1. ANDI SUHEYRA SYAUKI, MD., Psych.
Department of Psychiatry, Faculty of Medicine,
Hasanuddin University, Makassar
2. Case 1
• Adik sepupu saya menikah dengan laki-laki yang selalu
membuat adik saya itu stress. Bahkan sampai berenti
kerja dan pernah hampir mau minum obat serangga.
Sekarang dia minum obat-obatan dari dokter agar tidak
stress. Bisakah suaminya dikenakan sanksi karna
membuat adik sepupu saya stres? Apa harus adik saya
dulu yang lapor? Memang benar kalau suaminya tidak
pernah mukul, tapi secara tidak langsungkan itu udah
buat pusing adik saya.
3. Case 2
• Pada kasus ini terdakwa memaksa korban (istri) untuk
menandatangani surat izin poligami, namun ditolak oleh korban.
Terdakwa mengancam akan menceraikan korban dengan tidak
memberikan harta gono-gini, mengambil hak asuh anak, serta
semua usaha atas nama korban apabila menolak
menandatangani izin poligami terdakwa. Akibat perbuatan
terdakwa tersebut, korban mengalami depresi dengan kondisi
perasaan sedih, cemas, gelisah, murung dan melakukan
percobaan bunuh diri dengan cara meminum obat secara
sekaligus melebihi dosis yang disarankan dokter, sehingga korban
dirawat di rumah sakit, di mana dari hasil resume medisnya
korban didiagnosis mengalami intoksikasi obat, tentamen suicide
(percobaan bunuh diri) et causa (disebabkan) gangguan depresi.
Selain itu berdasarkan anamnesis dan wawancara psikiatrik,
kesimpulannya korban menderita gangguan mental sedang
sampai dengan berat.
4. BACKGROUND
• Relationship itu perlu didasari rasa cinta kasih, saling
menghargai perbedaan, berusaha saling memahami
• Tidak bisa relationship membuat kita menderita secara
fisik dan mental, artinya relasinya tidak sehat
• Untuk bisa mempunyai relasi yang sehat, perlu 2 arah (
it takes two to tango), tidak bisa hanya salah satu pihak
saja yang mau baik dan sehat relasinya, yang satunya
sesuka hati
5. What Is
Domestic
Abuse?
Domestic abuse, also called "domestic violence" or
"intimate partner violence", can be defined as a pattern
of behavior in any relationship that is used to gain or
maintain power and control over an intimate partner.
Domestic abuse can happen to anyone of any race, age,
sexual orientation, religion, or gender. It can occur within
a range of relationships including couples who are
married, living together or dating.
Domestic violence affects people of all socioeconomic
backgrounds and education levels.
6. What Is
Domestic
Abuse?
Abuse is physical, sexual, emotional,
economic or psychological actions
or threats of actions that influence
another person.
This includes any behaviors that
frighten, intimidate, terrorize,
manipulate, hurt, humiliate, blame,
injure, or wound someone.
7. • Anyone can be a victim of domestic violence,
regardless of age, race, gender, sexual orientation,
faith or class.
• Victims of domestic abuse may also include a child or
other relative, or any other household member.
• Domestic abuse is typically manifested as a pattern of
abusive behavior toward an intimate partner in a
dating or family relationship, where the abuser exerts
power and control over the victim.
13. Recognizing the signs of domestic abuse
Does your partner…
• Embarrass or make fun of you in front of your friends or family?
• Put down your accomplishments?
• Make you feel like you are unable to make decisions?
• Use intimidation or threats to gain compliance?
• Tell you that you are nothing without them?
• Treat you roughly—grab, push, pinch, shove or hit you?
14. Recognizing the signs of domestic abuse
• Call you several times a night or show up to make sure you are where
you said you would be?
• Use drugs or alcohol as an excuse for saying hurtful things or abusing
you?
• Blame you for how they feel or act?
• Pressure you sexually for things you aren’t ready for?
• Make you feel like there is “no way out” of the relationship?
• Prevent you from doing things you want – like spending time with
friends or family?
• Try to keep you from leaving after a fight or leave you somewhere
after a fight to “teach you a lesson”?
15. Recognizing the signs of domestic abuse
Do you...
• Sometimes feel scared of how your partner may behave?
• Constantly make excuses to other people for your partner’s
behaviour?
• Believe that you can help your partner change if only you changed
something about yourself?
• Try not to do anything that would cause conflict or make your partner
angry?
• Always do what your partner wants you to do instead of what you want?
• Stay with your partner because you are afraid of what your partner would
do if you broke up?
16.
17. • If any of these things are happening in
your relationship, talk to someone.
Without help, the abuse will continue.
Making that first call to seek help is a
courageous step
18. Always remember...
• NO ONE deserves to be abused.
The abuse is not your fault. You
are not alone.
19. • KDRT tidak hanya
fisik
• Kekerasan pada
pasangan tidak
hanya terkait fisik
saja
• Korban kekerasan
pada pasangan
terjadi baik pada
pria maupun Wanita
• Jenis KDRT : fisik,
mental/emosional,
finansial, social
20. KDRT Fisik
• Perilaku menyakiti fisik, pemukulan, melakukan
pemaksaan dan eksploitasi tenaga pasangan
merupakan contoh dari KDRT fisik.
• Tidak harus adanya perlukaan yang nyata terlihat, bisa
dalam bentuk pemaksaan aktifitas tertentu hingga
pasangan kelelahan secara fisik
21. KDRT Mental/ emosional
• Merendahkan pasangan, memanipulasi, mengkerdilkan
kemampuan pasangan, membuat pasangan menjadi
merasa tidak aman, ketakutan
• Ketahuan selingkuh bukannya menyadari tapi malah
menyalahkan pasangan, membuat pasangan merasa
“layak” diselingkuhi adalah salah satu bentuk KDRT
mental
22. Emotional abuse includes undermining a person's sense of self-worth through constant criticism;
belittling one's abilities; name-calling or other verbal abuse; damaging a partner's relationship with
the children; or not letting a partner see friends and family. You may be in an emotionally abusive
relationship if your partner:
• Calls you
names, insults you or
continually criticizes
you.
• Does not trust
you and acts in a jealous
or possessive manner.
• Tries to isolate
you from family or
friends.
• Monitors where
you go, whom you call
and with whom you
spend your
• time.
• Does not want
you to work.
• Controls
finances or refuses to
share money.
• Punishes you by
withholding affection.
• Expects you to
ask permission.
• Threatens to
hurt you, the children,
your family or your pets.
• Humiliates you
in any way.
23. • Psychological abuse: involves causing
fear by intimidation; threatening
physical harm to self, partner or
children; destruction of pets and
property; “mind games”; or forcing
isolation from friends, family, school
and/or work.
24.
25.
26. KDRT finansial
• Membuat pasangan wajib memenuhi
semua keinginan pasangan
• Memaksakan pasangan untuk banting
tulang demi kepuasan diluar
kebutuhan
• Menguasai dan mengendalikan semua
harta, meskipun itu milik bersama
27. KDRT sosial
• Memutus akses pada lingkungan social, lingkungan
keluarga lain, lingkungan kantor dan pertemanan
• Tidak memiliki kemerdekaan dalam menentukan siapa
yang boleh dijadikan teman atau orang yang bisa diajak
diskusi selain pasangannya
29. Dampak Psikologis
• KDRT dapat memicu serangkaian
masalah, baik secara fisik maupun
psikologis.
• Dampak psikologis seperti depresi,
kecemasan, dan merusak pemikiran
kognitif, serta menyebabkan kesulitan
mencari cara untuk menyelamatkan
diri.
30. Dampak Psikologis
• Malu.
• Tidak berdaya dan bingung.
• Penurunan rasa percaya diri dan harga diri.
• Upaya untuk bunuh diri.
• Stres dan depresi.
• Gangguan kecemasan.
• Post traumatic stress disorder (PTSD).
• Penyalahgunaan obat terlarang.
• Konsumsi minuman beralkohol.
• Dismorfia tubuh yang mengakibatkan
munculnya pola makan tidak sehat.
31. • Dampak lain juga bisa terjadi seperti isolasi
sosial, kurangnya kepercayaan pada orang lain,
dan keinginan untuk menghindari aktivitas
yang sebelumnya disukai.
• Korban kekerasan dalam rumah tangga juga
dapat mengalami efek negatif pada kehidupan
mereka, seperti menghambat kemampuan
seseorang untuk bekerja, membuat seseorang
kehilangan tempat tinggal, mencegah
seseorang melanjutkan pendidikan, dan
menanamkan rasa takut kehilangan hak asuh
atau kontak dengan anak-anak
32.
33. Cara Mengatasi
KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga
dapat terjadi kepada siapa saja.
Pasangan yang toksik bisa
sewaktu-waktu melakukan
kekerasan, terlepas dari jenis
kelamin mereka.
34. Cara Mengatasi
KDRT
1. Bertoleransi antar Pasangan
• Untuk menjaga hubungan tetap
berjalan baik, kedua belah pihak
harus menunjukkan kedewasaan
dan belajar untuk menoleransi
ketidaksempurnaan satu sama
lain.
• Toleransi dapat menjadi salah
satu strategi pencegahan
kekerasan dalam rumah tangga
yang terbaik. Toleransi juga
harus diberikan kepada anak-
anak, asisten rumah tangga, dan
anggota rumah tangga lainnya.
35. Cara Mengatasi
KDRT
2. Menjaga Komunikasi
• Dalam hubungan, intoleransi,
kecemburuan, dan sifat pemarah
seringkali menjadi pemicu menjadi
kekerasan dalam rumah tangga.
Berkomunikasi tetap menjadi salah
satu solusi paling tepat untuk
kekerasan dalam rumah tangga.
• Bicarakan apa yang kamu dan
pasanganmu inginkan. Buat komitmen
yang dapat disetujui secara adil.
36. Cara Mengatasi KDRT
3. Minta Bantuan Profesional
Ada begitu banyak profesional di luar sana dengan
pengetahuan tentang bagaimana menangani korban
KDRT. Jika kamu adalah orang yang mengalami segala
bentuk kekerasan di rumah tangga, maka kamu dapat
mempertimbangkan untuk menemui profesional yang
relevan untuk mendapatkan bantuan dan dukungan.
37. Resume
• KAMU BERHARGA TIDAK ADA ALASAN APAPUN YANG
BISA MELEGALKAN PASANGANMU UNTUK
MELAKUKAN KEKERASAN
• Bila kekerasan sudah menjadi bagian dari suatu
hubungan, jaga jarak sementara, beri kesempatan
otakmu mencerna.
• Talk to heart to heart mau dibawa kemana relasi ini?
• Yang mengalami KDRT, speak up, talk to someone, get
help
• Kamu berarti dan berharga