Dokumen tersebut membahas tentang manajemen krisis, termasuk definisi krisis, penyebab krisis, tahapan krisis, dan contoh kasus krisis pada PT Newmont Minahasa Raya. Kasus tersebut mengalami berbagai tahapan mulai dari pre-krisis, peringatan, akut, hingga pembersihan dan pasca-krisis setelah PT NMR terbebas dari tuduhan pencemaran lingkungan. Dokumen ini menyarankan pentingnya perusaha
2. PENDAHULUAN
Kata krisis selalu identik dengan sesuatu yang
menakutkan, ketidaknyamanan dan
ketidaktentuan.
Tentu saja kekhawatiran tersebut cukup
beralasan, namun melihat dari unsur-unsur
krisis yang merupakan sesuatu yang tidak bisa
diprediksi, bersifat tiba-tiba, mengandung
unsur ancaman kelangsungan organisasi, dan
butuh keputusan cepat, maka kita harus
mempersiapkan secara dini langkah-langkah
strategis bila sewaktu-waktu terjadi krisis
3. Segala kejadian buruk dan krisis berpotensi menghentikan
proses normal organisasi yang telah dan sedang berjalan,
sehingga membutuhkan penanganan yang segera (immediate
treatment) dari pihak manajemen. Penanganan yang segera
ini sering disebut sebagai manajemen krisis (crisis
management).
Dan saat ini, kajian manajemen krisis telah dinobatkan
sebagai new corporate discipline. Manajemen krisis adalah
respon pertama organisasi atau perusahaan terhadap sebuah
kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang
telah berjalan normal.
4. Pembahasan
Kata krisis berasal dari bahasa Yunani
krisis (kpion), yang berarti keputusan.
Ketika krisis terjadi, perusahaan harus
memutuskan apa yang harus dilakukan.
Krisis dalam bahasa Cina diucapkan
“wei-ji”, yang mempunyai dua arti, yaitu
bahaya dan peluang (Nova,2011:67).
5. Krisis public relations adalah peristiwa, rumor, atau informasi
yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra, dan
kredibilitas perusahaan. Powell (Nova,2011:68) mengatakan
bahwa krisis adalah kejadian yang tidak diharapkan, berdampak
dramatis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya yang
mendorong organisasi kepada suatu kekacauan (chaos) dan
dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya tindakan
nyata.
Krisis tidak memiliki batas (no boundaries) dan dapat terjadi
kapan saja, di mana saja terhadap setiap organisasi (profit dan
nonprofit, publik dan privat).
6. Krisis juga dapat dikategorikan
berdasarkan dampaknya
Ketiga kategori tersebut adalah:
Krisis level 1: dampak dari krisis ini mengakibatkan tercemarnya
nama organisasi serta adanya hambatan dalam mewujudkan misi.
Krisis level 2: krisis ini berdampak pada cedera fisik, kemungkinan
korban jiwa, rusaknya properti, hancurnya reputasi perusahaan
atau kombinasinya.
Krisis level 3: krisis level ini mengakibatkan adanya korban jiwa,
kerusakan properti yang serius serta kemungkinan kebangkrutan.
Krisis juga dianggap sebagai “turning point in history/life”, suatu
titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan
pengaruh signifikan, ke arah negatif maupun positif, tergantung
reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok masyarakat,
atau suatu bangsa.
7. Jika dipandang dari kacamata
bisnis
suatu krisis akan menimbulkan hal-hal berikut:
Intensitas permasalahan akan bertambah.
Masalah akan menjadi sorotan publik baik melalui
media massa, atau informasi dari mulut ke mulut.
Masalah akan menggangggu kelancaran bisnis
sehari-hari.
Masalah mengganggu nama baik perusahaan.
Masalah dapat merusak sistem kerja dan
mengguncang perusahaan secara keseluruhan.
Masalah yang dihadapi selain membuat perusahaan
menjadi panik, tidak jarang juga membuat
masyarakat menjadi panik.
Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan
intervensi.
8. Ciri-ciri perusahaan krisis
Parameter Ciri-ciri
Keadaan Fisik Tidak terurus, lampu redup, toilet kotor,
seragam petugas lama tak berganti, mobil
tua, pabrik bekerja di bawah titik optimal.
SDM Malas, datang dan pulang seenaknya,
pemimpin jarang hadir, banyak terlihat tidak
bekerja dan kongko-kongko. Tenaga yang
bagus-bagus sudah keluar.
Produk andalan Hampir tidak ada. Hanya menyelesaikan
yang sudah ada saja. Banyak retur dan
defect.
Konflik Hampir setiap hari terdengar, perasaan
resah di mana-mana.
Energi Hampir tidak ada.
Demo karyawan Tinggi, rasa takut terkena PHK.
Proses hukum Meningkat dan datang dari mana-mana.
Bagian keuangan Hidup dalam suasana stress. Dikejar
tagihan-tagihan yang tak terbayar dan oleh
debt collector.
9. Berikut adalah sembilan jenis krisis
berdasarkan penyebabnya dalam Nova (2011):
Krisis Karena Bencana Alam
Krisis Karena Kecelakaan Industri
Krisis Karena Produk yang Kurang Sempurna
Krisis Karena Persepsi Publik
Krisis Karena Hubungan Kerja yang Buruk
Krisis Karena Kesalahan Strategi Bisnis
Krisis Karena Terkait Masalah Kriminal
Krisis Karena Pergantian Manajemen
Krisis Karena Persaingan Bisnis
10. Lima tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenali dan dipahami
adalah sebagai berikut dalam Nova (2011:95-97)
Tahap pre-crisis (sebelum krisis)
Pre-crisis adalah kondisi sebelum sebuah krisis muncul. Benih krisis sudah ada
sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis dapat terjadi. Benih
yang mulai tumbuh pada tahap ini biasanya tidak diperhatikan karena beberapa
aspek dalam perusahaan memang penuh resiko. Selain itu, perusahaan tidak
mempunyai perencanaan menghadapi krisis.
Tahap warning (peringatan)
Tahap ini dianggap sebagai salah satu tahap yang paling penting dalam daur
hidup krisis. Di dalamnya, suatu masalah untuk pertama kalinya dikenali, dapat
dipecahkan dan diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang menuju kepada
kerusakan yang menyeluruh. Krisis dapat dengan mudah muncul pada tahap ini
karena ketakutan menghadapi badai atau masalah dan menganggapnya tidak
ada. Reaksi yang umum terjadi pada tahap ini adalah kaget atau menyangkal
dan pura-pura merasa aman.
11. Tahap acute crisis (akut)
Pada tahap ini krisis mulai terbentuk dan media juga publik mulai mengetahui adanya
masalah. Jika krisis sudah mencapai pada tahap ini, perusahaan tidak dapat berdiam
diri karena sudah mulai menimbulkan kerugian. Saat inilah berbagai dokumen dan
modul untuk menghadapi krisis harus dikeluarkan dan digunakan. Saat-saat seperti ini
dapat diketahui apakah para staf telah dibekali pengetahuan mengenai manajemen
krisis atau tidak. Jika tidak, maka sudah terlambat bagi manajemen untuk memulainya
dan menyelesaikan masalahnya.
Tahap clean-up (pembersihan)
Saat masalah melewati tahap warning tanpa diselesaikan, maka kerusakan
perusahaan mulai timbul. Inilah waktunya untuk memulihkan perusahaan dari kerugian
atau setidaknya menyelamatkan apa saja yang tersisa, baik sisa produk (jika dapat
diaplikasikan), reputasi, citra perusahaan, kinerja, dan lini produksi. Saat pemulihan,
perusahaan harus menghadapi hal-hal yang terkait dengan hukum, media, tekanan
publik, dan litigasi.
Tahap post-crisis (sesudah krisis)
Inilah tahap yang telah disebutkan sebelumnya, yakni perusahaan sseharusnya
bereaksi saat suatu krisis muncul ke tahap warning. Jika sejak awal tidak dihentikan,
krisis akan terjadi. Jika perusahaan memenangkan kembali kepercayaan publik dan
dapat beroperasi kembali dengan normal, maka secara formal dapat dikatakan krisis
telah berakhir.
12. Dalam bisnis terdapat tiga jenis
krisis, yaitu sebagai berikut
Krisis Keuangan (Financial Crisis)
Krisis Public Relations
Krisis Strategi
13. Level perkembangan krisis pada kasus PT
Newmont Minahasa Raya
Tahap Pre-Crisis (sebelum krisis)
PT Newmont Minahasa Raya yang merupakan perusahaan penambangan emas yang berada di Desa
Ratatotok, Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa ini mulai beroperasi dari tahun 1996. Sebelum memulai
operasinya PT NMR didera kasus penyerobotan lahan. Sejumlah warga di Desa Ratatotok meminta ganti rugi
atas tanah yang kini menjadi lokasi pertambangan. Para pemilik tanah ini pernah mencoba berbagai upaya
untuk menuntut kembali haknya. Pada tahun 2000, jalan masuk menuju lokasi tambang diblokir oleh
masyarakat.
Tahap Warning (peringatan)
Ketika PT NMR mulai beroperasi pada 1996 dan mulai membuang tailing (sisa limbah) ke Teluk Buyat,
masyarakat protes karena limbah tersebut membuat pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan berasal
dari tailing yang mengandung logam berat, yaitu Arsen, Merkuri, serta Mangan. Logam berat tersebut
tercampur ke dalam perairan ketika adanya kebocoran pipa tailing menuju Teluk Buyat. Terumbu karang rusak,
ikan-ikan banyak yang mati, ekosistem air di Teluk Buyat terganggu, air sumur tercemar oleh logam berat
hingga akhirnya jatuh korban dari warga karena mengidap berbagai penyakit dengan beragam gejala yang
aneh.
Tahap Acute Crisis (akut)
Pengaduan warga Buyat Pante ke Markas Besar Kepolisian di Jakarta, membuat citra PT NMR mulai
terancam. Pemerintah mulai memeriksa PT NMR berkaitan dengan pencemaran lingkungan. Banyak LSM yang
bersimpati dengan kasus ini melakukan protes dan meminta pemerintah untuk melakukan berbagai macam
penelitian terkait pencemaran lingkungan dan masalah kesehatan masyarakat. Hal ini membuat PT NMR
berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Seluruh kasus yang terjadi pada PT NMR menjadi sorotan
media massa, baik lokal maupun internasional. Setelah adanya beberapa laporan yang mengatakan bahwa PT
NMR melanggar hukum atas tuduhan melakukan pencemaran lingkungan, proses hukum mulai dilakukan dari
Agustus 2005 hingga April 2007.
14. Tahap Clean-Up (pembersihan)
Tim Humas PT NMR telah melakukan pendekatan kepada media massa baik lokal, nasional,
maupun internasional. PT NMR berusaha untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari seluruh
publiknya dan membuktikan bahwa kasus Buyat itu bukanlah kesalahan PT NMR. Putusan yang
dibuat atas dasar bukti-bukti yang diajukan selama persidangan kasus menyatakan bahwa Teluk
Buyat tidak tercemar.
Dalam persidangan tersebut, bukti-bukti yang membebaskan PT NMR adalah sebagai berikut:
Hasil tes yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia PBB, Kementrian Lingkungan Hidup RI,
Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization Australia, dan National Institute
for Minamata Disease Jepang menunjukkan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar.
Kesaksian dari warga Buyat dan Ratatotok yang menyatakan bahwa populasi ikan di Teluk Bayat
tetap stabil dan terumbu karang dalam keadaan sehat.
Kesaksian inspektur tambang pemerintah, termasuk bukti-bukti tertulis bahwa PT NMR memiliki
semua izin operasi yang sesuai dan tidak melanggar izin-izin tersebut.
Tahap Post-Crisis (sesudah krisis)
Tahapan ini merupakan tahapan di mana PT NMR telah terbebas dari krisis. Ketika PT NMR
terbebas dari dakwaan atas tuduhan pencemaran lingkungan, maka nama baik PT NMR bangkit
kembali dari keterpurukan reputasi atas kasus-kasus yang mencuat ke media massa. PT NMR
melakukan pendekatan kembali kepada warga sekitar penambangan, yaitu wilayah Teluk Buyat
dan Buyat Pante untuk melaksanakan program-program pengembangan pasca penutupan
tambang. Pengembangan tersebut seperti pengembangan usaha berbasis masyarakat,
prasarana kesehatan, pendidikan, pengembangan daerah Teluk Buyat, dan sebagainya.
Karyawan kembali bekerja tanpa terganggu lagi dengan kasus yang pernah menimpa PT NMR.
15. Setiap perusahaan, instansi, maupun organisasi baik kecil
maupun besar sebaiknya membuat crisis plan untuk
menganalisa kemungkinan masalah-masalah yang akan
terjadi atau dihadapi di masa yang akan datang dan dapat
melakukan pencegahan sejak dini.
Dengan membuat crisis plan, perusahaan atau organisasi
dapat lebih siap apabila masalah-masalah tersebut terjadi
sewaktu-waktu.
PT NMR tidak memiliki crisis plan, sehingga issu yang terjadi
pada tahap warning tidak dihiraukan, sehingga masyarakat
melaporkan masalah pencemaran lingkungan tersebut
kepada pihak berwajib hingga sempat merusak nama baik
PT NMR (tahap akut).
16. Berdasarkan kategori krisis yang dijelaskan oleh Nova (2011),
maka kasus PT Newmont Minahasa Raya berada pada “Krisis
level 1”, di mana dampak dari krisis ini mengakibatkan
tercemarnya nama organisasi serta adanya hambatan dalam
mewujudkan misi.
Berdasarkan jenis krisis berdasarkan penyebabnya dalam Nova
(2011), maka kasus PT Newmont Minahasa Raya merupakan
“Krisis Karena Persepsi Publik”. Karena pada akhirnya, terbukti
bahwa PT NMR tidak melakukan pencemaran lingkungan.
Berbeda dengan PT NMR, Kementerian Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI membuat suatu
Crisis Plans yang diberi judul Pedoman Umum Pengelolaan
Komunikasi Krisis di Lingkungan Instansi Pemerintah. Proposal
tersebut menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan,
sasaran, ruang lingkup, manfaat, jenis krisis, penyebab krisis,
langkah-langkah penanganan krisis, dan pengelolaan krisis.