3. PAGE
02
PAGE
01
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan
Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai
seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Pratap
Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu Ing
ngarso sung tulodo, yang artinya di depan
memberi teladan. Maka dari itu sebagai
seorang pemimpin pembelajaran dalam
pengambilan keputusan hendaknya
menerapkan prinsip dan paradigma
pengambilan keputusan yang bijak,
sehingga hasil dari keputusan tersebut
dapat dijadikan teladan dan dilaksanakan
dengan penuh rasa tanggungjawab oleh
murid-murid dalam kehidupannya. Ing
madya mangun karsa, yang artinya di
tengah membangun. Maka sebagai seorang
pemimpin pembelajaran dalam
pengambilan keputusan hendaknya
senantiasa memberikan semangat dengan
memerhatikan hal-hal yang dapat
membangun dan mengembangkan potensi
murid.
Tut Wuri Handayani, yang artinya di
belakang memberi dukungan. Maka
sebagai seorang pemimpin
pembelajaran dalam pengambilan
keputusan hendaknya memberikan
dukungan agar murid dapat
berkembang jadi lebih baik sesuai
kodrat alam dan kodrat zaman sehingga
menjadi manusia yang selamat dan
bahagia. Guru sebagai pemimpin
pembelajaran hendaknya mengambil
keputusan dengan mengedepankan
keberpihakan pada murid dengan
menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan
9 langkah pengambilan keputusan. Di
mana keputusan yang diambil harus
difikirkan dengan cermat dan bijak,
karena keputusan yang diambil akan
berpengaruh pada kehidupan
selanjutnya.
4. PAGE
04
PAGE
03 Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam
diri kita, berpengaruh kepada prinsip-
prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?
Sebagai pemimpin pembelajaran, maka
sepatutnyalah memiliki nilai-nilai
positif/kebajikan yang tertanam dalam
dirinya, nilai-nilai positif yang
memengaruhi dalam pengambilan suatu
keputusan yang benar di saat yang tepat.
Nilai-nilai positif yang harus dimiliki
sebagai pemimpin pembelajaran
diantaranya mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif serta berpihak pada
murid.
Nilai-nilai inilah yang menjadi prinsip-
prinsip yang kita pegang teguh dalam
pengambilan keputusan baik dalam
menghadapi kasus dilema etika maupun
dalam menghadapi kasus bujukan
moral. Nilai-nilai positif yang tertanam
pada diri kita akan mengarahkan kita
dengan berkesadaran penuh dalam
menghadapi suatu permasalahan agar
dapat mengambil keputusan yang tepat,
bijak dan dapat dipertanggungjawabkan,
keputusan yang berpihak pada murid
yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebajikan universal.
5. PAGE
06
PAGE
05
Bagaimana materi pengambilan
keputusan berkaitan dengan kegiatan
‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita,
terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita
ambil? Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita
atas pengambilan keputusan
tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa
dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah
dibahas pada sebelumnya.
Pembimbingan yang telah dilakukan
pengajar praktik dan fasilitator, telah
membantu saya mengevaluasi keputusan
yang telah saya ambil. Melalui coaching
dengan alur TIRTA dan dengan
menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9
langkah dalam pengambilan keputusan,
kita dapat mengidentifikasi, menemukan
solusi dan melakukan evaluasi pada
keputusan yang telah kita ambil. Apakah
keputusan tersebut sudah berpihak pada
murid dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kebajikan serta dapat
dipertanggungjawabkan.
6. PAGE
08
PAGE
07
Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan suatu keputusan khususnya
masalah dilema etika?
Kompetensi sosial emosional sangat
diperlukan bagi seorang pendidik dalam
pengambilan keputusan, utamanya
dalam kasus pembelajaran yang berpihak
pada murid. Sebagai seorang pendidik
yang memiliki kesadaran diri mampu
mengelola emosi, pikiran dan perilaku
diri secara efektif dalam menghadapi
berbagai situasi, kemampuan untuk
mengambil keputusan berdasar atas asas
empati atau nilai-nilai kebajikan yang
universal serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral atau etika
kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
sangat memengaruhi sudut pandang,
paradigma, prinsip dan langkah seseorang
dalam mengambil sebuah keputusan. Jika
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
bernilai positif yaitu memiliki integritas,
profesionalisme, objektivitas dan kesetaraan
serta kepedulian sosial maka keputusan yang
diambil akan tepat, benar, dapat
dipertanggungjawabkan dan senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan.
Begitupun sebaliknya jika yang dianut adalah
nilai-nilai yang bertentangan dengan agama
dan norma maka keputusan yang diambil
cenderung hanya benar secara pribadi yaitu
sebuah keputusan yang tidak menjunjung
nilai-nilai kebajikan universal. Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil sebuah keputusan diperlukan
pertimbangan dari berbagai aspek
berdasarkan nilai-nilai etika yang dianutnya.
7. PAGE
06
PAGE
05
Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman?
Pengambilan keputusan merupakan
bagian terberat bagi seorang pemimpin
pembelajaran, karena hasil dari
keputusan yang kita ambil akan
berdampak pada kehidupan selanjutnya
di lingkungan di mana kita berada
utamanya bagi peserta didik.
Untuk itu sebelum mengambil
sebuah keputusan hendaknya
diperlukan pemikiran dan
pertimbangan dari berbagai aspek
dalam hal ini dengan menerapkan 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah
dalam pengambilan keputusan maka
diharapkan dapat mencapai sebuah
keputusan yang berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman yang
dapat melahirkan generasi-generasi
yang cemerlang yaitu profil pelajar
Pancasila.
8. PAGE
08
PAGE
07
Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat
menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-
kasus dilema etika ini? Adakah
kaitannya dengan perubahan
paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan-tantangan di lingkungan
saya dalam menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika yaitu adanya perbedaan
pemikiran dari tiap individu atau
kelompok yakni ada pihak yang pro
dan kontra terhadap sebuah sistem
yang sedang dijalankan oleh
pemangku kepentingan sekolah.
Dari perbedaan tersebut,
menyebabkan implementasi hasil
keputusan terkadang tidak sesuai
dengan yang di harapkan. Dalam
perbedaan sudut pandang tersebut
sangat berkaitan dengan perubahan
paradigma di lingkungan sekolah
yaitu Individu lawan kelompok,
rasa keadilan lawan rasa kasihan,
kebenaran lawan kesetiaan, dan
jangka pendek panjang lawan
jangka panjang.
9. PAGE
06
PAGE
05 Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil
keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-
muridnya?
Dalam pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran hasil
keputusan yang diambilnya selalu
mengedepankan keberpihakannya
pada murid dalam memanusiakan
manusia. Dengan menyajikan
pembelajaran yang disesuaikan dengan
kesiapan belajar, minat dan profil
belajar murid, maka diharapkan murid-
murid akan belajar lebih terarah
menjadi manusia yang merdeka,
berakhlak mulia, kreatif, inovatif dalam
mengambil keputusan yang
menentukan bagi masa depan mereka
sendiri. Agar menjadi manusia yang
bahagia dan selamat.
Apakah pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-
murid kita? Bagaimana
kita memutuskan pembelajaran yang
tepat untuk potensi murid kita yang
berbeda-beda?
Dalam pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran hasil keputusan
yang diambilnya selalu mengedepankan
keberpihakannya pada murid. Utamanya
dalam menyajikan pembelajaran yang
dapat memerdekakan murid-murid.
Pengajaran yang dilakukan harus
disesuaikan dengan kesiapan belajar,
minat dan profil belajar murid. Dimana
proses pembelajaran tersebut dapat
menuntun murid dalam pengembangan
potensi, mengeskpresikan diri sesuai
kodratnya sehingga mereka merdeka
dalam mengexplore segala kemampuan
yang mereka miliki agar menjadi manusia
yang bahagia dan selamat.
10. PAGE
08
PAGE
07
Apakah kesimpulan akhir yang dapat
Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Dalam pengambilan keputusan kita
haruslah mendasar pada 3 unsur yaitu
nilai-nilai kebajikan universal,
bertanggungjawab terhadap segala
konsekuensi dan berpihak pada murid.
Sebagai seorang pemimpin dalam
pengambilan keputusan untuk
mewujudkan visi dan misi sekolah
senantiasa berpedoman pada filosofi Ki
Hajar Dewantara dengan tahap Triloka
yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya
mangun karsa dan tut wuri handayani
yang berlandaskan nilai dan peran guru
penggerak yang dimiliki, melalui
penerapan budaya positif dengan
tahapan BAGJA alur TIRTA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman(well
being).
Sebagai pemimpin pembelajaran dalam
pengambilan keputusan selalu
mengedepankan keberpihakannya pada
murid yaitu dengan menyajikan
pembelajaran berdiferensiasi serta sosial
emosional yang disesuaikan dengan
kesiapan belajar, minat dan profil belajar
murid, agar dapat mewujudkan profil
pelajar Pancasila. Dalam perjalanannya
menuju profil pelajar pancasila, ada
banyak dilema etika dan bujukan moral
sehingga sebelum mengambil sebuah
keputusan hendaknya diperlukan
pemikiran dan pertimbangan dari
berbagai aspek dalam hal ini dengan
menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan
9 langkah dalam pengambilan keputusan
agar keputusan yang diambil tersebut
berpihak kepada murid demi
terwujudnya merdeka belajar.
11. PAGE
06
PAGE
05
Pemahaman saya tentang konsep-konsep
modul 3.1 yaitu dilema etika dan bujukan
moral, 4 paradigma, 3 prinsip dan 9
langkah pengambilan dan pengujian
keputusan merupakan alur/tahapan
pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai
kebajikan yang dilakukan sebagai seorang
pemimpin guna menganalisa sebuah kasus,
apakah merupakan dilema etika(benar vs
benar) ataukah bujukan moral(benar vs
salah) dan dari hasil analisa tersebut melaui
pemikiran yang bijak dan dengan
pertimbangan yang cermat diambillah
sebuah keputusan.
Hal-hal diluar dugaan saya, apabila sebuah
kasus sudah dipahami sebagai pelanggaran
hukum, maka langkah-langkah pengambilan
keputusan tidaklah perlu dilanjutkan
karena sudah melewati uji legal (hukum)
yang menyatakan kasus tersebut adalah
benar lawan salah ( bujukan moral ).
Keputusan akhirnya yaitu Kembali
mendudukkan persoalan tersebut pada
penetapan sesuai aturan yang berlaku.
Sejauh mana pemahaman Anda
tentang konsep-konsep yang telah
Anda pelajari di modul ini, yaitu:
dilema etika dan bujukan moral, 4
paradigma pengambilan
keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian
keputusan. Adakah hal-hal yang
menurut Anda di luar dugaan?
12. PAGE
08
PAGE
07
Apakah kesimpulan akhir yang dapat
Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Dalam pengambilan keputusan kita
haruslah mendasar pada 3 unsur yaitu
nilai-nilai kebajikan universal,
bertanggungjawab terhadap segala
konsekuensi dan berpihak pada murid.
Sebagai seorang pemimpin dalam
pengambilan keputusan untuk
mewujudkan visi dan misi sekolah
senantiasa berpedoman pada filosofi Ki
Hajar Dewantara dengan tahap Triloka
yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya
mangun karsa dan tut wuri handayani
yang berlandaskan nilai dan peran guru
penggerak yang dimiliki, melalui
penerapan budaya positif dengan
tahapan BAGJA alur TIRTA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman(well
being).
Sebagai pemimpin pembelajaran dalam
pengambilan keputusan selalu
mengedepankan keberpihakannya pada
murid yaitu dengan menyajikan
pembelajaran berdiferensiasi serta sosial
emosional yang disesuaikan dengan
kesiapan belajar, minat dan profil belajar
murid, agar dapat mewujudkan profil
pelajar Pancasila. Dalam perjalanannya
menuju profil pelajar pancasila, ada
banyak dilema etika dan bujukan moral
sehingga sebelum mengambil sebuah
keputusan hendaknya diperlukan
pemikiran dan pertimbangan dari
berbagai aspek dalam hal ini dengan
menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan
9 langkah dalam pengambilan keputusan
agar keputusan yang diambil tersebut
berpihak kepada murid demi
terwujudnya merdeka belajar.
13. PAGE
06
PAGE
05 Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa
yang terjadi pada cara Anda dalam
mengambil keputusan sebelum dan
sesudah mengikuti pembelajaran modul
ini?
• Sebelum saya mempelajari modul ini,
saya cenderung menyelesaikan masalah
menggunakan prinsip yang terbaik untuk
orang banyak dan Kembali pada aturan
yang berlaku.
• Setelah mempelajari modul ini, dalam
mengambil keputusan saya sebagai
seorang guru tidaklah seharusnya
otoriter atas pandangan bahwa kita
dapat mengontrol siswa secara penuh,
dan hanya berdasarkan pada aturan yang
berlaku saja, tapi ada juga nilai moral
yang harus kita pertimbangkan. Dimana,
keputusan yang kita ambil harus
berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan,
tanggungjawab, dan berpihak pada
murid. Keputusan yang diambil dapat
melalui langkah-langkah pengambilan
dan pengujian keputusan.
Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin
dalam situasi moral dilema? Bilamana
pernah, apa bedanya dengan apa yang
Anda pelajari di modul ini?
Iya pernah, saat itu dilema etika yang saya
alami berdasarkan paradigma individu
lawan kelompok . saat itu saya hanya
mengandalkan keputusan hasil akhir yang
sekiranya tidak merugikan kedua belah
pihak. Setelah saya mempelajari modul ini,
ternyata sebuah kasus dilema etika perlu
diselesaikan dengan langkah-langkah
pengambilan dan pengujian keputusan agar
hasil yang diputuskan dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik.
14. PAGE
08
PAGE
07
Seberapa penting mempelajari topik
modul ini bagi Anda sebagai seorang
individu dan Anda sebagai seorang
pemimpin?
Materi ini sangat penting dan bermakna
bagi saya, karena sebagai pemimpin
pembelajaran dengan memahami
paradigma , prinsip dan langkah-langkah
dalam pengambilan keputusan, saya
akan lebih mampu bersikap bijak jika
bertemu atau mempunyai masalah
dilema etika ataupun bujukan moral,
serta dapat mengambil keputusan yang
terarah, dan tidak gegabah, dan melalui
pertimbangan yang cermat dalam
mengambil keputusan sehingga
keputusan yang diambil dapat
dipertanggungjawabkan.