada manajemen dalam mengevaluasi pengendalian intenal yang digunakan untuk
menemukan atau memperkecil risiko tindakan kecurangan (fraud), mengevaluasi risiko
fraud, dan juga ikut terlibat dalam melakukan investigasi fraud.
4. Konsutan Internal
Auditor internal harus dapat menjadi konsultan internal yang profesional bagi satuan kerja.
Peran ini akan membantu manajemen dalam hal pemberian informasi strategis sebagai
bentuk pelayanan prima nya terhadap organisasi. Peran internal audit sebagai konsutan
internal merupakan ekspresi tertinggi dalam peran sebagai pengawas internal.
Peran konsultan internal ini dapat berupa pemberi informasi strategis kepada satuan kerja
dalam hal pemberian alternatif dan solusi pemecahan suatu masalah, selain itu juga dapat
berperan sebagai pemberi informasi terkait evaluasi pelaksanaan pengendalian internal yang
dapat mencegah timbulnya suatu masalah.
5. 5. Pengetahuan
Tuntutan dan tantangan peran auditor internal pada era globaliasi seperti yang sudah
disebutkan di atas, mewajibkan tim audit internal untuk tidak hanya memiliki keahlian
dalam bidang tertentu saja seperti auditing, keuangan, sumber daya manusia, dan
sebagainya, tetapi juga diperlukan pengetahuan teknologi dan informasi mengikuti era
revolusi industri yang suka tidak suka akan dihadapi. Kualitas/kinerja auditor internal sangat
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan.keahlian yang merupakan unsur profesionalisme yang
dimilikinya.
Kemajuan teknologi dan informasi membawa perubahan lingkungan yang sangat
fenomenal ditandai dengan bergesernya masyarakat industrial menuju masyarakat informasi.
Dalam dunia pendidikan tinggi akan berdampak pada tuntutan lulusan perguruan tinggi yang
tidak hanya punya skill pengetahuan sesuai background masing-masing, namun juga dituntut
menguasai kemampuan teknologi digital agar mudah terserap di dunia kerja. Tantangan
revolusi industri 4.0 harus direspons cepat dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan di
lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Sehingga, mampu
meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tengah persaingan global.
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti yang mempunyai tugas menyelenggarakan
pengawasan intern di lingkungan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi harus
ikut ambil bagian dalam upaya mengawal kebijakan riset dan pendidikan tinggi menghadapi
era revolusi industri 4.0 yang sudah di depan mata. Dengan segala keterbatasan sumber daya
yang ada Itjen Kemenristekdikti diharapkan segera berbenah diri, terutama dalam upaya
peningkatan efektifitas peran audit intern menuju level 3 Internal Audit Capability Model (IA-
CM).
Di samping itu Itjen Kemenristekdikti juga harus segera mengembangkan sumber daya
yang ada, baik dari terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana pendukung maupun
pengembangan kapabilitas pegawai terutama para auditornya yang akan bersinggungan
langsung dengan satuan kerja. Para auditor internal ini diharapkan akan berperan sebagai
konsultan internal yang akan membawa perubahan pada peningkatan kinerja satuan kerja dan
lebih luas lagi dapat ikut mengawal semua kebijakan Kemenristekdikti menyongsong era
revolusi industri 4.0.
Daftar pustaka
Hery, 2018, Modern Internal Auditing, Penerbit PT. Grasindo, Jakarta, 2018.
Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi.
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor 16 Tahun
2015 tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas APIP
Latucosina MA, 2017. Sistem Informasi dan Pengendalian Internal pada Revolusi Industri Ke-
4. Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang.
Laporan Hasil Validasi atas Penilaian Mandiri Itjen Kemenristekdikti, BPKP, 2016
Lapran hasil Penilaian Tingkat Maturitas Penyelengaraan SPIP Kemenristekdikti, BPKP, 2016.
6. http://vovworld.vn/Industrial revolution 4.0 and challenges to the State Finance Audit-
594783.vov
http://belmawa.ristekdikti.go.id/2018/01/17/era-revolusi-industri-4-0-perlu-persiapkan-
literasi-data-teknologi-dan-sumber-daya-manusia/
https://www.researchgate.net/publication/293695551_Industri_40_revolusi_industri_abad_ini
dan_pengaruhnya_pada_bidang_kesehatan_dan_bioteknologi [accessed February,7 2017].
http://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-revolusi-industri-di-inggris.html. [accessed
February,7 2017]
http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2018/01/17/ini-5-elemen-untuk-hadapi-revolusi-
industri-40-418079
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/01/18/p2qhdr368-ristekdikti-hasilkan-
rekomendasi-hadapi-revolusi-industri