Materi ini saya presentasikan di Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar pada jurusan FKIP di matakuliah Bimbingan Konseling dengan Judul Masalah Mendisiplinkan anak, masalah remaja, masalah krisis tengah baya dan usia senja.
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Masalah mendisiplinkan anak,masalah remaja,masalah krisis tengah baya dan
1.
2. 1. Terlalu banyak aturan
2. Memberikan ancaman yang sebenarnya tidak akan efektif
3. Melampaui batas orangtua
4. Komunikasi satu arah
5. Anak-anak enggan mengajak teman-teman ke rumah, bahkan tidak mau
mengenalkannya pada Anda
6. Anak-anak enggan mengajak teman-teman ke rumah, bahkan tidak mau
mengenalkannya pada Anda
7. Anda adalah satu-satunya yang melakukan atau memberikan peraturan pada
anak Anda
8. Anda mengatakan TIDAK untuk segalanya
9. Aturan adalah aturan
10. Tidak memerhatikan apa yang Anda katakan
11. Orangtua yang terlalu ketat memberi perintah, namun lupa memberikan
panduan yang jelas
3. CIRI-CIRI MASALAH REMAJA
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh
orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam
mengatasi masalah.
b. Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya
sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
4. Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :
1.Permasalahan berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat.
Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun
ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body
image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya
diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ
reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak
terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
2. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual
yang pesat. Namun ketika si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan
kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi
potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja,
terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami
bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra
sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa
dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan
hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun
dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing
tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek
emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
5. 3. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya
(peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia
sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh
rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki
kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan
kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya,
termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja
awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk
melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia
masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan
organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula
dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak
terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual.
Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji
kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi
konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
4. Permasalahan berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha
pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku
imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk
sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan
dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran
dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
6. terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju
kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :
1. Remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan
tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah
dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit
mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
2. Remaja madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecendrungan
narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman
yang mempunyai sifat-sifatyang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada
dalam kondisi kebingungan karenamasih ragu harus memilih yang mana, peka atau
peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimisataupesimis, dan sebagainya.
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian
: Minat yang semakin mantapterhadap fungsi-fungsi intelek. Egonya mencari
kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-
pengalaman baru.
7. Factor-faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja terbagi menjadi kutub-
kutub seperti berikut antara lain :
1. Kutub Keluarga ( Rumah Tangga )
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/
remaja yang dibesarkan dalam lingkungan social keluarga yang tidak
baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kpribadian
menjadi berkepribadian antisocial dan berperilaku menyimpang lebih besar
dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis
(sakinah).
Criteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain :
1. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
2. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di
rumah
3. Hubungan interpersonal antara anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik
(buruk)
4. Substitusi ungkapan kasih saying orang tua kepada anak, dalam bentuk materi dar
pada kejiwaan (psikologis).
Selain dari pada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi
keluarga yang merupakan sumber stress pada anak dan remaja, yaitu :
1. Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
2. Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga
3. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua tau oleh kakek/nenek
4. Sikap orang tua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak
8. 6. Campur tangan perhatian yang berlebih dari orang tua terhadap anak
7. Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya istri lain
8. Sikap atau control yang tidak konsisten, control yang tidak cukup
9. Kurang stimuli kognitif atau social
2. Kutub sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada
giliranya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah
yang tidak baik tersebut, antara lain :
1. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
2. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
3. Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
4. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
5. Kurikulum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang
6.Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya
3. Kutub masyarakat ( Kondisi Lingkungan Sosial )
Faktor kondisi lingkungan social yang tidak sehat atau “rawn”, dapat merupakan faktor yang kondusif
bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2
bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, factor daerah rawan ( gangguan
kamtibnas ). Criteria dari kedua faktor tersebut, antara lain :
Faktor kerawanan masyarakat ( Lingkungan )
1) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan sampai dini hari
2) Peredaran alcohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainya
3) Pengangguran
4) Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5) Wanita tuna susila (wts)
9. 6) Beredarnya bacaan, tontonan, TV, majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
7) Perumahan kumuh dan padat
8) Pencemaran lingkungan
9) Tindak kekerasan dan kriminalitas
10) Kesenjangan social
Daerah Rawan ( Gangguan Kantibnas )
1) Penyalahgunaan alcohol, narkotika dan zat aditif lainya
2) Perkelahian perorangan atau berkelompok/masal
3) Kebut-kebutan
4) Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasasan, perampokan
5) Perkosaan
6) Pembunuhan
7) Tindak kekerasan lainya
8) Pengrusakan
9) Coret-coret dan lain sebagainya
C Jenis-jenis kenakalan remaja
1.Kenakalan remaja di sekolahMisal :
a.Tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
b.Meninggalkan sekolah pada saat jam pelajaran.
c.
Membawa senjata tajam ketika sekolah.2.Kenakalan remaja di luar sekolah(masyarakat)Misal :
a.Ikut balapan tiar antar geng.
b.Ikut tawuran antar geng.
c.minum-minuman keras
10. .Mengatasi Masalah-Masalah yang Terjadi pada Remaja
Untuk mengatasi masalah-masalah yang ada pada remaja maka telebih dahulu remaja
harus mengenal dirinya sendiri. Dalam proses pengenalan diri sendiri itu, perlu didukung oleh
orang-orang yang ada di sekitarnya seperti keluarga, guru, dan sebagainya. Ada baiknya juga
bila para orang tua berusaha memahami mengenai psikologi sang anak. Hal tersebut akan
membantu orang tua untuk lebih memahami keinginan anak sehingga orang tua dapat
mengarahkan para remaja lebih baik.
Untuk mengatasi kenakalan remaja adalah antara lain sebagai berikut:
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figure orang-
orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik dan juga mereka yang
berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan
dengan siapa kita harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh.
6. Pemberi ilmu yang bermakna
7. Member lingkungan yang baik
Membentuk suasana sekolah yang kondusif dan masih banyak lagi cara mengatasi kenakalan
remaja
11. Faktor-faktor yang berpengaruh bagi kesehatan lansia:
a. Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
c. Perubahan Aspek Psikososial
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
f. Penurunan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
d. Pasangan hidup telah meninggal Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau
masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
12. 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau
cenderung membuat susah dirinya.