SlideShare a Scribd company logo
1 of 64
1
Strategi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
M a t e r i I n t i 6
2
Tujuan Pembelajaran
T U J U A N P E M B E L A J A R A N U M U M
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mengembangkan Strategi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
T U J U A N P E M B E L A J A R A N K H U S U S
1. Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
2. Menjelaskan surveilans epidemiologi faktor risiko penyakit dan masalah
kesehatan.
3. Menjelaskan perlindungan kelompok berisiko.
4. Menjelaskan penatalaksanaan epidemiologi kasus dan pemutusan rantai
penularan.
5. Melakukan pencegahan dan penanggulangan KLB/Wabah termasuk yang
berdimensi internasional.
6. Menyusun strategi kebijakan keterpaduan program promotif & preventif
dlm pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan.
7. Menyusun kebijakan Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
pencegahan dan pengendalian penyakit.
8. Melakukan Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat.
3
Pokok Bahasan
1. Surveilans epidemiologi faktor risiko penyakit dan
masalah kesehatan:
2. Perlindungan kelompok berisiko sakit dan terpapar
masalah kesehatan.
3. Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan.
4. Kewaspadaan dini, pencegahan dan penanggulangan
KLB/Wabah, baik berdimensi Nasional maupun
International.
5. Keterpaduan program promotif & preventif dalam
pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan.
6. Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit.
7. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan
masyarakat.
4
Pokok Bahasan 1: Surveilans
Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah
KEsehatan
M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
5
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
D E F I N I S I
Surveilans epidemiologi adalah proses pengumpulan,
analisis, dan interpretasi data secara
tersistematis dan berkelanjutan, yang berkaitan
erat dengan upaya penyebaran informasi tersebut secara
tepat waktu kepada mereka yang bertanggungjawab untuk
mencegah dan mengendalikan penyakit dan masalah
kesehatan
(Thacker dan Berkelman 1988).
6
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
E P I D E M I O L O G I F A K T O R R I S I K O
Faktor risiko: suatu kondisi masyarakat, lingkungan,
perilaku dan kondisi lainnya yang secara potensial
meningkatkan risiko terjadinya penyakit.
• Mencegah wabah sedapat mungkin dan membatasinya
hanya pada orang pertama.
• Mengendalikan kejadian penyakit sedini mungkin
dengan manajemen kesehatan berbasis risiko
• Membantu perencanaan layanan kesehatan dan
menentukan prioritas kesehatan masyarakat
berdasarkan risiko yang ada di wilayah
M E N G A PA D I P E R L U K A N S U R V E I L A N S F A K T O R R I S I K O ?
7
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
J E N I S - J E N I S F A K T O R R I S I K O
Perilaku
Fisiologis
Demografi
Lingkungan
Genetik
berhubungan dengan tindakan
yang merupakan pilihan
seseorang.
berkaitan dengan tubuh atau
kefa'alan seseorang
berkaitan dengan kategori
populasi tertentu
berkaitan dengan berbagai
faktor eksternal seperti faktor
poleksosbud serta faktor
fisika, kimia dan biologi
berhubungan dengan susunan
genetika individu
merokok, meminum alkohol,
aktivitas fisik, seks tanpa
kondom.
tekanan darah tinggi, kolesterol
darah tinggi, gula darah tinggi
(glukosa).
usia, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, status ekonomi
akses air bersih dan sanitasi,
risiko di tempat kerja, polusi
udara, setting sosial.
penyakit seperti cystic fibrosis
dan distrofi otot, sepenuhnya
berasal dari susunan genetik
seseorang
8
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
S U R V E I L A N S E P I D E M I O L O G I M A S A L A H K E S E H ATA N
Surveilans epidemiologi masalah kesehatan adalah kegiatan
pengamatan yang sistematis dan terus-menerus terhadap data dan
informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan di
masyarakat.
• Evaluasi efektivitas pengendalian dan tindakan kesehatan
preventif
• Pemantauan perubahan pada agen penyakit, misalnya tren dalam
pengembangan resistensi antimikroba
• Mendukung perencanaan kesehatan dan alokasi sumber daya yang
tepat dalam sistem pengelolaan kesehatan.
• Identifikasi populasi atau wilayah berisiko tinggi untuk
menargetkan intervensi
• Memberikan arsip mengenai aktivitas penyakit yang sangat
berharga untuk referensi di masa mendatang.
F U N G S I S U R V E I L A N S E P I D E M I O L O G I M A S A L A H K E S E H ATA N
9
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
J E N I S - J E N I S M A S A L A H K E S E H A T A N M E N U R U T P E R M E N K E S 4 5 / 2 0 1 4
Masalah
Kesehatan
Penyakit
Menular
Penyakit
Tidak
Menular
Kesehatan
Lingkungan
Kesehatan
Matra
Lainnya
10
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
S U R V E I L A N S P E N Y A K I T M E N U L A R
Surveilans penyakit menular paling sedikit
meliputi:
a. surveilans penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi;
b. surveilans penyakit demam berdarah;
c. surveilans malaria;
d. surveilans penyakit zoonosis;
e. surveilans penyakit filariasis;
f. surveilans penyakit tuberkulosis;
g. surveilans penyakit diare;
h. surveilans penyakit tifoid;
i. surveilans penyakit kecacingan dan
penyakit perut lainnya;
j. surveilans penyakit kusta;
k. surveilans penyakit frambusia;
l. surveilans penyakit HIV/AIDS;
m. surveilans hepatitis;
n. surveilans penyakit menular seksual;dan
o. surveilans penyakit pneumonia, termasuk
penyakit infeksi saluran pernafasan akut
berat (severe acute respiratory infection).
11
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
S U R V E I L A N S P E N YA K I T T I D A K M E N U L A R
Surveilans penyakit tidak menular paling sedikit meliputi:
a. surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah;
b. surveilans diabetes melitus dan penyakit metabolik;
c. surveilans penyakit kanker;
d. surveilans penyakit kronis dan degeneratif;
e. surveilans gangguan mental; dan
f. surveilans gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
12
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
S U R V E I L A N S K E S E H ATA N L I N G K U N G A N
Surveilans kesehatan lingkungan paling sedikit meliputi:
a. surveilans sarana air bersih;
b. surveilans tempat-tempat umum;
c. surveilans pemukiman dan lingkungan perumahan;
d. surveilans limbah industri, rumah sakit dan kegiatan lainnya;
e. surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit;
f. surveilans kesehatan dan keselamatan kerja; dan
g. surveilans infeksi yang berhubungan dengan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.S U R V E I L A N S K E S E H ATA N M AT R A
Surveilans kesehatan matra paling sedikit
meliputi:
a. surveilans kesehatan haji;
b. surveilans bencana dan masalah sosial; dan
c. surveilans kesehatan matra laut dan
udara..
13
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
S U R V E I L A N S M A S A L A H K E S E H ATA N L A I N N YA
Surveilans masalah kesehatan lainnya paling sedikit meliputi:
a. surveilans kesehatan dalam rangka kekarantinaan;
b. surveilans gizi dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG);
c. surveilans gizi mikro kurang yodium, anemia gizi besi, kekurangan
vitamin A;
d. surveilans gizi lebih;
e. surveilans kesehatan ibu dan anak termasuk reproduksi;
f. surveilans kesehatan lanjut usia;
g. surveilans penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat
adiktif dan bahan berbahaya;
h. surveilans penggunaan obat, obat tradisional, kosmetika, alat
kesehatan, serta perbekalan kesehatan rumah tangga; dan
i. surveilans kualitas makanan dan bahan tambahan makanan..
14
Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi
Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan
Penyelenggaraan surveilans
kesehatan dilakukan melalui
pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data, dan
diseminasi sebagai satu
kesatuan yang tidak
terpisahkan untuk
menghasilkan informasi yang
objektif, terukur, dapat
diperbandingkan antar
waktu, antar wilayah, dan
antar kelompok masyarakat
sebagai bahan pengambilan
keputusan.
Output
surveilans
masalah
kesehatan
Besaran
masalah
Faktor
risiko
Endemi-
sitas
Patogenitas
, virulensi,
mutasi
Status
KLB/
Wabah
Kualitas
pelaya-
nan
Kinerja
program
Dampak
program
15
Pokok Bahasan 2: Perlindungan kelompok
berisiko sakit dan terpapar masalah
kesehatan
M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
16
Pokok Bahasan 2: Perlindungan kelompok
berisiko sakit dan terpapar masalah
kesehatan
U PAYA P E N C E G A H A N P E N YA K I T U N T U K K E L O M P O K B E R I S I K O
Upaya pencegahan penyakit kepada kelompok berisiko
sakit dan terpapar masalah kesehatan dilakukan
melalui upaya-upaya promotif dan preventif yang
dapat dilakukan dengan cara:
a.penyuluhan;
b.konsultasi, bimbingan dan konseling;
c.pemberdayaan;
d.pelatihan; atau
e.pemanfaatan media informasi.
17
Pokok Bahasan 2: Perlindungan kelompok
berisiko sakit dan terpapar masalah
kesehatan
P E N G E N D A L I A N F A K T O R R I S I K O
Intervensi terhadap faktor risiko dilakukan antara lain dengan
cara:
a. perbaikan kualitas media lingkungan;
b. pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit untuk
penyakit menular;
c. perbaikan gaya hidup;
d. rekayasa lingkungan;
e. peningkatan daya tahan tubuh; dan
f. pemberian imunisasi atau obat pencegahan pada kelompok
berisiko.
18
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
19
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
U N T U K A P A E P I D E M I O L O G I K A S U S ?
Penyelidikan epidemiologi kasus menggambarkan dan
mengukur kejadian penyakit dan masalah kesehatan dan
mengetahui hubungan antara determinan dan penyakit.
Epidemiologi kasus membantu pengambil kebijakan untuk
melakukan perencanaan dan penanganan yang tepat sasaran
dan terpadu untuk menuntaskan penyakit dan permasalahan
kesehatan di masyarakat.
20
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
E P I D E M I O L O G I K A S U S P E N YA K I T D A N M A S A L A H K E S E H ATA N
Penyelidikan epidemiologi
kasus bertujuan untuk:
• mengetahui persebaran kasus
atau kejadian penyakit dan
masalah kesehatan,
• menyusun kurva epidemi,
• membuat gambaran epidemiologi
berdasarkan faktor demografis
seperti jenis kelamin dan usia,
serta
• memetakan persebaran kasus
berdasarkan lokasi geografis. Contoh kurva epidemi
21
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
E P I D E M I O L O G I K A S U S P E N YA K I T D A N M A S A L A H K E S E H ATA N
Penyelidikan epidemiologi biasanya dilakukan
melalui serangkaian tahap, yang dapat secara luas
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Fase diagnostik, di mana keberadaan penyakit dikonfirmasi.
2. Fase deskriptif, yang menggambarkan populasi berisiko dan
distribusi penyakit, baik dalam konteks waktu dan tempat dalam
populasi. Proses ini memungkinkan disusunnya serangkaian hipotesis
tentang kemungkinan determinan penyakit dan dampaknya pada
frekuensi penyakit yang terjadi pada populasi yang berisiko.
3. Fase investigasi, yang biasanya melibatkan implementasi
serangkaian studi lapangan yang dirancang untuk menguji hipotesis-
hipotesis tersebut.
B E R S A M B U N G > >
22
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
E P I D E M I O L O G I K A S U S P E N YA K I T D A N M A S A L A H K E S E H ATA N
4. Fase eksperimental, di mana eksperimen dilakukan di bawah
kondisi yang terkontrol untuk menguji hipotesis ini secara lebih
rinci, apabila hasil fase 3 terbukti menjanjikan.
5. Fase analitik, di mana hasil yang dihasilkan oleh investigasi di
atas dianalisis. Ini sering dikombinasikan dengan upaya untuk
memodelkan epidemiologi penyakit dengan menggunakan informasi yang
dihasilkan. Proses ini seringkali membutuhkan ahli epidemiologi
untuk menentukan apakah ada informasi penting tentang proses
penyakit yang hilang.
6. Fase intervensi, di mana metode yang tepat untuk pengendalian
penyakit diperiksa baik di bawah kondisi terkontrol atau di
lapangan. Intervensi dalam proses penyakit dilakukan dengan
memanipulasi determinan yang ada atau memperkenalkan determinan yang
baru. B E R S A M B U N G > >
23
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
E P I D E M I O L O G I K A S U S P E N YA K I T D A N M A S A L A H K E S E H ATA N
7. Fase pengambilan keputusan, di mana pengetahuan tentang
epidemiologi penyakit digunakan untuk mengeksplorasi berbagai
pilihan yang tersedia untuk mengendalikannya. Proses ini
seringkali melibatkan pemodelan mengenai efek-efek yang mungkin
ditimbulkan oleh opsi-opsi berbeda tersebut pada suatu kejadian
penyakit.
8. Fase pemantauan, yang terjadi selama penerapan strategi
pengendalian untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang
diterapkan sudah benar, memiliki efek yang diinginkan pada
pengurangan kejadian penyakit, dan perkembangan yang mungkin
membahayakan keberhasilan program pengendalian dapat cepat
terdeteksi.
24
Lingkungan
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N
Rantai
Penularan
Agen
Inang
Portal
keluar
Cara
penularan
Portal
masuk
Pejamu
rentan
Rantai penularan penyakit
adalah rangkaian sejumlah
faktor yang memungkinkan
proses penularan suatu
penyakit dapat berlangsung.
25
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
U P A Y A P E M U T U S A N M A T A R A N T A I P E N U L A R A N
Beberapa komponen mata rantai penularan dan contoh tindak
pencegahan yang mungkin dilakukan, yaitu
a) Agen infeksi (infectious agent) adalah
mikroorganisme penyebab infeksi. Pada
manusia, agen infeksi dapat berupa
bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada
tiga faktor pada agen penyebab yang
mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu:
patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis,
atau “load”). Makin cepat diketahui agen
infeksi dengan pemeriksaan klinis atau
laboratorium mikrobiologi, semakin cepat
pula upaya pencegahan dan
penanggulangannya bisa dilaksanakan.B E R S A M B U N G > >
26
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
U P A Y A P E M U T U S A N M A T A R A N T A I P E N U L A R A N
b) Reservoir atau inang atau sumber adalah
wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup,
tumbuh, berkembang-biak dan siap ditularkan
kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan
penelitian, reservoir terbanyak adalah pada
manusia, alat medis, binatang, tumbuh-
tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-
bahan organik lainnya. Dapat juga ditemui
pada orang sehat, permukaan kulit, selaput
lendir mulut, saluran napas atas, usus dan
vagina juga merupakan reservoir. Tindak
pencegahan untuk memutus mata rantai komponen
ini antara lain adalah dengan isolasi,
pengawasan, penanganan dengan obat-obatan,
dll. B E R S A M B U N G > >
27
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N
c) Portal of exit (pintu keluar) adalah
lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir
melalui saluran napas, saluran cerna,
saluran kemih serta transplasenta.
Tindak pencegahan untuk memutus mata
rantai komponen ini antara lain adalah
dengan penggunaan masker, kondom,
penolak serangga, mencuci tangan, dll.
B E R S A M B U N G > >
28
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N
d) Metode Transmisi/cara Penularan adalah
metode transport mikroorganisme dari
wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada
beberapa metode penularan yaitu: (1)
kontak: langsung dan tidak langsung, (2)
droplet, (3) airborne, (4) melalui
vehikulum (makanan, air/minuman, darah)
dan (5) melalui vektor (biasanya serangga
dan binatang pengerat). Tindak pencegahan
untuk memutus mata rantai komponen ini
antara lain adalah dengan isolasi, mencuci
tangan, pengendalian nyamuk, pantangan
seksual, penggunaan kondom, dll.
B E R S A M B U N G > >
29
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N
e) Portal of entry (pintu masuk) adalah
lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang
rentan dapat melalui saluran napas,
saluran cerna, saluran kemih dan kelamin
atau melalui mata luka pada kulit. Tindak
pencegahan untuk memutus mata rantai
komponen ini antara lain adalah dengan
menggunakan masker, kondom, kelambu,
penolak serangga, mencuci tangan, dll.
B E R S A M B U N G > >
30
Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan
pemutusan mata rantai penularan
U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N
f) Susceptible host (Pejamu rentan) adalah
seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga
tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang
dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status
gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka
bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan
pengobatan dengan imunosupresan. Tindak pencegahan
untuk memutus mata rantai komponen ini antara lain
adalah dengan imunisasi, pendidikan kesehatan,
promosi nutrisi, pantangan seksual, penggunaan
kondom, dll.
g) Lingkungan mencakup semua faktor lain yang
membantu atau menghambat penularan penyakit,
antara lain jenis kelamin, ras atau etnis
tertentu, status ekonomi, pola hidup, pekerjaan
dan herediter.
31
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan,
dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi
Nasional Maupun International
M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
32
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
InternationalK E W A S PA D A A N D I N I K L B / W A B A H
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Pedoman
kewaspadaan dini KLB/Wabah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 949/Menkes/Per/VIII/2004.
B E R S A M B U N G > >
33
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
International
K E W A S PA D A A N D I N I K L B / W A B A H
Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, digunakan bahan kajian:
1. data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB.
Sumber data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi
KLB adalah :
a. laporan KLB/wabah dan hasil penyelidikan KLB,
b. data epidemiologi KLB dan upaya penanggulangannya,
c. surveilans terpadu penyakit berbasis KLB,
d. sistem peringatan dini KLB di rumah sakit .
2. kerentanan masyarakat, antara lain status gizi dan
imunisasi,
3. kerentanan lingkungan,
4. kerentanan pelayanan kesehatan,
5. ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah
atau negara lain, serta
6. sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi.
34
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
InternationalK E W A S PA D A A N D I N I K L B / W A B A H
Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan KLB
pada daerah tertentu dibuat untuk:
• jangka pendek (periode 3- 6 bulan yang akan datang), disampaikan
kepada semua unit terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Propinsi, Kementerian Kesehatan, sektor terkait dan
anggota masyarakat, guna mendorong peningkatan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap KLB di Unit Pelayanan Kesehatan dan program
terkait serta peningkatan kewaspadaan masyarakat baik perorangan dan
kelompok.
• Jangka panjang (periode 5 tahun yang akan datang), agar terjadi
kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat menjadi acuan perumusan
perencanaan strategis program penanggulangan KLB.
35
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
International
P E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB/Wabah meliputi:
a. penyelidikan epidemiologis;
b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita,
termasuk tindakan karantina;
c. pencegahan dan pengebalan;
d. pemusnahan penyebab penyakit;
e. penanganan jenazah akibat wabah;
f. penyuluhan kepada masyarakat;
g. upaya penanggulangan lainnya.
36
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
International
P E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H
Respons terhadap wabah mungkin berbeda sesuai dengan
sifat penyakit, virulensi organisme, dan kerentanan
pasien yang bersangkutan, namun prinsip yang mendasari
penyelidikan wabah adalah serupa: identifikasi agen
etiologi; rute transmisi; faktor pemaparan; dan
populasi berisiko.
37
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
InternationalP E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H
Prosedur epidemiologis untuk penyelidikan dugaan wabah adalah sebagai
berikut:1) Tentukan keberadaan wabah
Bandingkan informasi terkini dengan kejadian sebelumnya di
masyarakat untuk waktu yang sama di tahun berbeda untuk
menentukan apakah jumlah kasus yang diamati melebihi yang
diharapkan. Bandingkan informasi yang tersedia mengenai
kasus-kasus temuan dengan definisi wabah yang ditentukan
sebelumnya.
2) Konfirmasikan diagnosis
Analisis riwayat klinis kasus dan tes laboratorium standar
yang dilakukan untuk mengkonfirmasi atau menolak diagnosis
yang dicurigai serta untuk menentukan jenis agen yang terkait
dengan penyakit (misalnya, bakteri, virus, lainnya).B E R S A M B U N G > >
38
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
InternationalP E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H
3) Tetapkan definisi kasus dan hitung kasus
Mengembangkan definisi kasus dan menetapkan metode untuk
mengidentifikasi dan menghitung kasus.
4) Hubungkan wabah dengan waktu, tempat, dan orang
Buat karakteristik wabah menurut orang, tempat, atau waktu dengan
melakukan wawancara untuk kasus yang diketahui untuk mengetahui
pengalaman pasien secara umum, seperti kapan mereka jatuh sakit
(waktu), di mana mereka terinfeksi (tempat), dan siapa mereka (orang).
5) Tentukan siapa saja yang memiliki risiko sakit
Hitung kasus dan tautkan nomor ini dengan populasi yang sesuai untuk
menemukan kelompok risiko. Hubungi pihak-pihak yang dapat memberikan
informasi tentang penyakit atau tentang kondisi lingkungan yang
berkontribusi terhadap wabah.
B E R S A M B U N G > >
39
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
InternationalP E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H
6) Rumuskan hipotesis sementara
Rumuskan hipotesis sementara untuk menjelaskan penyebab, sumber, dan
distribusi kasus yang paling mungkin terjadi.
7) Bandingkan hipotesis dengan fakta yang sudah ada
Hipotesis akan mengarahkan jalannya penyelidikan, dan akan diuji oleh
berbagai data yang dikumpulkan selama penyelidikan. Mungkin diperlukan
beberapa hipotesis yang berurutan.
8) Rencanakan penyelidikan epidemiologi terperinci
9) Persiapkan laporan tertulis
Laporan tertulis harus meringkas penyelidikan dan disiapkan segera
setelah penyelidikan selesai.
10) Melaksanakan kontrol dan langkah-langkah pencegahan
Langkah-langkah pengendalian yang efektif harus dikembangkan dengan
menggunakan bukti yang telah ditemukan.
40
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
InternationalK E B I J A K A N D A L A M P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H
Menanggapi kejadian KLB, Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dapat menetapkan program penanggulangan sebagai prioritas
nasional atau daerah dengan kriteria sebagai berikut:
1. penyakit endemis lokal;
2. Penyakit Menular potensial wabah;
3. fatalitas yang ditimbulkan tinggi/angka kematian tinggi;
4. memiliki dampak sosial, ekonomi, politik, dan ketahanan yang
5. luas; dan/atau
6. menjadi sasaran reduksi, eliminasi, dan eradikasi global.
P E R H AT I K A N P E R M E N K E S 1 5 0 1 / 2 0 1 0 D A N 8 2 / 2 0 1 4
T E N TA N G P E N A N G G U L A N G A N P E N YA K I T M E N U L A R
41
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
InternationalK E B I J A K A N D A L A M P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H
Berdasarkan prevalensi/kejadian kesakitan dan karakteristik Penyakit
Menular, target program Penanggulangan Penyakit Menular meliputi:
1. reduksi; upaya pengurangan angka kesakitan dan/atau kematian
terhadap Penyakit Menular tertentu agar secara bertahap penyakit
tersebut menurun sesuai dengan sasaran atau target operasionalnya.
2. eliminasi; upaya pengurangan terhadap penyakit secara
berkesinambungan di wilayah tertentu sehingga angka kesakitan
penyakit tersebut dapat ditekan serendah mungkin agar tidak
menjadi masalah kesehatan di wilayah yang bersangkutan.
3. eradikasi; upaya pembasmian yang dilakukan secara berkelanjutan
melalui pemberantasan dan eliminasi untuk menghilangkan jenis
penyakit tertentu secara permanen sehingga tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat secara nasional.
42
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
InternationalK E B I J A K A N D A L A M P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H
Strategi dalam penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular
meliputi:
1. mengutamakan pemberdayaan masyarakat;
2. mengembangkan jejaring kerja, koordinasi, dan kemitraan serta
kerja sama lintas program, lintas sektor, dan internasional;
3. meningkatkan penyediaan sumber daya dan pemanfaatan teknologi;
4. mengembangkan sistem informasi; dan
5. meningkatkan dukungan penelitian dan pengembangan.
43
Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini,
Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah,
Baik Berdimensi Nasional Maupun
InternationalM I T I G A S I D A M PA K P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H
Untuk mengurangi dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi akibat
Penyakit Menular, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan
mitigasi dampak melalui:
1. penilaian status kesehatan masyarakat berdasarkan penyelidikan
epidemiologis;
2. memberikan jaminan kesehatan;
3. menghilangkan diskriminasi dalam memberikan layanan dan dalam
kehidupan bermasyarakat;
4. menyelenggarakan program bantuan untuk meningkatkan pendapatan
keluarga; dan
5. pemberdayaan masyarakat.
44
Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program
Promotif dan Preventif dalam Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
45
Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program
Promotif dan Preventif dalam Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
P R O M O S I K E S E H A T A N
• Menurut World Health Organization (WHO), promosi kesehatan
adalah adalah proses memberdayakan masyarakat untuk
meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka beserta
determinannya melalui upaya literasi kesehatan dan tindakan
multisektoral untuk meningkatkan perilaku sehat.
• Promosi kesehatan biasanya membahas faktor-faktor risiko
perilaku seperti merokok, obesitas, diet dan aktivitas fisik,
serta kesehatan mental, pencegahan cedera, pengendalian
penyalahgunaan narkoba, pengendalian alkohol, perilaku
kesehatan yang berkaitan dengan HIV, dan kesehatan seksual.
46
Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program
Promotif dan Preventif dalam Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
P E N C E G A H A N P E N Y A K I T
• Pencegahan primer mengacu pada tindakan yang bertujuan untuk
menghindari manifestasi penyakit. Ini termasuk tindakan untuk
meningkatkan kesehatan melalui modifikasi dampak determinan sosial dan
ekonomi pada kesehatan; penyediaan informasi tentang perilaku dan
risiko kesehatan medis, di samping konsultasi dan langkah-langkah untuk
menguranginya di tingkat pribadi dan masyarakat; suplemen gizi dan
makanan; pendidikan kebersihan gigi dan mulut; layanan pencegahan
klinis seperti imunisasi dan vaksinasi anak-anak, orang dewasa dan
orang tua; serta vaksinasi atau profilaksis post-exposure untuk orang
yang terpapar penyakit menular.
• Pencegahan sekunder berkaitan dengan deteksi dini untuk meningkatkan
peluang terjadinya outcome kesehatan yang positif. Ini terdiri dari
kegiatan seperti program skrining berbasis bukti untuk deteksi dini
penyakit atau untuk pencegahan malformasi kongenital; dan terapi dengan
47
Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program
Promotif dan Preventif dalam Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
D E T E R M I N A N S O S I A L K E S E H A T A N
• Program promotif-preventif seringkali bersinggungan dengan determinan
sosial kesehatan, yang mempengaruhi perilaku berisiko yang dapat
dimodifikasi. Determinan sosial kesehatan adalah kondisi ekonomi,
sosial, budaya, dan politik di mana orang dilahirkan, tumbuh, dan hidup
yang mempengaruhi status kesehatannya.
• Perilaku berisiko yang dapat dimodifikasi termasuk, misalnya, merokok,
kebiasaan makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik, yang
berkontribusi pada pengembangan penyakit kronis.
48
Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program
Promotif dan Preventif dalam Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
D E T E R M I N A N S O S I A L K E S E H A T A N
Kegiatan umum untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan program
kesehatan meliputi:
1) Komunikasi: Meningkatkan kesadaran tentang perilaku sehat untuk
masyarakat umum. Contoh strategi komunikasi termasuk informasi
layanan masyarakat, pameran kesehatan, kampanye di media massa, dan
buletin.
2) Pendidikan: Memberdayakan perubahan perilaku dan tindakan melalui
peningkatan pengetahuan. Contoh strategi pendidikan kesehatan
termasuk kursus, pelatihan, dan kelompok pendukung (support group).
3) Kebijakan, Sistem, dan Lingkungan: Membuat perubahan sistematis -
melalui peningkatan hukum, peraturan, dan kebijakan; sistem; serta
lingkungan ekonomi, sosial, atau fisik - untuk mendorong,
menyediakan, dan memungkinkan opsi-opsi yang lebih sehat serta
menarik, mengurangi, membatasi opsi-opsi yang tidak sehat.
49
Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program
Promotif dan Preventif dalam Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
K E T E R P A D U A N P R O G R A M P R O M O T I F - P R E V E N T I F
• Keterpaduan program promotif dan preventif menjadi penekanan dalam
kerangka kerja Indonesia Sehat, mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan No. 39 tahun 2016 tentang Program Indonesia Sehat
Berbasis Keluarga, melalui pilar Paradigma Sehat.
• Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya
promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.
• Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan melakukan integrasi
dan sinergi kegiatan lintas program maupun lintas sektor, tidak
hanya dilakukan pada level antar kementerian di Pusat, namun juga
antara Pusat dan Daerah termasuk peningkatan peran swasta dan
tokoh masyarakat.
• Bentuk sinergi dilakukan melalui penyusunan rencana aksi,
pembetukan forum komunikasi, penyusunan roadmap, ataupun
penyusunan kerjasama (MoU).
50
Pokok Bahasan 6: Pemanfaatan teknologi
tepat guna untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit
M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
51
Pokok Bahasan 6: Pemanfaatan teknologi tepat
guna untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit
T E K N O L O G I K E S E H ATA N T E PAT G U N A
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang:
• bersifat ilmiah, spesifik terhadap kebutuhan,
• dapat diterima oleh mereka yang menerapkan dan yang menjadi
sasaran penerapan,
• dapat dipelihara oleh masyarakat dengan sumber daya yang mampu
disediakan oleh masyarakat.
52
Pokok Bahasan 6: Pemanfaatan teknologi tepat
guna untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit
T E K N O L O G I K E S E H A T A N T E P A T G U N A
Di sektor kesehatan, prinsip teknologi tepat guna telah digunakan di
berbagai bidang, contohnya:
• pengobatan dehidrasi dengan larutan rehidrasi oral,
• menerapkan gelang untuk mengukur lingkar lengan atas,
• identifikasi keterlambatan persalinan menggunakan cincin berkode
warna,
• memfasilitasi diagnosis cepat,
• dll.
53
Pokok Bahasan 6: Pemanfaatan teknologi tepat
guna untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit
T E K N O L O G I K E S E H A T A N T E P A T G U N A
Pembinaan teknologi tepat guna kesehatan dalam nomenklatur Kementerian
Kesehatan merupakan tanggung jawab utama Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP) dengan turut menggandeng sektor swasta dan
masyarakat. Peran BTKLPP diejawantahkan dalam tiga lini upaya pengendalian
penyakit, yaitu:
1.penyakit menular, dapat dilakukan melalui teknologi tepat guna untuk
membantu pelaksanaan surveilans faktor risiko penyakit, memfasilitasi sistem
notifikasi berbasis teknologi untuk kejadian luar biasa, wabah dan bencana,
dan lain sebagainya.
2.penyakit tidak menular, teknologi tepat guna dapat pula digunakan untuk
membantu pelaksanaan surveilans faktor risiko, membantu terciptanya gaya
hidup sehat, dan menginformasikan masalah kesehatan individu.
3.penyehatan lingkungan dapat dilakukan untuk meningkatkan sanitasi di
masyarakat dengan teknologi pengolahan tinja, teknologi penjernihan air
untuk memudahkan akses menuju air bersih, dan teknologi pengelolaan sampah
54
Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan
peningkatan peran swasta dan masyarakat
M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
55
Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan
peningkatan peran swasta dan masyarakat
K E R J A S A M A P E M E R I N TA H - S W A S TA D A N PA R T I S I PA S I M A S YA R A K AT
• Kebutuhan untuk membina kerjasama pemerintah-swasta
(KPS) didukung oleh pemahaman tentang ketidakmampuan
sektor publik untuk menyediakan barang publik
sepenuhnya sendiri, dengan cara yang efisien, efektif
dan adil karena kurangnya sumber daya dan keterbatasan
manajerial.
• Partisipasi masyarakat berperan untuk menyesuaikan
pendekatan yang digunakan dalam pengendalian dan
pencegahan penyakit dengan nilai-nilai lokal, serta
untuk meningkatkan pembiayaan dari masyarakat untuk
upaya-upaya kesehatan masyarakat tersebut.
56
Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan
peningkatan peran swasta dan masyarakat
K E R J A S A M A P E M E R I N T A H - S W A S T A D A N P A R T I S I P A S I M A S Y A R A K A T
Partisipasi masyarakat dapat melibatkan:
• Kontribusi — anggota masyarakat menyumbangkan uang,
tenaga kerja, atau materi.
• Konsultasi - anggota diminta untuk memberikan pandangan
mereka dan diberitahu mengenai rencana suatu program.
• Pengelolaan — anggota secara aktif berpartisipasi dalam
membuat keputusan dan dalam mengendalikan sumber daya.
57
Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan
peningkatan peran swasta dan masyarakat
K E R J A S A M A P E M E R I N TA H - S W A S TA D A N PA R T I S I PA S I M A S YA R A K AT
Dalam hal penanganan wabah, peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud
dilaksanakan melalui:
a.proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian, dan pengawasan;
b.pemberian bantuan sarana, tenaga ahli, dan finansial;
c.pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebaran informasi; dan
d.sumbangan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan
kebijakan teknis dan/atau pelaksanaan perlindungan terhadap Penyakit
Menular.
58
Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan
peningkatan peran swasta dan masyarakat
K E R J A S A M A P E M E R I N T A H - S W A S T A D A N P A R T I S I P A S I M A S Y A R A K A T
Contoh pemberdayaan sektor swasta dan masyarakat dalam
pengendalian penyakit dan masalah kesehatan, antara lain:
a. Keterlibatan pemerintah, swasta, dan masyarakat secara
terpadu dalam program imunisasi melalui perencanaan program
dan anggaran terpadu (APBN, APBD, Hibah, LSM dan
masyarakat).
b. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam percepatan
pengendalian Faktor risiko PTM, seperti pembinaan kader
Posbindu di masyarakat, pembinaan pembina OSIS (Organisasi
Siswa Intra Sekolah) dalam pengendalian faktor risiko PTM,
dan pembinaan tenaga pemantau Kawasan Tanpa Rokok (misalnya,
satpam pada fasilitas umum)
c. Pelibatan akademisi, asosiasi profesi (IDI, PDPI, PERDOSI,
PERDOGI, PGRI, dll), PHRI, Organda, LSM (IAKMI, YJI, YLKI,
YKI, dll) dalam pengendalian dan mitigasi kasus kesehatan
59
Rangkuman
M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
60
Rangkuman
1.Surveilans faktor risiko dan masalah kesehatan memiliki peran penting dalam perencanaan
intervensi dalam pengendalian penyakit dan masalah kesehatan.
2.Perlu tindakan sistematis dalam upaya perlindungan populasi dengan faktor risiko dan
terpapar masalah kesehatan.
3.Epidemilogi kasus membantu proses identifikasi mata rantai penularan penyakit dengan
memberikan informasi mengenai pola persebaran dan paparan demografis rawan.
4.Kewaspadaan dini, pencegahan, dan penanggulangan KLB/Wabah dilakukan dengan
memperhatikan berbagai informasi kesehatan melalui surveilans dan diagnosa cepat yang
dilakukan di titik-titik rawan persebaran.
5.Keterpaduan program promotif dan preventif merupakan kunci bagi kesuksesan pengendalian
penyakit.
6.Pemanfaatan teknologi tepat guna melibatkan teknologi yang mudah digunakan oleh
masyarakat dapat membantu mengatasi permasalahan lingkungan dan membantu sistem deteksi
dini masalah kesehatan komunitas.
7.Kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dibutuhkan bagi terwujudnya upaya
pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan.
61
Referensi
M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
62
Referensi
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. UU RI Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
3. Permenkes RI Nomor 82 tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit
Menular.
4. Permenkes RI Nomor 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.
10.Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
63
Referensi
Referensi lainnya:
10.Greg, Michael B. (Editor). 1996. Field Epidemiology. Oxford
University Press, New York.
11.Rubin, G. (2017). Health Protection: Principles and Practice.
12.World Health Organization, 1986. The Ottawa Charter for Health
Promotion. Geneva.
13.Concepts and principles of health promotion. Geneva, World Health
Organization, 1984.
14.Nishtar, S. (2004). Public–private'partnerships' in health–a global
call to action. Health Research Policy and Systems, 2(1), 5.
15.Nsubuga, P., White, M. E., Thacker, S. B., Anderson, M. A., Blount,
S. B., Broome, C. V., ... & Stroup, D. F. (2006). Public health
surveillance: a tool for targeting and monitoring interventions.
Disease control priorities in developing countries, 2, 997-1018.
16.Newfoundland Labrador. (2016).Outbreak Management Protocol.
https://www.health.gov.nl.ca/health/publications/diseasecontrol/S10
_Outbreak_Protocol.pdf
64
Terima kasih

More Related Content

What's hot

Sistem Kesehatan Nasional, Undang-undang Kesehatan & Millenium Development Go...
Sistem Kesehatan Nasional, Undang-undang Kesehatan & Millenium Development Go...Sistem Kesehatan Nasional, Undang-undang Kesehatan & Millenium Development Go...
Sistem Kesehatan Nasional, Undang-undang Kesehatan & Millenium Development Go...pjj_kemenkes
 
Administrasi kebijakan kesehatan by dwi ayu
Administrasi kebijakan kesehatan by dwi ayuAdministrasi kebijakan kesehatan by dwi ayu
Administrasi kebijakan kesehatan by dwi ayuDwi Ayu
 
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012Zakiah dr
 
Kebijakan kesehatan
Kebijakan kesehatanKebijakan kesehatan
Kebijakan kesehatanabu hanafie
 
MI 1 Bahan Bacaan
MI 1 Bahan BacaanMI 1 Bahan Bacaan
MI 1 Bahan Bacaanljjkadinkes
 
Sistem Kesehatan Nasional , Undang – Undang Kesehatan & Mellineum Development...
Sistem Kesehatan Nasional , Undang – Undang Kesehatan & Mellineum Development...Sistem Kesehatan Nasional , Undang – Undang Kesehatan & Mellineum Development...
Sistem Kesehatan Nasional , Undang – Undang Kesehatan & Mellineum Development...Uwes Chaeruman
 
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanLatar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanNasiatul Salim
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanCsii M'py
 
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalPerpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalSuprijanto Rijadi
 
2 sistem kesehatan nasional
2 sistem kesehatan nasional2 sistem kesehatan nasional
2 sistem kesehatan nasionalnoe irredenta
 
sistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesiasistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesiarisdiana21
 
Sistem kesehatan nsional (skn)
Sistem kesehatan nsional (skn)Sistem kesehatan nsional (skn)
Sistem kesehatan nsional (skn)Muhammad Syarif
 
Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatanPelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatanFionna Pohan
 
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaAnalisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaFuad Amsyari
 
Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatanPelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatanWarnet Raha
 
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN di RS
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN  di RSSKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN  di RS
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN di RSAmalia Senja
 
Sistem kesehatan-nasional
Sistem kesehatan-nasionalSistem kesehatan-nasional
Sistem kesehatan-nasionalerwinhandi
 
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)Yabniel Lit Jingga
 
Perpres 72 2012 sistem kesehatan nasional
Perpres 72 2012 sistem kesehatan nasionalPerpres 72 2012 sistem kesehatan nasional
Perpres 72 2012 sistem kesehatan nasionalAsty Puthryy
 

What's hot (20)

Sistem Kesehatan Nasional, Undang-undang Kesehatan & Millenium Development Go...
Sistem Kesehatan Nasional, Undang-undang Kesehatan & Millenium Development Go...Sistem Kesehatan Nasional, Undang-undang Kesehatan & Millenium Development Go...
Sistem Kesehatan Nasional, Undang-undang Kesehatan & Millenium Development Go...
 
Administrasi kebijakan kesehatan by dwi ayu
Administrasi kebijakan kesehatan by dwi ayuAdministrasi kebijakan kesehatan by dwi ayu
Administrasi kebijakan kesehatan by dwi ayu
 
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
 
Kebijakan kesehatan
Kebijakan kesehatanKebijakan kesehatan
Kebijakan kesehatan
 
MI 1 Bahan Bacaan
MI 1 Bahan BacaanMI 1 Bahan Bacaan
MI 1 Bahan Bacaan
 
Sistem Kesehatan Nasional , Undang – Undang Kesehatan & Mellineum Development...
Sistem Kesehatan Nasional , Undang – Undang Kesehatan & Mellineum Development...Sistem Kesehatan Nasional , Undang – Undang Kesehatan & Mellineum Development...
Sistem Kesehatan Nasional , Undang – Undang Kesehatan & Mellineum Development...
 
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem KesehatanLatar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
Latar Belakang untuk Kebijakan Kualitas Nasional dalam Sistem Kesehatan
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
 
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalPerpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
 
2 sistem kesehatan nasional
2 sistem kesehatan nasional2 sistem kesehatan nasional
2 sistem kesehatan nasional
 
sistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesiasistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesia
 
Sistem kesehatan nsional (skn)
Sistem kesehatan nsional (skn)Sistem kesehatan nsional (skn)
Sistem kesehatan nsional (skn)
 
Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatanPelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan
 
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaAnalisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
 
Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatanPelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan
 
Jurnal manajemen pelayanan kesehatan
Jurnal manajemen pelayanan kesehatanJurnal manajemen pelayanan kesehatan
Jurnal manajemen pelayanan kesehatan
 
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN di RS
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN  di RSSKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN  di RS
SKN, SISTEM PEMBIAYAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN di RS
 
Sistem kesehatan-nasional
Sistem kesehatan-nasionalSistem kesehatan-nasional
Sistem kesehatan-nasional
 
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
 
Perpres 72 2012 sistem kesehatan nasional
Perpres 72 2012 sistem kesehatan nasionalPerpres 72 2012 sistem kesehatan nasional
Perpres 72 2012 sistem kesehatan nasional
 

Similar to MI 6

pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogiRai Syifa
 
Handout epid-bidan
Handout epid-bidanHandout epid-bidan
Handout epid-bidanNico Robin
 
03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chn03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chnSyahrum Syuib
 
KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
KESEHATAN MASYARAKAT.pptxKESEHATAN MASYARAKAT.pptx
KESEHATAN MASYARAKAT.pptxFerdiSuripatty1
 
01. pengantar epidemiologi
01. pengantar epidemiologi01. pengantar epidemiologi
01. pengantar epidemiologiSyahrum Syuib
 
Pencegahan penyakit menularkan dari p2mm
Pencegahan penyakit menularkan dari p2mmPencegahan penyakit menularkan dari p2mm
Pencegahan penyakit menularkan dari p2mmRian Alfajri
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxMTHORIEKIKI
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthAnggita Dewi
 
Prinsip epidemiologi
Prinsip epidemiologiPrinsip epidemiologi
Prinsip epidemiologiYusuf Budiman
 
Ppt kesehatan masyarakat
Ppt kesehatan masyarakatPpt kesehatan masyarakat
Ppt kesehatan masyarakatlis yulitasari
 

Similar to MI 6 (20)

Epidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptxEpidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptx
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogi
 
Handout epid-bidan
Handout epid-bidanHandout epid-bidan
Handout epid-bidan
 
Tia Maharani_Global Health Review
Tia Maharani_Global Health ReviewTia Maharani_Global Health Review
Tia Maharani_Global Health Review
 
03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chn03. epidemiologi dalam chn
03. epidemiologi dalam chn
 
Epidemiologi klp1
Epidemiologi klp1Epidemiologi klp1
Epidemiologi klp1
 
KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
KESEHATAN MASYARAKAT.pptxKESEHATAN MASYARAKAT.pptx
KESEHATAN MASYARAKAT.pptx
 
01. pengantar epidemiologi
01. pengantar epidemiologi01. pengantar epidemiologi
01. pengantar epidemiologi
 
Pencegahan penyakit menularkan dari p2mm
Pencegahan penyakit menularkan dari p2mmPencegahan penyakit menularkan dari p2mm
Pencegahan penyakit menularkan dari p2mm
 
SURVEYLENS
SURVEYLENSSURVEYLENS
SURVEYLENS
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
 
Dasar epidemiologi
Dasar epidemiologiDasar epidemiologi
Dasar epidemiologi
 
Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
 
Dasar epidemiologi
Dasar epidemiologiDasar epidemiologi
Dasar epidemiologi
 
Prinsip epidemiologi
Prinsip epidemiologiPrinsip epidemiologi
Prinsip epidemiologi
 
surveilans.ppt
surveilans.pptsurveilans.ppt
surveilans.ppt
 
surveilans.ppt
surveilans.pptsurveilans.ppt
surveilans.ppt
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
 
Ppt kesehatan masyarakat
Ppt kesehatan masyarakatPpt kesehatan masyarakat
Ppt kesehatan masyarakat
 

Recently uploaded

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 

Recently uploaded (19)

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 

MI 6

  • 1. 1 Strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit M a t e r i I n t i 6
  • 2. 2 Tujuan Pembelajaran T U J U A N P E M B E L A J A R A N U M U M Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mengembangkan Strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. T U J U A N P E M B E L A J A R A N K H U S U S 1. Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 2. Menjelaskan surveilans epidemiologi faktor risiko penyakit dan masalah kesehatan. 3. Menjelaskan perlindungan kelompok berisiko. 4. Menjelaskan penatalaksanaan epidemiologi kasus dan pemutusan rantai penularan. 5. Melakukan pencegahan dan penanggulangan KLB/Wabah termasuk yang berdimensi internasional. 6. Menyusun strategi kebijakan keterpaduan program promotif & preventif dlm pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan. 7. Menyusun kebijakan Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan pengendalian penyakit. 8. Melakukan Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat.
  • 3. 3 Pokok Bahasan 1. Surveilans epidemiologi faktor risiko penyakit dan masalah kesehatan: 2. Perlindungan kelompok berisiko sakit dan terpapar masalah kesehatan. 3. Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan. 4. Kewaspadaan dini, pencegahan dan penanggulangan KLB/Wabah, baik berdimensi Nasional maupun International. 5. Keterpaduan program promotif & preventif dalam pengendalian penyakit & penyehatan lingkungan. 6. Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan pengendalian penyakit. 7. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat.
  • 4. 4 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
  • 5. 5 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan D E F I N I S I Surveilans epidemiologi adalah proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi data secara tersistematis dan berkelanjutan, yang berkaitan erat dengan upaya penyebaran informasi tersebut secara tepat waktu kepada mereka yang bertanggungjawab untuk mencegah dan mengendalikan penyakit dan masalah kesehatan (Thacker dan Berkelman 1988).
  • 6. 6 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan E P I D E M I O L O G I F A K T O R R I S I K O Faktor risiko: suatu kondisi masyarakat, lingkungan, perilaku dan kondisi lainnya yang secara potensial meningkatkan risiko terjadinya penyakit. • Mencegah wabah sedapat mungkin dan membatasinya hanya pada orang pertama. • Mengendalikan kejadian penyakit sedini mungkin dengan manajemen kesehatan berbasis risiko • Membantu perencanaan layanan kesehatan dan menentukan prioritas kesehatan masyarakat berdasarkan risiko yang ada di wilayah M E N G A PA D I P E R L U K A N S U R V E I L A N S F A K T O R R I S I K O ?
  • 7. 7 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan J E N I S - J E N I S F A K T O R R I S I K O Perilaku Fisiologis Demografi Lingkungan Genetik berhubungan dengan tindakan yang merupakan pilihan seseorang. berkaitan dengan tubuh atau kefa'alan seseorang berkaitan dengan kategori populasi tertentu berkaitan dengan berbagai faktor eksternal seperti faktor poleksosbud serta faktor fisika, kimia dan biologi berhubungan dengan susunan genetika individu merokok, meminum alkohol, aktivitas fisik, seks tanpa kondom. tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, gula darah tinggi (glukosa). usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status ekonomi akses air bersih dan sanitasi, risiko di tempat kerja, polusi udara, setting sosial. penyakit seperti cystic fibrosis dan distrofi otot, sepenuhnya berasal dari susunan genetik seseorang
  • 8. 8 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan S U R V E I L A N S E P I D E M I O L O G I M A S A L A H K E S E H ATA N Surveilans epidemiologi masalah kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus-menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat. • Evaluasi efektivitas pengendalian dan tindakan kesehatan preventif • Pemantauan perubahan pada agen penyakit, misalnya tren dalam pengembangan resistensi antimikroba • Mendukung perencanaan kesehatan dan alokasi sumber daya yang tepat dalam sistem pengelolaan kesehatan. • Identifikasi populasi atau wilayah berisiko tinggi untuk menargetkan intervensi • Memberikan arsip mengenai aktivitas penyakit yang sangat berharga untuk referensi di masa mendatang. F U N G S I S U R V E I L A N S E P I D E M I O L O G I M A S A L A H K E S E H ATA N
  • 9. 9 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan J E N I S - J E N I S M A S A L A H K E S E H A T A N M E N U R U T P E R M E N K E S 4 5 / 2 0 1 4 Masalah Kesehatan Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular Kesehatan Lingkungan Kesehatan Matra Lainnya
  • 10. 10 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan S U R V E I L A N S P E N Y A K I T M E N U L A R Surveilans penyakit menular paling sedikit meliputi: a. surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi; b. surveilans penyakit demam berdarah; c. surveilans malaria; d. surveilans penyakit zoonosis; e. surveilans penyakit filariasis; f. surveilans penyakit tuberkulosis; g. surveilans penyakit diare; h. surveilans penyakit tifoid; i. surveilans penyakit kecacingan dan penyakit perut lainnya; j. surveilans penyakit kusta; k. surveilans penyakit frambusia; l. surveilans penyakit HIV/AIDS; m. surveilans hepatitis; n. surveilans penyakit menular seksual;dan o. surveilans penyakit pneumonia, termasuk penyakit infeksi saluran pernafasan akut berat (severe acute respiratory infection).
  • 11. 11 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan S U R V E I L A N S P E N YA K I T T I D A K M E N U L A R Surveilans penyakit tidak menular paling sedikit meliputi: a. surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah; b. surveilans diabetes melitus dan penyakit metabolik; c. surveilans penyakit kanker; d. surveilans penyakit kronis dan degeneratif; e. surveilans gangguan mental; dan f. surveilans gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
  • 12. 12 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan S U R V E I L A N S K E S E H ATA N L I N G K U N G A N Surveilans kesehatan lingkungan paling sedikit meliputi: a. surveilans sarana air bersih; b. surveilans tempat-tempat umum; c. surveilans pemukiman dan lingkungan perumahan; d. surveilans limbah industri, rumah sakit dan kegiatan lainnya; e. surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit; f. surveilans kesehatan dan keselamatan kerja; dan g. surveilans infeksi yang berhubungan dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.S U R V E I L A N S K E S E H ATA N M AT R A Surveilans kesehatan matra paling sedikit meliputi: a. surveilans kesehatan haji; b. surveilans bencana dan masalah sosial; dan c. surveilans kesehatan matra laut dan udara..
  • 13. 13 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan S U R V E I L A N S M A S A L A H K E S E H ATA N L A I N N YA Surveilans masalah kesehatan lainnya paling sedikit meliputi: a. surveilans kesehatan dalam rangka kekarantinaan; b. surveilans gizi dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); c. surveilans gizi mikro kurang yodium, anemia gizi besi, kekurangan vitamin A; d. surveilans gizi lebih; e. surveilans kesehatan ibu dan anak termasuk reproduksi; f. surveilans kesehatan lanjut usia; g. surveilans penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya; h. surveilans penggunaan obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan, serta perbekalan kesehatan rumah tangga; dan i. surveilans kualitas makanan dan bahan tambahan makanan..
  • 14. 14 Pokok Bahasan 1: Surveilans Epidemiologi Faktor Risiko dan Masalah KEsehatan Penyelenggaraan surveilans kesehatan dilakukan melalui pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan diseminasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menghasilkan informasi yang objektif, terukur, dapat diperbandingkan antar waktu, antar wilayah, dan antar kelompok masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan. Output surveilans masalah kesehatan Besaran masalah Faktor risiko Endemi- sitas Patogenitas , virulensi, mutasi Status KLB/ Wabah Kualitas pelaya- nan Kinerja program Dampak program
  • 15. 15 Pokok Bahasan 2: Perlindungan kelompok berisiko sakit dan terpapar masalah kesehatan M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
  • 16. 16 Pokok Bahasan 2: Perlindungan kelompok berisiko sakit dan terpapar masalah kesehatan U PAYA P E N C E G A H A N P E N YA K I T U N T U K K E L O M P O K B E R I S I K O Upaya pencegahan penyakit kepada kelompok berisiko sakit dan terpapar masalah kesehatan dilakukan melalui upaya-upaya promotif dan preventif yang dapat dilakukan dengan cara: a.penyuluhan; b.konsultasi, bimbingan dan konseling; c.pemberdayaan; d.pelatihan; atau e.pemanfaatan media informasi.
  • 17. 17 Pokok Bahasan 2: Perlindungan kelompok berisiko sakit dan terpapar masalah kesehatan P E N G E N D A L I A N F A K T O R R I S I K O Intervensi terhadap faktor risiko dilakukan antara lain dengan cara: a. perbaikan kualitas media lingkungan; b. pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit untuk penyakit menular; c. perbaikan gaya hidup; d. rekayasa lingkungan; e. peningkatan daya tahan tubuh; dan f. pemberian imunisasi atau obat pencegahan pada kelompok berisiko.
  • 18. 18 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
  • 19. 19 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan U N T U K A P A E P I D E M I O L O G I K A S U S ? Penyelidikan epidemiologi kasus menggambarkan dan mengukur kejadian penyakit dan masalah kesehatan dan mengetahui hubungan antara determinan dan penyakit. Epidemiologi kasus membantu pengambil kebijakan untuk melakukan perencanaan dan penanganan yang tepat sasaran dan terpadu untuk menuntaskan penyakit dan permasalahan kesehatan di masyarakat.
  • 20. 20 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan E P I D E M I O L O G I K A S U S P E N YA K I T D A N M A S A L A H K E S E H ATA N Penyelidikan epidemiologi kasus bertujuan untuk: • mengetahui persebaran kasus atau kejadian penyakit dan masalah kesehatan, • menyusun kurva epidemi, • membuat gambaran epidemiologi berdasarkan faktor demografis seperti jenis kelamin dan usia, serta • memetakan persebaran kasus berdasarkan lokasi geografis. Contoh kurva epidemi
  • 21. 21 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan E P I D E M I O L O G I K A S U S P E N YA K I T D A N M A S A L A H K E S E H ATA N Penyelidikan epidemiologi biasanya dilakukan melalui serangkaian tahap, yang dapat secara luas diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Fase diagnostik, di mana keberadaan penyakit dikonfirmasi. 2. Fase deskriptif, yang menggambarkan populasi berisiko dan distribusi penyakit, baik dalam konteks waktu dan tempat dalam populasi. Proses ini memungkinkan disusunnya serangkaian hipotesis tentang kemungkinan determinan penyakit dan dampaknya pada frekuensi penyakit yang terjadi pada populasi yang berisiko. 3. Fase investigasi, yang biasanya melibatkan implementasi serangkaian studi lapangan yang dirancang untuk menguji hipotesis- hipotesis tersebut. B E R S A M B U N G > >
  • 22. 22 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan E P I D E M I O L O G I K A S U S P E N YA K I T D A N M A S A L A H K E S E H ATA N 4. Fase eksperimental, di mana eksperimen dilakukan di bawah kondisi yang terkontrol untuk menguji hipotesis ini secara lebih rinci, apabila hasil fase 3 terbukti menjanjikan. 5. Fase analitik, di mana hasil yang dihasilkan oleh investigasi di atas dianalisis. Ini sering dikombinasikan dengan upaya untuk memodelkan epidemiologi penyakit dengan menggunakan informasi yang dihasilkan. Proses ini seringkali membutuhkan ahli epidemiologi untuk menentukan apakah ada informasi penting tentang proses penyakit yang hilang. 6. Fase intervensi, di mana metode yang tepat untuk pengendalian penyakit diperiksa baik di bawah kondisi terkontrol atau di lapangan. Intervensi dalam proses penyakit dilakukan dengan memanipulasi determinan yang ada atau memperkenalkan determinan yang baru. B E R S A M B U N G > >
  • 23. 23 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan E P I D E M I O L O G I K A S U S P E N YA K I T D A N M A S A L A H K E S E H ATA N 7. Fase pengambilan keputusan, di mana pengetahuan tentang epidemiologi penyakit digunakan untuk mengeksplorasi berbagai pilihan yang tersedia untuk mengendalikannya. Proses ini seringkali melibatkan pemodelan mengenai efek-efek yang mungkin ditimbulkan oleh opsi-opsi berbeda tersebut pada suatu kejadian penyakit. 8. Fase pemantauan, yang terjadi selama penerapan strategi pengendalian untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diterapkan sudah benar, memiliki efek yang diinginkan pada pengurangan kejadian penyakit, dan perkembangan yang mungkin membahayakan keberhasilan program pengendalian dapat cepat terdeteksi.
  • 24. 24 Lingkungan Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N Rantai Penularan Agen Inang Portal keluar Cara penularan Portal masuk Pejamu rentan Rantai penularan penyakit adalah rangkaian sejumlah faktor yang memungkinkan proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung.
  • 25. 25 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan U P A Y A P E M U T U S A N M A T A R A N T A I P E N U L A R A N Beberapa komponen mata rantai penularan dan contoh tindak pencegahan yang mungkin dilakukan, yaitu a) Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau “load”). Makin cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis atau laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya pencegahan dan penanggulangannya bisa dilaksanakan.B E R S A M B U N G > >
  • 26. 26 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan U P A Y A P E M U T U S A N M A T A R A N T A I P E N U L A R A N b) Reservoir atau inang atau sumber adalah wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh- tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan- bahan organik lainnya. Dapat juga ditemui pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas, usus dan vagina juga merupakan reservoir. Tindak pencegahan untuk memutus mata rantai komponen ini antara lain adalah dengan isolasi, pengawasan, penanganan dengan obat-obatan, dll. B E R S A M B U N G > >
  • 27. 27 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N c) Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta. Tindak pencegahan untuk memutus mata rantai komponen ini antara lain adalah dengan penggunaan masker, kondom, penolak serangga, mencuci tangan, dll. B E R S A M B U N G > >
  • 28. 28 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N d) Metode Transmisi/cara Penularan adalah metode transport mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada beberapa metode penularan yaitu: (1) kontak: langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat). Tindak pencegahan untuk memutus mata rantai komponen ini antara lain adalah dengan isolasi, mencuci tangan, pengendalian nyamuk, pantangan seksual, penggunaan kondom, dll. B E R S A M B U N G > >
  • 29. 29 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N e) Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui mata luka pada kulit. Tindak pencegahan untuk memutus mata rantai komponen ini antara lain adalah dengan menggunakan masker, kondom, kelambu, penolak serangga, mencuci tangan, dll. B E R S A M B U N G > >
  • 30. 30 Pokok Bahasan 3: Epidemiologi kasus dan pemutusan mata rantai penularan U PAYA P E M U T U S A N M ATA R A N TA I P E N U L A R A N f) Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan dengan imunosupresan. Tindak pencegahan untuk memutus mata rantai komponen ini antara lain adalah dengan imunisasi, pendidikan kesehatan, promosi nutrisi, pantangan seksual, penggunaan kondom, dll. g) Lingkungan mencakup semua faktor lain yang membantu atau menghambat penularan penyakit, antara lain jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, pola hidup, pekerjaan dan herediter.
  • 31. 31 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun International M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
  • 32. 32 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun InternationalK E W A S PA D A A N D I N I K L B / W A B A H Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Pedoman kewaspadaan dini KLB/Wabah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/Per/VIII/2004. B E R S A M B U N G > >
  • 33. 33 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun International K E W A S PA D A A N D I N I K L B / W A B A H Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, digunakan bahan kajian: 1. data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB. Sumber data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB adalah : a. laporan KLB/wabah dan hasil penyelidikan KLB, b. data epidemiologi KLB dan upaya penanggulangannya, c. surveilans terpadu penyakit berbasis KLB, d. sistem peringatan dini KLB di rumah sakit . 2. kerentanan masyarakat, antara lain status gizi dan imunisasi, 3. kerentanan lingkungan, 4. kerentanan pelayanan kesehatan, 5. ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau negara lain, serta 6. sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi.
  • 34. 34 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun InternationalK E W A S PA D A A N D I N I K L B / W A B A H Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan KLB pada daerah tertentu dibuat untuk: • jangka pendek (periode 3- 6 bulan yang akan datang), disampaikan kepada semua unit terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi, Kementerian Kesehatan, sektor terkait dan anggota masyarakat, guna mendorong peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB di Unit Pelayanan Kesehatan dan program terkait serta peningkatan kewaspadaan masyarakat baik perorangan dan kelompok. • Jangka panjang (periode 5 tahun yang akan datang), agar terjadi kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat menjadi acuan perumusan perencanaan strategis program penanggulangan KLB.
  • 35. 35 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun International P E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB/Wabah meliputi: a. penyelidikan epidemiologis; b. pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina; c. pencegahan dan pengebalan; d. pemusnahan penyebab penyakit; e. penanganan jenazah akibat wabah; f. penyuluhan kepada masyarakat; g. upaya penanggulangan lainnya.
  • 36. 36 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun International P E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H Respons terhadap wabah mungkin berbeda sesuai dengan sifat penyakit, virulensi organisme, dan kerentanan pasien yang bersangkutan, namun prinsip yang mendasari penyelidikan wabah adalah serupa: identifikasi agen etiologi; rute transmisi; faktor pemaparan; dan populasi berisiko.
  • 37. 37 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun InternationalP E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H Prosedur epidemiologis untuk penyelidikan dugaan wabah adalah sebagai berikut:1) Tentukan keberadaan wabah Bandingkan informasi terkini dengan kejadian sebelumnya di masyarakat untuk waktu yang sama di tahun berbeda untuk menentukan apakah jumlah kasus yang diamati melebihi yang diharapkan. Bandingkan informasi yang tersedia mengenai kasus-kasus temuan dengan definisi wabah yang ditentukan sebelumnya. 2) Konfirmasikan diagnosis Analisis riwayat klinis kasus dan tes laboratorium standar yang dilakukan untuk mengkonfirmasi atau menolak diagnosis yang dicurigai serta untuk menentukan jenis agen yang terkait dengan penyakit (misalnya, bakteri, virus, lainnya).B E R S A M B U N G > >
  • 38. 38 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun InternationalP E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H 3) Tetapkan definisi kasus dan hitung kasus Mengembangkan definisi kasus dan menetapkan metode untuk mengidentifikasi dan menghitung kasus. 4) Hubungkan wabah dengan waktu, tempat, dan orang Buat karakteristik wabah menurut orang, tempat, atau waktu dengan melakukan wawancara untuk kasus yang diketahui untuk mengetahui pengalaman pasien secara umum, seperti kapan mereka jatuh sakit (waktu), di mana mereka terinfeksi (tempat), dan siapa mereka (orang). 5) Tentukan siapa saja yang memiliki risiko sakit Hitung kasus dan tautkan nomor ini dengan populasi yang sesuai untuk menemukan kelompok risiko. Hubungi pihak-pihak yang dapat memberikan informasi tentang penyakit atau tentang kondisi lingkungan yang berkontribusi terhadap wabah. B E R S A M B U N G > >
  • 39. 39 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun InternationalP E N C E G A H A N D A N P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H 6) Rumuskan hipotesis sementara Rumuskan hipotesis sementara untuk menjelaskan penyebab, sumber, dan distribusi kasus yang paling mungkin terjadi. 7) Bandingkan hipotesis dengan fakta yang sudah ada Hipotesis akan mengarahkan jalannya penyelidikan, dan akan diuji oleh berbagai data yang dikumpulkan selama penyelidikan. Mungkin diperlukan beberapa hipotesis yang berurutan. 8) Rencanakan penyelidikan epidemiologi terperinci 9) Persiapkan laporan tertulis Laporan tertulis harus meringkas penyelidikan dan disiapkan segera setelah penyelidikan selesai. 10) Melaksanakan kontrol dan langkah-langkah pencegahan Langkah-langkah pengendalian yang efektif harus dikembangkan dengan menggunakan bukti yang telah ditemukan.
  • 40. 40 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun InternationalK E B I J A K A N D A L A M P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H Menanggapi kejadian KLB, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat menetapkan program penanggulangan sebagai prioritas nasional atau daerah dengan kriteria sebagai berikut: 1. penyakit endemis lokal; 2. Penyakit Menular potensial wabah; 3. fatalitas yang ditimbulkan tinggi/angka kematian tinggi; 4. memiliki dampak sosial, ekonomi, politik, dan ketahanan yang 5. luas; dan/atau 6. menjadi sasaran reduksi, eliminasi, dan eradikasi global. P E R H AT I K A N P E R M E N K E S 1 5 0 1 / 2 0 1 0 D A N 8 2 / 2 0 1 4 T E N TA N G P E N A N G G U L A N G A N P E N YA K I T M E N U L A R
  • 41. 41 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun InternationalK E B I J A K A N D A L A M P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H Berdasarkan prevalensi/kejadian kesakitan dan karakteristik Penyakit Menular, target program Penanggulangan Penyakit Menular meliputi: 1. reduksi; upaya pengurangan angka kesakitan dan/atau kematian terhadap Penyakit Menular tertentu agar secara bertahap penyakit tersebut menurun sesuai dengan sasaran atau target operasionalnya. 2. eliminasi; upaya pengurangan terhadap penyakit secara berkesinambungan di wilayah tertentu sehingga angka kesakitan penyakit tersebut dapat ditekan serendah mungkin agar tidak menjadi masalah kesehatan di wilayah yang bersangkutan. 3. eradikasi; upaya pembasmian yang dilakukan secara berkelanjutan melalui pemberantasan dan eliminasi untuk menghilangkan jenis penyakit tertentu secara permanen sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat secara nasional.
  • 42. 42 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun InternationalK E B I J A K A N D A L A M P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H Strategi dalam penyelenggaraan Penanggulangan Penyakit Menular meliputi: 1. mengutamakan pemberdayaan masyarakat; 2. mengembangkan jejaring kerja, koordinasi, dan kemitraan serta kerja sama lintas program, lintas sektor, dan internasional; 3. meningkatkan penyediaan sumber daya dan pemanfaatan teknologi; 4. mengembangkan sistem informasi; dan 5. meningkatkan dukungan penelitian dan pengembangan.
  • 43. 43 Pokok Bahasan 4: Kewaspadaan Dini, Pencegahan, dan Penanggulangan KLB/Wabah, Baik Berdimensi Nasional Maupun InternationalM I T I G A S I D A M PA K P E N A N G G U L A N G A N K L B / W A B A H Untuk mengurangi dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi akibat Penyakit Menular, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melaksanakan mitigasi dampak melalui: 1. penilaian status kesehatan masyarakat berdasarkan penyelidikan epidemiologis; 2. memberikan jaminan kesehatan; 3. menghilangkan diskriminasi dalam memberikan layanan dan dalam kehidupan bermasyarakat; 4. menyelenggarakan program bantuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga; dan 5. pemberdayaan masyarakat.
  • 44. 44 Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program Promotif dan Preventif dalam Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
  • 45. 45 Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program Promotif dan Preventif dalam Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P R O M O S I K E S E H A T A N • Menurut World Health Organization (WHO), promosi kesehatan adalah adalah proses memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka beserta determinannya melalui upaya literasi kesehatan dan tindakan multisektoral untuk meningkatkan perilaku sehat. • Promosi kesehatan biasanya membahas faktor-faktor risiko perilaku seperti merokok, obesitas, diet dan aktivitas fisik, serta kesehatan mental, pencegahan cedera, pengendalian penyalahgunaan narkoba, pengendalian alkohol, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan HIV, dan kesehatan seksual.
  • 46. 46 Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program Promotif dan Preventif dalam Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P E N C E G A H A N P E N Y A K I T • Pencegahan primer mengacu pada tindakan yang bertujuan untuk menghindari manifestasi penyakit. Ini termasuk tindakan untuk meningkatkan kesehatan melalui modifikasi dampak determinan sosial dan ekonomi pada kesehatan; penyediaan informasi tentang perilaku dan risiko kesehatan medis, di samping konsultasi dan langkah-langkah untuk menguranginya di tingkat pribadi dan masyarakat; suplemen gizi dan makanan; pendidikan kebersihan gigi dan mulut; layanan pencegahan klinis seperti imunisasi dan vaksinasi anak-anak, orang dewasa dan orang tua; serta vaksinasi atau profilaksis post-exposure untuk orang yang terpapar penyakit menular. • Pencegahan sekunder berkaitan dengan deteksi dini untuk meningkatkan peluang terjadinya outcome kesehatan yang positif. Ini terdiri dari kegiatan seperti program skrining berbasis bukti untuk deteksi dini penyakit atau untuk pencegahan malformasi kongenital; dan terapi dengan
  • 47. 47 Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program Promotif dan Preventif dalam Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan D E T E R M I N A N S O S I A L K E S E H A T A N • Program promotif-preventif seringkali bersinggungan dengan determinan sosial kesehatan, yang mempengaruhi perilaku berisiko yang dapat dimodifikasi. Determinan sosial kesehatan adalah kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan politik di mana orang dilahirkan, tumbuh, dan hidup yang mempengaruhi status kesehatannya. • Perilaku berisiko yang dapat dimodifikasi termasuk, misalnya, merokok, kebiasaan makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik, yang berkontribusi pada pengembangan penyakit kronis.
  • 48. 48 Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program Promotif dan Preventif dalam Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan D E T E R M I N A N S O S I A L K E S E H A T A N Kegiatan umum untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan program kesehatan meliputi: 1) Komunikasi: Meningkatkan kesadaran tentang perilaku sehat untuk masyarakat umum. Contoh strategi komunikasi termasuk informasi layanan masyarakat, pameran kesehatan, kampanye di media massa, dan buletin. 2) Pendidikan: Memberdayakan perubahan perilaku dan tindakan melalui peningkatan pengetahuan. Contoh strategi pendidikan kesehatan termasuk kursus, pelatihan, dan kelompok pendukung (support group). 3) Kebijakan, Sistem, dan Lingkungan: Membuat perubahan sistematis - melalui peningkatan hukum, peraturan, dan kebijakan; sistem; serta lingkungan ekonomi, sosial, atau fisik - untuk mendorong, menyediakan, dan memungkinkan opsi-opsi yang lebih sehat serta menarik, mengurangi, membatasi opsi-opsi yang tidak sehat.
  • 49. 49 Pokok Bahasan 5: Keterpaduan Program Promotif dan Preventif dalam Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan K E T E R P A D U A N P R O G R A M P R O M O T I F - P R E V E N T I F • Keterpaduan program promotif dan preventif menjadi penekanan dalam kerangka kerja Indonesia Sehat, mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2016 tentang Program Indonesia Sehat Berbasis Keluarga, melalui pilar Paradigma Sehat. • Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. • Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan melakukan integrasi dan sinergi kegiatan lintas program maupun lintas sektor, tidak hanya dilakukan pada level antar kementerian di Pusat, namun juga antara Pusat dan Daerah termasuk peningkatan peran swasta dan tokoh masyarakat. • Bentuk sinergi dilakukan melalui penyusunan rencana aksi, pembetukan forum komunikasi, penyusunan roadmap, ataupun penyusunan kerjasama (MoU).
  • 50. 50 Pokok Bahasan 6: Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan pengendalian penyakit M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
  • 51. 51 Pokok Bahasan 6: Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan pengendalian penyakit T E K N O L O G I K E S E H ATA N T E PAT G U N A Teknologi tepat guna adalah teknologi yang: • bersifat ilmiah, spesifik terhadap kebutuhan, • dapat diterima oleh mereka yang menerapkan dan yang menjadi sasaran penerapan, • dapat dipelihara oleh masyarakat dengan sumber daya yang mampu disediakan oleh masyarakat.
  • 52. 52 Pokok Bahasan 6: Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan pengendalian penyakit T E K N O L O G I K E S E H A T A N T E P A T G U N A Di sektor kesehatan, prinsip teknologi tepat guna telah digunakan di berbagai bidang, contohnya: • pengobatan dehidrasi dengan larutan rehidrasi oral, • menerapkan gelang untuk mengukur lingkar lengan atas, • identifikasi keterlambatan persalinan menggunakan cincin berkode warna, • memfasilitasi diagnosis cepat, • dll.
  • 53. 53 Pokok Bahasan 6: Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan pengendalian penyakit T E K N O L O G I K E S E H A T A N T E P A T G U N A Pembinaan teknologi tepat guna kesehatan dalam nomenklatur Kementerian Kesehatan merupakan tanggung jawab utama Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) dengan turut menggandeng sektor swasta dan masyarakat. Peran BTKLPP diejawantahkan dalam tiga lini upaya pengendalian penyakit, yaitu: 1.penyakit menular, dapat dilakukan melalui teknologi tepat guna untuk membantu pelaksanaan surveilans faktor risiko penyakit, memfasilitasi sistem notifikasi berbasis teknologi untuk kejadian luar biasa, wabah dan bencana, dan lain sebagainya. 2.penyakit tidak menular, teknologi tepat guna dapat pula digunakan untuk membantu pelaksanaan surveilans faktor risiko, membantu terciptanya gaya hidup sehat, dan menginformasikan masalah kesehatan individu. 3.penyehatan lingkungan dapat dilakukan untuk meningkatkan sanitasi di masyarakat dengan teknologi pengolahan tinja, teknologi penjernihan air untuk memudahkan akses menuju air bersih, dan teknologi pengelolaan sampah
  • 54. 54 Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
  • 55. 55 Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat K E R J A S A M A P E M E R I N TA H - S W A S TA D A N PA R T I S I PA S I M A S YA R A K AT • Kebutuhan untuk membina kerjasama pemerintah-swasta (KPS) didukung oleh pemahaman tentang ketidakmampuan sektor publik untuk menyediakan barang publik sepenuhnya sendiri, dengan cara yang efisien, efektif dan adil karena kurangnya sumber daya dan keterbatasan manajerial. • Partisipasi masyarakat berperan untuk menyesuaikan pendekatan yang digunakan dalam pengendalian dan pencegahan penyakit dengan nilai-nilai lokal, serta untuk meningkatkan pembiayaan dari masyarakat untuk upaya-upaya kesehatan masyarakat tersebut.
  • 56. 56 Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat K E R J A S A M A P E M E R I N T A H - S W A S T A D A N P A R T I S I P A S I M A S Y A R A K A T Partisipasi masyarakat dapat melibatkan: • Kontribusi — anggota masyarakat menyumbangkan uang, tenaga kerja, atau materi. • Konsultasi - anggota diminta untuk memberikan pandangan mereka dan diberitahu mengenai rencana suatu program. • Pengelolaan — anggota secara aktif berpartisipasi dalam membuat keputusan dan dalam mengendalikan sumber daya.
  • 57. 57 Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat K E R J A S A M A P E M E R I N TA H - S W A S TA D A N PA R T I S I PA S I M A S YA R A K AT Dalam hal penanganan wabah, peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui: a.proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian, dan pengawasan; b.pemberian bantuan sarana, tenaga ahli, dan finansial; c.pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebaran informasi; dan d.sumbangan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijakan teknis dan/atau pelaksanaan perlindungan terhadap Penyakit Menular.
  • 58. 58 Pokok Bahasan 7: Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat K E R J A S A M A P E M E R I N T A H - S W A S T A D A N P A R T I S I P A S I M A S Y A R A K A T Contoh pemberdayaan sektor swasta dan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan masalah kesehatan, antara lain: a. Keterlibatan pemerintah, swasta, dan masyarakat secara terpadu dalam program imunisasi melalui perencanaan program dan anggaran terpadu (APBN, APBD, Hibah, LSM dan masyarakat). b. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam percepatan pengendalian Faktor risiko PTM, seperti pembinaan kader Posbindu di masyarakat, pembinaan pembina OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dalam pengendalian faktor risiko PTM, dan pembinaan tenaga pemantau Kawasan Tanpa Rokok (misalnya, satpam pada fasilitas umum) c. Pelibatan akademisi, asosiasi profesi (IDI, PDPI, PERDOSI, PERDOGI, PGRI, dll), PHRI, Organda, LSM (IAKMI, YJI, YLKI, YKI, dll) dalam pengendalian dan mitigasi kasus kesehatan
  • 59. 59 Rangkuman M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
  • 60. 60 Rangkuman 1.Surveilans faktor risiko dan masalah kesehatan memiliki peran penting dalam perencanaan intervensi dalam pengendalian penyakit dan masalah kesehatan. 2.Perlu tindakan sistematis dalam upaya perlindungan populasi dengan faktor risiko dan terpapar masalah kesehatan. 3.Epidemilogi kasus membantu proses identifikasi mata rantai penularan penyakit dengan memberikan informasi mengenai pola persebaran dan paparan demografis rawan. 4.Kewaspadaan dini, pencegahan, dan penanggulangan KLB/Wabah dilakukan dengan memperhatikan berbagai informasi kesehatan melalui surveilans dan diagnosa cepat yang dilakukan di titik-titik rawan persebaran. 5.Keterpaduan program promotif dan preventif merupakan kunci bagi kesuksesan pengendalian penyakit. 6.Pemanfaatan teknologi tepat guna melibatkan teknologi yang mudah digunakan oleh masyarakat dapat membantu mengatasi permasalahan lingkungan dan membantu sistem deteksi dini masalah kesehatan komunitas. 7.Kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dibutuhkan bagi terwujudnya upaya pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan.
  • 61. 61 Referensi M o d u l 6 - S T R A T E G I P E N C E G A H A N & P E N G E N D A L I A N P E N Y A K I T
  • 62. 62 Referensi 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. UU RI Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 3. Permenkes RI Nomor 82 tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. 4. Permenkes RI Nomor 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. 7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. 8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan. 10.Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
  • 63. 63 Referensi Referensi lainnya: 10.Greg, Michael B. (Editor). 1996. Field Epidemiology. Oxford University Press, New York. 11.Rubin, G. (2017). Health Protection: Principles and Practice. 12.World Health Organization, 1986. The Ottawa Charter for Health Promotion. Geneva. 13.Concepts and principles of health promotion. Geneva, World Health Organization, 1984. 14.Nishtar, S. (2004). Public–private'partnerships' in health–a global call to action. Health Research Policy and Systems, 2(1), 5. 15.Nsubuga, P., White, M. E., Thacker, S. B., Anderson, M. A., Blount, S. B., Broome, C. V., ... & Stroup, D. F. (2006). Public health surveillance: a tool for targeting and monitoring interventions. Disease control priorities in developing countries, 2, 997-1018. 16.Newfoundland Labrador. (2016).Outbreak Management Protocol. https://www.health.gov.nl.ca/health/publications/diseasecontrol/S10 _Outbreak_Protocol.pdf