2. TUGAS KADER DALAM
PENYELENGGARAAN POSYANDU
TUGAS SEBELUM HARI BUKA POSYANDU ATAU H-POSYANDU
YAITU TUGAS PERSIAPAN OLEH KADER
TUGAS PADA HARI BUKA POSYANDUATAU H POSYANDU
YAITU TUGAS UNTUK MELAKSANAKAN PELAYANAN 5
KEGIATAN
TUGAS SESUDAH HARI BUKA POSYANDU ATAU H+POSYANDU
YAITU TUGAS SETELAH HARI POSYANDU
2
7. PENGERTIAN STATUS GIZI
STATUS GIZI adalah keadaan keseimbangan
antara ASUPAN zat gizi dan KEBUTUHAN zat
gizi oleh tubuh untuk berbagai keperluan
proses biologi
GIZI SEIMBANG bila ASUPAN zat gizi SESUAI
dengan KEBUTUHAN zat gizi = GIZI BAIK
GIZI TIDAK SEIMBANG bila ASUPAN zat gizi
TIDAK SESUAI dengan KEBUTUHAN zat gizi
(Kurang atau Melebihi) = KURANG GIZI atau
GIZI LEBIH
7
8. Asupan zat gizi Kebutuhan zat gizi
Gizi Seimbang = Gizi Baik
Asupan zat gizi SESUAI kebutuhan zat gizi
Berat normal
8
9. Asupan zat gizi
Kebutuhan zat gizi
Gizi Tidak Seimbang = Kurang Gizi
Asupan zat gizi KURANG DARI kebutuhan zat gizi
Berat kurang
9
10. Asupan zat gizi
Kebutuhan zat gizi
Gizi Tidak Seimbang = Gizi Lebih
Asupan zat gizi MELEBIHI kebutuhan zat gizi
Berat lebih
10
12. ADALAH:
Perubahan ukuran fisik
dari waktu ke waktu,
baik dari segi DIMENSI,
PROPORSI, maupun
KOMPOSISI tubuh
Pada manusia, ukuran
fisik (tubuh) disebut
juga dengan istilah
ANTROPOMETRI
PERTUMBUHAN
12
14. 0 bln 1 bln 2 bln 3 bln
4 bln 5 bln 6 bln 7 bln
8 bln 9 bln 10 bln 11 bln
12 bln 13 bln 14 bln 15 bln
ADALAH:
Perubahan kemampuan
anak dalam gerakan
motorik kasar/halus,
kecerdasan, mental,
perilaku dari waktu ke
waktu
Perubahan
motorik kasar
PERKEMBANGAN
14
15. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Umur Anak (bulan)
Ukuran
fisik
Anak yang sehat akan tumbuh
dan berkembang dengan baik
Pertumbuhan dan Perkembangan
15
16. Pertumbuhan:
Perubahan yang dapat diukur secara
kuantitatif (Contoh: dari 5 kg menjadi
6 kg, dari 54 cm menjadi 60 cm)
Perkembangan:
Perubahan yang hanya dapat diukur
secara kualitatif (Contoh: dari dapat
merangkak menjadi dapat berdiri,
dari tidak dapat bicara menjadi dapat
bicara, dsb.)
Perbedaan Pertumbuhan dan
Perkembangan
16
17. 1. Pertumbuhan dan Perkembangan merupakan
proses perubahan yang mengikuti perjalanan
waktu (Contoh: dari bulan ke bulan)
2. Pertumbuhan dan Perkembangan hanya dapat
diketahui bila dilakukan pemantauan secara
teratur dan terus menerus
3. Setiap anak memiliki Jalur Pertumbuhan dan
Perkembangan NORMAL (“Trajectory”) yang
bervariasi
Kesamaan Pertumbuhan dan
Perkembangan
17
19. D
D
T
K
B
D
D
T
K
B
= Datang
= Daftar
= Timbang
= Kueh
= Bubar
= Deteksi
= Dini
= Tumbuh
= Kembang
= Balita
UMUM TERJADI
PEMANTAUAN
PERTUMBUHAN
PENIMBANGAN
BULANAN
SEHARUSNYA
19
20. 1. DATANG KE
POSYANDU
2. DIDAFTAR 3. DITIMBANG
PENIMBANGAN BULANAN BALITA DI POSYANDU
4. DICATAT DALAM
BUKU REGISTER
5. DIBAGI MAKANAN/
KUEH
6. PULANG
20
21. 1. DATANG KE
POSYANDU
4. BB ANAK DICATAT
& DI PLOT KE KMS
2. DIDAFTAR 3. DITIMBANG
5. DINILAI STATUS
PERTUMBUHAN
BERDASARKAN
KURVA BB ANAK
N = NAIK
T = TIDAK
NAIK
BGM, PERTAMA
DITIMBANG
KONFIRMASI
GIZI BURUK
TIDAK
GIZI
BURUK
DIRUJUK
6.
KONSELING
PELAYANAN GIZI
DAN KESEHATAN
DASAR
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU
21
22. APA TUJUAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN?
1. Mengetahui status pertumbuhan individu balita dari waktu ke waktu
secara teratur
2. Mengetahui secara lebih dini (awal) terjadinya gangguan
pertumbuhan pada individu balita
3. Memberikan tindakan penanggulangan (intervensi) segera pada anak
yang mengalami gangguan pertumbuhan agar dapat dikembalikan
ke jalur pertumbuhan normalnya
4. Memberikan konseling pada ibu/pengasuh anak dalam upaya
mempertahankan atau meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan
anak
22
23. BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN
1. CARA PLOT berat badan anak dalam KMS
2. CARA memasang timbangan (dacin) dan cara
menimbang anak
3. CARA menghitung umur anak yang lebih teliti
4. CARA menilai status pertumbuhan anak
5. CARA identifikasi anak yang harus tumbuh-kejar
6. CARA menentukan GARIS PERTUMBUHAN IDEAL
bagi anak yang harus tumbuh-kejar
23
24. 3. Gantungkan dacin dengan
posisi batang dacin sejajar
dengan mata penimbang
1. Pilih Pelana rumah
atau dahan peng-
gantung yang kuat
4. Sarung atau celana
timbang tempat
anak diletakkan
6. Bandul penyeimbang
dapat berupa kantong/
plastik berisi kerikil
atau pasir
2. Tali penggantung
dacin yang kuat
5. Bandul geser
di angka NOL
CARA MEMASANG DACIN YANG BENAR
24
26. 1. Karena pertumbuhan anak berhubungan dengan umur
SLOGAN: Bertambah umur bertambah berat badan
2. Karena kecepatan tumbuh (“growth rate”) balita dari
umur 0 bulan sampai 60 bulan berbeda-beda.
3. Mengetahui umur anak dengan tepat sangat penting
untuk menilai apakah kecepatan tumbuh anak mengikuti
kecepatan tumbuh normal pada umur tersebut.
a. Kecepatan tumbuh anak laki-laki:
a1). Antara 0 -1 bulan = 0,8 – 1,1 kg
a2). Antara 8 - 9 bulan = 0,3 – 0,5 kg
b. Kecepatan tumbuh anak perempuan:
b1). Antara 0 - 1 bulan = 0,6 – 0,9 kg
b2). Antara 8 - 9 bulan = 0,3 – 0,5 kg
MENGAPA UMUR HARUS DIHITUNG TELITI?
26
27. CARA MEMBULATKAN UMUR ANAK
Pedoman dari CDC (Center of Diseases Control)
tahun 2000:
1. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak
16 hari s/d 30 hari, dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh: 20 bulan + 17 hari = 21 bulan
19 bulan – 16 hari = 18 bulan
2. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak
1 hari s/d 15 hari, dibulatkan menjadi 0 bulan
Contoh: 20 bulan + 15 hari = 20 bulan
19 bulan – 14 hari = 19 bulan
27
28. CARA MENGHITUNG UMUR ANAK BALITA
Tanggal Hari Bulan Tahun
Ditimbang 05 07 2003
Lahir 10 06 2001
SELISIH -5 Hari 1 Bln 2 Thn
(-0 Bln) (1 Bln) (24 Bln)
UMUR ANAK = 24 bulan + 1 Bulan – 0 bulan
UMUR anak = 25 bulan
CONTOH 1
28
29. Tanggal Hari Bulan Tahun
Ditimbang 05 02 2003
Lahir 21 07 2001
SELISIH -16 Hari -5 Bln 2 Thn
(-1 Bln) (-5 Bln) (24 Bln)
UMUR ANAK = 24 bulan – 5 bulan – 1 bulan
UMUR anak = 18 bulan
CONTOH 2
29
30. BAGAIMANA CARA MENILAI STATUS
PERTUMBUHAN ANAK?
Bukan hanya asal naik berat badannya
Tapi harus dengan melihat garis pertumbuhan
anak dalam grafik KMS
Naik dan Tumbuh Normal
Naik tetapi
tumbuh Tidak Normal
30
31. 1. Garis pertumbuhan naik mengikuti salah satu pita warna
2. Garis pertumbuhan naik dan pindah ke pita warna di atasnya
2
1
Anak Yang Naik Berat Badannya (N)
31
32. 3 4 5
3. Garis pertumbuhan menurun, atau lebih rendah dari bulan lalu
4. Garis pertumbuhan mendatar, atau sama dengan bulan lalu
5. Garis pertumbuhan naik, tetapi pindah ke pita warna di bawahnya
Anak Yang Tidak Naik Berat Badannya (T)
32
33. a. Anak MENJADI BGM
b. BGM yang T
*) Harus dirujuk ke
Puskesmas/RS untuk
diperiksa dan mempe-
roleh perawatan
Anak PERTAMA KALI
ditimbang dan BGM
*) Harus dirujuk ke Pus-
kesmas utk konfirma-
si apakah anak GIZI
BURUK atau TIDAK
Anak BGM yang tumbuh
NORMAL, karena anak
tersebut memiliki tinggi
badan yang PENDEK
*) Tidak perlu dirujuk
ke Puskesmas
a
b
Bagaimana Dengan Anak BGM ?
33
34. Data SKDN dapat digunakan untuk memantau
status PERTUMBUHAN BALITA di suatu wilayah
Semua anak balita memiliki KMS dan
Ditimbang secara teratur tiap bulan agar dapat
dipantau apakah berat badan anak Naik/Tidak naik
untuk penyuluhan dan untuk diketahui tindakan
intervensi apa yang tepat bila diperlukan
DATA UNTUK
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN WILAYAH
34
35. Sumber Data SKDN POSYANDU
Pengelolaan
program
%
K/S
%
D/S
%
N/D
INTERVENSI
TINGKAT
WILAYAH
Pemantauan
pertumbuhan
balita di suatu
wilayah
Data hasil penimbangan
bulanan di Posyandu
S
K
D
N
POSYANDU
KELURAHAN/
DESA
Ambil data
35
36. BAGAIMANA TINGGI BADAN ANAK
DAN GENETIK
MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN BERAT BADAN
ANAK TERSEBUT
36
38. Anak No. 1
TB/U lebih dari Normal,
BB/TB = NORMAL
Jalur pertumbuhan normal
38
39. Anak No. 2
TB/U = NORMAL,
BB/TB = NORMAL
Jalur pertumbuhan normal
39
40. Anak No. 3
TB/U = PENDEK,
BB/TB = NORMAL
Jalur pertumbuhan normal
40
41. Anak No. 4
TB/U = SANGAT PENDEK,
BB/TB = NORMAL
Jalur pertumbuhan normal
41
42. Anak No. 5
TB/U lebih dari Normal,
BB/TB = KURUS
Jalur pertumbuhan normal
yang harus dikejar anak
Tumbuh kejar
42
43. Anak No. 6
TB/U = NORMAL,
BB/TB = KURUS
Jalur pertumbuhan normal
yang harus dikejar anak
Tumbuh kejar
43
44. Anak No. 7
TB/U = PENDEK,
BB/TB = KURUS
Jalur pertumbuhan normal
yang harus dikejar anak
Tumbuh kejar
44
45. Anak No. 8
TB/U = SANGAT PENDEK,
BB/TB = KURUS
Jalur pertumbuhan normal
yang harus dikejar anak
Tumbuh kejar
45
46. APA IMPLIKASI DARI KONDISI/KARAKTERISTIK
PERTUMBUHAN TERSEBUT UNTUK KONSELING ?
1. Untuk melaksanakan konseling atau nasihat gizi yang tepat, maka
sebaiknya anak diukur panjang atau tinggi badannya disamping
ditimbang berat badannya
2. Pengukuran panjang atau tinggi badan tidak perlu dilakukan setiap
bulan, tetapi cukup 6 bulan sekali atau setahun sekali
3. Perlu dipelajari dulu garis pertumbuhan berat badan anak terhadap
GARIS PERTUMBUHAN NORMAL berdasarkan PANJANG atau
TINGGI BADAN anak tersebut
4. Jangan memberi nasihat untuk mengurangi porsi makanan anak
atau untuk menambah porsi makanan anak sebelum diketahui pasti
bagaimana kondisi berat badan menurut tinggin badan anak
tersebut
46
47. APA AKIBATNYA KALAU KITA SALAH
MEMBERI NASIHAT GIZI ?
1. Anak BGM yang sebenarnya memiliki BB/TB NORMAL dinasihati untuk
menambah porsi makanan akibatnya suatu saat anak menjadi
GEMUK
2. Anak yang dianggap GIZI LEBIH tetapi sebenarnya memiliki BB/TB
normal dinasihati untuk mengurangi porsi makanannya akibatnya
suatu saat anak akan menjadi KURUS
3. Anak yang dianggap GIZI KURANG (di Pita Kuning) yang sebenarnya
memiliki BB/TB normal dinasihati untuk menambah porsi makanan
akibatnya suatu saat anak menjadi GEMUK
4. Anak yang dianggap GIZI BAIK (di Pita Hijau) padahal menurut BB/TB
nya KURUS, dinasihati untuk tetap dipertahankan pertumbuhan BB nya
di pita hijau akibatnya anak akan tetap KURUS atau menjadi lebih
KURUS
47
48. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
MEMBERIKAN KONSELING GIZI
1. Kita perlu identifikasi keadaan gizi anak secara teliti
agar konseling atau nasihat gizi dapat diberikan secara tepat
2. Kesalahan dalam identifikasi keadaan gizi anak dapat
menjebak anak ke keadaan gizi yang lebih memburuk
3. Kita harus berpedoman pada kondisi berikut:
a. Anak yang BGM belum tentu keadaa gizinya buruk
b. Anak yang BB nya di pita kuning belum tentu
keadaan gizinya kurang
c. Anak yang BB nya di pita hijau belum tentu
keadaan gizinya baik
d. Anak yang BB nya di atas pita kuning teratas
dalam KMS belum tentu keadaan gizinya lebih
48
49. Berat badan harapan
(normal)
Berat badan anak
sebenarnya
Garis pertumbuhan
normal anak (growth
trajectory)
Garis tumbuh yang harus
dilalui anak untuk “tumbuh
kejar”
16
9,5 kg
8,5 kg
49
50. KMS TIDAK DIANJURKAN
UNTUK MEMANTAU STATUS GIZI
(GIZI BAIK, KURANG, BURUK, LEBIH)
SETIAP BULAN,
KENAPA ?
51. 51
Status Gizi:
Status Pertumbuhan:
B B B B B B K K
T T T T T T T T
B=Baik; K=Kurang; T=Tidak naik
Berat badan terus turun,
tetapi status gizi tetap baik
Tiba-tiba menjadi
gizi kurang
52. Keberhasilan pengelolaan Posyandu
memerlukan dukungan yang kuat dari berbagai
pihak, baik dukungan moril, materil, maupun
finansial. Selain itu diperlukan adanya kerjasama,
tekanan dan pengabdian para pengelolanya
termasuk kader.
Apabila kegiatan Posyandu terselenggara
dengan baik akan memberikan kontribusi yang
besar, dalam menurunkan angka kematian ibu,
bayi, dan anak balita.
Buku Pegangan
PENUTUP
54. PENGERTIAN
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat
dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
pemantauan faktor risiko PTM Utama yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.
Faktor risiko PTM meliputi merokok, konsumsi
minuman beralkohol, pola makan tidak sehat,
kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi,
hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak
lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan
melalui konseling kesehatan dan segera merujuk
ke fasilitas yankes dasar.
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus
(DM), kanker, penyakit jantung&pembuluh darah
(PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
9/21/2022 54
55. TUJUAN
Meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pencegahan dan penemuan dini
faktor risiko PTM
9/21/2022 55
SASARAN KEGIATAN
Kelompok Masyarakat Sehat, Berisiko dan
Penyandang PTM usia > 15 tahun
56. WADAH KEGIATAN
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi
dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat
yang sudah ada, di tempat kerja atau di klinik
perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di
mana masyarakat dalam jumlah tertentu
berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di
mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan
organisasi politik maupun kemasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah
memadukan pelaksanaan Posbindu PTM dengan
kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian
waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan
tenaga yang ada.
9/21/2022 56
57. PELAKU KEGIATAN
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan
oleh kader kesehatan yang telah ada
atau beberapa orang dari masing-
masing kelompok/organisasi/
lembaga/tempat kerja yang bersedia
menyelenggarakan posbindu PTM, yang
dilatih secara khusus, dibina atau
difasilitasi untuk melakukan
pemantauan faktor risiko PTM di
masing-masing kelompok atau
organisasinya.
9/21/2022 57
58. BENTUK KEGIATAN
1. Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan dan
perilaku.
2. Pengukuran tinggi badan (TB), berat badan (BB), Indeks Massa Tubuh (IMT),
lingkar perut (LP), analisa lemak tubuh dan tekanan darah (TD)
3. Pemeriksaan funsi paru sederhana
4. Pemeriksaan gula darah
5. Pemeriksaan kadar lemak darah (kolesterol total dan trigliserida).
6. Pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan amphetamin urine
7. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat) dan Clinical Breast Examination
(CBE) oleh tenaga bidan terlatih
8. Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain) dan
penyuluhan kelompok termasuk sarasehan.
9. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.
10. Melakukan rujukan ke Puskesmas
Untuk jadwal sebaiknya diatur berdasarkan kesepakatan bersama dengan
memperhatikan anjuran jangka waktu monitoring yang bermanfaat secara klinis
(lihat pada tabel anjuran pemantauan).
.
59. Monitoring :
• Obesitas
• Hipertensi
• Hiperglikemi
• Hiperkolesterol
• Pem.Klinis
Payudara
• Faktor lain
• KIE
• Aktifitas Fisik
• Sarasehan
Konseling :
• Diet,
• Stop
merokok
• Stress
• Self Care
Aktifitas bersama :
60. KLASIFIKASI POSBINDU PTM
Posbindu Dasar
Wawancara Terarah Faktor Risiko dengan
Instrumen
Pemeriksaan Berat Badan, Tinggi Badan, Indeks
Massa Tubuh dan analisa lemak tubuh
Sadari/CBE (Pemeriksaan Payudara sendiri), Arus
Puncak Respirasi
Pemeriksaan Tekanan Darah
Posbindu Utama
Pemriksaan
IVA
Pemeriksaan Gula,
Kolesterol Total,
Trigliserida Darah
Layanan Posbindu
Dasar
61. ALAT ANALISA LEMAK TUBUH ALAT UKUR LINGKAR PERUT
PEAKFLOW
METER
POSBINDU PTM DASAR KIT
ALAT UKUR
TEKANAN DARAH
62. POSBINDU PTM UTAMA KIT
ALAT ANALISA LEMAK TUBUH
ALAT UKUR GULA DAN
LEMAK DARAH
ALAT UKUR
TEKANAN DARAH
ALAT UKUR LINGKAR PERUT
IVA
65. KEGIATAN LAINNYA DALAM PENYELENGGARAN
POSBINDU
DETEKSI DINI
DAN TATA LAKSANA FAKTOR RISIKO
PENYAKIT TIDAK MENULAR SECARA MANDIRI
Senam Bersama
Sepeda Gembira
Penyuluhan melalui Kegiatan Keagamaan
Demo Masak Menu Sehat
dan seimbang
66. PRASARANA DAN SARANA
PENUNJANG
.
Tipe
Posbindu PTM
Peralatan Deteksi Dini
dan Monitoring Faktor Risiko PTM
Peralatan KIE dan Penunjang
Posbindu PTM Dasar Alat ukur Lingkar Perut
Alat ukur tinggi badan
Tensimeter Digital
Alat Analisa Lemak Tubuh
Feakflow meter
: 1 Unit
: 1 Unit
: 1 Unit
: 1 Unit
: 1 Unit
Lembar Balik
Leaflet / brosur
Poster
Buku
Pencatatan
Buku Panduan
Buku Formulir
Rujukan
KMS FR-PTM
Kursi dan Meja
Kamar khusus
Alat Tulis kantor
Model Makanan
: 2 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah
: Serial
: 1 Buah
: 1 Buah
: Sesuai kebutuhan
: Untuk
pemeriksaan IVA
: 1 Set
: 1 Paket
Posbindu PTM Utama
Posbindu PTM Dasar kit
Alat Ukur Kadar Gula,
kolesterol total dan
Trigliserid
Alat Ukur Kadar Alkohol
Pernafasan
Tes Amfetamin Urin
Bahan IVA dan alat
kesehatan dan penunjang
lainnya
: 1 Paket
: 1 Unit
: 1 Unit
: 1 Paket
: 1 Paket
:
67. Faktor Risiko Baik Sedang Buruk
Gula darah puasa 80-109 110-125 126
Glukosa darah 2 jam 80-144 145-179 180
Glukosa darah
sewaktu
80-144 145-199 200
Kolesterol darah total < 150 150-189 190
Trigliserida <140 140-150 > 150
Tekanan darah <130/80 130-
139/80-90
140/90
Indeks Masa Tubuh
(IMT)
18,5-22,9 23-24 >25
Lingkar Perut P < 90cm; W - P >90 cm; W >80
.
KRITERIA PENGENDALIAN FAKTOR
RISIKO PTM
68. .
FREKUENSI DAN JANGKA
WAKTU PEMANTAUAN FAKTOR
RISIKO PTM
Faktor Risiko Orang Sehat Faktor Risiko Penderita
PTM
Glukosa darah puasa 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali
Glukosa darah 2 jam 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali
Glukosa darah sewaktu 3 tahun sekali 1 tahun sekali 1 bulan sekali
Kolesterol darah total 5 tahun sekali 6 bulan sekali 3 bulan sekali
Trigliserida 5 tahun sekali 6 bulan sekali 3 bulan sekali
Tekanan darah 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali
Indeks Masa Tubuh (IMT) 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali
Lingkar Perut 1 bulan sekali 1 bulan sekali 1 bulan sekali
Arus Puncak Ekspirasi 1 tahun sekali 3 bulan sekali 1 bulan sekali
IVA 5 Tahun sekali
Cedera dan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga
6 bulan sekali 3 bulan sekali 3 bulan sekali
Kadar Alkohol Pernafasan
dan Tes Amfetamin Urin
1 tahun sekali 6 bulan sekali 1 bulan sekali
69. RUJUKAN
Bila terdapat peserta yang memiliki kriteria harus
dirujuk, sesegeranya dirujuk ke Puskesmas dengan
terlebih dahulu memotivasi agar mau dirujuk ke
Puskesmas.
Pada saat merujuk, sertakan KMS dan lembar rujukan
ke Puskesmas sebagai media informasi Petugas
Puskesmas dalam menerima rujukan dari masyarakat.
Pada kondisi tertentu bila memerlukan pendamping
rujukan dari kader Posbindu PTM agar dipersiapkan
dengan sebaik-baiknya.
.
70. PENILAIAN DAN EVALUASI
Penilaian tersebut meliputi berapa jumlah
tenaga kader aktif mengikuti kegiatan, berapa
peserta yang datang berkunjung teratur
setiap bulannya, berapa kali olahraga
bersama dan penyuluhan
kesehatan/konseling yang dilakukan dalam
setahun, berapa peserta yang terkendali
faktor risikonya, serta berapa banyak peserta
yang dirujuk ke Puskesmas.
.
71. PEMBINAAN POSBINDU PTM
Pembinaan secara periodik oleh
Puskesmas atau Dinkes Kabupaten/Kota.
Kegiatan Pembinaan :
1. Penyelenggaraan forum komunikasi
min 2x setahun
2. Pemilihan kader teladan
3. Pemilihan Posbindu teladan
4. Pelaksanaan studi banding
9/21/2022 71
72. PENCATATAN PELAPORAN
L P L P L P L P L P L P L P
Obesitas umum
Normal
Obesitas sentral
Normal
Hipertensi
Normal
Hiperglikemia
Normal
Hipercholesterolemia
Normal
Hipertrigliseridemia
Normal
Terganggu
Normal
Positif
Negatif
benjolan payudara
Normal
Positif
Negatif
Positif
Negatif
45-54
Utama
2
Tekanan Darah
8 Uji Paru
11
12
Pemeriksaan payudara (CBE)
PENCATATAN DAN PELAPORAN FAKTOR RISIKO PTM
No Tipe Pengukuran Faktor Risiko
Golongan Umur
55+ SUB TOTAL TOTAL
Rujukan Puskesmas
5
Dasar
Lingkar perut
10
Gula darah
TB dan BB (IMT)
<18 18-44
9 IVA
6
7
Kadar amfetamin urin
Kadar alkohol pernafasan
Cholesterol darah
Trigliserida darah
74. No Faktor risiko Cut off point
1 Tekanan darah Sistole >= 140 mmHg
Diastole >= 90 mmHg
2 Kurang makan buah dan sayur (5
porsi sehari)
Ya, tidak
3 Kurang aktivitas fisik (150 menit
per minggu)
Ya, tidak
4 Merokok Ya, tidak
5 Penyuluhan rokok Ikut, tidak ikut
6 Konsumsi minuman beralkohol Ya, tidak
7 IMT >= 23 obesitas
8 Lingkar perut Laki-laki >=90 cm
Perempuan >=80 cm
9 Fungsi paru sederhana Baik (< dari prediksi), buruk
10 Gula darah >200 mg/dL hiperglikemi
indivi
du
75. No Faktor risiko Cut off point
11 Kolesterol darah >190 hiperkolesterolemia
12 Trigliserida >=140 hipertrigliserida
13 Benjolan payudara Ditemukan,tdk ditemukan
14 IVA Positif, negatif
15 Penyuluhan IVA dan CBE Ikut, tidak ikut
16 Kadar alkohol pernafasan Positif, negatif
17 Amfetamin urin Positif, negatif
18 Penyuluhan potensi cedera Ikut, tidak ikut
indivi
du
76. IKU PENGENDALIAN PTM
NO URAIAN IKU
Target
Baseline 2015 2016 2017 2018 2019
1
Prevalensi penduduk
usia>15 tahun dengan
tekanan darah tinggi
25,8% 25,28% 24,77% 24,28% 23,79% 23,38%
2
Prevalensi penduduk usia
>15 tahun dengan gula
darah tinggi
6,9% 6,3% 5,9% 5,3% 4,8% 4,4%
77. GIZI PADA USIA PRODUKTIF
DAN LANSIA
TERUTAMA LANSIA
PEMBERIAN VITAMIN ATAU MULTIVITAMIN
PEMBERIAN SUSU
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
78.
79. Definisi
Tekanan darah adalah kekuatan yang
diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam
pembuluh darah dan beredar mencapai semua
jaringan tubuh manusia.
Tekanan darah dibedakan :
Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah
pada waktu jantung menguncup.
Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah
pada saat jantung mengendor kembali.
80. Alat tensimeter terdiri atas beberapa
komponen utama berikut:
manset (cuff) dari karet yang dibungkus
kain.
Manometer air raksa berskala 0 mm-
300
mmHg.
Pompa karet.
Pipa karet atau selang.
81. Pengukuran tekanan darah dilakukan
dengan memasang manset di lengan
atas, kira-kira 2-3 cm di atas lipatan
siku. Jari tangan kiri diletakkan dilipatan
siku untuk meraba denyut pembuluh
nadi, lalu pompa karet di tekan dengan
tangan kanan agar udara masuk ke
dalam, sampai denyut pembuluh tidak
teraba lagi. Kemudian stetoskop
dipasang dilipatan siku sambil ventil
putar dibuka sedikit demi sedikit secara
perlahan untuk menurunkan tekanan
82. PEMERIKSAAN TEKANAN
DARAH
1. Pasanglah manset pada lengan atas ,
dengan batas bawah manset 2 - 3 cm
dari lipat siku dan perhatikan posisi
pipa manset yang akan menekan tepat
di atas denyutan arteri di lipat siku (
arteri brakialis)
2. Letakkan stetoskop tepat di atas arteri
brakialis
3. Rabalah pulsasi arteri pada
pergelangan tangan (arteri radialis)
83. POSISI TERBAIK SAAT
PENGUKURAN TEKANAN
DARAH
posisi duduk dengan siku
lengan menekuk di atas meja dengan
posisi telapak tangan menghadap ke
atas dan posisi lengan sebaiknya
setinggi jantung .
84.
85. LANJUTAN...
1. Pompalah manset hingga tekanan manset
mencapai 50 mmHg setelah pulsasi arteri
radialis menghilang.
2. Bukalah katup manset dan tekanan manset
dibirkan menurun perlahan dengan
kecepatan 2-3 mmHg/detik
3. Bila bunyi pertama terdengar , ingatlah dan
catatlah sebagai tekanan sistolik.
4. Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat
sebagai tekanan diastolik
5. Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg,
86. Dalam pengukuran tekanan darah ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1. Pengukuran tekanan darah boleh dilaksanakan
pada posisi duduk ataupun berbaring. Namun yang
penting, lengan tangan harus dapat diletakkan
dengan santai.
2. Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat
pengukuran. Pada orang yang baru bangun tidur,
akan didapatkan tekanan darah paling rendah,
yang dinamakan tekanan darah basal.
3. Tekanan yang diukur setelah berjalan kaki atau
aktivitas fisik lain akan memberi angka yang lebih
tinggi.
4. Oleh karena itu, sebelum pengukuran tekanan
87. 5. Pada suatu pemeriksaan kesehatan,
sebaiknya tekanan darah di ukur 2 atau
3 kali berturut-turut. Jika hasilnya
berbeda, maka nilai yang dipakai adalah
nilai yang terendah.
6. Ukuran manset (cuff) harus sesuai
dengan lingkar lengan, bagian yang
mengembang harus melingkari 80%
lengan dan mencakup dua pertiga dari
panjang lengan atas. Untuk itu,
sebaiknya digunakan ukuran manset
89. Kelompok Usia Normal
(mmHg)
Hipertensi
(mmHg)
Bayi 80/40 90/60
Anak 7-11 tahun 100/60 120/80
Remaja 12-17 tahun 115/70 130/80
Dewasa 20-45 tahun 120-125/75-
80
135/90
65 Tahun 135-140/85 140/90-
160/95
90. KESIMPULAN
Peranan semua pihak dalam
Mengembangkan Posbindu PTM sangat
diperlukan
MARI MENUMBUHKEMBANGKAN
POSBINDU PTM
Saat ini di Indonesia terdapat 1114 Posbindu PTM yang tersebar di 29 Propinsi,. Diharapkan di semua Kelurahan dapat menyelenggarakan kegiatan Posbindu PTM sebagai bentuk mawas diri dari masyarakat terhadap faktor risiko PTM.
Diharapkan di fasilitas umum seperti hotel, apotik, mall, perkantoran, terminal, pelabuhan dll dapat tersedia fasilitas penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM. Sehingga masyarakat dapat selalu mawas diri terhadap faktor risiko PTM.
Pemda/industri/swasta/organisasi/sektor lainnya diharapkan dapat ikut memfasilitasi kegiatan Posbindu PTM
Posbindu PTM adalah Pos Pembinaan Terpadu untuk monitoring (tekanan darah, obesitas, merokok, diet) dan konseling faktor risiko PTM yang dilakukan oleh dan untuk masyarakat secara rutin dan periodik
Posbindu PTM merupakan UKBM untuk mawas diri terhadap faktor risiko PTM pada populasi sehat (mengingat sebagian besar FR PTM tidak memberikan gejala,
Kasus faktor risiko PTM yang ditemukan yang tidak dapat dikendalikan melalui konseling dirujuk ke fasilitas pelayanan dasar di masyarakat (Puskesmas, Klinik swasta, dan dokter keluarga) untuk tidak lanjut dini
Mekanisme rujukan sedang dikembangkan
Upaya ini perlu difasilitasi oleh Dinas kesehatan dan profesi (teknis medis, kaderisasi), serta difasilitasi oleh Pemda (fasiltas peralatan dan legal aspek)