Dokumen tersebut membahas tentang manajemen logistik obat di instalasi farmasi rumah sakit. Secara khusus membahas tentang perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian logistik obat di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai manajemen logistik obat di rumah sakit tersebut.
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
Bab i
1. 1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komperhensif),penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medik.1
Berdasarkan Peaturan Menteri Kesehatan Nomor 56/ Menkes/ PER/
2014 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.dalam
rangka meningkatakan derajat kesehatan masyarakat selain upaya promotif
dan preventif, diperlukan upaya kuratif dan rehabilitative.upaya kesehatan
yang bersifat kuratif dan rehabilitative dapat diperoleh melalui rumah sakit
yang juga berfungsi sebagai penyedian pelayanan kesehatan rujukan.2
1 “SKRIPSI ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK INSTALASI FARMASI.Pdf,” n.d.
2 “Permenkes 56 Th 2014 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan RS | Ahmad Ali Syaif - Academia.Edu,”
accessed February 28, 2019,
2. 2
Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit menitikberatkan pelayanan yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif. Obat – obatan yang merupakan sediaan farmasi
adalah salah satu faktor terpenting sebagai penunjang pelayanan pada
pasien.3
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu bagian di
rumah sakit yang menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian untuk
keperluan rumah sakit itu sendiri. (Siregar, 2003)4
Instalasi farmasi adalah salah satu bagian/ unit/devisi atau fasilitas di
rumah sakit ,tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan
kefarmasian yang ditunjukkan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
Berdasarkan defenisi tersebut maka instalasi farmasi rumah sakit secara
umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit bagian disuatu
rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
apoteker yang memenuhi persyaratan perundang –undangan yang berlaku
https://www.academia.edu/25474925/Permenkes_56_Th_2014_tentang_Klasifikasi_dan_Perizinan_
RS.
3 Firra F.Sondakh, “ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT ANTIBIOTIK BERDASARKAN ABC
INDEKS KRITIS DI INSTALASI FARMASI RSU MONOMPIA KOTAMOBAGU,” PHARMACON 7, no. 4
(October 27, 2018), https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/21421.
4 S. Septariani,“EVALUASI MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT
DAERAH UMUM IDAMAN BANJARBARU” (kti, STIKES BORNEO LESTARI, 2017),
http://repo.stikesborneolestari.ac.id/18/.
3. 3
dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan langsung
kepada penderita baik untuk penderita rawat inap,rawat jalan maupun semua
unit termasuk poliklinik rumah sakit (Niartiningsih, 2017).5
Gudang Farmasi menurut Kemenkes RI 2014 mempunyai tugas
pengelolaan (penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian) perbekalan
farmasi dan peralata kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan
kesehatan pencegahan dan pemberantasan penakit dan pembinaan
kesehatan di kabupaten sesuai petunjuk dinas kesehatan (Kemenkes RI,
2014).6
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016 obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.7
Pengelolaan sediaan farmasi salah satu bagian dari penyelenggaraan
kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Pengelolaan obat dan bahan
5 Jumriati Rauf, “ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP PENGADAAN DI INSTALASI FARMASI
RSUD LA TEMMAMALA KABUPATEN SOPPENG,” Jurnal Mitrasehat 8, no. 2 (November 30, 2018):
446–57.
6 Septariani,“EVALUASI MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT
DAERAH UMUM IDAMAN BANJARBARU.”
7 “Inspektorat Jenderal Kemhan RI,” accessed February 28, 2019,
https://www.kemhan.go.id/itjen/2017/03/13/peraturan-menteri-kesehatan-republik-indonesia-
nomor-72-tahun-2016-tentang-standar-pelayanan-kefarmasian-di-rumah-sakit.html.
4. 4
medis habis pakai di rumah sakit meliputi perencanaan kebutuhan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
Administrasi (pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan), serta pemantauan
dan evaluasi pengelolaan. Kegiatan pengelolaan ini bertujuan untuk
menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan habis
pakai yang efektif, efisien, dan rasional. Selain itu, juga meningkatkan
kompetensi dan kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
(Kemenkes RI, 2016).8
Manajemen logistik obat merupakan hal yang sangat penting bagi
rumah sakit karena persediaan obat yang terlalu besar maupun terlalu sedikit
akan membuat rumah sakit mengalami kerugian. Kerugian yang didapat
berupa biaya persediaan obat yang membesar serta terganggunya kegiatan
operasional pelayanan (Verawaty. dkk, 2010). Dampak negatif secara medis
maupun ekonomis akan dirasakan rumah sakit jika terjadi ketidakefektifan
dalam melakukan manajemen obat (Anshari, 2009). Seperti penelitian yang
telah dilakukan Mellen 2012 di RSU Haji Surabaya bahwa kondisi stagnant
8 Fathiyah Rahmah, “Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas ‘X’ Berdasarkan Permenkes
Nomor 74 Tahun 2016,” Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia 6, no. 1 (June 28, 2018):15–20,
https://doi.org/10.20473/jaki.v6i1.2018.15-20.
5. 5
dan stockout obat dapat menimbulkan kerugian cukup besar yang harus
ditanggung Rumah Sakit.9
Salah satu faktor yang berperan terhadap mutu pelayanan rumah sakit
adalah pengelolaan ketersediaan obat yang selalu tidak ada, maka membuat
pasien merasa tidak puas dan berdampak buruk dengan citra rumah sakit
tersebut (Haryanti dkk, 2015). Menurut WHO di Negara berkembang, biaya
obat sebesar 24-66% dari total biaya kesehatan. Belanja obat yang demikian
besar tentunya harus dikelola dengan efektif dan efisien.10
Berdasarkan data Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2017
mengenai instalasi farmasi kabupaten/kota yang telah melakukan
manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai target, sebagian besar
provinsi telah memenuhi target 60%, yaitu 26 provinsi, tetapi masih terdapat
8 provinsi yang belum mencapai target Renstra 2016 diantaranya Maluku,
NTT, Banten, Su-lawesi Selatan, Sumatera Utara, Papua Barat, Sulawesi
Barat dan DKI Jakarta. Provinsi yang paling rendahialah DKI Ja-karta dengan
53,67%.11
9 Stella HerliantineFebreani and Djazuly Chalidyanto,“Pengelolaan Sediaan ObatPada Logistik
Farmasi Rumah SakitUmum Tipe B di Jawa Timur,” Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia 4, no. 2
(December 30, 2016): 136–45,https://doi.org/10.20473/jaki.v4i2.2016.136-145.
10 Fais Satrianegera et al.,“Gambaran Pengelolaan Persediaan Obatdi Gudang Farmasi RSUD Syekh
Yusuf Gowa,” Al-sihah: The Public Health Science Journal 10,no. 2 (December 30, 2018),
https://doi.org/10.24252/as.v10i2.6887.
11 Satrianegera et al.
6. 6
Pada data sekunder yang diperoleh dari RSUD Syekh Yusuf Gowa,
pada tahun 2017 selama periode Januari-Juli 2017 terdapat 84 dari 205 jenis
obat yang mengalami kekosongan. Informan menyebutkan bahwa pada
gudang farmasi, kekos-ongan terjadi diakibatkan oleh peningkatan jumlah
pasien yang secara otomatis mem-pengaruhi jumlah permintaan obat dari
setiap bulannya. Jika pada bulan ini dis-ediakan sekitar 500 stok obat dengan
jenis tertentu, di bulan selanjutnya stok obat tersebut ditambahkan jika dirasa
perlu. Namun belum tentu dapat memenuhi kebutu-han obat sebab
peningkatan jumlah pasien sewaktu-waktu dapat berubah. Hal inilah yang
membuat peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat gambaran
pengel-olaan persediaan obat di Gudang Farmasi RSUD Syekh Yusuf Gowa
Tahun 2017.12
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan logistik obat di Rumah Sakit Umum Daerah
Mamuju Tengah Tahun 2019 ?
2. Bagaimana pengadaan logistik obat di Rumah Sakit Umum Daerah
Mamuju Tengah Tahun 2019 ?
3. Bagaimana penerimaan logistik obat di Rumah Sakit Umum Daerah
Mamuju Tengah Tahun 2019 ?
12 Satrianegera et al.
7. 7
4. Bagaimana penyimpanan logistik obat di Rumah Sakit Umum Daerah
Mamuju Tengah Tahun 2019 ?
5. Bagaimana pendistribusian logistik obat di Rumah Sakit Umum Daerah
Mamuju Tengah Tahun 2019 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mendalam tentang manajemen logistik
obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah
Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh informasi mendalam tentang perencanaan obat
yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah
Tahun 2019.
b. Untuk memperoleh informasi mendalam tentang pengadaan obat
yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah
Tahun 2019.
c. Untuk memperoleh informasi mendalam tentang penerimaan obat
yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah
Tahun 2019.
8. 8
d. Untuk memperoleh informasi mendalam tentang penyimpanan obat
yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah
Tahun 2019.
e. Untuk memperoleh informasi mendalam tentang pendistribusian
obat yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju
Tengah Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah peneliti dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama kuliah dalam realita masalah yang
ditemukan ditempat meneliti.
2. Manfaat Teoritis
Rumah sakit dapat mengetahui kemampuan dalam mengatur logistik
obat di instalasi farmasi rumah sakit sesuai dengan kebijakan yang telah
ditentukan pemerintah sesuai dengan klasifikasi rumah sakit,yang dapat
dijadikan bahan evaluasi untuk manajemen logistik yang lebih baik.
3. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan terkait kemampuan dalam bidang
manajemen logistik obat farmasi rumah sakit untuk proses
pengembangan.
9. 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logistik
Proses logistik erat kaitannya dengan aktivitas kehidupan
sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung.Proses ini
tidak hanya berputar dengan kegiatan industri,juga mempunyai peran
penting dalam kehidupan bermasyarakat.Karena aktivitas ini
menyangkut kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
masyarakat,organisasi,industri dan juga secara individu maka
diperlukan pengetahuan terkait bidang logistik secara khusus
manajemen logistik.
1. Pengertian Manajemen Logistik
a. Pengertian Manajemen
James A.F. Stoner dalam buku “Management” (1982)
menegmukakan “manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya –sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”.
10. 10
Management is decision making; manajemen adalah
pengambilan keputusan, yang dapat diartikan bagaimana
pemimpin harus mengambil keputusan untuk menentukan misalnya
pengembangan produk baru, memperluas usaha dengan membuat
pabrik baru, dan lain-lain membuat strategi pemasaran bahkan
dalam menerima ataupun mengeluarkan karyawan, melakukan
hubungan dengan mitra bisnisnya, juga dengan pelanggan
potensial dan berbagai pekerjaan yang lain (dapat dikatakan
bahwa untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
akan menggunakan bantuan melalui orang lain).
Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri dari
perencanaan,pengorganisasian,pelaksanaan dan pengawasan
dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai
tujuan organisasi (definisi dari George R.Terry).
b. Pengertian Logistik
Menurut Tunggal,A,W, 2010 Proses logistik berhubungan erat
dengan aktivitas kehidupan sehari-hari baik secara langsung
maupun tidak langsung. Proses ini tidak hanya berputar di sekitar
aktivitas pabrik, juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan
bermasyarakat.
Menurut Adiatma,T,Y (2003) Logistik merupakan suatu ilmu
pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan
11. 11
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan
pemeliharaan serta penghapusan matrial / ala-alat.
c. Pengertian Manajemen Logistik
Manajemen persediaan adalah jantung dari sistem persediaan
obat. (Waluyo, 2006). Persediaan timbul disebabkan tidak
sinkronnya permintaan dan penyediaan, serta waktu yang
digunakan untuk memproses bahan baku. Empat faktor fungsi
persediaan menurut Yamit (2003) adalah faktor waktu,
ketidakpastian waktu datang, ketidakpastian penggunaan, dan
ekonomis.
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan
atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan
kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan material / alat-alat (Subagya,:
1994).
Manajemen logistik di rumah sakit merupakan salah satu
aspek penting di rumah sakit.Ketersediaan obat saat ini men-jadi
tuntutan pelayanan kesehatan. Manajemen logistik obat di rumah
sakit yang meliputi tahap-tahap yaitu perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, evaluasi dan
monitoring yang saling terkait satu sama lain, sehingga harus
12. 12
terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat berfungsi
secara optimal. Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap akan
mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai obat yang ada, ini
juga memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara
medis maupun ekonomis (Quick et al, 1997).
Manajemen logistik merupakan suatu proses pengelolaan
yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang,
suku cadang dan barang jadi dari para supplier, di antara fasilitas
perusahaan dan kepada para pelanggan (Bowersox, 2006). Selain
itu, manajemen logistik juga merupakan sekumpulan fungsi yang
dinamis, dan fl eksibel sesuai dengan kondisi lingkungan serta
kendala yang dihadapi (Rushton, et al., 2010). Tujuan manajemen
logistik adalah untuk menjamin ketersediaan barang atau bahan
dalam jumlah yang tepat dengan kualitas dan mutu yang terjamin,
mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan biaya dalam
rangka menjamin pelaksanaan seluruh kegiatan manajemen
logistik (Subagya, 1994).
2. Kegiatan, Tujuan, dan Fungsi Logistik Rumah Sakit
Kegiatan logistik adalah pengembangan operasi yang terpadu
dari kegiatan pengdaan atau pengumpulan bahan,pengangkutan atau
13. 13
transportasi dari pengumpulan bahan tersebu,kemudian penyimpanan
bahan yang baru dating maupun utuk kebutuhan.(Febriawati,2013)
a. Kegiatan Logistik
1. Pemilihan lokasi,penempatan bahan baku,suku cadang,barang
jadi.
2. Penggunaan fasilitas yang tersedia dari organisasi yang
bersangkutan.
3. Penyimpanan transportasi serta alat pengangkutan barang.
4. Maslah pembukuan dan pencatatan.
5. Pelaksanaan komunikasi yang bersuasif sebagai penyampaiyan
ide konsep,gagasan,informasi dari individu satu atau bagian-
bagian lain dalam organisasi perusahaan.
6. Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan
baku,suku cadang,barang jadi yang disesuaikan dengan jenis
spesifikasi.
7. Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan
baku suku cadang,serta barang sampai pada batas waktu
tertentu tanpa mengurangi kualitas barang yang bersangkutan.
14. 14
b. Kegiatan Logistik Mempunyai Tiga Tujuan,yaitu:
1) Tujuan Operasional
Agar tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang
tepat dan mutu yang memadai.
2) Tujuan Keuangan
Upaya opersional dapat terlaksana dengan biaya yang
serendah-rendahnya. Nilai persediaan yang sesungguhnya
dapat tercermin di dalam sistem akuntansi.
3) Tujuan Pengamanan
Agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, pengangguran tanpa hak, pencurian, dan
penyusutan yang tidak wajar lainnya.
Sedangkan menurut H.Subagya MS (1994) tujuan manajemen
logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam
material dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang dibutuhkan,
dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana dibutuhkan,
dengan total biaya terendah. Melalui proses logistik inilah material
mengalir ke perusahaan yang sangat luas dari Negara industri dan
produk-produk yang didustribusikan melalui saluran-saluran
distribusi untuk konsumsi.
15. 15
c. Fungsi-Fungsi Manajemen Logistik Rumah Sakit
Fungsi-fungsi manajemen logistik sebenarnya sama dengan
fungsi manajemen pada umumnya, hanya karena untuk kepentingan
tujuan logistik maka fungsi manajemen logistik adalah sebagai berikut
(Tjandra Yoga Aditama, 2003):
1) Fungsi Perencanaan dan penentuan kebutuhan
Fungsi perencanaan mencakup aktivitas dalam menetapkan
sasaran-sasaran,pedoman,pengukuran penyelenggaraan bidang
logistik. Penentuan kebutuhan merupakan perincian (detailering)
dari fungsi perencanaan, bila mana perlu semua faktor yang
mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan.
2) Fungsi Penggaraan
Fungsi ini merupakan usaha-usaha untuk merumuskan perincian
penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar,yajni skala mata
uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan
pembatasan yang berlaku terhadapnya.
3) Fungsi Pengadaan
Fungsi ini merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi
perencanaan dan penetuan kepada instansi-instansi pelaksana.
4) Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran
16. 16
Fungsi ini merupakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi-fungsi terdahulu
untuk kemudian disalurkan kepada instansi-instansi pelaksana.
5) Fungsi Pemeliharaan
Fungsi ini adalah usaha atau peroses kegatan untuk
mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya ahasil
barang inventaris.
6) Fungsi Penghapusan
Fungsi ini adalah berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang
dari pertanggung jawaban yang berlaku. Dengan kata lain, fungsi
penghapusan adalah usaha untuk menghapys kekayaan (asset)
karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi, dinyatakan
sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang,
susut, dank arena hal-hal lain menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7) Fungsi Pengendalian
Fungsi ini merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan
yang meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan
keseluruhan pengelolahan logistik. Dalam fungsi ini diantaranya
terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi (inventory control)
yang merupakan unsur-unsur utamanya.
3. Tinjauan Umum Siklus Logistik Rumah Sakit
17. 17
Siklus logistik adalah proses dari sebelum terjadinya kegiatan
logistik sampai kegiatan itu dapat dievaluasi. Diawali dengan
perencanaan sampai proses pengawasan dan pengendalian, yang
melibatkan semua unsur organisasi meulai dari pimpinan tingkat atas
sampai tingkat pemakai (user).
Siklus pengelolaan perbekalan sediaan farmasi yakni terdiri dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, serta administrasi yang berisi pencatatan
dan pelaporan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2014).
Perencanaan
Penghapusan Penganggaran
Pemeliharaan
Pendistribusian
Pemeliharaan
Pengadaan
Penyimpanan dan
penyaluran
18. 18
Gambar 1.1 Siklus Logistik Rumah Sakit
Pengelolaan obat dirumah sakit merupakan satu aspek manajemen
yang penting. Oleh karena ketidakefisiensinya akan memberi dampak
yang negative terhadap rumah sakit baik secara medis maupun
ekonomis.
Pengelolaan obat di rumah sakit meliputi tahap-tahap perencanaan,
penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian,
pemeliharaan,serta penghapusan yang saling terkait satu sama lainnya,
sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat
berfungsi secara optimal. Ketidakketerkaitan antara masing-masing tahap
akan mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai dan penggunaan obat
yang ada. Obat sebagai salah satu unsur penting bagi pengobatan,
mempunyai kedudukan sangat strategis dalam upaya penyembuhan dan
operasional rumah sakit.
Satu hal yang dapat memotivasi kita untuk terus berusaha mencari
kesembuhan, adalah adanya jaminan dari Allah Ta’ala bahwa seluruh
penyakit yang menimpa seorang hamba pasti ada obatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَامأنَْزلمَمهللادَاءًَإلمََّممنْلََ مهَ دمَاءًَإ
19. 19
“ Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan
menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut ” (H.R. Bukhari).
Hadits ini menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit, memiliki obat
yang dapat digunakan untuk mencegah, menyembuhkan, ataupun untuk
meringankan penyakit tersebut.Hadits ini juga mengandung dorongan
untuk mempelajari pengobatan penyakit-penyakit badan sebagaimana
kita mempelajari obat untuk penyakit-penyakit hati. Karena
Allah Ta’ala telah menjelaskan kepada kita bahwa seluruh jenis penyakit
memiliki obat, sehingga kita hendaknya berusaha mempelajari dan
kemudian mempraktikkannya.
Berdasarkan penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas, maka
apabila saat ini tidak ada obat yang mampu menyembuhkan suatu
penyakit, bukan berarti bahwa penyakit tersebut tidak ada obatnya.Akan
tetapi, hal itu terjadi karena ilmu pengetahuan manusia yang belum
mampu menemukan dan mengungkap obat dari penyakit tersebut.Karena
memang demikianlah ilmu manusia, secanggih apapun ilmu kedokteran
modern saat ini, hal itu sangat amat kecil dibandingkan dengan ilmu
AllahTa’ala yang sangat luas dan meliputi segala sesuatu.
Di rumah sakit pengelolaan obat dilakukan oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS), Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dan terkait erat
dengan anggaran rumah sakit. Pengelolaan obat terdiri dari beberapa
siklus kegiatan yaitu:
20. 20
1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan farmasi merupakan proses kegiatan
dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga pembekalan farmasi yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditemukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.
Menurut Moh. Anief (1997) dasar-dasar perencanaan adalah
sebagai berikut :
1. Ramalan (tahunan/bulanan) dari permasaran.
2. Menghitung bahan-bahan yang dibutuhkan.
3. Menyusun daftar untuk bagian pembelian, antara lain memuat :
a. Bahan apa dengan spesifikasinya
b. Jumlah
c. Kapan diperlukan/waktu diperlukan
Menurut H. Subagaya MS (1994) menyatakan bahwa
perencanaan untuk kebutuhan yang akan datang terkadang
dihadapkan kepada hal-hal atau masalah yang tidak pasti. Oleh
21. 21
karena itu hendaknya perencanaan mempertimbangkan hal-hal yang
diluar kemampuan pengawasan.
Tujuan perencanaan pengadaan obat adalah untuk mendapatkan :
a. Prakiraan jenis dan jumlah obat dan pembekalan kesehatan yang
mendekati kebutuhan..
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
c. Meningkatakan penggunaan obat secara rasional.
d. Meningkatakan efisiensi penggunaan obat.
Langkah-langkah dalam menghitung kebutuhan perbekalan farmasi :
1. Perhitungan jumlah kebutuhan setiap perbekalan farmasi.
2. Menghitung jumlah masing-masing perbekalan farmasi yang
diperlukan per penyakit.
3. Pengelompokan dan penjumlahan masing-masing perbekalan farmasi.
4. Menghitung jumlah kebutuhan perbekalan farmasi yang akan dating
dengan mempertimbangkan peningkatan kunjungan dan kemungkinan
hilang, rusak dan kadaluwarsa.
5. Menghitung untuk kebutuhan periode yang akan dating dengan
mempertimbangkan lead time dan stock pengaman.
Tahapan prosedur perencanaan perbekalan farmasi rumah sakit
adalah sebagai berikut :
22. 22
1. Masing-masing ruangan pelayanan/user harus menyusun daftar
kebutuhan barang farmasi dengan memperhatikan data konsumsi,
data epidemiologi serta data/jumlah stok yang ada.
2. Daftar kebutuhan tersebut dikirim ke kepala instalasi farmasi dimana
ruangan pelayanan/user tersebut berada.
3. Kepala instalasi pelayanan merekap seluruh usulan ruangan-ruangan
yang ada dalam organisasinya menjadi daftar kebutuhan instalasi.
4. Mengirim daftar usulah kebutuhan tersebut ke instalasi farmasi
5. Di instalasi farmasi usulan kebutuhan tersebut akan :
a. Dibandingkan dengan data pemakaian periode yang lalu.
b. Dikurangi jumlahnya dengan jumlah persediaan yang masih
ada.
c. Dihitung nilai uangnya, hal ini bertujuan untuk memperkirakan
alokasi anggaran yang diperlukan.
6. Diusulkan ke pengendali program (wadirpen untuk barang farmasi
rutin, wadirmed untuk barang farmasi non rutin).
7. Dari pengendali program usulan tersebut diteruskan ke pengendali
anggaran (wadirum).
8. Dibuat surat perintah untuk panitia penerimaan barang farmasi.
9. Panitia pembelian melaksanakan tender.
10.Pemenang tender mengirim barang ke panitia penerimaan barang
farmasi.
23. 23
11.Barang yang tidak bermasalah dikirim ke gudang instalasi farmasi
untuk di simpan dan di salurkan.
12.Barang yang masih bermasalah dikirim ke gudang transito/karantina.
Dalam perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi rumah sakit
setidaknya dikenal 3 metode perencanaan yaitu :
a. Metode Konsumsi
b. Metode Epidemiologi
c. Metode Kombinasi
1. Metode Konsumsi
Metode konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsumsi
perbekalan farmasi periode sebelumnya dengan berbagai
penyesuaian dan koreksi. Langkah-langkah perencanaan dengan
menggunakan metode konsumsi, antara lain :
a. Langkah Evaluasi
1. Evaluasi rasional pola pengobatan periode lalu.
2. Evaluasi suplai obat periode lalu.
3. Evaluasi data stock, distribusi, dan penggunaan obat periode
lalu.
4. Pengamatan kerusakan dan kehilangan obat.
b. Estimasi jumlah kebutuhan obat periode mendatang dengan
memperhatikan :
1. Perubahan populasi cakupan pelayanan.
24. 24
2. Perubahan pola morbiditas.
3. Perubahan fasilitas pelayanan.
c. Penerapan perhitungan
1. Penetapan periode konsumsi.
2. Perhitungan penggunaan tiap jenis obat periode lalu.
3. Lakukan koreksi terhadap kecelakaan dan kehilangan.
4. Lakukan koreksi terhadap stock out.
5. Hitung lead time untuk menetukan safety stock.
Rumus perencanaan perbekalan farmasi berdasarkan Metode
Konsumsi :
CT = (CA × T) + SS – Sisa Stock
Keterangan :
CT = Kebutuhan per periode waktu
CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
T = Lama kebutuhan (bulan/tahun)
SS = Safety Stock
2. Metode Epidemiologi
Metode epidemiologi di dasarkan pada pola penyakit, data jumlah
kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada.
Langkah-langkah perencanaan dalam metode ini adalah sebagai
berikut :
1. Susun daftar masalah kesehatan/ penyakit utama yang terjadi.
25. 25
CT = (CE × T) + SS – Sisa Stock
2. Lakukan pengelompokkan pasien, missal : pengumpulan data
dan pengelolaan data dilakukan dengan cara :
a. Anak 0-4 tahun.
b. Anak 5-11 tahun.
c. Wanita 15-44 tahun.
d. Orang tua >45 tahun.
3. Prinsip penggolongan umur harus sesederhana mungkin
4. Tentukan frekuensi tiap penyakit per periode
5. Susun standar terapi rata-rata/ terapi ideal
6. Dengan mengetahui data epidemiologi, estimasikan tipe dan
frekuensi pengobatan yang diperlukan.
7. Contoh : untuk kasus diare, estimasikan :
a. 90% kasus diberi oral dehidrasi
b. 10% kasus diberikan cairan intervena
c. 5% kasus perlu metronidazole untuk amuba
d. 10% kasus perlu antibiotik untuk disentri,basiler dan kolera
8. Susun daftar obat yang dikuantifikasikan
9. Hitung jumlah episode pengobatan untuk setiap penyakit
10.Hitung safety stock atau jumlah obat diperkirakan hilang
Rumus Metode Epidemiologi :
Keterangan :
26. 26
C kombinasi = (CA + CE) × T + SS – Sisa
stock
CT = Kebutuhan per periode waktu
CE = Perhitungan standar pengobatan
T = Lama kebutuhan (bulan/tahun)
SS = Safety Stock
3. Metode Kombinasi
Metode kombinasi merupakan kombinasi metode konsumsi
dan metode epidemiologi. Metode kombinasi berupa perhitungan
kebutuhan obat atau alat kesehatan yang mana telah mempunyai data
konsusmsi yang jelas namun kasus penyakit cenderung berubah (naik
atau turun). Gabung perhitungan metode konsumsi dengan koreksi
epidemiologi yang sudah dihitung dengan suatu prediksi (boleh
presentase kenaikan kasus atau analisis trend).
Metode kombinasi digunakan untuk obat dan alat kesehatan
yang terkadang fluktuatif, maka dapat menggunakan metode konsumsi
dengan koreksi-koreksi pola penyakit, perubahan, jenis/ jumlah
tindakan, perubahan bola peresapan, perubahan kebijakan pelayanan.
Rumus metode kombinasi
Keterangan :
CE = Perhitungan standar pengobatan
CA = Kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
T = Lama kebutuhan (bulan/tahun)
27. 27
SS = Safety Stock
Analisis perencanaan persediaan farmasi rumah sakit antara lain :
1. Analisis ABC atau Pareto Analysis
Pareto analysis dikembangkan pertama kali pada tahun 1907 oleh
seorang sosiologi-ekonomi Itali yang bernama Vilfredo pareto (1848-
1923). Pareto menyakinkan bahwa 80-85% dari jumlah uang yang
beredar di itali adalah hanya dimiliki oleh sebagian kecil populasi yaitu
sekitar 15-20% orang. Ultimatum 20-80 ini lah yang kemudian dikenal
dengan hokum Pareto. Dalam Manajemen Inventory, hokum pareto ini
kemudian di aplikasikan menjadi metode analisis ABC. Inti dari analisis
ABC adalah mengelompokkan item barang atau obat ke dalam tiga
jenis klasifikasi berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang.
Prinsip utama analisis ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis
perbekalan farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang
memakan anggaran terbanyak. Urutan langkah sebagai berikut :
1. Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah
satu metode perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya
yang diperlukan untuk tiap nama dagang. Kelompokkan dalam jenis-
jenis/kategori perbekalan farmasi.
2. Jumlahkan anggarantotal, hitung masing-masing persentasejenis
perbekalan farmasi terhadap anggaran total.
28. 28
3. Urutkan kembali perbekalan farmasi di atas mulai dari yang memakan
presentase biaya yang paling banyak.
4. Hitang presentase kumulatif,dimulai dengan urutan 1 dan seterusnya.
5. Identifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ± 70% anggaran
perbekalan total.
6. Perbekalan farmasi kategori A menyerap anggaran 70%
7. Perbekalan farmasi kategori B menyerap anggaran 20%
8. Perbekalan farmasi kategori C menyerap anggaran 10% (Depkes RI
2008)
a. Butir persediaan kelompok A adalah persediaan yang jumlah nilai
uang per tahunnya tinggi (60-90%), tetapi biasanya volumenya
kecil.
b. Butir persediaan kelompok B adalah persediaan yang jumlah nilai
uang per tahunnya sedang (20-30%).
c. Butir persediaan kelompok C adalah persediaan yang jumlah nilai
uang per tahunnya rendah (10-20%), tetapi biasanya volumenya
besar (60-75%).
Dengan pengelompokkan tersebut maka cara pengelolaan
masing-masing akan lebih mudah sehingga peramalan, pengendalian
fisik, kehandalan pemasok dan pengurangan besar stock pengaman
dapat menjadi lebih baik.
2. Analisis VEN
29. 29
Metode analisis VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan
kepada tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang
direncanakan dikelompokan kedalam tiga kategori yakni (Maimun, 2008) :
1. Vital (V)
Obat-obat yang harus tersedia untuk melayani permintaan
guna penyelamatan hidup manusia, atau untuk pengobatan karena
penyakitnya tersebut dapat menyebabkan kematian (live saving).
2. Esensial (E)
Obat-obat yang banyak diminta digunakan dalam tindakan atau
pengobatan penyakit terbanyak yang ada disuatu daerah atau rumah
sakit.
3. Non-esensial (N)
Obat-obat pelengkap agar tindakan atau pengobatan menjadi
lebih baik. Instalasi farmasi rumah sakit harus menetapkan kriteria
pemilihan pemasok sediaan farmasi untuk rumah sakit. Kriteria
pemilihan pemasok sediaan farmasi untuk rumah sakit adalah sebagai
berikut: telah memenuhi persyaratan hokum yang berlaku untuk
melakukan produksi dan penjualan (telah terdaftar), telah terakreditasi
sesuai dengan persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik
dan Benar) dan ISO 9000, mempunyai reputasi yang baik artinya tidak
penah melakukan hal-hal yang melanggar hokum, selalu mampu dan
dapat memenuhi kewajibannya sebagai pemasok produk obat yang
30. 30
selalu tersedia dengan mutu yang tertinggi dan dengan harga yang
terendah.
Penggolongan Obat Sistem VEN dapat digunakan untuk :
1. Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang
tersedia.
2. Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk
kelompokvital agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat.
3. Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria
penentuan VEN. Dalam penetuan kriteria perlu mempertimbangkan
kebutuhan masing-masing spesialisasi.
Langkah-langka menetukan VEN :
1. Menyusun kriteria menentukan VEN
2. Menyediakan data pola penyakit
3. Standar pengobatan
2. Pengangaran
Penganggaran merupakan salah satu mata rantai dari siklus
manajemen logistik yang dalam pelaksananaannya erat hubungannya
dengan perencanaan yang dibuat.
Dalam batas umum anggaran hakekatnya sebagai realisasi
pendanaan suatu kegiatan oprasional yang telah disesuaikan dengan
feedback dan perencanaan user dengan mengingat efisiensi dan efektifitas.
31. 31
Penganggaran adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan
perincian kebutuhan dalam suatu sekala standar tertentu, yaitu sekala mata
uang dan jumlah biaya (Subagya, 1994).
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana fungsi perencanaan dan
penentuan kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk kemudian disesuaikan dengan
besarnya dana yang tersedia. Dengan kata lain fungsi penganggaran
mempunyai hubungan timbal balik yang erat sekali dengan fungsi
perencanaan, oleh karena itu perencanaan harus disusun secara realistis
sesuai dengan pikiran, dan yang ada dan bila perencanaan sudah disepakati
ada kepastian bahwa anggaran untuk mendukungnya terjamin. Dnegan
terbatasnya anggaran maka tidak jarang diperlukan feedback kepada pihak
perencanaan dan user untuk dilakukan penyesuaian.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penysunan angggaran :
1. Peraturan-peraturan yang terkait.
2. Perkembangan politik dan situs ekonomi.
3. Situs social.
4. Kemajuan teknologi.
5. Anggaran atau dan yang tersedia.
6. Lain-lain yang ada hubunganya dengan penganggaran.
Menjabarkan perincian kebutuhan dalam ukuran uang dengan
berpegangan kepada ketentuan yang berlaku mengikat. Untuk rumah sakit
pemerintah ketentuannya adalah anggaran pemerintah
32. 32
(APBN,APBD,Inpres,Banpres, dan lain-lain) sedangkan rumah sakit swasta
tergantung ketentuan masing-masing rumah sakit.
Dengan adanya hambatan dan keterbatasan dalam anggaran, maka
tidak jarang pada fungsi ini diperlukan feedback ke perencanaan untuk
dilakukan penyesuaian.
Penganggaran yang ditetapkan harus mencakup biaya :
1. Pembelian, umumnya anggaran pemerintah hanya terkonsentrasi
disini saja, hal ini bisa berlaku untuk barang yang habis pakai.
2. Perbaikan dan pemeliharaan / maintenance, mencakup orang yang
menjalankan alata,seperti CT scan,harus orang sudah detraining.
3. Penyimpanan dan penyaluran.
4. Penelitian dan pengembangan.
5. Penyempurnaan administrasi.
6. Pengawasan dan diklat personil.
Akan tetapi kelemahan di lembaga pemerintah adalah tidak
melakukan manajemen dengan baik karena anggaran diperoleh subsidi,
sehingga tidak mempengaruhi gaji dari karyawan (gaji tetap) apabila ada
barang yang hilang.
Anggaran-anggaran organisasional dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
1. Anggaran Operasional
33. 33
Tipe-tipe paling umum dari anggaran operasional sama
dengan tiga pusat tanggung jawab, yaitu anggaran biaya,
penghasilan, dan laba.
2. Anggaran Biaya.
Anggaran ini terdiri dari dua tipe, yaitu engineered cost
budgets dan discretionary cost budgets.
a) Engineered cost budgets digunakan khusus dalam pabrik
industri tetapi dapat digunakan juga oleh setiap satuan
organisasional dimana pengeluaran dapat diukur secara tepat.
Anggaran-anggaran tersebut biasanya menggambarkan biaya
bahan mentah dan tenaga kerja yang ada dalam setiap pos
produksi, seperti juga estimasi biaya-biaya overhead. Anggaran
ini dirancang untuk mengukur efisigal, anggaran yang melebihi
akan berarti bahwa biaya-biaya operasi lebih tinggi daripada
yang seharusnya.
b) Discretionary cost budgets khususnya digunakan untuk
administrasi, akuntansi, penelitian, dan macam departemen
lainnya dimana keluaran dapat diukur secara tepat. Anggaran
ini tidak digunakan untuk mengukur efisiensi, karena standar
pelaksanaan untuk biaya-biaya ”discretionary” sulit untuk
dilaksanakan.
3. Anggaran penghasilan.
34. 34
Anggaran ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas
pemasaran dan penjualan, yang terdiri dari kuantitas penjualan
yang diharapkan dikalikan dengan harga jual perunit untuk setiap
produk. Anggaran penghasilan ini merupakan bagian paling kritis
dari anggaran laba, malahan juga merupakan salah satu dari yang
paling tidak pasti, karena didasarkan pada proyeksi penjualan akan
datang.
4. Anggaran laba.
Anggaran ini memuat anggaran biaya dan penghasilan
dalam suatu laporan.Para manajer yang punya tanggung jawab
baik biaya-biaya maupun penghasilan satuan kerja, selalu
menggunakan anggaran tersebut. Anggaran laba ini kadang-
kadang disebut anggaran induk, terdiri dari seperangkat proyeksi
laporan keuangan dan jadwal-jadwal untuk tahun yang akan
datang. Anggaran laba punya tiga kegunaan pokok, yaitu :
1) Merencanakan dan mengkoordinasi seluruh kegiatan
perusahaan.
2) Menyediakan tanda sebagai ukuran yang berguna dalam
pertimbangan kelayakan dari anggaran-anggaran biaya.
Sebagai contoh, apabila anggaran ini menunjukkan bahwa laba
akan rendah, maka anggaran biaya dapt disesuaikan menurun
(diturunkan).
35. 35
3) Membantu pemberian tanggung jawab kepada setiap manajer
dalam pembagian seluruh pelaksanaan kerja organisasi.
5. Anggaran Finansial
Anggaran pembelanjaan modal, kas, pembelanjaan, dan
neraca mengintegrasikan perencanaan keuangan organisasi
dengan perencanan operasionalnya. Anggaran-anggaran tersebut
disiapkan dengan informasi yang dikembangkan dari anggaran
penghasilan, biaya dan anggaran operasional yang mempunyai
tiga tujuan utama, yaitu:
a) Menguji kelangsungan dari anggaran-anggaran operasional.
b) Persiapannya menunjukkan atau menampakkan tindakan-
tindakan keuangan yang harus dilakukan organisasi agar
pelaksanaan anggaran operasional dapat dimungkinkan.
c) Menunjukkan bagaimana rencana-rencana operasional
organisasi akan mempengaruhi tindakan-tindakan keuangannya
pada masa yang akan datang.
6. Anggaran Pembelanjaan Modal.
Anggaran ini menunjukkan rencana investasi dalam gedung
baru, tanah, peralatan dalam organisasi lainnya pada masa yang
akan datang dalam rangka memperbaharui dan memperlukan
kapasitas produktivitasnya. Formulasi anggaran pembelanjaan
36. 36
modal ini menunjukkan proyek-proyek penting organisasi yang
akan dikerjakan dan keperluan kas yang dibutuhkan organisasi di
waktu yang akan datang.
7. Anggaran Kas.
Anggaran kas menyatukan estimasi-estimasi organisasi
dianggarkan tentang penghasilan, biaya dan pembelanjaan modal
baru. Penyusunan anggaran kas sering kali menampakkan
informasi mengenai tingkat aliran dana melalui organisasi tersebut
dan mengenai pola dari penerimaan dan pengeluaran kas.
8. Anggaran Pembelanjaaan.
Anggaran ini disusun untuk meyakinkan adanya dana-dana
organisasi untuk memenuhi kebutuhan biaya diatas penghasilan di
dalam jangka pendek dan mengatur pinjaman atau pembelanjaan
jangka menengah dan panjang.
9. Anggaran Neraca.
Anggaran ini menyatukan semua anggaran lainnya untuk
memproyeksi bagaiman neraca tersebut akan tampak pada akhir
periode jika hasil-hasil nyata sesuai dengan hasil-hasil yang
direncanakan. Anggaran ini disebut juga “Neraca Pro Forma”,
dapat dimaksudkan sebagai pedoman akhir pada program-program
organisasi yang dibuat dengan kegiatan-kegiatan organisasi.
3. Penerimaan
37. 37
Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan yang sangat penting.
Jenis, jumlah,kualitas,spesifikasi, dan persyaratan lainnya dari barang
yang diterima harga sama dengan yang tercantum dalam kontrak.
Dokumen yang digunakan adalah dokumen dari panitia
pembelian/dokumen kontrak bukan dokumen dari rekanan.
Masalah yang mungkin akan dihadapi dalam proses penerimaan
adalah pengetahuan yang dimiliki panitia penerimaan mengenai kualitas
barang yang diterima sangat terbatas. Untuk itu apabila kita tidak
mengetahui mengenai kualitas suatu barang yang kita terima dapat
meminta bantuan kepada user. Ketidakcocokan dalam aspek apa saja
jangan ditanda tangani/diterima atau jangan dibuat dulu berita acara
penerimaan. Untuk barang yang belum dapat diterima/ada masalah maka
bisa ditempatkan digudang karantina.
Saat persediaan diterima difasilitas kesehatan, petugas yang
menerima harus memeriksa bahwa kiriman (barang yang dikirim oleh
pemasok) berisi barang yang dipesan.
Petugas yang menerima harus memeriksa bahwa tidak ada barang
yang hilang atau dicuri dan bahwa semua barang kiriman itu dalam
keadaan mutu yang baik dan tidak kadaluwarsa. Ketidaksesuaian kiriman
pesanan adalah biasa, yang meliputi persediaan yang hilang atau
berlebihan, atau obat yang kadaluwarsa, rusak atau bermutu rendah.
Ketidaksesuaian harus ditindaklanjuti jangan diabaikan begitu saja.
38. 38
Prosedur Menerima Kiriman Persediaan
1. Semua kiriman harus diterima secara langsung oleh seorang petugas
fasilitas.
2. Periksa lembar daftar permintaan yang dating bersama dengan
kiriman. Periksa apakah jumlah kemasan sama dengan jumlah
kemasan yang ada di daftar lebar permintaan.
3. Periksa apakah ada kemasan mungkin telah dibuka secara hati-hati
dan barang-barang kecil mungkin diambil. Seseorang dapat
mengososngkan isi botol, menempatkan botol kembali dikemasan, dan
dengan hati-hati mentutup kembali bagian bawah kemasan. Bila
petugas mendapatkan dan menyadari ada barang yang hilang atau
dicuri petugas dapat menentukan saat kejadian dan siapa yang
bertanggung jawab.
4. Buat catatan atas kiriman. Dalam perjalanan pengiriman barang
kemasan dapat hilang. Membuat catatan membantu anda menemukan
dan membetulkan masalah yang dapat terjadi.
a. Buat catatan informasi penerimaan barang setiap kali barang
dating.
b. Meminta petugas pengantar untuk menandatangani lembar diatas
sebelum meninggalkan fasilitas.
5. Periksa barang yang diterima dan barang yang ada dalam lembar
permintaan. Bila petugas menerima barang yang tidak dipesan atau
39. 39
tidak terdaftar pada lembar permintaan, ikuti kebijakan yang berlaku
difasilitas tempat petugas bekerja dalam hal pengembalian barang.
6. Periksa tanggal kadaluwarsa dari semua barang. Jangan menerima
obat yang kadaluwarsa. Obat yang sudah kadaluwarsa dapat
dikembalikan ke pemasok atau dibakar. Obat kadaluwarsa dapat
membahayakan pasien atau sama sekali tidak mempunyai khasiat.
7. Pemeriksaan mutu dari barang yang diterima untuk memeriksa ada
tisaknya tanda-tanda kerusakan :
a. Periksa obat yang didinginkan. Bila obat yang didinginkan tidak
dikemas dalam kemasan dingin (cold pack), jang diterima
kembalikan obat ke pemasok.
b. Periksa warna obat atau vaksin. Bila obat atau vaksin berubah
warna, mungkin sudah rusak,jangan diterima.
c. Periksa wadah yang pecah.periksa apa ada wadah yang
bocor.ambil wadah yang pecah secara hati-hati. Bila ada barang
bocor,singkirkan barang yang rusak terkena bocor.
d. Periksa barang yang tidak tertutup atau tidak mempunyai
label,sesorang mungkin telah merusak barang yang tidak tertutup.
Menggunakan obat yang tidak berlabel sangat berisiko,jang
diterima.
40. 40
e. Periksa adanya bau yang aneh pada tablet dan kapsul. Bila table
dan kapsul mempunya bau yang aneh,mungkin sudah rusak.jang
diterima.
f. Periksa table dan kapsul. Tuangkan tablet atau kapsul pada
permukaan yang bersih, seperti baki perhitung atau meja yang
ditutupi kertas.
g. Periksa adanya tablet dan kapsul yang pecah, berbubuk atau
lengket. Periksa adanya kapsul yang bengkak. Jang diterima tablet
atau kapsul yang rusak.
h. Periksa cairan suntik.kocok ampul obat. Pegang ampul oabat ke
sinar. Bairang yang jerni tidak memantulakan cahaya.bila ampul
mengandung partikel kecil, obat telah rusak. Jang diterima obat
tersebut. Obat yang bermutu rendah dan sudah rusak dikembalikan
kepada pemasok.
Bila sudah selesai melakukan pemeriksaan terhadap barang
yang diterima, tanda tangani lembar permintaan. Simpan lembar itu
dalam file yang ada di fasilitas.tempatkan barang yang rusak atau
bermutu rendah dalam kotak supaya dikembalikan ke pemasok. Waktu
pengembalian barang-barang yang rusak atau kadaluwarsa kepada
pemasok harus secepat mungkin.jang diterima.
8. Buat catatan mengenai semua ketidaksesuain yang petugas temukan
pada saat pemeriksaan.ketidaksesuaian meliputi obat dan persediaan
41. 41
hilang, berlebihan, kadaluwarsa, rusak ddan bermutu rendah. Kadang-
kadang ketidaksesuaian terlepas dari pemeriksaan pada saat
penerimaan. Tulis semua ketidaksesuaian dalam bentuk laporan
ketidaksesuaian kepada pihak yang berwenang, jika tidak ada formulir
pelaporan di fasilitas anda, buat dalam bentuk surat dan kirimkan ke
petugas yang berwenang, simpan salinan atau copian dalam file anda.
Catatan ketidaksesuaian penerimaan akan melindungi anda ketika
pihak yang erwenang dan pemasok menemukan sejumlah
ketidaksesuaian, dengan demikian masalah obat berangsur-angsur
dapat diselesaikan.
9. Simpan persediaan secara benar. Sesudah petugas memeriksa
barang kiriman, letakkan setiap jenis barang dekat label dalam tempat
penyimpanan. Ikuti prosedur FEFO atau FIFO. Catat pergerakan dari
setiap obat pada kartu persediaan obat. Mencatat pergerakan melitputi
tanggal, diterima dari, jumlah yang diterima, saldo, keterangan (nomor
permintaan dan tanggal kadaluwarsa) dan tanda tangan petugas.
4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi
menurut persyaratan yang telah ditetapkan disertai dengan sistem informasi
yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Tujuan dari manajemen penyimpanan obat adalah untuk melindungi obat-
obat yang disimpan dari kehilangan, kerusakan, kcurian, terbuang sia-sia,
42. 42
dan untuk mengatur aliran barang dari tempat penyimpanan ke penggunaan
melaalui suatu sistem yang terjangkau. Penggunaan informasi yang efektif
merupakan kunci untuk mencapai tujuan dari manajemen penyimpanan
tersebut (Siregar, 2004).
Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang atau bagian logistik
farmasi dapat menggunanakan beberapa sistem penyimpanan (Quick dkk,
1997). Macam-macam sistem penyimpanan tersebut adalah :
a. Fixed Location
Sistem ini sangat mudah di dalam mengatur barang,karena masing-
masing item persediaan selalu di simpan dalam tempat yang sama
dan di simpan dalam rak yang spesifik, rak tertutup atau dalam rak
bertingkat. Sistem ini diibaratkan seperti rumah, dimana seluruh
penghuni dapat mengetahui semua letak barang.
b. Fluid Location
Dalam sistem ini, penyimpanan di bagi menjadi beberapa tempat yang
dirancang.masing-masing tempat ditandai sebuah kode. Setiap item
disimpan dalam suatu tempat yang disukai pada waktu pengiriman.
Sistem ini dirancang seperti hotel. Ruangan ditandai hanya ketika
barang datang.
Sistem fluid location membutuhkan sistem klasi fikasi dimana
dialokasikan dengan kode yang khusus terhadap stock item yang lain.
Selain itu, untuk pelaporan stok beberapa batch dari beberapa item
43. 43
harus selalu dilaporkan letaknya secara fisik dari setiap item yang
disimpan. Dalam sistem ini, batch yang berbeda dari setiap item
mungkin disimpan. Dalam sistem ini, batch yang berbeda dari setiap
item mungkin disimpan dalam beberapa tempat yang berbeda.
c. Semi Fluid Location
Sistem ini merupakan kombinasi dari sistem kedua di atas. Sistem ini
diibaratkan seperti hotel yang digunakan oleh tamu. Setiap barang
selalu mendapatkan tempat yang sama. Barang yang khusus
diberikan tempat tersendiri. Dalam sistem ini, setiap item ditandai
dengan penempatan barang yang cocok supaya mempermudah dalam
mengambil stok. Saat menyediakan pesanan karyawan harus
mengetahui dimana letak setiap item, untuk memudahkan dalam
mengingat setiap item. Untuk barang yang slow moving perlu
dilakukan pemilihan lokasi dan penataan ulang. Sistem ini tidak
menghemat tempat seperti sistem fluid location. Adapun keistimewaan
sistem ini adalah ketika mengambil stok selalu diperhatikan tempat
yang sama. Tidak seperti sistem fixed location, dimana resiko tertukar
barang yang relative lebih kecil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan barang :
a. Lokasi gudang
Umumnya rumah sakit menyediakan sarana/ bagunan yang memang
digunakan untuk gudang, biasanya hanya menggunakan ruangan
44. 44
kosong yang kemudian direnovasi menjadi gudang, sehingga
kapasitas gudang yang tersedia tidak dapat memuat barang
kebutuhan, selain itu alat pengangkut tidak dapat keluar masuk dan
sirkulasi udara juga tidak diperhatikan dan diperhitungkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi gudang :
1) Aksesibilitas
2) Utilitas
3) Komunikasi
4) Bebas banjir
5) Mampu menampung semua barang yang akan disimpan
6) Keamanan
7) Infra struktur
b. Desain gudang
c. Jenis barang
d. Prosedur penyimpanan
e. Pemakaian alat bantu
Setelah diperoleh gudang yang dikehendaki sesuai dengan hal-hal
diatas seluruh barang yang akan disimpan harus dikelompokan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Kelompok/jenis barang
b. Kondisi yang diperlukan untuk menjaga kualitas
c. Ukuran berat
45. 45
Barang yang berat harus diletakan dekat pintu keluar, sehingga
memudahkan pada saat pengambilan, apabila datang barang berat
yang baru maka tidak perlu diletakan dibelakang barang berat yang
lama, cukup diberi keterangan/catatan “ambil kebelakang”.
d. Ukuran volume
Barang yang volumenya besar seperti kapas diletak didepan agar
pada saat pengambilan tidak mengalami kesulitan.
e. Fast or slow moving
Barang yang sering digunakan atau diminta diletak didepan/ dekat
pintu keluar.
f. Abjad
Setelah dikelompokan menurut jenis, ukuran dan kebutuhan maka
selanjutnya baru dilakukukan penyusunan barang berdasarkan
alphabet/abjad.
g. FIFO (First In First Out)
Sistem pengambilan dimana barang yang pertama masuk, akan
dikeluarkan terlebih dahulu, tetapi sistem seperti ini tidak bisa
digunakan untuk barang farmasi/obat-obatan yang memiliki tanggal
kadaluwarsa/expired date, harus memperhatikan tanggal kadaluwarsa,
masa kadaluwarsa yang lebih cepat harus dikeluarkan terlebih dahulu.
Tidak berdasarkan sistem FIFO ini, Stock Opname,kegunaannya adalah
untuk menghitung fisik yang ada, memeriksa barang yang sudah rusak atau
46. 46
expire, memisahkan barang-barang yang hamper kadaluwarsa untuk
langsung digunakan terlebih dahulu/diutamakan untuk dioprasionalkan.
Pengaturan penyimpanan obat dan persediaan menurut WHO adalah
sebagai berikut :
a. Simpan obat-obatan yang mempunyai kesamaan secara bersamaan
diatas rak.’kesamaan’ berarti dalam cara pemberian obat
(luar,oral,suntikan) dan bentuk ramuannya (obat kering atau cair).
b. Simpan obat sesuai tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan
prosedur FEFO (First Expiry First Out). Obat dengan tanggal
kadaluwarsa yang lebih pendek ditempatkan didepan obat yang
berkadaluwarsa lebih lama. Bila obat mempunyai tanggal kadaluwarsa
sama, tempatkan obat yang baru diterima dibelakang obat yang sudah
ada.
c. Simpan obat tanpa tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan
prosedur FIFO (First In First Out). Barang yang baru diterima
ditempatkan dibelakang barang yang sudah ada.
d. Buang obat yang kadaluwarsa dan rusak dengan dibuatkan catatan
pemusnahan obat, termasuk tanggal, jam, saksi, dan cara
pemusnahan.
5. Pendistribusian
Sistem distribusi obat dirumah sakit adalah tatanan jaringan sarana,
personel, prosedur dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan
47. 47
berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta
informasinya kepada penderita. Sistem distribusi obat mencakup
penghantaran sediaan obat yang telah di dispensing instalasi farmasi ke
daerah tempat perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan
obat,ketepatan penderita, ketepatan jadwal, tanggal, waktu, metode
pemberian, ketepatan personal pemberi obat kepada penderita serta
keutuhan mutu obat.
Bentuk-bentuk pendistribusian logistik farmasi rumah sakit
a. Sentralisasi
Penyimpanan dan pendistribusian semua obat/ barang farmasi
dipusatkan pada satu tempat. Seluruh kebutuhan obat/ barang farmasi
setiap unit perawatan/ pelayanan baik untuk kebutuhan individu
maupun kebutuhan dasar ruagan disuplai langsung dari pusat
pelayanan farmasi tersebut.
b. Bentuk desentralisasi
Pelayanan farmasi mempunyai cabang di dekat unit perawatan/
pelayanan sehingga penyimpanan dan pendistribusian kbutuhan obat
atau barang farmasi unit perawatan/ pelayanan tersebut baik untuk
kebutuhan inidividu maupun kebutuhan dasar ruangan tidak lagi
dilayani dari pusat pelayanan farmasi.
jenis sistem pendistribusian obat untuk penderita rawat inap :
a. Sistem distribusi obat resep individu.
48. 48
Resep individual adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita.
Pada sistem ini, kebutuhan barang farmasi individu psien tidak
tersedia di ruang perawatan, tetapi harus diambil/ ditembus ditempat
pelayanan farmasi dengan membawa resep/ instruksi pengobatan dari
dokter.
b. Sistem distribusi obat persediaan perlengkapan diruangan (floor stok).
Pada sistem ini kebutuhan obat/ perbekalan farmasi dalam jumlah
besar baik untuk kebutuhan dasar ruangan maupun kebutuhan
individu pasien yang diperoleh dari tempat pelayanan farmasi baik
sentralisasi maupun desentralisasi, disimpan diruangan perawatan.
c. Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan
diruangan.
Rumah sakit yang menerapkan sistem ini, selain menerapkan sistem
distribusi resep/ order individual sentralisasi, juga menerapkan
distribusi persediaan diruangan yang terbatas. Jenis dan jumlah obat
yang tersedia diruangan (daerah penderita) ditetapkan oleh PFT
dengan masukan dari instalasi farmasi rumah sakit dan dari pelayanan
keperawatan.
d. Sistem distribusi obat dosis unit.
Obat dosis unit adalah obat yang diorder oleh dokter untuk penderita,
terdiri atas satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam
50. 50
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Dasar Pemikiran Variable
Dasar pemikiran ini berangkat dari teori Subagya (1994). Teori
ini menyatakan terdapat enam komponen dalam siklus logistik yang
menyusun suatu manajemen logistik. Menurut Subagya manajemen
logistic adalah suatu ilmu pengetahuan dan seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan
material atau alat-alat. Komponen penyusun siklus logistic yaitu:
1. Perencanaan
Fungsi ini mencakup aktifitas dalam menetapkan sasaran-
sasaran, pedoman-pedoman, pengukuran, penyelenggaraan
bidang logistik. Penentuan kebutuhan merupakan perincian
(detailering) dan fungsi perencanaan, bilamana perlu semua faktor
yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan.
2. Penganggaran
Penganggaran adalah semua kegiatan dan usaha untuk
merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu standar
tertentu, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya dengan
51. 51
memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku
baginya.
3. Penerimaan
Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan yang sangat penting.
Jenis, jumlah,kualitas,spesifikasi, dan persyaratan lainnya dari
barang yang diterima harga sama dengan yang tercantum dalam
kontrak.
4. Penyimpanan
Suatu kegiatan pengaruran perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan disertai dengan system informasi yang
selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan.
5. Pendistribusian
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha
untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat ketempat
yang lainnya.
B. Kerangka Variable Yang Diteliti
Berdasarkan konsep berpikir seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka disusunlah pola pikir variabel yang diteliti sebagai
berikut:
53. 53
Keterangan :
Variable yang diteliti
Variable yang tidak diteliti
b. Definisi konseptual
1. Perencanaan
Perencanaan adalah metode yang digunakan untuk
menentukan langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai
pemenuhan kebutuhan obat di Instalasi Farmasi.
2. Penganggaran
Penganggaran adalah cara untuk mengalokasikan
sumber anggaran dan perincian dalam biaya penentuan
kebutuhan obat.
3. Penerimaan
Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan.yang
mencocokkan Jenis, jumlah, kualitas, spesifikasi, dan
persyaratan lainnya dari barang yang diterima harga sama
dengan yang tercantum dalam kontrak.
4. Penyimpanan
54. 54
Penyimpanan adalah usaha untuk melakukan
pengaturan tataruang, penyusunan stock obat, danmekanisme
penyimpanan obat.
5. Pendistribusian
Pendistrtibusian adalah kegiatan untuk mengelola
pemindahan obat dari satu tempat ketempat yang lainnya.
55. 55
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
melalui teknikin-depth interview (wawancara mendalam). Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa atau pengalaman informan
dengan mengutamakan pandangan dan informasi yang diberikan.
Dalam hal ini, peneliti menganalisis informasi yang diperoleh dari
informan dan memberikan arti dari informasi tersebut.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Mamuju Tengah. Penelitian dilaksanakan pada
Bulan April Tahun 2019.
2. Alasan Memilih Lokasi
Rumah sakit Umum Daerah Mamuju Tengah merupakan
rumah sakit rujukan pelayanan kesehatan yang ada di Kota Mamuju
Tengah dan juga karena melihat dari hasil observasi yang peneliti
lakukan diperoleh bahwa.untuk gudang penyimpanan obat tidak
sesuai dengan standar yang seharusnya dimana kantor dan gudang
56. 56
penyimpanan obatnya digabung dan sering terjadi kekosongan obat
diakibatkan Karena banyaknya obat yang keluar diluar dari resep
dokter.
C. Teknik Pengambilan Informan
1. Informan Kunci dan Informan Biasa
Informan dalam penelitian ini terdiri atas informan kunci
dan informan biasa. Dimana informan kunci yaitu KepalaI nstalasi
Farmasi sedangkan informan biasa yaitu Pengelola pada setiap
unit di InstalasiFarmasi.
2. Kriteria Pengambilan Informan
Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan
tekhnik purposive sampling dengan melihat pertimbangan tertentu.
Dimana informan kunci dan informan biasa dipilih karena dianggap
bisa dan mampu memberikan data atau informasi yang lengkap.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan data/informasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut
:
1. Wawancara mendalam (in depth interview)
Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan yang
dianggap mampu untuk menjaring data yang ada di lapangan
berkenaan dengan pertanyaan mengenai manajemen logistik farmasi.
57. 57
2. Pengamatan (observasi) secara partisipasif
Metode ini dilakakan dengan mengamati langsung
terhadap keseharian informan dalam melaksanakan tugasnya yakni
peneliti melakukan pengamatan sebagi penonton, di mana metode ini
dapat membantu menjelaskan data yang didapatkan melalui teknik
wawancara mendalam atau dengan kata lain dilakukan sebagai suatu
bentuk triangulasi guna menjamin validitas data yang telah didapatkan.
E. Pengelolaan Data dan Analisis Data
Data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini, diolah
melalui prosedur sebagai berikut :
1. Pengelolaan data/informasi
a. Pengelompokkan data/informasi
b. Pengumpulan data
2. Analisis data/informasi
Data informasi yang diperoleh dari informan kunci,
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode konstan dalam
tahapan sebagai berikut:
a. Mereduksi data, yakni dilakukan penyenderhanaan data,
penggolongan data, membuang data yang tidak perlu,
mengarahkan dan menggorganisasi data.
b. Mendisplay data, yakni menyajikan data yang telah dianalisis pada
alur pertama tadi untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi.
58. 58
c. Conclusion drawing (verifikasi), yakni penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal didukung olehbukti-bukti yang valid dan konsisten saat
pengumpulan data kembali, maka kesimpulan yang dikemukakan
adalah kesimpulan yang kredibel.
F. Teknik pengujian keabsahan data
Untuk menetapkan keabsahan data pada penelitian ini,
hanya digunakan dua triangulasi yaitu :
1. Tringulasi yang meliputi :
a. Tringulasi sumber :
1) Informan kunci
2) Informan biasa
b. Tringulasi metode meliputi
1) Wawancara mendalam
2) Observasi