3. LATAR
BELAKANG
Dalam rangka meminimumkan efek-efek yang merugikan
akibat interupsi-interupsi yang terjadi dalam produksi, maka
beberapa perusahaan saat ini telah mengetrapkan atau
melaksanakan tindakan-tindakan pemeliharaan yang teratur,
yang selanjutnya lebih dikenal dengan istilah sistim
pemeliharaan yang berencana. Sebagaimana telah
disinggung diatas, sistim pemeliharaan yang berencana
adalah merupakan suatu pekerjaan pemeliharaan yang
teratur dan dijalankan dengan mantap, melalui pengawasan
dan pencatatan berdasarkan rencana yang telah dibuat
terlebih dahulu.
4. LATAR
BELAKANG
Pengawasan administratip pada pekerjaan pemeliharaan
merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan,
terutama pada saat perubahan dari sistim pemeliharaan
darurat kedalam sistim pemeliharaan yang berencana. Pada
sistim Pemeliharaan dan Perawatan yang sifatnya darurat
seluruhnya tergantung pada keputusan-keputusan yang
tiba-tiba, pembelian yang terburu-buru, prioritas perbaikan
yang tak ada akhirnya, tenaga kerja yang kurang mampu,
dimana secara komulatip menurunkan efisiensi
pemeliharaan. Untuk mengetahui maintenance manajemen
mesin dan peralatan khususnya dalam likup agroindustri
gula putih, maka disusunlah laporan kewirausahaan ini.
6. SUB
BAHASAN
PERALATAN PERSIAPAN PENGILINGAN
STASIUN GILINGAN
STASIUN PEMURNIAN
STASIUN PENGUAPAN
STASIUN TOLADURA
STASIUN MASUKAN
STASIUN PUTARAN
STASIUN PENGEMASAN
MESIN PADA
WORKSHOP
MESIN BOILER
TURBIN
MESIN DIESEL
7. Stasiun persiapan merupakan
sarana untuk menerima,
menyimpan dan menimbang
tebu sebelum masuk ke
setasiun selanjutnya, sebelum
masuk ke stasiun persiapan
tebu terlebih dahulu di tebang
dengan cara manual yaitu
menggunakan alat sabit.
Peralatan Persiapan Pengilingan
8. Peralatan persiapan
penggilingan terdiri dari cane
cutter. Cane cutter merupakan
alat yang digunakan untuk
memotong tebu menjadi
serabut kasar, proses ini untuk
mempermudah pengambilan
nira ketika penggilingan
berlangsung atau cane cutter
ini berfungsi untuk membuka
sel-sel tebu dengan proses
pemotongan tebu sesuai
ukurannya (Barnes, 1954 ). Peralatan Persiapan Pengilingan
9. Komponen pisau cane cutter mempunyai
tingkat keparahan/severity yang paling
tinggi dibandingkan komponen lain di
mesin cane cutter I. Permasalahan yang
terjadi adalah sering terjadinya
kerusakan pada komponen cane cutter
yang menyebabkan komponen harus
diganti. Hal tersebut menyebabkan
patahan cane cutter menghantam casing
mesincane cutter I dan cane cutter di
mesin Cane Cutter II yang dapat
membuat cane cutter bengkok atau
patah. Secara umum terdapat dua model
penggantian yaitu block replacement
dan age replacement (Jardine,1997).
Peralatan Persiapan Pengilingan
10. Block replacement adalah model
penggantian pencegahan ini dilakukan
pada suatu interval yang tetap
sedangkan age replacement adalah
model penggantian pencegahan yang
dilakukan tergantung pada umur pakai
dari komponen.
Peralatan Persiapan Pengilingan
11. Stasiun penggilingan merupakan suatu
tempat terjadinya proses ekstraksi yang
bertujuan untuk mengambil nira dalam
tebu maupun ampas dengan sebanyak-
banyaknya dan dapat menghasilkan
perahan nira yang optimal dengan
menggunakan mesin gilingan. Stasiun
penggilingan terdiri dari mesin mill atau
mesin gilingan yang berfungsi untuk
memerah tebu yang ditambah air
imbibisi
Stasiun Gilingan
12. Seluruh komponen/mesin yang
digunakan pada proses produksi
penggilingan sangat kritis dimana
kerusakan komponen/ mesin dapat
menyebabkan produksi terhenti atau
dapat menyebabkan kondisi sangat
berbahaya dan biaya perawatan sangat
mahal diperlukan. Arti dari kritis adalah
seluruh komponen / mesin atau fasilitas
lain yang digunakan pada proses
produksi atau dimana kerusakan
komponen/mesin dapat dapat
menyebabkan hasil produksi ditolak
Stasiun Gilingan
13. Dengan demikian maintenancedapat
dilakukan dengankinerja perbaikan
bertahap, sistematis dan singkat
sehingga penilaian kinerja perawatan
dan kinerja operasional pabrik gula
tersebut menjadi lebih fokus, simpel
dan sistematis. (Cahyati, 2007).
Stasiun Gilingan
14. Stasiun
Pemurnian Stasiun pemurnian merupakan
suatu proses pemurnian nira
mentah dengan menggunakan
bahan bantuan gas belerang dan
zat kapur yang memiliki fungsi
untuk memurnikan nira atau
menghilangkan zat bukan gula
yang terdapat dalam kandungan
dalam nira mentah sehingga
dapat memaksimalkan dan
mengoptimalkan hasil produksi
gulanya
15. Stasiun
Pemurnian
Stasiun pemurnian terdiri dari juice
heater dengan suhu 75 0C memiliki
tujuan yaitu untuk mempercepat proses
reaksi pada defekasi, membunuh
mikroorganisme dalam nira yang
menyebabkan nira menjadi asam,
menggumpalkan koloid dalam nira
karena koloid mudah menggumpal
pada temperatur tersebut, dan
menghindari gangguan proses seperti
terjadinya buih, karena pergerakan yang
tinggi dapat dihindari bila pada proses
digunakan suhu tinggi. Clarification
juice tank berfungsi sebagai tempat
penampungan nira jernih dari door
clarifier yang telah melewati DSM
Screen.
16. Stasiun
Pemurnian
Hal utama yang memicu kerusakan pada heater
adalah intensitas kerja heater. Heater yang
digunakan melebihi kapasitas dapat berdampak
pada proses produksi uap di stasiun ketel.
Kebocoran tangki penampungan nira (stasiun
pemurnian). Maintenance yang dapat diterapkan
dalam upaya penurunan risk level risiko kebocoran
tangki penampungan nira adalah mengawasi
proses penyaringan nira mentah secara langsung,
agar ampas kasar sisa penggilingan tebu tidak ikut
terbawa kedalam tangki penampungan nira,
melakukan pengecekan secara berkala terhadap
komponen saringan DSM untuk memastikan
saringan yang digunakan untuk menyaring ampas
giling masih layak untuk digunakan (Braglia,
2000).
17. Stasiun
Penguapan
STASIUN PENGUAPAN MERUPAKAN
TEMPAT TERJADINYA SUATU PROSES
PENGUAPAN DENGAN MENGGUNAKAN
ALAT EVAPORATOR. PROSES PENGUAPAN
INI BERTUJUAN UNTUK MENGUAPKAN
DAN MENGURANGI KADAR AIR YANG
MASIH TERKANDUNG DI NIRA JERNIH
YAITU DENGAN KADAR AIR SEKITAR 88%.
18. Stasiun
Penguapan
MESIN DAN PERALATAN YANG
DIGUNAKAN UNTUK PROSES PENGUAPAN
ADALAH EVAPORATOR. EVAPORATOR
BERFUNGSI UNTUK MENGUAPKAN AIR
YANG TERDAPAT DALAM NIRA ENCER
SEHINGGA NIRA ENCER BERUBAH
MENJADI NIRA KENTAL (NIRA
PEKAT).PRINSIP KERJA EVAPORATOR
BERDASARKAN PERPINDAHAN PANAS
SECARA KONDUKSI DAN KONVEKSI DARI
MEDIA PEMANAS KE MEDIA YANG
DIPANASKAN.NIRA KEMUDIAN DIMASUKAN
KE EVAPORATOR UNTUK DIUAPKAN AGAR
MENJADI NIRA KENTAL
19. Stasiun
Penguapan
KONDISI EVAPORATOR KURANG OPTIMAL
(STASIUN PENGUAPAN). SECARA UMUM
FUNGSI EVAPORATOR ADALAH UNTUK
MENGUBAH NIRA CAIR MENJADI UAP
UNTUK SELANJUTNYA DIKRISTALISASI
MENJADI GULA PADA STASIUN
KRISTALISASI. KONDISI EVAPORATOR
YANG KURANG OPTIMAL AKAN
MENGAKIBATKAN PROSES PENGUAPAN
NIRA MENJADI LAMBAT.
20. Stasiun
Penguapan
MAINTENANCE YANG DAPAT DITERAPKAN
DALAM UPAYA PENURUNAN RISK LEVEL
RISIKO PADA STASIUN PENGUAPAN
ADALAH FUNGSI PENGAWASAN PADA
OPERATOR OLEH MANDOR HARUS
DITINGKATKAN. HAL INI BERTUJUAN
UNTUK MENGHINDARI KESALAHAN PADA
OPERATOR DALAM MENGOPERASIKAN
EVAPORATOR. PROSES PEMBERSIHAN
EVAPORATOR SEBAIKNYA DIAWASI
LANGSUNG OLEH KEPALA DIVISI TEKNIK
YANG MEMILIKI KAPABILITAS DAN
KREDIBILITAS DALAM PENGETEAHUAN
PERMESINAN. HAL INI BERTUJUAN AGAR
EVAPORATOR YANG DIBERSIHKAN TIDAK
MENGANDUNG UAP AIR (STONEBURNER,
2002).
21. Stasiun Toladura terdiri dari Toladura
Reaction Tank. Toladura Reaction Tank
berfungsi sebagai tangki pencampur nila
kental dengan susu kapur dan asam
phospat. Jenis kerusakan yang mungkin
terjadi dengan alat ini adalah kebocoran
tangki dan penumpukan kerak
(Krisyanto, 2015).
Stasiun Toladura
22. Jenis maintenance yang bisa diteakan
dalam pemeliharaan tangki antara lain
dengan cara pembersihan kerak secara
berkala tiap periode produksi yang
ditentukan perusahaan atau dengan
menggunakan anti-kerak. Anti-kerak ini
berfungsi sebagai threshold inhibitor dan
crystal distorter dengan cara
meningkatkan kelarutan dari mineral-
mineral larut air. Penggunaan anti-karat
dapat membantu mengurangi frekuensi
harus dibersihkanya tangki peralatan
(Fitria, 2013). Stasiun Toladura
23. Stasiun
Masukan
STASIUN MASUKAN TERDIRI DARI VACUM
PAMP. VACUM PAMP BERFUNGSI SEBAGAI
PENARIK GULA HALUS. JENIS KERUSAKAN
YANG MUNGKIN TERJADI PADA VACUUM
PUMP ADALAH KEMACETAN IMPELLER
(ALFALAH, 2018) DAN KEBOCORAN
SIRKULASI (PETER, 2004).
24. PEMBERSIHAN VACUUM PAMP BISA
DILAKUKAN DENGAN TERDAPAT
BEBERAPA METODE PEMBERSIHAN UNTUK
CONDENSOR VACUUM PUMP YAITU
DENGAN METODE CHEMICAL CLEANING
YAITU METODE PEMBERSIHAN DENGAN
MENSIRKULASIKAN ZAT KIMIA PADA
CONDENSOR. UMUMNYA DILAKUKAN
PADA SAAT UNIT SHUTDOWN ATAU
UNTUK KEPERLUAN OVERHOULE (ROSYID,
2015).
Stasiun
Masukan
25. Stasiun
Putaran
Stasiun putaran terdir dari Feed
Mixer. Feed mixer befungsi
sebagai tangki pencampur gula.
Jenis kerusakan yang mungkin
terjadi pada mixer adalah tombol
tidak berfungsi, bowl (pengaduk)
patah, stop kontak tidak menyala
(Hermawan, 2015).
26. Stasiun
Putaran
Maintenance yang bisa diberikan
untuk mixer antara lain :
Pemberian oli mesin minimal 3
bulan sekali pada gear untuk
mengurangi keausan mesin,
servis mesin dilakukan minimal 3
bulan sekali, bowl dibersihkan
ketika telah selesai melakukan
kegiatan produksi. Bowl patah
terjadi karena kelalaian operator
yang salah memasukkan takaran
gula yang hendak dicampur
sehingga melebihi kapasitas.
27. Stasiun pengemasan terdiri dari bagging
machine. Bagging machine berfungsi
sebagai mesin pengemasan gula
kedalam karung. Jenis kerusakan yang
mungkin terjadi pada bagging machine
adalah kerancuan kalibrasi sehingga
kecepatan pemakaian pada mesin
conveyor dan mesin jet yang
meyebabkan terjadinya sarung sobek
dan lepasnya jahitan. Kondisi mesin dan
kebersihan mesin yang kurang sehingga
mesin mengalami kerusakan yang
menganggu proses produksi
(Kusumawati, 2017).
Stasiun Pengemasan
28. Maintenance yang dilakukan terhadap
bagging machine adalah pengecekan
berkala terhadap slip mesin agar karung
yang digunakan tidak rentan
menyangkut dan sobek
Stasiun Pengemasan
29. PADA WORKSHOP TERDAPAT BEBERAPA
MESIN YANG TERDIRI DARI MESIN BUBUT,
MESIN SEKRAP, BOR, DAN MESIN
GERINDA. PENGADAAN WORKSHOP
BERFUNGSI SEBAGAI TEMPAT UNTUK
MEMPERBAIKI SPARE PART MESIN
PRODUKSI YANG RUSAK. MACAM - MACAM
KERUSAKAN YANG TERJADI DI MESIN
PRODUKSI BERVARIASI DAN KERUSAKAN
MESIN PRODUKSI BISA TERJADI SECARA
MENDADAK ( RUSAK DALAM PROSES
PRODUKSI BERJALAN ) DAN JUGA BISA
TERJADI KARENA ADA RENCANA
PERBAIKAN SETELAH ADANYA
KERUSAKAN DI KETAHUI TERLEBIH
DAHULU OLEH PEKERJA
Mesin Pada
Work Shop
30. WORK SHOP BERFUNGSI SEBAGAI TEMPAT
UNTUK MEMBUAT SPARE PART ATAYU
KOMPONEN PRODUKSI. MEMBUAT SPARE
PART ADALAH MEMBUAT PART
CADANGAN UNTUK PART - PART YANG
BERADA DI MESIN PRODUKSI AGAR PADA
SAAT TERJADI TROUBLE DI MESIN
PRODUKSI, PART PENGGANTI SUDAH SIAP
DI PAKAI. SALAH SATU CARA UNTUK
REDUCE LOSS TIME TROUBLE MESIN
PADA SAAT PERBAIKAN ADALAH DENGAN
MENYIAPKAN SEBELUMNYA SPARE PART
DARI MESIN PRODUKSI TERSEBUT
(ISWANTO, 2011).
Mesin Pada
Work Shop
31. Jenis kerusakan yang dapat terjadi pada mesin bubut
kemungkinan kerusakan terjadi pada bagian motor
utama dan beban motor yang berlebihan. Beban motor
yang berlebihan terjadi akibat beban yang tidak sesuai
kapasitas mesin. Sehingga harus dilakukan pengaturan
ulang beban agar sesuai kapasitas mesin.
Perawatan yang dapat dilakukan pada peralatan yang
ada di workshop yaitu pada mesin bubut perawatan
secara umum yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberikan pelumas pemberian grease harus memakai
produk yang disesuaikan dengan standar pabrik
pembuat mesin bubut. Mesin Bubut
32. Setelah mesin bubut selesai beroperasi, lakukan
pembersihan bagian mesin dari cairan pendingin dan
beram hasil potongan. Atur semua handel mesin pada
posisi netral dan matikan sumber tenaga mesin. Tidak
dianjurkan menggunakan benda keras seperti palu atau
memukul benda secara keras untuk pemasangan benda
kerja pada poros mesin bubut.
Mesin Bubut
33. Perawatan untuk mesin bubut dapat dibagi menjadi tiga
yaitu perawatan harian, mingguan dan bulanan.
Perawatan harian yang dapat dilakukan yaitu
membersihkan chip dari bed dan permukaan mesin.
Membersihkan chip dari turret, housing, komponen yang
berputar dan batang ulir pembawa. Cek apakah level oli
(pelumas) sesuai dengan kapasitas yang ditentukan.
Perawatan mingguan yang dapat dilakukan yaitu
pemerikasaan level pelumas. Perawatan bulanan yang
dapat dilakukan yaitu dengan pemeriksaan secara
keseluruhan dari bagian penggerak dan berikan
pelumas jika diperlukan. Gantilah cairan coolant dan
bersihkan endapan dari dalam tank. Bersihkan pompa
coolant , pemeriksaan level oli pelumas gearbox
(Iswanto, 2011).
Mesin Bubut
34. Jenis kerusakan yang dapat
terjadi yaitu bagian yang selalu
bergerak yang memerlukan
pelumas, bagian pengikat seperti
bronce kopling, roda gigi dan
roker arm. Perawatan untuk
mesin sekrap yaitu pada
perawatan preventif secara
periodik yang dapat dilakukan
yaitu memeriksa komponen dan
member oli seperti bantalan, ulir
penggerak, roda pengganti.
Mesin
Sekrap
35. Mengganti komponen yang telah
habis masa pakai yaitu oli bak
roda gigi setelah 6000 jam pakai,
bantalan setelah 22000 jam
pakai, dan mengganti ban
setelah keadaan mengeras.
Perawatan korektif yaitu
pemeriksaan dengan cara
memastikan kerusakan
komponen secara manual dan
alat (Sumbodo, 2008).
Mesin
Sekrap
36. Jenis kerusakan yang terjadi pada mesin gerinda yaitu
kerusakan pada beberapa part dan ketidak berfungsinya
motor penggerak yang disebabkan mesin yang terlalu
panas. Perawatan yang dapat dilakukan yaitu
penggantian beberapa part secara berkala sebelum
benar benar habis (Sumbodo, 2008).
Mesin Gerinda
37. Boiler merupakan peralatan penghasil steam.
Kerusakan yang mungkin dapat terjadi pada boiler
yaitu dearator cracking dimana keretakan yang
terjadi di dekat bagian pengelasan head, erosi
jalur air umpan, tube ekonomizer dan kerusakan
akibat korosi. Perawatan yang dapat dilakukan
pada boiler yaitu pemeriksaan dan pembersihan
yang dilakukan setiap satu atau dua minggu.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam waktu
satu tahun seperti perawatan dinding, gas duct,
dust collector, keragka dan lainnya (Darmasyah,
2006).
Boiler
38. Turbin uap dapat berfungsi sebagai pembangkit listrik.
Kerusakan yang sering terjadi pada turbin uap yaitu
turbin berkerak , banyaknya deposit yang menumpuk
dikarenakan kualitas uap yang buruk, dan penurunan
efisiensi turbin. Terdapat beberapa jenis pemeliharaan
pada turbin uap yaitu pemeliharaan rutin saat beroprasi
seperti penambahan grease pada bagian yang
memerlukan, penambahan minyak pelumas ke dalam
tangki, cleaning minyak pelumas melalui instalasi
pemurni minyak pelumas, membuang air serta lumpur
melalui darin tangki minyak pelumas serta memeriksa
kondisi minyak pelumas, mengencangkan baut-baut
yang longgar, dan menutup kebocoran pada seal katup
atau valve. Pemeliharaan saat tidak beroprasi meliputi
pemeliharaan rotor turbin
(Fitria, 2013).
Turbin
39. Kerusakan yang pada umumnya terjadi pada
mesin diesel yaitu tenaga yang berkurang,
munculnya asap hitam, dan injektor yang
tersumbat. Berkurangnya tenaga terjadi akibat
keausan dari beberapa komponen seiring dengan
pemakaian. Asap hitam pada mesin diesel terjadi
akibat saringan udara tersumbat atau jelaga yang
menumpuk. Sedangkan injektor yang tersumbat
dapat diakibatkan dari filter bahan bakar yang
kotor. Perawatan yang dapat dilakukan pada
mesin diesel yaitu perawatan filter secara rutin,
pemakaian bahan bakar diesel yang berkualitas
yang memiliki kandungan sulfur rendah
(Sumbodo, 2008).
Mesin Diesel
40. Kesimpulan
1.Peralatan yang digunakan pada
agroindustri gula putih yaitu peralatan
persiapan penggilingan, stasiun
gilingan, stasiun pemurnian, stasiun
penguapan, stasiun toladura, stasiun
masukan, stasiun putaran, stasiun
pengemasan, mesin pada work shop,
boiler, turbin uap dan mesin disel.
2. Pada beberapa jenis mesin memiliki
beberapa jenis permasalahan yang sama
seperti permasalahan pada masing masing
part atau bagiannya, tingkat kebersihan, dan
beberapa bagian yang perlu mengalami
penggantian dalam kurun waktu tertentu.
3. Jenis maintenance yang dilakukan
terhadap tiap-tiap mesin diantaranya melputi
pembersihan dan perbaikan kerusakan
secara berkala.
41. DAFTAR PUSTAKA
Alfalah, W. 2018. Pemeliharaan Preventif Pompa Vakum STG PLTGU Unit 1 Tambak Lorok Semarang. Jurnal
Power Plant 6(2): 117–38
Braglia, Marcello. 2000 MAFMA : Multi attribute Failure Mode Analysis. International Journal of Quality &
Realibility Management, Vol. 17 No. 9pp. 1017-1033.
Barnes, A. 1954. Agricultural Of The Sugar Cane. Leonard Hill Limited. London.
Cahyati S. 2007. Perkembangan Sistem Perawatan Mesin di Industri Proses. J Keteknikan Pertanian 21 (1).
Corder, Antony. 1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta: Erlangga.
Darmansyah., 2006. Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efesiensi
Pembakaran pada Boiler. Tugas Akhir S1. Fakultas Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara. Medan.
Fitria. 2013. Audit Energi pada Gas Turbin Generator (GTG) untuk Produksi Energi Listrik (studi kasus di
PT.Petrokimia). ITS Paper. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
42. DAFTAR PUSTAKA
Fitria. 2013. Improved Docking of Polypeptides with Glide. Journal of Chemical Information and Modeling
53(9): 1689–99.
Hermawan, Indra, and Wikrama Jaya Sitepu. 2015. Tinjauan Perawatan Mesin Mixing Pada Ud Roti Mawi.
Teknovasi 2(1): 117–28.
Iswanto, P. 2011. Perancangan Ulang Workshop. Universitas Indonesia. Depok.
Jardine, A.K.S. 2006. Maintenance, Replacement, and Reliability. Canada: Pittman Publishing Company.
Kristyanto, Raka, Jurusan Teknik Industri, and Universitas Brawijaya. 2015. Analisis Risiko Operasional Pada
Proses Produksi Gula Dengan Menggunakan Metode Multi-Attribute Failure Mode Analysis ( Mafma ) (Studi
Kasus: Pg . Kebon Agung Malang ). Jurnal Rekayasa dan manajemen sistem industri 3(3): 592–601.
Kusumawati, Aulia, and Lailatul Fitriyeni. 2017. Pengendalian Kualitas Proses Pengemasan Gula Dengan
Pendekatan Six Sigma. Jurnal Sistem dan Manajemen Industri 1(1): 43.
Peter W. Rein, L. F. E. and S. A. 2004. Circulation in vacuum pans. Mechanical Engineering, 24, 1–17.
Rosyid, Harun Al, Retno Aita Diantari, and Andik Susilo. 2015. Pengaruh Perawatan Condensor Terhadap
Tekanan Condensor Di Stg Blok 2 Pltgu Tambak Lorok. STT-PLN Journal.
Sumbodo Wirawan. 2008.Teknik Produksi Mesin Industrii.Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Direktirat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
Stoneburner, G., Goguen. A., & Feringa, A. 2002. Risk Management Guide for Information Technology
System. Gaithersburg, MD: National Institute of Standard and Technology.