Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang beberapa sunnah dalam melaksanakan ibadah haji menurut pandangan Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi. Beberapa sunnah yang disebutkan antara lain mandi sebelum berihram, berihram dengan pakaian berwarna putih, mengeraskan suara saat membaca talbiyah, dan mencium Hajar Aswad serta sujud di atasnya.
2. Sunnah Sunnah Ihram
Mandi ketika ihram
Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit
bahwasanya beliau melihat Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengganti pakaiannya
untuk ihram lalu mandi.[1]
Memakai minyak wangi di badan sebelum
ihram
Berdasarkan hadits ‘Aisyah ia berkata, “Aku
pernah memberi wewangian Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ihramnya
sebelum berihram dan untuk tahallulnya
sebelum melakukan thawaf di Ka’bah.” [2]
3. Berihram dengan kain ihram (baik yang atas maupun
yang bawah) yang berwarna putih
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah
setelah beliau menyisir rambut dan memakai minyak,
lalu beliau dan para Sahabat memakai rida’ dan izar
(kain ihram yang atas dan yang bawah).
Adapun disunnahkannya yang berwarna putih
berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ا ْوُسَبْلِاْْنِمُْمُكِباَيِثِْاضَيَبْالاَهَّنِإَفْْنِمِْْريَخْْمُكِباَيِثا ْوُنِفَك َواَهْيِفْْمُكاَت ْوَم .
“Pakailah pakaianmu yang putih, sesungguhnya
pakaian yang putih adalah pakaianmu yang terbaik dan
kafankanlah orang-orang yang wafat di antara kalian
dengannya.” [3]
4. Shalat di lembah ‘Aqiq bagi orang yang
melewatinya
Berdasarkan hadits ‘Umar, ia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda di lembah
‘Aqiq:
يِناَتَأَْةَلْيَّاللْآتْْنِميِبَرَْلاَقَف : ِْلَصيِفاَذَهيِدا َوْال
ِْكَارَبُمْال،ْْلُق َو : ْةَرْمُعيِفْةَّجَح
“Tadi malam, telah datang kepadaku
utusan Rabb-ku dan berkata, ‘Shalatlah
di lembah yang diberkahi ini dan katakan
(niatkan) umrah dalam haji.’”
5. Mengangkat suara ketika membaca talbiyah
Berdasarkan hadits as-Saib bin Khalladi, ia berkata
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
يِناَتَأُْلْي ِْرب ِجيِن َرَمَأَفْْنَأَْرُمآيِباَحْصَأْْنَأَْف ْرَيا ْوُُعْْمُهَتا َوْصَأِْلَالْهِإلْاِبِْوَأَّْتالِْةَيِبْل .
“Telah datang kepadaku Jibril dan memerintahkan
kepadaku agar aku memerintahkan para Sahabatku
supaya mereka mengeraskan suara mereka ketika
membaca talbiyah.” [4]
Oleh karena itu, dulu para Sahabat Rasulullah
berteriak. Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Dulu ketika
Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berihram suara mereka telah parau sebelum mencapai
Rauha.” [5]
6. Bertahmid, bertasbih dan bertakbir sebelum mulai
ihram
Berdasarkan hadits Anas, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Zhuhur empat
raka’at di Madinah sedangkan kami bersama beliau,
dan beliau shalat ‘Ashar di Dzul Hulaifah dua raka’at,
beliau menginap di sana sampai pagi, lalu menaiki
kendaraan hingga sampai di Baidha, kemudian beliau
memuji Allah bertasbih dan bertakbir, lalu beliau
berihram untuk haji dan umrah.” [6]
Berihram menghadap Kiblat
Berdasarkan hadits Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika
Ibnu ‘Umar selesai melaksanakan shalat Shubuh di
Dzul Hulaifah, ia memerintahkan agar rombongan mulai
berjalan. Maka rombongan pun berjalan, lalu ia naik ke
kendaraan. Ketika rombongan telah sama rata, ia
berdiri menghadap Kiblat dan bertalbiyah… Ia mengi-ra
dengan pasti bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengerjakan hal ini.” [7]
7. Sunnah-Sunnah Ketika Masuk
Kota Makkah
Menginap di Dzu Thuwa, mandi untuk memasuki
kota Makkah dan masuk kota Makkah pada
siang hari
Dari Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu ‘Umar
telah dekat dengan kota Makkah, ia
menghentikan talbiyah, kemudian beliau
menginap di Dzu Thuwa, shalat Subuh di sana
dan mandi. Beliau mengatakan bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengerjakan hal ini.” [8]
Memasuki kota Makkah dari ats-Tsaniyah al-
‘Ulya (jalan atas)
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Dulu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memasuki kota Makkah dari ats-Tsaniyah al-‘ulya
(jalan atas) dan keluar dari ats-Tsaniyah as-Sufla
(jalan bawah).”[9]
8. Sunnah Memasuki Masjidil
Haram
Mendahulukan kaki kanan ketika masuk ke
dalam masjid haram dan membaca:
ُْذ ْوُعَأِْللاِبِْْميِظَُعْالِْهِهْج َوِب َوِْْمي ِرَكْالِْهِناَطْلُس َوِْْميِدَقْالَْنِمْْيَّشالِْانَط
ِْْمي ِجَّالر،ِْمْسِبِْللا،َّْمُهَّللَاِْلَصىَلَعُْمْدَّمَحْْمِلَس َو،َّْمُهَّللَاَْتْفاْْحيِل
َْاب َْوبَأَْكِتَمْحَر .
“Aku berlindung kepada Allah Yang
Mahaagung, dengan wajah-Nya Yang
Mahamulia dan kekuasaan-Nya yang abadi,
dari syaitan yang terkutuk. Dengan Nama
Allah dan semoga shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Muhammad, Ya Allah,
bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.” [10]
9. Sunnah Melihat Ka’bah
Mengangkat tangan ketika melihat
Ka’bah
Apabila ia melihat Ka’bah, mengangkat
tangan jika mau, karena hal ini benar
shahih dari Ibnu ‘Abbas [11]. Kemudian
berdo’a dengan do’a yang mudah dan
apabila ia mau berdoa dengan do’anya
Umar juga baik, sebab do’a ini pun
shahih dari ‘Umar. Do’a beliau:
َّْمُهللَاَْتْنَأُْمَالَّسالَْكْنِم َوُْمَالَّسالَانِيَحَفَانَّبَرِْمَالَّسالِب .
“Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan
dan dari-Mu keselamatan, serta
hidupkanlah kami, wahai Rabb kami
10. Sunnah Sunnah Thawaf
Al-Idhthiba’
Yaitu memasukkan tengah-tengah kain ihram di bawah ketiak
kanan dan menyelempangkan ujungnya di pundak kiri
sehingga pundak kanan terbuka, berdasarkan hadits Ya’la bin
Umayyah bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam thawaf dengan idhthiba’.” [13]
Mengusap Hajar Aswad
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia
berkata: “Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika tiba di Makkah mengusap Hajar Aswad di awal thawaf,
beliau thawaf sambil berlari-lari kecil di tiga putaran pertama
dari tujuh putaran thawaf.” [14]
Mencium Hajar Aswad
Berdasarkan hadits Zaid bin Aslam dari ayahnya, ia berkata,
“Aku melihat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu
mencium Hajar As-wad dan berkata, “Seandainya aku tidak
melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu,
niscaya aku tidak akan menciummu.” [15]
11. Hajar Aswad
Sujud di atas Hajar Aswad
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku melihat
‘Umar bin al-Khaththab mencium Hajar Aswad lalu sujud di
atasnya kemudian ia kembali menciumnya dan sujud di
atasnya, kemudian ia berkata, ‘Beginilah aku melihat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’” [16]
Bertakbir setiap melewati Hajar Aswad
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam thawaf mengelilingi Ka’bah di atas untanya,
setiap beliau melewati Hajar Aswad beliau memberi isyarat
dengan sesuatu yang ada pada beliau kemudian bertakbir.”
[17]
Berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama thawaf yang
pertama kali (thawaf qudum)
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, “Bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika thawaf mengitari Ka’bah,
thawaf yang pertama kali, beliau berlari-lari kecil tiga putaran
dan berjalan empat putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan
berakhir kembali di Hajar Aswad.”[18]
12. Rukun Yamani
Mengusap rukun Yamani
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, ia berkata,
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap
Ka’bah kecuali dua rukun Yamani (rukun
Yamani dan Hajar Aswad).” [19]
Berdo’a di antara dua rukun (rukun Yamani
dan Hajar Aswad) dengan do’a sebagai
berikut:
َآنَّب َرَانِتآيِفاَيْنُّدالَْةنَسَحيِف َوِْآلخْاِْة َرَْةنَسَحَانِق َوَْابَذَعِْارَّنال .
“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa Neraka.”[20]
13. Maqam Ibrahim
Shalat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim setelah thawaf
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Setelah tiba, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali, kemudian
beliau shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim dan sa’i antara Shafa
dan Marwah.” Selanjutnya beliau berkata:
ْْدَقَلَْانَكْْمُكَليِفِْل ْوُس َرِْللاْة َْوسُأَْةنَسَح .
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat contoh yang baik bagimu.” 21]
Sebelum shalat di belakang Maqam Ibrahim membaca:
ا ْوُذ ِخَّتا َوْْنِمِْامَقَمَْيمِها َْربِإْىًّلَصُم .
“Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim itu tempat shalat.”
Kemudian membaca dalam shalat dua raka’at itu surat al-Ikhlash dan surat al-
Kaafirun, berdasarkan hadits Jabir bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika beliau sampai di maqam Ibrahim Alaihissallam beliau membaca:
ا ْوُذ ِخَّتا َوْْنِمِْامَقَمَْْميِها َْربِإْىًّلَصُم .
“Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim itu tempat shalat.”
Lalu beliau shalat dua raka’at, beliau membaca dalam shalat dua raka’at itu { ْْلُق
َْوُهُْاللْدَحَأ } dan{ ْْلُقيااَهُّيَأَْونُرِفاَكْال }.
14. Multazam
Iltizam tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah
dengan cara menempelkan dada, wajah dan lengannya pada
Ka’bah
Berdasarkan hadits ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari
kakeknya, ia berkata, “Aku pernah thawaf bersama ‘Abdullah
bin ‘Amr, ketika kami telah selesai dari tujuh putaran tersebut
kami shalat di belakang Ka’bah. Lalu aku bertanya, ‘Apakah
engkau tidak memohon perlindungan kepada Allah?’ Ia
menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari api Neraka.’”
Berkata (perawi), “Setelah itu ia pergi dan mengusap Hajar
Aswad. Lalu beliau berdiri di antara Hajar Aswad dan pintu
Ka’bah, beliau menempelkan dada, tangannya dan pipinya ke
dinding Ka’bah, kemudian berkata, ‘Aku melihat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal ini.’”[22]
Minum air zamzam dan mencuci kepala dengannya
Berdasarkan hadits Jabir bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengerjakan hal tersebut.
15. Sunnah-Sunnah Sa’i
26. Mengusap Hajar Aswad (seperti yang telah lalu)
Membaca:
َّْنِإاَفَّصالَْة َو ْرَمْال َونِمِْرِئاَُعَشِْ َّاللْْْۖنَمَفَّْجَحاَْْتيَبْلِْوَأَْرَمَتْعاَْالَفَْحَانُجْْيَلَعِْهنَأ
َْف َّوَّطَياَمِهِبْۖنَم َوَْع َّوَطَتاْريَخَّْنِإَفَْ َّاللِْكَاشْرْيمِلَع
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari
syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke
Baitullaah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barangsiapa
yang mengerjakan suatu ke-bajikan dengan kerelaan hati,
maka sesungguhnya Allah Mahamen syukuri kebaikan
lagi Mahamengetahui.” [Al-Baqarah: 158]
Kemudian membaca:
ُْأَدْبَناَمِبَْأَدَبُْللاِْهِب .
“Kami mulai dengan apa yang dimulai oleh Allah.”
Bacaan ini dibaca setelah dekat dengan Shafa ketika mau
melakukan sa’i.[23]
16. Berdo’a di Shafa
Ketika berada di Shafa, menghadap Kiblat dan
membaca:
ُْللَاُْرَبْكَأ،ُْللَاُْرَبْكَأ،ُْللَاُْرَبْكَأ،َْلَْهلِإَّْلِإُْللاُْهَدْح َوَْلَْْكي َِرشُْهَل،ُْهَلُْكْلُمْالُْهَل َوُْدْمَحْال
َْه َوَْم ََزَْاب ََزْحَألْاُْهَدْح َو .
“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar
selain Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-
Nya segala kerajaan, bagi-Nya segala puji dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada ilah yang
berhak diibadahi dengan benar selain Allah semata. Yang
melaksanakan janji-Nya, membela hamba-Nya
(Muhammad) dan mengalahkan golongan musuh
sendirian.”
َْو ُۖىَلَعِْلُكْءْيَشِْيردَق،َْلَْهلِإَّْلِإُْللاُْهَدْح َو،ْْنَأََْزَجُْهَدْع َو،َْرَصَن َوُْهَدْبَع،
ه َوBerlari-lari kecil dengan sungguh-sungguh antara dua
tanda hijau
30. Ketika berada di Marwah mengerjakan seperti apa
yang dilakukan di Shafa, baik menghadap Kiblat,
bertakbir maupun berdo’a
17. Sunnah-Sunnah Ketika Keluar
dari Mina
Ihram untuk haji pada hari Tarwiyah dari tempat
tinggal masing-masing •
32. Shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, dan ‘Isya’ di
Mina pada hari Tarwiyah, serta menginap di sana
hingga shalat Shubuh dan matahari telah terbit
33. Pada hari ‘Arafah, menjamak shalat Zhuhur
dan ‘Ashar di Namirah
34. Tidak meninggalkan ‘Arafah sebelum
matahari tenggelam.
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal
Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin
Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan
Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah
LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir,
Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September
2007M]
18. Footnote
[1]. Shahih: [Shahiih Sunan at-Tirmidzi (no. 664)], Sunan at-Tirmidzi (II/163, no.
831).
[2]. Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (III/396, no. 1539), Shahiih Muslim
(II/846, no. 1189 (33)), Sunan at-Tirmidzi (II/199, no. 920) dengan tambahan di
dalam lafazhnya, Sunan Abi Dawud (V/169, no. 1729), Sunan an-Nasa-i
(V/137), Sunan Ibni Majah (II/976, no. 2926).
[3]. Sudah ditakhrij sebelumnya
[4]. Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 241)], Shahiih al-Bukhari (III/392,
no. 534), Sunan Abi Dawud (V/232, no. 1783), Sunan Ibni Majah (II/991, no.
2976).
[5]. Isnadnya shahih: Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur sebagaimana yang
disebutkan dalam al-Muhallaa (VII/94) dengan sanad yang jayyid. Diriwa-yatkan
pula oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih dari al-Muth-thalib bin
‘Abdillah, sebagaimana yang disebutkan dalam Fat-hul Baari (III/324) hadits
tersebut mursal, selesai. Diambil dari al-Manaasik, Syaikh al-Albani (hal. 17).
[6]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 1558)], Shahiih al-Bukhari (III/441,
no. 1551), Sunan Abi Dawud (V/223, no. 1779) seperti lafazh ini.
[7]. Shahih: Shahiih al-Bukhari (III/412, no. 1553).
[8]. Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (III/435, no. 1573) ini adalah lafazh
beliau, dan yang semisalnya; Shahiih Muslim (II/919, no. 1259), Sunan Abi
Dawud (V/318, no. 1848).
[9]. Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (III/436, no. 1575) ini adalah lafazh
19. [11]. Sanadnya shahih: [Manaasikul Hajj (hal. 20)], Mushannaf Ibnu Abi Syaibah
(III/96).
[12]. Sanadnya hasan: [Manaasikul Hajj (hal. 20)], al-Baihaqi (V/72).
[13]. Hasan: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 2391)], Sunan Abi Dawud (V/336,
no. 1866), Sunan at-Tirmidzi (II/175, no. 161), Sunan Ibni Majah (2/2954, no.
984)
[14]. Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (III/470, no. 1603), Shahiih Muslim (II/
920, no. 1261 (232), Sunan an-Nasa-i (V/229).
[15]. Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (III/462, no. 1597), Shahiih Muslim (II/
925, no. 1270), Sunan Abi Dawud (V/325, no. 1856), Sunan Ibni Majah (II/ 981,
no. 2943), Sunan at-Tirmidzi (II/175, no. 862), Sunan an-Nasa-i (V/227).
[16]. Hasan: [Irwaa-ul Ghaliil (IV/312)], al-Bazzar (II/23, no. 1114).
[17]. Shahih: [Irwaa-ul Ghaliil (no. 1114)], Shahiih al-Bukhari (III/476, no. 1613).
[18]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 2387)], Sunan Ibni Majah (II/983,
no. 2950) ini adalah lafazh beliau, lafazh yang semisalnya: Shahiih al-Bukhari
(III/470, no. 1603), Shahiih Muslim (II/920, no. 1261), Sunan Abi Dawud (V/ 344,
no. 1876), Sunan an-Nasa-i (V/229).
[19]. Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (III/473, no. 1609), Shahiih Muslim
(II/924, no. 1267), Sunan Abi Dawud (V/326, no. 1757), Sunan an-Nasa-i
(V/231).
[20]. Hasan: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 1666)], Sunan Abi Dawud (V/344,
no. 1875).
[21]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 2394)], Shahiih al-Bukhari (III/487,
no. 1627), Sunan Ibni Majah (II/986, no. 2959).
[22]. Telah disebutkan dalam hadits Jabir Radhiyallahu anhu
[23]. Semuanya dari hadits Jabir Radhiyallahu anhu.
20. Hanatour
Biro Umroh Jakarta Selatan |
Biro Umroh Bogor |
Biro Umroh Jakarta |
Biro Umroh Jakarta Barat |
Biro Umroh Jakarta Timur |
Biro Umroh Jakarta Pusat |
Biro Umroh Cibubur |
Biro Umroh Depok |
Biro Umroh Bekasi |
Biro Umroh Cianjur |
Biro Umroh Gorontalo |
Biro Umroh Bengkulu |
Biro Umroh Madura |
Biro Umroh Pontianak |
Tur Wisata Muslim |
22. Hiratour
Biro Umroh Jakarta Selatan |
Biro Umroh Makassar |
Biro Umroh Jakarta |
Biro Umroh Jakarta Barat |
Biro Umroh Jakarta Timur |
Biro Umroh Jakarta Pusat |
Biro Umroh Bone |
Biro Umroh Sinjai |
Biro Umroh Mataram |
Biro Umroh Denpasar |
Biro Umroh Bali |
Biro Umroh Sulawesi Selatan |
Biro Umroh Kalimantan Selatan |
Biro Umroh Nunukan |
Biro Umroh Lampung |
Biro Haji Plus |
Biro Umroh Bekasi