Hadis ini memberikan penjelasan tentang pentingnya melakukan shalat dengan benar dan khusyuk, termasuk melaksanakan rukun thuma'ninah (ketenangan) dalam setiap gerakannya. Rasulullah mengingatkan seorang laki-laki untuk mengulang shalatnya karena tidak melakukan thuma'ninah dengan baik, menunjukkan bahwa thuma'ninah merupakan rukun penting dalam kevalidan shalat.
3. Hadits al-Musii'u fii Shalaatihi
(orang yang salah/keliru shalatnya)
• Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
masuk Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk
kemudian ia shalat. Kemudian orang itu datang dan
memberi salam kepada Rasulullahshallallahu 'alaihi
wasallam. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab salamnya dan bersabda:“ Kembali dan
ulangilah shalatmu, karena kamu belum shalat (dengan
shalat yang sah)!” Lalu orang itu kembali dan
mengulangi shalat seperti semula. Kemudian ia datang
menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
sambil memberi salam kepada beliau. Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:" Wa'alaikas
Salaam" Kemudian beliau bersabda:“ Kembali dan
ulangilah shalatmu karena kamu belum shalat
4. Sehingga ia mengulang sampai tiga kali. Maka laki-laki itu
berkata:“ Demi Dzat yang mengutus anda dengan
kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari
shalat seperti ini, maka ajarilah aku.” Beliau pun
bersabda:“Jika kamu berdiri untuk shalat maka
bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al
Qur’an. Kemudian ruku'-lah hingga benar-benar
thuma'ninah (tenang/mapan) dalam ruku', lalu bangkitlah
(dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak (lurus), kemudian
sujudlah sampai engkau thuma'ninah dalam sujud, lalu
angkat (kepalamu) untuk duduk hingga thuma'ninah
dalam keadaan dudukmu. Kemudian lakukanlah semua
itu di seluruh shalat (rakaat) mu.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
5. Maka hadits ini, yang dikenal dengan hadits al-
Musii'u fii Shalaatihi (orang yang salah/keliru
shalatnya) –disandarkan kepada lelaki yang ada
dalam hadits di atas yang bernama Khalad bin Rafi'
radhiyallahu 'anhu- adalah dasar hukum (landasan)
dalam bab thuma'ninah dalam shalat. Dan nampak
jelas bagi kita bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam ketika memerintahkan lelaki ini untuk
mengulangi shalatnya karena ia tidak thuma'nianh
menunjukkan bahwa thuma'niah merupakan rukun,
yang mana tidak sah shalat seseorang kecuali
dengannya.
6. Seandainya masing-masing kita memperhatikan
praktek shalat kaum Muslimin, niscaya kita dapati
bahwasanya mereka semua menunaikan sebagian
besar rukun-rukun shalat yang diminta, seperti
takbiratul ihram, berdiri, ruku', sujud dan lain-lain.
Akan tetapi pada waktu yang bersamaan kita dapati
banyak dari kaum Muslimin yang tidak menunaikan
salah satu rukun yang penting, yang mana shalat
seseorang tidak akan sah kecuali dengan
menunaikan rukun tersebut, dan rukun tersebut
adalah rukun thuma'ninah (ithmi'naan). Padahal
rukun ini menyertai rukun-rukun shalat yang lain,
maksudnya adalah bahwa harus ada thuma'ninah
ketika berdiri dalam shalat, ketika ruku', sujud dan
ketika duduk di antara dua sujud.
7. * Rasulullah telah memberikan tuntunan untuk memperbaiki shalat.
'Wahai fulan, perbaguslah shalatmu, tidakkah seorang yang shalat
mencermati shalatnya, bagaimana dia mengerjakan shalatnya.
Sesungguhnya dia shalat untuk kebaikan dirinya sendiri. (HR.‟
Muslim 5.75/642)
* Banyak yg shalat tidak diterima
“Akan datang pada suatu masa, orang yang mengerjakan shalat
tetapi mereka belum shalat” (HR. Ahmad)
“ Banyak orang yang mendirikan shalat, sementara ia hanya
mendapatkan rasa lelah dan payah” (HR. Abu Dawud
8. Bisa jadi seseorang mengerjakan shalat selama enam
puluh tahun, tetapi Allah tidak menerima satu shalat pun
darinya.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah radliyallahu
'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
bahwasanya beliau bersabda : Sesungguhnya
seseorang mengerjakan shalat selama enam puluh
tahun, tetapi satu shalat pun tidak diterima. Barangkali
karena dia menyempurnakan rukuk, tetapi tidak
menyempurnakan sujud. Atau, dia menyempurnakan
sujud, tetapi tidak menyempurnakan rukuk.
9. Hal ini berdasarkan hadits Thalq bin Ali al Hanafiy dan Abu
Hurairah radliyallahu 'anhuma berikut :
“Allah tidak akan melihat shalat orang yang tidak
menegakkan tulang punggungnya antara rukuk dan
sujudnya.”
Dari Abu Qatadah, berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda : “Sejelek-jelek orang yang mencuri adalah
orang yang mencuri shalatnya.” Mereka bertanya : Wahai
Rasulullah! Bagaimana dia bisa mencuri shalatnya? Beliau
menjawab : “Dia tidak menyempurnakan rukuk dan
sujudnya.” Atau beliau bersabda : “Dia tidak menegakkan
tulang punggungnya waktu rukuk dan sujud.”
10. Pengertian Tuma'ninah
Tuma’ninah adalah sebagai salah satu rukun shalat
diantara rukun shalat yang lainnya. Tuma’ninah juga
sebagai sarana mencapai tingkat kesempurnaan shalat
guna membangkitkan kesadaran diri, bahwa kita sedang
berhadapan dengan Zat Yang Maha Kuasa
Tumaninah dapat dicapai dengan cara rileks dan tidak
tergesa gesa dalam melaksanakan gerakan shalat pikiran
hanya terpokus pada apa yang sedang dikerjakanya,
Usahakan tubuh anda tidak tegang.
11. Dalam sebuah Hadits
دددددددددد دددددد ددددد )
Dan menurut lafazh riwayat Ahmad : "Maka
tegakkanlah tulang punggungmu hingga tulang-
tulang itu kembali (seperti semula)."
دددددد ددددددددد ددددددد ددد دددددددددد
دددددددد ددددددد دددددددد )
Hal serupa terdapat dalam hadits Rifa'ah Ibnu Rafi'
menurut riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban: "Sehingga
engkau tenang berdiri (mu)."
12. Ketenangan dan jeda dalam melakukan sesuatu gerakan
dalam shalat adalah salah satu bentuk pelatihan dalam
mengontrol pikiran kita. Jika kita melalukan sesuatu dengan
penuh ketenangan, maka pikiran akan lebih terkonsentrasi
pada apa yang sedang kita laksanakan, seluruh tindakan
diringi dengan penuh kesadaran yang tinggi, dan kita
senantiasa selalu mengendalikan pikiran kita dengan penuh
konsentrasi
Pikiran yang tenang dan damai adalah pikiran yang penuh
dengan energi yang melimpah karena kita hanya berpokus
pada satu tujuan, sehingga pikiran tidak terpecah. Jika kita
damai dan tenang, maka pikiran kita akan terpusat pada apa
yang sedang kita lakukan. Oleh karena itu salah satu syarat
mencapai tingkatan shalat yang sempurna salah satunya
adalah Tuma’ninah,
13. Tumaninah Dalam berdiri
Berdirilah dengan tegak dan tenang jangan menoleh
kekiri atau kanan sehingga bila ada jama’ah yang datang
disebelahnya tidak mengetahi siapa orangnya. Arahkan
pandangan mata ketempat sujud.
Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) shalat
wusthaa. Berdirilah karena Allah
(dalam salatmu) dengan khusyuk. .(QS. Al Baqarah : 238 )
14. Tuma'ninah Ketika Melaksanakan Ruku
Setelah selesai membaca surat berhentilah sejenak lalu
angkat kedua tangan seperti takbir dengan mengucap
“Allahu Akbar” kemudian ruku dengan meletakan kedua
telapak tangannya pada kedua lututnya seolah olah
menggenggam. punggung diluruskan hingga rata,
pandangan mata kearah ujung jari kaki. Lakukan dengan
tenang dan rileks sehingga terasa pada urat kaki dan
pinggang, ada jeda sebentar baru kemudian membaca
Do’a Ruku.
Maka bila engkau ruku jadikanlah kedua telapak
tanganmu di atas kedua lututmu dan luruskanlah
punggungmu dan tekankan dalam rukumu itu
15. Tuma'ninah Ketika I’tidal setelah Ruku
Angkatlah kedua tangan seperti ketika takbir sambil
membaca I'tidal ( Sami’Allahuliman Hamiddah ) lalu
tangan diletakan disisi kiri kanan sejajar dengan tubuh,
secara tenang dan tidak tergesa gesa sehingga kepalanya
tega lurus dan posisi tubuh berdiri tegap seperti semula
sehingga punggunnya dan seluruh sendi sendi tulang
kembali seperti semula, kemudian diam sejenak lalu
membaca Do’a I'tidal.
Nabi Muhammad melaksanakan I’tidal lamanya hampir
sama dengan lamanya ketika beliau ruku , beri jeda
(jarak) sebentar kemudian sujud.
17. Tuma'ninah Ketika Melaksanakan Sujud
Setelah bangkit dari ruku ada jeda sebentar kemudian
mengucap Takbir “Allahu Akbar” dan laksanakan sujud
dengan tenang dengan meletakan kedua tumit terlebih
dulu baru menyusul kedua telapak tangan diletakan
ditempat sujud dengan jari jari dirapatkan mengarah ke
kiblat, begitu pula jari jari kaki dilekuk arahkan ke kiblat,
dahi dan hidung menyentuh tempat sujud , siku tangan
diangkat tidak menyentuh tempat sujud dan jangan
dirapat kan ketubuh.
19. Tuma’ninah duduk diantara dua sujud
Setelah selesai membaca Do’a sujud bangkitlah perlahan
lahan dengan duduk secara tenang diatas kedua tumit,
badan diluruskan hingga sendi tulang kembali pada
tempatnya.
Tidak sempurna salah seorang diantara kamu sehingga ia
melaksanakan demikian itu
20. Tuma'ninah ketika Bangkit dari sujudum
Ketika akan bangkit dari sujud untuk memulai rakaat
berikutnya, tekankan kedua telapak tangan ke tempat
sujud lalu mengucap Takbir “Allahu Akbar” kemudian
bangkit berdiri hingga benar benar tegak dan rileks
berhenti sejenak baru kemudian melanjutkanya ke rakaat
berikutnya.
Demikianlah makna tuma’ninah dalam pelasanaan shalat
sebagai salah satu cara untuk mencapai kesempurnaan
shalat , pelaksanaan shalat hendaknya dari awal hingga
akhir selalu dilaksanakan dengan cara tuma’ninah,
sehingga pada akhirnya kita dapat menerapkan ditiap
tiap sendi kehidupan dengan cara tenang tidak tergesa
gesa. Segala sesuaktu yang dikerjakan dengan penuh
konsentrasi dan ketenangan akan membawa hasil yang
baik dan sempurna.