Dokumen tersebut membahas konsep jasa lingkungan dan berbagai pengalaman negara dalam menerapkan skema pembayaran atas jasa lingkungan. Dibahas pula pendekatan yang berbeda antar negara dalam melibatkan masyarakat setempat dan mengkompensasi mereka atas pelestarian lingkungan.
2. Disusun oleh kelompok 1 :
Elvin Wahyu S 20503080111013
Ade Arwin H 20503080111019
Nicholay Firmansyah S 20503080111041
Arya Bisma W 20503080111051
Meydella Rizkova 20503080111003
3. 2.1 Ilmu Ekonomi dan Lingkungan Hidup
Menurut para ekonom, lingkungan memiliki peran yang penting dalam keberhasilan upaya
pembangunan ekonomi. Menurut Michael P. Torada dalam pembangunan ekonomi (2006), beban
kerusakan lingkungan berdampak besar pada 20% penduduk paling miskin yang ada di dunia.
Permasalahan kompleks seperti peningkatan jumlah penduduk dapat menyebabkan terjadinya
degradasi lingkungan, hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penduduk akan menyusutkan
produktivitas lahan pertanian pangan pe kapita. Produktivitas dari sumberdaya alam akan semakin
menurun dikerenakan adanya kerusakan tanah, air dan sumber air. Oleh karena itu, banyak hal
yang harus dipertimbangkan dalam setiap analisis ekonomi seperti implikasi jangka panjang yang
ditimbulkan oleh setiap kegiatan ekonomi terhadap kualitas atau kelestarian lingkungan hidup.
4. 2.2 Perhitungan Nilai Lingkungan Hidup
Kesinambungan antara pertumbuhan ekonomi
dan pelestarian lingkungan hidup dapat
digambarkan melalui istilah “berkelanjutan”. Para
ahli ekonomi berpendapat bahwa proses
pembangunan dikatakan berkelanjutan apabila total
ketersediaan modal jumlahnya tetap atau
meningkat dari waktu ke waktu. Dalam
perhitungan tersebut faktor penambah adalah
kerusakan lingkungan hidup dan faktor pengurang
berupa tingkat pertubuhan ekonomi. Salah satu
contoh perhitungan lingkungan tekah ditemukan
oleh David Pearce dan Jeremy Warford.
5. Pengertian asset modal dalam rumusan mereka, tidak hanya modal modal
manufaktur, tetapi juga modal manusia (pengetahuan dan ketrampilan), serta
modal lingkungan hidup. Sehingga atas dasar ha tersebut, maka kalkulasi
GNI harus dikoreksi menjadi NNI (Sustainable Development Income) atau
pendapatan nasional neto yang berkesinambungan (sustainable net national
product). Ini adalah jumlah total yang dapat di konsumsi tanpa mengikis stok
modal, rumusnya adalah :
NNI*= GNI-Dm-Dn…………………..(1)
NNI : pendapatan nasional neto berkesinambungan
Dm : depresiasi asset modal manufaktur
Dn : depresiasi modal lingkungan yang dinyatakan
dalam satuan moneter (uang) tahunan
6. 2.3 Modal Alam dan Jasa-jasa Lingkungan
Modal alam merupakan bentuk investasi ekonomi agarkegiatan ekonomi yang
dilakukan berperan serta dalam keletarian lingkungan. Banyak jenis layanan
yang disediakan oleh alam seperti jasa lingkungan langsung dan jasa
lingkungan tidak langsung. Contoh dari jasa lingkungan langsung berkaitan
dengan penyediaan pangan dan bahan baku, sedangkan jasa lingkungan tidak
langsung berkaitan dengan proses penyimpanan karbon, perlindungan daerah
alirang sungai, dan penyedia tempat bagi keanekaragaman hayati.
7. Jasa lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat tergantikan,
apabila tergantikan hanya dengan biaya yang besar. Imbal jasa
lingkungan dapat mencegah terjadinya kerugian dalam hal
oerubahan lingkungan. Manfaat yang didapatkan dari hal tersebut
berupa pelestarian lingkungan dan meningkatkan pendapatan
pengguna lahan. Terdapat batasan untuk pelaksanaan program
imbalan jasa lingkungan dimana sebagai transaksi yang bersifat
sukarela untuk jasa yang telah diberikan lingkungan terhadap
manusia secara jelas. Terdapat suatu proses transaksi antara
pengguna dengan penyedia, pengguna dari jasa lingkungan harus
mampu membayar imbalan kepada penyedia jasa ataupun orang
yang berhak atas penggunaan lingkungan tersebut. Imbalan yang
dibayarkan harus memenuhi persyaratan yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak.
8. 2.4 Berbagai Perspektif Tentang Jasa Ekosistem
dan Kompensasinya
Berbagai pandangan berikut mendukung perlunya pembayaran atau pemberian kompensasi
bagi mereka yang memfasilitasi tersedianya jasa ekosistem:
Pertama, program pembayaran jasa ekosistem (PJE) dapat menjadi instrumen finansial untuk
pembiayaan kegiatan konservasi tradisional
Kedua, berbagai program PJE berusaha menjawab kebutuhan jasa eksosistem global, seperti
penambatan karbon atau pengurangan dampak perubahan iklim. Di sini, ketimbang
melindungi ekosistem tertentu, tujuan yang hendak dicapai adalah mencari alternatif biaya
termurah untuk memperoleh suatu jasa dalam hal ini penambatan karbon.
Ketiga, beberapa skema kompensasi jasa ekosistem bertujuan meningkatkan suplai jasa
ekosistem yang menarik minat kalangan lokal dan regional, seperti regulasi aliran sungai serta
jaminan kualitas air.
Keempat, kompensasi jasa ekosistem dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat pedesaan sekaligus meningkatkan nilai lanskap pedesaan berikut segenap ragam
praktek dan ekosistemnya.
9. 2.5.1 Pengalaman dari Kostarika
Progam PJE ini berfokus pada sistem pemanfaatan lahan berbasis pohon ( treebased land
use ). Pada awalnya, hanya empat kategori pemanfaatan lahan yang mendapatkan
pembayaran yang dihitung per hektare: perlindungan hutan ( forest protection ), pengelolaan
hutan ( forest management ), reboisasi ( reforestration ), dan penanaman pohon ( tree
plantation ). Antara 1997 dan 2002, sebanyak hektare lahan diikutkan ke dalam program ini
dengan total pembayaran mencapai US$80,5 juta. Sayangnya, program ini kurang berhasil
dalam mengikutsertakan petani kecil dan penduduk lokal. Yang mendapatkan keuntungan
hanyalah pemilik lahan luas dan menengah karena peserta program diharuskan memiliki hak
kepemilikan dan mengikuti prosedur birokrasi yang berbelitbelit yang melambungkan biaya
transaksi.
10. 2.5.2 Pengalaman dari Meksiko
Program PJE yang diimplementasikan oleh negara
Meksiko termasuk unik karena masyarakat pedesaan dan
penduduk lokal memiliki hak akses dan kontrol pada
sebagian lahan dan 80% kawasan hutan di Meksiko. Para
petani di Meksiko terlibat dalam beberapa proyek
penambatan karbon guna meningkatkan pendapatan.
Masyarakat juga berinisiatif untuk meningkatkan
pendapatan petani dengan membuat inisiatif di bidang
pertanian lain seperti kopi organik dan agroekologi
lainnya.
11. Berbagai daerah di Meksiko juga mencoba
inisiatif dalam bidang ekoturisme dengan
mengembangkan pantai sebagai pariwisata
di Mazunte oleh penduduk lokal dan
berjalan sukses. Namun, berdampak
negatif yang mengarah pada pemanfataan
berlebihan ekosistem pantai. Adapun
proyek di Ventanilla dan Selva del yang
dimana dalam pengelolaan dan penjagaan
ekosistem mereka lakukan dengan baik,
namun memperoleh pendapatan yang
relatif rendah.
Pelajaran dari pengalaman Meksiko :
• Pentingnya kapasitas atau kemampuan
pengorganisasian untuk mendukung hasil
setiap kompensasi atas inisiatif jasa
ekosistem.
• Diperlukannya strategi diversifikasi
(penggabungan petani dengan penambatan
karbon) dan penggabungan antara pasar
jasa ekosistem dengan fair trade markets
atau solidarity markets.
• Mengintegrasi strategi produksi dengan
potensi ekoturisme.
• Perlunya pembinaan hubungan antara
masyarakat atau kelompok petani dengan
lembaga perantara.
Lanjutan
12. 2.5.3 Pengalaman dari Brasil
Brasil melakukan kegiatan pelestarian atau perlindungan dengan metode
tradisional yang dimana metode tersebut mengusir penduduk lokal dari kawasan
yang akan dimanfaatkan.
Seperti konservasi hutan Pantai Mata Atlantica di Vale do Riberia yang 50%
bagian daerah tersebut dijadikan sebagai kawasan lindung sehingga menyebabkan
tekanan bagi masyarakat dan berdampak negatif.
Masalah lain akibat pembangunan kawasan konservasi juga terjadi di Barra da
Turvo yang menyebabkan masyarakat lokal mendesak agar lahan yang telah
terdegradasi dapat dimanfaatkan oleh petani. Sehingga menciptakan konsep
‘kawasan pemanfaatan’ yang memperluas akses penduduk terhadap kawasan hutan.
13. Perencanaan sumberdaya di Taman Nasional
Jau yang melibatkan masyarakat berhasil
mengelola dengan proses partisipatorik. Namun
masih terdapat ketidakjelasan hukum dari lahan
tersebut sehingga mengklasifikasikan kembali
penggunaan lahan dan ekologi-kultural yang
menjamin hak-hak dari masyarakat lokal
sebagai penyelesaian.
Pengalaman Brasil
14. Adapun pelajaran yang dapat diambil
dari pengalaman Brasil yaitu :
• Terlalu fokus pada
konservasi
tradisional dan
mekanisme skema
kompensasi dapat
berdampak negatif
2. Dalam perencanaan
dan pelaksanaan skema
kompensasi harus ada
keterkaitan antara
tujuan lingkungan dan
sosial dengan
kesetaraan pada semua
aspek.
3. Diperlukan diskusi
dan perlu adanya
motivasi agar tercipta
keputusan publik
mengenai hak-hak dan
lain-kain untuk
mencapai tujuan yang
adil dan minim dampak.
15. 2.5.4 Pengalaman dari El Savador
Kawasan alami di El Salvador tergolong masih
sempit sehingga muncul hubungan sinergis antara
proses produksi, konservasi, dan restorasi ekosistem
dengandukungan dari masyarakat. Dukungan dari
masyarakat menjadi skema kompensasi dengan
mengikut sertakan produsen kecil pada jasa
ekosistemyang berhubungan dengan tingkat lokal.
16. Ada beberapa pembelajaran yang dapat diambil dari negara El
salvador yaitu :
• konservasi tradisional terkait dengan hutan dan perspektif
pertanian perlu ditingkatkan agar dapat mengekstensifkan
ketersediaan jasa ekosistem dan meningkatkan taraf kehidupan.
• Adanya organisasi sosial yang berperan dalamnegosiasi skema
kompensasi, aturan aturannya, dan menjadi distribusi manfaat
secara adil.
• Terdapatnya partisipasi sukarela pada aturan dan kebijakan yang
dapat berdampak besar pada kebijakanpublik yang dibuat untuk
wilayah pedesaan.
17. 2.5.5 Pengalaman dari New York
New York memiliki system perairan yang sangat baik, karena di daerah aliran
sungai utamanya mampu menghasilkan 90% kebutuhan air. Tahun 1990,
DepartemenPerlindungan Lingkungan Kota New York menerapkanaturan baru
mengenai penggunaan lahan. Aturan inimendapat banyak tentangan keras dari
masyarakat yang tinggal di DAS, karena menyebabkan semakin terbatasnya
kesempatan untukmelakukan usaha pertanian sehingga pendapatanmasyarakat
pedesaan akan berkurang. Sektor Pertanian berdampak pada pengelolaanlahan yang
buruk, dan anggapan ini mendapatkan responnegatif dari masyarakat. Sehingga
perlu adanya proses negosiasi
18. Tahun1997 ditetapkan strategi
pengelolaan daerah aliran sungaiyang
didanai oleh pemerintah dengan nama
program Watershed Agricultural Program .
Program ini dikelola secara sukarela untuk
menerapkan pertanianramah lingkungan
yang nantinya mendukung usaha
petaniuntuk meningkatkan kualitas air.
Pelajaran dari pengalaman New York :
Lanjutan
• Pembayaran secara langsung tidak selalu menjadi
hal yang terbaik perlu adanya pertimbangan
untukkomponen kompensasi lain seperti pelatihan,
Bantuandana, dan dukungan proses pemasaran.
• Perlunya melakukan negosiasi agar terjalin keharmonisan dalam membangun skema kompensasidan sesuai dengan visi daerah yang tepat.
• Negara mampu menjalankan perannya dalamperancangan dan penerapan berkaitan dengankompensasi jasa ekosistem.
19. 2.5.6 Jasa Ekosistem di Indonesia
Jasa ekosistem di Indonesia telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Jasa – jasa ekosistem di Indonesia dibagi menjadi tujuh yaitu :
⚬ Jasa penyedia bahan pangan
⚬ Jasa ekosistem pengatur tata aliran air
⚬ Jasa ekosistem penyedia dan penyimpan air bersih
⚬ Jasa ekosistem pengatur iklim
⚬ Jasa ekosistem penyedia energi
⚬ Jasa ekosistem perlindungan dan pencegahan terhadap bencana
⚬ Jasa ekosistem pendukung sumberdaya genetik.
Dalam pengelolaan lingkungan ekoregion sangat penting, hal ini sudah dipertegas di dalam UU Nomor
32 tahun 2009. Jasa ekosistem sangat berkaitan dengan dengan ekoregion dan tutupan lahan.
20. Banyak akademisi dan aktivis lingkungan di Indonesia yang berencana untuk
menciptakan inisiatif pembayaran jasa ekosistem dengan menargetkan beberapa program-
program yang dilakukan yaitu:
a) Menegakkan hukum
b) Rehabilitasi hutan dan lahan
c) Kerja sama dengan berbagai pihak
d) Meningkatkan kesadaran masyarakat
21. 2.7 PENGUATAN STRATEGI MASYARAKAT UNTUK JASA LINGKUNGAN
Implementasi strategi pada masyarakat memiliki perbedaan pada setiap daerah. Hal
ini. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor, yaitu:
• Perbedaan sumber daya alam yang dikelola.
• Modal sosial yang dimiliki masyarakat.
• Hak kepemilikan.
• Skema kompensasi yang diteapkan negara.
Walaupun implementasi strategi pada masyarakat memiliki perbedaan pada setiap
daerah, namun demikian urgensi pentingnya mempelajari berbagai contoh kasus
dalam implementasi skema kompensasi jasa lingkungan ini dirasa cukup penting
karena dapat menambah wawasan dan ilmu dalam rangka untuk memajukan skema
kompensasi yang memiliki tujuan ganda yaitu meningkatkan pengelolaan ekosistem
sekaligus memperkuat penghidupan masyarakat.
22. 2.7.1 INTEGRASI HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT DENGAN EKOSISTEM
BERBAGAI TINGKATAN
Terdapat 3 tingkatan di dalam hubungan antara masyarakat dengan ekosistem yang
dikelola, yaitu:
• Tingkatan pertama, pada hubungan ini tingkat fokus terletak pada pengelolaan ekosistem
untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
• Tingkatan kedua, pada hubungan ini tingkat fokus terletak penggunaan SDA yang
tersedia untuk menjadi atau menghasilkan suatu produk. (Penciptaan pendapatan)
• Tingkatan Ketiga, pada hubungan ini tingkat fokus terletak pada usaha atau praktik2
yang menjamin keterciptaan dan tersedianya suatu jasa lingkungan yang memperhatikan
kepentingan lokal maupun global.
23. 2.7.2 KERANGKA BESAR DALAM PENILAIAN DAN KOMPENSASI JASA EKOSISTEM
Dalam Penilaian jasa ekosistem dibutuhkan suatu kerangka penilaian yang memiliki cakupan
yang luas, mampu terintegrasi dengan hal yang berkaitan, dan sesuai dengan realita serta
konteks dari masyarakat yang terlibat.
Untuk mencapai efektifitas dalam penilaian jasa ekosistem dapat dilakukan dengan melakukan
pengkombinasian dari beberapa komponen, yaitu finansial dan non-finansial, Individu dan
kolektif, teritorial
Contoh instrumenn yang dapat digunakan sebagai kompensasi jasa ekosistem, yaitu:
• Pajak
• Subsidi
• Bantuan pemasaran produk
• Dukungan untuk ekowisata pedesaan
• Bantuan teknis
• Pembiayaan investasi
24. Referensi
Judul buku : Valuasi Ekonomi Sumberdaya
Alam dan Lingkungan Menuju Ekonomi Hijau
Penulis : Dr. Rita Parmawati, S.P., M.E.
Penerbit : UB Press
Tahun Terbit : 2019