This document discusses two-way slab systems. It begins by defining one-way and two-way slabs based on ratios of span lengths. It then discusses several analysis methods for two-way slabs including classical, yield line theory, and frame analog methods. Reinforcement requirements are outlined including minimum area, spacing, and development lengths. Design requirements such as minimum thickness based on span ratios are also summarized. Allowable deflections are provided from construction codes.
1. TUGAS BETON
MAKALAH PLAT DUA ARAH
Dikerjakan Oleh :
IBNU EL MUSAYYAB (119130216)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
SEMESTER 4 2020 - 2021
2. 2
A.PENGERTIAN
Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban transfersal
melalui aksi lentur dari masing-masing tumpuan pelat. Sistem perencanaan tulangan pelat
beton pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Sistem pelat satu arah (one way slab)
Apabila Lx < 0,4 Ly , pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan
B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan
demikian pelat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada
arah x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
2. Sistem pelat dua arah (two way slab)
Apabila Lx ≥ 0,4 Ly , pelat dianggap sebagai menumpu pada balok B1, B2, B3, B4 yang
lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya. Dengan demikian pelat
tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat dipasang
pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen setiap arah yang
timbul.
3. 3
Plat dan slab dua arah merupakan panel-panel beton bertulang yang perbandingan antara
panjang dan lebarnya lebih kecil dari 2. Analisis dan desain sistem slab meliputi beberapa
aspek antara lain, kapasitas momen, kapasitas geser kolom slab, dan perilaku
serviceability. Dalam perkembangannya saat ini plat beton 2 arah digunakan untuk
struktur dalam bangunan, jembatan, struktur hidrolik dan lain sebagainya. Untuk beban
plat lantai pada plat dua arah disalurkan ke empat sisi plat atau ke empat balok
pendukung, akibatnya tulangan utama plat diperlukan pada kedua arah sisi plat.
Permukaan lendutan plat mempunyai kelengkungan ganda.
Beberapa tipe pelat lantai yang banyak digunakan pada konstruksi diantaranya:
1. Sistem Lantai Flat Slab
Sistem flat slab merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-
kolom tanpa adanya balok –balok. Biasanya digunakan untuk intensitas beban yang tidak
terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah kritis di sekitar kolom penumpu,
biasanya diberi penebalan (drop panel) untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser,
pons dan lentur. Flat slab tanpa diberi kepala kolom (drop panel) disebut flat plate.
2. Sistem Lantai Grid (Waffle System)
Sistem lantai grid (Waffle System) mempunyai balok-balok yang saling bersilangan
dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis.
Gambar 4. Pelat lantai dengan sistem flat slab.
(http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-ii.html)
4. 4
3. Sistem Pelat dan Balok
Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh balok-balok
monolit, yang umumnya ditempelkan pada jarak 3,0 m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak
dipakai, kokoh dan sering digunakan untuk menunjan sistem pelat lantai yang tidak
beraturan.
Gambar 5. Pelat lantai dengan sistem lantai grid
(http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-ii.html)
Gambar 6. Pelat lantai dengan sistem pelat dan balok.
(http://oneeightytwocivil.blogspot.co.id/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-beton-ii.html)
5. 5
B. METODE PLAT DUA ARAH
Beberapa metode yang digunakan untuk menganalisis plat dua arah, antara lain:
1. Metode Klasik
Metode ini sebagian besar ditentukan pada teori elastis, di mana pemakaian analisis
tingkat tinggi banyak dijumpai. Metode ini didasarkan pada fenomena fisis pelat, yaitu
lenturan pelat. Lenturan dibuat matematis dengan menggunakan penyederhanaan-
penyederhanaan.
2. Metode Pendekatan dan Nomerik, antara lain :
a. Metode garis luluh (Yield Line Theory)
Dalam metode ini kekuatan suatu pelat dimisalkan ditentukan oleh lentur saja. Pengaruh-
pengaruh lain seperti lendutan dan geser harus ditinjau tersendiri.
b. Metode jaringan balok
Metode ini didasarkan pada metode kekakuan (mengubah struktur kinematis tak tentu
menjadi struktur kinematis tertentu). Analisis struktur pelat didekati dengan jaringan
balok silang, struktur pelat dianggap tersusun dari jalur-jalur balok tipis dalam masing-
masing arah dengan tinggi balok sama dengan pelat.
c. Metode pendekatan PBI 71
Didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang
disederhanakan. Momen-momen yang dihasilkan dari rumus momen yang sudah ada.
Besarnya momen ini dipengaruhi oleh besarnya beban terbagi rata per meter panjang,
panjang bentang arah x dan arah y dari panel pelat. Dari hitungan momen didapatkan
MLx (momen lapangan pada arah x), MTx (momen tumpuan/tepi pada arah x), MLy
(momen lapangan pada arah y), MTy (momen tumpuan/tepi pada arah y). Perhitungan
momen-momen tersebut harus sesuai dengan perletakan masing-masing sisi struktur
pelat yang direncanakan. Anggapan Tumpuan
c.1 Terletak bebas, hal ini terjadi apabila pelat dapat berotasi bebas pada
tumpuannya.
pelat
Balok tepi sebelum berotasi
6. 6
Pelat setelah berotasi
Balok tepi
pelat
balok
pelat
balok
c.2 Terjepit elastis, terjadi apabila pelat pada tumpuan merupakan satu kesatuan
dengan balok pemikul yang relative tidak terlalu kaku, sehingga memungkinkan
terjadi rotasi.
c.3 Terjepit penuh, hal ini terjadi apabila penampang pelat diatas tumpuan tidak
dapat berotasi akibat beban, misalnya pada balok pemikul yang relative kaku atau
pada kondisi pelat yang simetris.
pelat
kaku
d. Metode pendekatan SNI-2847-2002
Metode Perencanaan Langsung (Direct Design Method)
Pada metode ini yang didapatkan adalah pendekatan momen dengan menggunakan
koefisien-koefisien yang disederhanakan.
Metode Portal Ekivalen (Eqivalen Frame Method)
7. 7
Metode ini digunakan untuk memperoleh variasi longitudinal dari momen dan geser,
maka kekakuan relatif dari kolom-kolom, berikut sistem lantai dimisalkan di dalam
analisis pendahuluan dan kemudian diperiksa seperti halnya dengan perencanaan dari
struktur statis tak tentu lainnya.
C.PENULANGAN PADA PLAT 2 ARAH
Penempatan tulangan pada sistem plat dua arah, sesuai dengan sifat beban dan kondisi
tumpuannya, harus memenuhi ketentuan yang ada pada SK-SNI-2002.
- Luas tulangan plat pada masing-masing arah dari sistem plat dua arah ditentukan
dengan meninjau momen-momen pada penampang kritis tapi tidak boleh kurang
daripada yang diisyaratkan.
- Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih daripada dua kali tebal
plat kecuali untuk bagian plat yang berada pada daerah rongga atau rusuk.
- Tulangan momen positif yang tegak lurus tepi tak-menerus harus diteruskan
hingga mencapai tepi plat dan ditanam, dapat dengan kaitan, minimum sepanjang
150 mm ke dalam balok tepi, kolom, atau dinding.
- Tulangan momen negatif yang tegak lurus tepi tak-menerus harus di angkur pada
balok tepi, kolom, atau dinding, sesuai dengan ketentuaan mengenai panjang
penanaman.
- Bila plat tidak memiliki balok tepi atau dinding pada tepi tak-menerus, atau pada
plat yang membentuk kantilever pada tumpuan maka pengangkuran tulangan
harus dilakukan di dalam plat itu sendiri.
8. 8
Pada gambar 3 , terlihat pada garis tersebut hanya tulangan horizontal dan vertikal
bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas
atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan
penggambaran dan simbol-simbol sebagai berikut :
1. Aturan umum dalam penggambaran, yaitu harus dapat dilihat / dibaca dari bawah
dan / atau sebelah kanan diputar ke bawah.
2. Tulangan yang dipasang di atas diberi tanda berupa segitiga dengan bagian lancip
di bawah, disebut simbol mendukung (▼). Sesuatu yang mendukung, pasti berada
di atas.
3. Tulangan yang dipasang di atas diberi tanda segitiga dengan bagian lancin di atas,
disebut simbol menginjak (▲). Sesuatu yang diinjak, pasti berada di bawah.
Persyaratan tebal pelat lantai 2 arah
1. Tebal minimum pelat tanpa balok
Pelat tanpa penebalan (drop panel) = 120 mm
Pelat dengan penebalan = 100 mm
2. Tebal minimum pelat dengan balok
Tebal pelat tidak boleh lebih dari:
9. 9
h =
𝑙𝑛(0,8+
𝑓𝑦
1500
)
36
Tebal pelat tidak boleh kurang dari
h =
𝑙𝑛(0,8+
𝑓𝑦
1500
)
36+9𝛽
Tebal pelat lantai dengan balok dihitung dengan rumus
h =
𝑙𝑛(0,8+
𝑓𝑦
1500
)
36+5𝛽[𝛼𝑚−0,12(1+
1
𝛽
)]
ln = bentang bersih terbesar antara kedua arah
𝛽 = perbandingan bentang bersih terpanjang dengan bentang bersih terpendek pada
panel yang ditinjau
𝛼𝑚 =
1
4
(𝛼1 + 𝛼2 + 𝛼3 + 𝛼4)
𝛼 =
𝐸𝑏.𝐼𝑏
𝐸𝑠.𝐼𝑠
𝛼1
𝛼2 𝛼3
𝛼4
Dalam segala hal tebal minimum pelat:
𝛼𝑚< 2 h minimum = 120 mm
𝛼𝑚 ≥ 2 h minimum = 90 mm
Tebal Minimum Plat dua arah
Tebal minimum plat tanpa balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya
dan mempunyai rasio bentang panjang terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari
dua, harus memenuhi ketentuan Tabel 10 pada pasal 11.5.3.2 dari SNI-03-2847-2002 dan
tidak boleh kurang dari nilai berikut:
- Pelat tanpa penebalan ………………………………………………..120 mm
- Pelat dengan penebalan ………………………………………………100 mm
10. 10
Pada tepi yang tida menerus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan α ≥ 0,8 atau
sebagai alternatif ketebalan minimum yang ditentukan pada persamaan diatas harus
dinaikan paling tidak 10% pada panel dengan tepi yang tidak menerus. Plat yang
tebalnya kurang daripada yang ditetapkan maka boleh digunakan selama dapat
dibuktikan dengan perhitungan bahwa lendutan yang terjadi tidak melebihi batas
lendutan yang diijinkan.
Untuk tulangan plat tanpa balok ada tambahan persyaratan pada pasal 15.3.8, yaitu:
- Tulangan pada plat tanpa balok harus diteruskan pada panjang minimum.
- Bila panjang bentang yang bersebelahan tidak sama maka penerusan tulangan
momen negatif diluar bidang muka tumpuan seperti pada Gambar. 28 harus
didasarkan pada bentang yang lebih panjang.
11. 11
- Tulangan miring hanya diperkenankan bila perbandingan tinggi terhadap
bentang memungkinkan digunakan tulangan dengan kemiringan ≤ 450
.
Batas Lendutan Plat (SNI 03-1287-2002 pasal 11.5.3 Tabel 9)
12. 12
Batasan yang dimaksudkan tidak untuk mencegah terjadinya genangan air. Kemungkinan
penggenangan air harus diperiksa dengan melakukan perhitungan lendutan, termasuk
lendutan tambahan akibat adanya penggenangan air tersebut, dan mempertimbangkan
pengaruh jangka panjang dari beban yang selalu bekerja, lawan lendut, toleransi
konstruksi dan keandalan sistem drainase. Batas lendutan boleh dilampaui bila langkah
pencegahan kerusakan terhadap komponen yang ditumpu atau yang disatukan telah
dilakukan. Lendutan jangka panjang harus dihitung berdasarkan ketentuan pada pasal
11.5.2.5 atau 11.5.4.2, tetapi boleh dikurangi dengan nilai lendutan yang terjadi sebelum
penambahan komponen non-struktural. Besarnya nilai lendutan ini harus ditentukan
berdasarkan data teknis yang dapat diterima berkenaan dengan karakteristik hubungan
waktu dan lendutan dari komponen struktur yang serupa dengan komponen struktur yang
ditinjau. Tetapi tidak boleh lebih besar dari toleransi yang disediakan untuk komponen
non-struktur. Batasan ini boleh dilampaui bila ada lawan lendut yang disediakan
sedemikian hingga lendutan total dikurangi lawan lendut tidak melebihi batas lendutan
yang ada.