Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Science Technology and Society
1. PENGARUH PENGGUNAAN HANDOUT IPA-FISIKA BERBASIS
SCIENCE TECHNOLOGY AND SOCIETY (STS) PADA
PENCAPAIAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP N 1 CANDUANG
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kependidikan
Oleh:
AINUL HUDA
12726/2009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
1
2. PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : Pengaruh Penggunaan Handout IPA-Fisika Berbasis
Science Technology and Society (STS) Pada Pencapaian
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 1 Canduang
2
Nama : Ainul Huda
NIM/BP : 12726/2009
Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Padang, 19 Juli 2013
Disetujui oleh:
3. PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI
3
Nama
: Ainul Huda
NIM/ BP : 12718/ 2009
Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
dengan judul
PENGARUH PENGGUNAAN HANDOUT IPA-FISIKA BERBASIS
SCIENCE TECHNOLOGY AND SOCIETY (STS) PADA
PENCAPAIAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP N 1 CANDUANG
Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang
Padang, 30 Juli 2013
Tim Penguji
Nama
Ketua : Drs. H. Amran Hasra ____________________
Sekretaris : Dra. Yurnetti, M.Pd ____________________
Anggota : Dr. Hj. Djusmaini Djamas M.Si ____________________
Anggota : Dra. Nurhayati, M.Pd ____________________
Anggota : Zulhendri Kamus, S.Pd, M.Si ____________________
4. SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
4
penulisan karya ilmiah yang lazim.
5. ABSTRAK
Ainul Huda : Pengaruh Penggunaan Handout IPA-Fisika Berbasis
Science Technology and Society (STS) Pada Pencapaian
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 1 Canduang
Rendahnya hasil belajar IPA-Fisika siswa dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor eksternal yang diduga mempengaruhi rendahnya hasil
belajar siswa adalah bahan ajar, media dan metode pembelajaran. Hal ini
mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Pemahaman IPA-Fisika dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan dan
mengaplikasikan IPTEK menggunakan pendekatan Science Technology and Society.
Oleh sebab itu dapat digunakan handout IPA-Fisika berbasis Science Technology and
Society (STS) yang dapat membantu siswa dalam memahami materi IPA-Fisika.
Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan “Randomized
Control Group Only Design”. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMPN 1
Canduang yang terdaftar pada Tahun Ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data
mencakup ketiga ranah penilaian, yaitu ranah kognitif dalam bentuk tes tulis, ranah
afektif dalam bentuk lembar observasi aktivitas siswa, dan ranah psikomotor dalam
bentuk rubrik penskoran. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji
kesamaan dua rata-rata.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data penilaian hasil
belajar fisika siswa pada tiga ranah. Pada Ranah kognitif diperoleh nilai thitung sebesar
2,35 dan ttabel sebesar 2,02. Ranah afektif diperoleh nilai thitung sebesar 2,03 dan ttabel
2,02. Begitu juga dengan ranah psikomotor diperoleh nilai thitung sebesar 2,38 dan ttabel
2,02 pada taraf nyata 0,05. Uji statistik menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
berarti penggunaan handout IPA-Fisika berbasis Science Technology And Society
(STS) terhadap hasil belajar siswa pada taraf nyata 0,05.
i
6. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Handout IPA-Fisika Berbasis Science Technology and
Society (STS) Pada Pencapaian Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 1
Canduang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Fisika FMIPA
ii
UNP.
Dalam pelaksanaan penelitian penulis telah banyak mendapatkan bantuan,
dorongan, petunjuk, pelajaran, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Amran Hasra selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan
memotivasi dalam penulisan skripsi.
2. Ibu Dra. Yurnetti, M.Pd sebagai Penasihat Akademis sekaligus Pembimbing II
yang telah membimbing dan memotivasi dalam penulisan skripsi.
3. Ibu Dr. Hj. Djusmaini Djamas M.Si, Ibu Dra Nurhayati, M.Pd. dan Bapak
Zulhendri Kamus, S.Pd, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan
masukan dalam penulisan skripsi.
4. Bapak Drs. Akmam, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNP
5. Bapak dan Ibu Staf pengajar dan karyawan Jurusan Fisika
7. 6. Bapak Drs. Novrizaldi selaku Kepala SMP N 1 Canduang yang telah memberi
izin untuk melakukan penelitian di SMP N 1 Canduang
7. Ibu Nofiar selaku Guru SMP N 1 Canduang yang telah member izin dan
iii
bimbingan selama penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam perencanaan, pelaksanaan, penyusunan
dan penyelesaian skripsi
Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal shaleh bagi
Bapak dan Ibu serta mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Padang, Juli 2013
Penulis
8. DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS................................................................................. 7
A. Tinjauan Teoritis ................................................................................. 7
1. Karakteristik Pembelajaran IPA-Fisika menurut KTSP ................ 7
2. Handout sebagai Sumber Belajar ................................................... 12
3. Science Technology and Society pada Pembelajaran IPA-Fisika... 13
4. Handout berbasis Science Technology and Society....................... 15
5. Pencapaian Hasil Belajar Siswa ..................................................... 17
B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 19
C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 21
iv
9. BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 22
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 22
B. Rancangan Penelitian .......................................................................... 22
C. Populasi dan sampel ............................................................................ 23
1. Populasi .......................................................................................... 23
2. Sampel ............................................................................................ 23
D. Variabel dan Data ............................................................................... 26
1. Variabel .......................................................................................... 26
2. Data ................................................................................................ 26
E. Prosedur Penelitian .............................................................................. 27
1. Tahap Persiapan ............................................................................. 27
2. Tahap Pelaksanaan ......................................................................... 28
3. Tahap Penyelesaian ........................................................................ 31
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 31
1. Instrumen Ranah Kognitif .............................................................. 32
2. Instrumen Ranah Afektif ................................................................ 36
3. Instrumen Ranah Psikomotor ......................................................... 38
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 40
1. Ranah Kognitif................................................................................ 40
2. Ranah Afektif.................................................................................. 43
3. Ranah Psikomotor .......................................................................... 44
v
10. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 46
A. Deskripsi Data .................................................................................... 46
1. Deskripsi Data Hasil Belajar Fisika Ranah Kognitif ...................... 46
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Fisika Ranah Afektif ........................ 48
3. Deskripsi Data Hasil Belajar Fisika Ranah Psikomotor................. 49
B. Analisis Data....................................................................................... 50
1. Analisis Data Hasil Belajar Fisika Ranah Kognitif ........................ 50
2. Analisis Data Hasil Belajar Fisika Ranah Afektif .......................... 53
3. Analisis Data Hasil Belajar Fisika Ranah Psikomotor ................... 56
C. Pembahasan ......................................................................................... 58
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 64
A. Simpulan .............................................................................................. 64
B. Saran ................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 66
Lampiran .............................................................................................................. 68
vi
11. DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Ulangan Harian Fisika Siswa Kelas VIII T.P 2012-2013 .................... 2
2. Rancangan Penelitian ...................................................................................... 22
3. Jumlah Siswa Kelas VIII Tahun Ajaran 2012/2013 SMPN 1 ....................... 23
4. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Populasi ..................................... 24
5. Hasil Uji Normalitas Data Awal Kelas Sampel ............................................ 24
6. Hasil Uji Homogenitas Data Awal Kelas Sampel ......................................... 25
7. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata ............................................................... 25
8. Skenario Pembelajaran pada Kedua Kelas Sampel......................................... 28
9. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal ................................................................ 34
10. Kategori Tingkat Kesukaran Soal ................................................................. 35
11. Kategori Indeks Daya Beda ........................................................................... 36
12. Lembar Penilaian Ranah Afektif Siswa .......................................................... 37
13. Indikator Aspek Afektif................................................................................... 37
14. Lembar Penilaian Ranah Psikomotor Siswa ................................................. 38
15. Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, Simpangan Baku,dan
Varians Kelas Sampel ..................................................................................... 47
16. Data Hasil Belajar Fisika Ranah Afektif Kelas Sampel ................................. 48
17. Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, Simpangan Baku, dan
Varians Kelas Sampel Ranah Psikomotor....................................................... 49
18. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif .......... 50
19. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif ........................ 51
vii
12. 20. Hasil Uji t Ranah Kognitif............................................................................... 52
21. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif ............ 53
22. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif ........................ 54
23. Hasil Uji t Ranah Afektif .............................................................................. 55
24. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor ... 56
25. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor................... 57
26. Hasil Uji t Ranah Psikomotor ......................................................................... 57
viii
13. DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 21
2. Kurva Daerah Perbedaan yang Berarti Ranah Kognitif .............................. 52
3. Kurva Daerah Perbedaan yang Berarti Ranah Afektif ................................ 55
4. Kurva Daerah Perbedaan yang Berarti Ranah Psikomotor ......................... 58
ix
14. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Analisis Data Awal ...................................................................................... 68
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ............................. 72
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .................................... 82
4. Handout IPA-Fisika .................................................................................... 92
5. Kisi-kisi Soal Uji Coba ................................................................................ 102
6. Soal Uji Coba .............................................................................................. 106
7. Analisis Uji Coba Soal ................................................................................. 113
8. Kisi-kisi Soal Tes Akhir .......................................................................... .... 115
9. Soal Tes Akhir ............................................................................................. 118
10. Analisis Data Soal Tes Akhir ...................................................................... 123
11. Lembar Penilaian Ranah Afektif Siswa ...................................................... 127
12. Analisis Data Ranah Afektif ....................................................................... 128
13. Lembar Penilaian Ranah Psikomotor Siswa ............................................... 132
14. Analisis Data Ranah Psikomotor ................................................................. 133
15. Tabel Uji Lilliefors ........................................................................................ 137
16. Tabel Distribusi F ........................................................................................ 138
17. Tabel Distribusi t ......................................................................................... 140
18. Tabel Distribusi z ........................................................................................ 141
19. Surat Izin Penelitian .................................................................................... 142
20. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian.......................... ..............143
x
15. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
mendasari perkembangan teknologi. Fisika dipelajari mulai dari tingkat Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah sampai Perguruan Tinggi. Pembelajaran Fisika di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) tergabung dalam mata pelajaran IPA-Fisika.
Pelajaran IPA-Fisika di SMP tidak hanya menekankan pada kegiatan yang
melatih kemampuan berfikir ilmiah, akan tetapi juga kemampuan dalam
menggunakan konsep dan prinsip keilmuan IPA-Fisika yang telah dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA-Fisika harus mampu menuntun siswa untuk
berfikir aplikatif, meningkatkan rasa ingin tahu, membangun sikap peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial. Pembelajaran IPA-Fisika
diharapkan mampu membantu siswa untuk menyadari pentingnya ilmu pengetahuan
dan terlibat langsung dalam penemuannya.
Kesadaran terhadap pentingnya ilmu pengetahuan harus diiringi dengan
kemampuan menguasai teknologi. Kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) pada siswa merupakan salah satu aspek yang harus
ditanamkan pada proses pembelajaran. Siswa yang menguasai IPTEK dengan baik
akan memiliki potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menghadapi
persaingan global.
16. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan mutu
pembelajaran IPA-Fisika. Usaha yang telah dilakukan pemerintah adalah
peningkatkan kualitas guru, pembenahan sarana dan prasana pembelajaran, dan
pengoptimalan laboratorium dan perpustakaan. Selain itu, juga dilakukan
penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang memungkinkan sekolah untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar
IPA-Fisika di beberapa kelas VIII pada SMP Negeri 1 Canduang jika dibandingkan
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70.
Tabel 1.
Hasil Ulangan Harian Fisika Siswa Kelas VIII Tahun Ajaran 2012/2013
Kelas Nilai Rata-rata
VIII1 79
VIII2 67,95
VIII3 58,94
VIII4 72,25
VIII5 61,56
VIII6 63,26
Hasil belajar siswa yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri siswa yang mencakup kondisi fisik, motivasi, minat belajar, sikap, perasaan, dan
lainnya. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti
bahan ajar, media, metode pembelajaran, lingkungan, dan sebagainya.
2
17. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar
siswa adalah dengan mengintegrasikan dan mengaplikasikan IPTEK yang ada di
dalam kehidupan sehari-hari menggunakan pendekatan Science Technology and
Society (STS) di dalam proses pembelajaran. Science Technology and Society (STS)
yang dalam bahasa Indonesia disebut juga Sains Teknologi Masyarakat (STM),
merupakan pendekatan pembelajaran Fisika yang memungkinkan siswa berperan
aktif dalam pembelajaran dan dapat menghubungkan konsep Fisika dengan teknologi
di dalam masyarakat. Dengan menyadari hubungan tersebut diharapkan siswa dapat
mengetahui keterkaitan antara ilmu yang dipelajari dan kejadian yang ditemui pada
3
kehidupan sehari-hari.
Menurut Poedjiadi (2007: 106) tujuan pembelajaran menggunakan pendekatan
STS adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar disamping untuk
membentuk masyarakat yang melek sains dan teknologi. Pendekatan STS menuntun
siswa untuk menguasai sains dan teknologi serta memahami kaitannya dengan
kepentingan masyarakat, sehingga siswa mampu membuat keputusan yang
mengoptimalkan dampak positif sains dan teknologi bagi kehidupan masyarakat.
Peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan STS dapat ditunjang
dengan penggunaan bahan ajar yang berkualitas. Idealnya, bahan ajar yang digunakan
oleh siswa dapat memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya sains dan
teknologi. Melalui pemahaman yang baik tentang sains dan teknologi diharapkan
dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa dapat mengetahui dan
memanfaatkan konsep Fisika yang dipelajari di dalam kehidupan sehari-hari.
18. Handout merupakan salah satu bahan ajar yang digunakan pada pembelajaran IPA-Fisika
4
di sekolah.
Handout berbasis STS merupakan salah satu alternatif bahan ajar yang dapat
digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA-Fisika. Handout berbasis STS memuat
materi pembelajaran yang diambil dari berbagai sumber dengan menggunakan
langkah-langkah pendekatan STS pada pembuatannya. Menurut Poedjiadi (2007:
126) pendekatan STS melalui beberapa tahapan yaitu tahap pendahuluan,
pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep dan evaluasi.
Pada tahap pendahuluan, guru memberikan contoh yang relevan tentang
fenomena IPA-Fisika pada kehidupan sehari-hari. Pada tahap pembentukan konsep,
siswa diberikan kesempatan untuk menyadari hubungan antara sains yang dipelajari
dengan apa yang ditemukan pada kehidupan sehari-hari. Dengan menyadari
hubungan tersebut diharapkan siswa dapat merasakan keterkaitan antara ilmu yang
dipelajari dan dapat mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Pada tahap
aplikasi siswa diminta untuk menjelaskan aplikasi lain dari konsep IPA-Fisika yang
dipelajari. Pada pemantapan konsep siswa dapat mengetahui lebih luas mengenai
sains yang dipelajari dan pada tahap evaluasi guru dapat mengetahui sejauh mana
penguasaan siswa terhadap hubungan konsep Fisika dan IPTEK.
Penelitian mengenai pendekatan STS telah dilakukan oleh Istiyono yang
disampaikan pada Pelatihan Penyusunan Perangkat Pembelajaran IPA (Fisika)
dengan Pendekatan STM sebagai Amanah KTSP untuk Guru-guru SD
Cokrokusuman Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa STM merupakan
19. pembelajaran yang dapat mempertemukan antara kebutuhan individu dan masyarakat
untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian lain yang senada juga
dilakukan Firma tentang pengaruh penggunaan bahan ajar dalam setting pembelajaran
STS terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa MTsN Bukit Bunian Bukareh Kabupaten
Agam. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan bahan ajar dalam setting
pembelajaran STS memiliki pengaruh lebih besar terhadap hasil belajar siswa.
Hal yang membedakan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya dengan penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian oleh Istiyono
dilakukan pada siswa Sekolah Dasar sebagai bahan acuan penggunaan pendekatan
STS bagi guru-guru Sekolah Dasar Cokrokusuman Yogyakarta, sedangkan penelitian
ini dilakukan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Canduang. Firma melakukan
penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar dalam setting
pembelajaran STS terhadap hasil belajar IPA Fisika, sedangkan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh penggunaan handout IPA-Fisika berbasis Science Technology
and Society (STS) pada pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas
maka penulis ingin meneliti Pengaruh Penggunaan Handout IPA-Fisika Berbasis
Science Technology and Society (STS) Pada Pencapaian Hasil Belajar Siswa
5
Kelas VIII SMP N 1 Canduang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah terhadap penelitian ini
adalah “Apakah terdapat pengaruh yang berarti penggunaan handout IPA-Fisika
20. berbasis Science Technology and Society pada pencapaian hasil belajar siswa kelas
6
VIII SMP N 1 Canduang?”
C. Pembatasan Masalah
Agar penulisan ini lebih terarah dan terkontrol, maka permasalahan penelitian
ini dibatasi pada KD 7 yaitu memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang
dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh penggunaan handout
IPA-Fisika berbasis Science Technology and Society pada pencapaian hasil belajar
siswa kelas VIII SMP N 1 Canduang.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1. Masukan untuk guru bidang studi Fisika, dalam memilih alternatif bahan ajar
yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Fisika
2. Masukan, sumber, ide dan referensi bagi peneliti lain dalam pengembangan
bahan ajar.
3. Bekal ilmu dan pengalaman bagi peneliti untuk mengembangkan pembelajaran
Fisika di masa akan datang.
4. Syarat untuk menyelesaikan jenjang program S1 Pendidikan Fisika di Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang.
21. 7
BAB II
KAJIAN TEORITIS
7
A. Tinjauan Teoritis
1. Karakteristik Pembelajaran IPA-Fisika menurut KTSP
Pembelajaran merupakan rangkaian proses dan kegiatan yang melibatkan
berbagai komponen. Pembelajaran yang dirancang dengan baik oleh guru dapat
dilihat dari hasil belajar siswa yang memuaskan. Menurut Mulyasa (2009: 255)
pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Guru
berhadapan dengan siswa yang memiliki karakteristik berbeda pada proses
pembelajaran, sehingga diperlukan perencanaan yang matang dalam proses
pembelajaran seperti mempersiapkan lingkungan yang kondusif dan menyediakan
sumber belajar. Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik saat proses
pembelajaran, dan pada tahap akhir guru mampu merancang dan melakukan
evaluasi terhadap pembelajaran yang telah diberikan kepada siswa.
Proses pembelajaran saat ini mengacu kepada KTSP yang pada
pelaksanaannya disusun dan dirancang oleh masing-masing satuan pendidikan.
KTSP yang dilaksanakan tiap satuan pendidikan tetap mengikuti aturan standar
proses yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007. Menurut BSNP (2007: 6) “Pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup”.
22. 8
8
a. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan menurut BNSP (2007: 6) “ Merupakan tahap
awal pada proses pembelajaran untuk mempersiapkan siswa secara fisik dan
mental melalui pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai siswa,
cakupan materi dan uraian kegiatan pembelajaran sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar yang dilakukan untuk mengembangkan kreativi-tas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan psikologis siswa. Menurut
BSNP (2007: 6) “Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik siswa dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
1) Eksplorasi
Pada kegiatan eksplorasi, guru menjadi fasilitator bagi siswa dalam
melakukan percobaan dengan menggunakan berbagai pendekatan, media,
dan sumber belajar. Hal ini memungkinkan terjadinya interaksi pada siswa
dengan siswa lain, guru, maupun lingkungan, sehingga siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran.
2) Elaborasi
Pada kegiatan elaborasi, guru membimbing siswa untuk menganalisis
masalah melalui pemberian tugas atau diskusi, sehingga memunculkan ide
23. 9
kreatif untuk menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut. Selain
itu guru juga menfasilitasi siswa untuk bersaing secara sehat serta menyajikan
hasil kerja melalui laporan secara tulisan maupun lisan.
9
3) Konfirmasi
Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan penguatan atau hadiah
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi yang telah dilakukan siswa. Selain itu
guru bertindak sebagai fasilitator untuk menjawab pertanyaan, mengecek
hasil eksplrasi, memberi informasi lebih jauh, dan memberikan motivasi bagi
siswa yang belum berpartisipasi aktif.
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup menurut BNSP (2007: 7) “Merupakan kegiatan akhir
pada proses pembelajaran. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan
dan melaksanakan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Guru merencanakan tindak lanjut terhadap kegiatan pembelajaran
dan menyapaikan rencana pembelajaran selanjutnya”.
Permendiknas No 41 Tahun 2007 merupakan pedoman bagi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan
psikis pada kegiatan pendahuluan. Kegiatan inti meliputi proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi yang dilakukan secara menyenangkan dan memotivasi
siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya
kegiatan penutup yang berisi rangkuman dan evaluasi terhadap penguasaan materi
pembelajaran.
24. 10
Pembelajaran IPA-Fisika menurut KTSP harus ditunjang dengan suasana
yang menyenangkan sehingga dapat menggali setiap potensi dan kemampuan yang
ada pada siswa. Pembelajaran IPA-Fisika yang menyenangkan juga diperlukan
untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam setiap aktivitas pembelajaran. Guru
juga dituntut untuk memberikan berbagai sumber belajar sehingga dapat
meningkatkan semangat belajar dan menambah pengetahuan siswa.
Pembelajaran IPA-Fisika merupakan proses yang memberikan perubahan
perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan hakikat
pembelajaran IPA-Fisika yang tergabung kedalam hakikat pembelajaran IPA-Fisika
10
menurut Depdiknas (2006: 443)
Kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA-Fisika dilakukan melalui kegiatan
keterampilan proses meliputi eksplorasi (untuk memperoleh informasi, fakta),
eksperimen, dan pemecahan masalah (untuk menguatkan pemahaman konsep
dan prinsip). Setiap kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mencapai
kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator dengan intensitas
pencapaian kompetensi yang beragam.
Kegiatan eksplorasi bertujuan agar siswa memperoleh informasi dan fakta
yang berkaitan dengan pengetahuan berdasarkan tuntutan kompetensi dasar.
Kegiatan eksperimen dilakukan siswa melalui praktikum di laboratorium yang
bertujuan untuk menguatkan konsep yang sesuai dengan kompetensi dasar yang
diharapkan. Kegiatan pemecahan masalah merupakan penguatan konsep bagi
25. 11
siswa dalam mencapai kompetensi dasar yang dijabarkan di dalam indikator. Mata
pelajaran IPA-Fisika tidak akan pernah terlepas dari ketiga kegiatan di atas. Oleh
karena itu, dalam pembelajaran IPA-Fisika guru harus melakukan kegiatan
eksplorasi, eksperimen, dan pemecahan masalah dengan baik.
Menurut BSNP (2006: 443), pembelajaran IPA-Fisika bertujuan agar siswa
menyadari kebesaran dan mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa, mampu bekerja
sama dengan orang lain dan memiliki sikap ilmiah, mengembangkan pengalaman
untuk melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah dalam melakukan
penelitian, mengembangkan kemampuan dalan menggunakan konsep dan prinsip
IPA-Fisika dalam menganalisis masalah, serta mampu mengembangkan
pengetahuan sebagai bekal dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
11
teknologi.
IPA-Fisika dianggap penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran
tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama memberikan bekal ilmu kepada
siswa. Mata pelajaran IPA-Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua mata pelajaran IPA-Fisika perlu diajarkan
dengan tujuan yang lebih khusus yaitu membekali pengetahuan, pemahaman dan
sejumlah kemampuan yang menjadi syarat untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
26. 12
12
2. Handout sebagai Sumber Belajar
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya
pembaharuan dari guru dan siswa, sehingga diperlukan sumber belajar yang
memuat kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjawab perubahan ini.
Menurut Depdiknas (2008: 5) handout merupakan media pembelajaran cetak yang
dipersiapkan oleh guru untuk memperkaya pengetahuan siswa yang berisi materi
pembelajaran secara lengkap.
Handout menurut kamus Oxford (2000: 389) dapat diartikan sebagai is
prepared statement given atau pernyataan yang telah disiapkan sebelumnya oleh
pembicara. Menurut Prastowo (2011: 79) “Handout merupakan bahan ajar yang
sangat ringkas, bersumber dari beberapa literatur yang relevan terhadap
kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada siswa”. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa handout merupakan bahan ajar yang
dipersiapkan oleh guru dan berisi materi pokok yang bersumber dari beberapa
literatur.
Unsurnpenyusunnhandout:
a. Identitas handout merupakan tujuan yang dicapai siswa setelah diberi satu
pokok bahasan yang berfungsi untuk memberikan pandangan umum tentang
hal-hal yang dikuasai siswa.
b. Kompetensi dasar merupakan tujuan yang akan dicapai setelah mengikuti
pelajaran untuk satu kali pertemuan. Fungsinya untuk memberikan fokus
pada siswa pada sub pokok bahasan yang sedangndihadapi.
27. 13
c. Ringkasan materi pelajaran merupakan kesimpulan-kesimpulan dari media
pembelajaran yang akan disampaikan atau diberikan pada siswa dan telah
disusun secara sistematis. Fungsinya agar siswa dapat mengetahui
sistematika pelajaran yang harus dikuasai, sekaligus memandu siswa dalam
pengayaan di luar proses mengajar di kelas.
d. Soal-soal merupakan permasalahan yang harus diselesaikan siswa setelah
menerima atau mempelajari materi pelajaran, jawaban dari penyelesaian soal
siswa dikumpul atau dinilai, kemudian dibahas secara bersama-sama untuk
membantu siswa dalam melatih memahami materi pelajaran yang akan
13
diberikan.
3. Science Technology and Society pada Pembelajaran IPA-Fisika
Science Technology and Society (STS) dipelopori oleh John Ziman dalam
bukunya Teaching and Learning about Science and Society. Pembelajaran STS
menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat yang
dinyatakan oleh John Ziman dalam Anna Poedjiadi (2007: 99). STS merupakan
pendekatan menyeluruh antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat.
Pendekatan STS pada pembelajaran IPA-Fisika dilakukan oleh guru
dengan cara menghubungkan sains dan teknologi yang terkait dengan
penerapannya pada masyarakat. Tujuan pembelajaran IPA-Fisika menggunakan
pendekatan STS adalah untuk meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran
dan menambah wawasan siswa. Pembelajaran dengan pendekatan STS haruslah
diselenggarakan dengan cara menggabungkan berbagai disiplin ilmu dalam rangka
28. 14
memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan
14
masyarakat.
Menurut Hadiat dalam Rusmansyah dan Irhasyuarna (2001: 100)
pendekatan STS memiliki landasan penting, yaitu: adanya keterkaitan yang erat
antara sains, teknologi, dan masyarakat, proses belajar mengajar, pandangan
konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa siswa membentuk
atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan, yang
terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah aktivitas, dan
ranah hubungan dan aplikasi.
Menurut Istiyono (2007: 5) STS pada penerapannya memiliki karakteristik
yang dapat digunakan guru pada proses pembelajaran. Penerapan ini mencakup
bebrapa aspek diantaranya:
a. Menghubungkan materi pelajaran dengan masalah atau isu yang sedang
beredar dan relevan.
b. Menuntun siswa dalam pengembangan sikap dan keputusan serta mendorong
siswa untuk mempertimbangkan informasi tentang isu sains dan teknologi.
c. Menggabungkan pembelajaran dari berbagai ruang lingkup kurikulum.
d. Mengembangkan literasi sains, teknologi dan masyarakat.
Karakteristik ini menunjukkan bahwa STS dapat melatih siswa untuk
menghubungkan masalah yang sedang mereka hadapi dengan materi
pembelajaran, sehingga siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan konsep
IPA-Fisika dalam menyelesaikan masalah mengenai teknologi dan menggunakan
29. 15
produk teknologi dengan tepat. Menurut Poedjiadi (2007: 126) STS pada
pembelajaran memiliki lima tahapan yaitu pendahuluan, pembentukan konsep,
aplikasi, pemantapan konsep, dan penilaian.
Guru yang mengemukakan isu/masalah aktual yang ada di masyarakat pada
tahap pendahuluan. Guru memberikan sebuah masalah, gambar atau gambaran
umum mengenai permasalahan yang dekat dengan kehidupan siswa. Tahap
pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkontruksi pengetahuan
sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi. Pada tahap ini, siswa diminta
untuk melakukan observasi atau diskusi mengenai permasalahan yang diberikan
oleh guru. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis
isu/masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep
yang telah dipahami siswa. Tahap pemantapan konsep, guru memberikan
pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa. Tahap
evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil
4. Handout berbasis Science Technology and Society
Pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan STS adalah suatu
bentuk pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep
sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam
berbagai kehidupan masyarakat dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial
terhadap dampak sains dan teknologi yang terjadi di masyarakat, seperti yang
dikemukakan oleh Prayekti (2002: 777). Dalam hal ini, Poedjiadi (2007: 115)
berpendapat bahwa belajar IPA melalui isu-isu sosial di masyarakat yang ada
15
30. 16
kaitannya dengan IPA dan teknologi dirasakan lebih dekat, dan lebih punya arti
dibandingkan dengan konsep-konsep dan teori IPA itu sendiri.
Menurut Poedjiadi (2007: 116) pendekatan STS menitikberatkan pada
penyelesaian masalah dan proses berpikir yang melibatkan pengetahuan secara
menyeluruh. Siswa menerapkan konsep-konsep yang diperoleh di sekolah pada
situasi di luar sekolah yang ada di masyarakat, misalnya pesawat sederhana,
merupakan alat bantu yang dapat memudahkan manusia dalam mengankut barang-barang
yang berat pada kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Poedjiadi (2007: 126) mengemukakan bahwa penggunaaan handout
berbasis STS yang merupakan sumber pembelajaran IPA-Fisika dapat dilakukan
dengan mengintegrasikan komponen-komponen STS pada bagian handout.
a. Tahap pendahuluan yang mengemukakan isu/masalah aktual yang ada di
masyarakat. Pada tahap ini guru memberikan sebuah masalah, gambar atau
gambaran umum mengenai permasalahan yang dekat denga kehidupan
16
siswa.
b. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkontruksi
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi. Pada tahap
ini, siswa diminta untuk melakukan observasi atau diskusi mengenai
permasalahan yang diberikan oleh guru.
c. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis
isu/masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan
konsep yang telah dipahami siswa.
31. 17
d. Tahap pemantapan konsep, guru memberikan penegasan terhadap konsep-konsep
yang harus dikuasai oleh siswa agar tidak terjadi kesalahan konsep
17
pada siswa.
e. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil
5. Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Penilaian pencapaian hasil belajar dilakukan secara objektif berdasarkan
kinerja siswa. Bukti penguasaan siswa terhadap suatu kompetensi sebagai hasil
belajar. Hasil belajar tersebut dapat dilihat dari tes atau evaluasi hasil belajar yang
dilakukan oleh guru.
Depdiknas (2006: 18) menyatakan bahwa:
“Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan
pencapaian kompetensi yang telah ditentukan”.
Penilaian hasil belajar dilaksanakan selama dan setelah pembelajaran
berlangsung. Penilaian ini berguna untuk melihat sejauh mana ketercapaian
pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru dan siswa. Evaluasi pembelajaran
dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu tes dan nontes. Tes dapat berupa kuis,
ulangan harian, ujian semester, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester.
32. 18
Teknik non-tes dapat berupa jurnal, portofolio, observasi, wawancara, angket, dan
18
lain-lain.
Rumusan tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan Nasional, baik tujuan
kurikuler maupun instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom
dalam Arikunto (2008: 115) yang secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah,
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sudjana (2002: 22) menyatakan
bahwa ketiga ranah tersebut adalah:
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual seperti
pengetahuan mengenai fakta-fakta sederhana yang ditemui siswa.
Pemahaman mengenai hubungan sederhana diantara beberapa fakta
sederhana. Aplikasi penggabungan konsep yang didapatkan siswa dalam
suatu situasi. Analisis konsep-konsep dasar yang didapatkan dengan situasi
yang lebih kompleks. Sintesis untuk mendapatkan generalisasi mengenai
permasalahan. Evaluasi berdasarkan prinsip, hukum, atau dalil yang
sebenarnya.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri:
1) Penerimaan siswa dalam menanyakan dan menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
2) Partisipasi siswa dalam melaksanakan dan setiap instruksi yang diberikan
oleh guru.
3) Penentuan sikap siswa dalam menyatakan pendapat dan melaksanakan
perintah.
33. 19
4) Kemampuan siswa dalam mengorganisir yang dapat dilihat dari
kemampuan merumuskan, menghubungkan, melengkapi,
19
menyempurnakan jawaban.
5) Pembentukan pola hidup siswa yang dapat dilihat melalui kemampuan
melengkapi, menyempurnakan, membandingkan dan mempertahankan
pendapat yang disampaikan.
c. Ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak setelah menerima pengalaman belajar. Keterampilan siswa
mencakup kemampuan menggunakan alat, sikap kerja dan kemampuan
menganalisis suatu pekerjaan.
Penilaian dalam pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotor dan
afektif. Setelah pembelajaran, terjadi perubahan yang lebih baik pada pola pikir,
tingkah laku, dan keterampilan siswa. Guru sebagai salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar harus mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Guru harus dapat memanfaatkan dan
mengorganisasikan semua aspek yang ada dengan baik demi tercapainya hasil
belajar yang optimal. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sangat
berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi siswa agar guru dapat menentukan
metode dan pendekatan yang tepat untuk proses pembelajaran selanjutnya.
Kualitas pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan segi
hasil. Pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh
atau sebagian besar siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial
34. 20
dalam proses pembelajaran. Proses pembentukan kompetensi dapat dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri siswa seluruh
atau sebagian besar sesuai dengan kompetensi dasar.
20
B. Kerangka Berpikir
Pelajaran IPA-Fisika merupakan mata pelajaran yang dipelajari mulai tingkat
SD hingga Perguruan Tinggi. Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran IPA-Fisika adalah penyempurnaan kurikulum dari KBK menjadi
KTSP, yang menuntut belajar tuntas yang mengacu pada KKM dan harus dicapai
oleh siswa.
Pada kenyataannya di lapangan hasil belajar IPA-Fisika SMP N 1 Candung
masih rendah bila dibandingkan dengan KKM. Salah satu penyebab rendahnya hasil
belajar siswa adalah diduga penggunaan bahan ajar yang masih kurang. Peneliti
menggunakan handout berbasis STS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Handout IPA-Fisika mengintegrasikan seluruh komponen STS ke dalam bahan ajar.
Pada bagian pendahuluan, memuat contoh yang relevan tentang fenomena
IPA-Fisika pada kehidupan sehari-hari. Pada bagian pembentukan konsep, siswa
diberikan kesempatan untuk melakukan diskusi atau percobaan sesuai dengan materi
yang dipelajari. Dengan menyadari hubungan tersebut diharapkan siswa dapat
merasakan keterkaitan antara ilmu yang dipelajari dan dapat mengaplikasikannya
pada kehidupan sehari-hari. Pada bagian aplikasi memuat mengenai aplikasi lain dari
materi yang dipelajari dan siswa diminta untuk memberikan contoh lain. Pada bagian
pemantapan konsep berisi penjelasan lebih mendalam mengenai materi yang
35. 21
dipelajari dan pada bagian evaluasi berisi pertanyaan seputar materi yang dipelajari
sehingga guru dapat mengetahui penguasaan siswa terhadap hubungan konsep Fisika
Proses Pembelajaran IPA-Fisika
21
dan IPTEK.
Penggunaan handout berbasis STS diharapkan dengan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Pencapaian hasil belajar merupakan tolak ukur untuk menentukan
tingkat keberhasilan siswa. Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir dalam penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 1:
Gambar 1: Kerangka Berpikir
Science
technology and
Society
Pencapaian Hasil
Belajar Siswa
Kurikulum
Handout IPA-Fisika
berbasis STS
Pendahuluan Pembentukan
konsep
Aplikasi
konsep
Pemantapan
konsep
evaluasi
Peningkatan Pemahaman
IPA-Fisika
36. 22
22
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka berpikir maka
hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Terdapat pengaruh
yang berarti penggunaan handout IPA-Fisika berbasis Science Technology Society
pada pencapaian hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Canduang”.
37. 23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment
research). Sumadi (2006: 92) menyatakan bahwa quasi experiment research
merupakan penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak sepenuhnya
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Penelitian Quasi-eksperimental digunakan karena dalam penelitian tidak
memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized control group only
design. Pada penelitian ini perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah
pembelajaran menggunakan handout berbasis STS, sementara pada kelas kontrol
pembelajaran dilakukan sesuai dengan standar proses menurut Badan Standar
Nasional Pendidikan. Pada akhir penelitian dilakukan tes tulis pada kedua kelas untuk
melihat pencapaian hasil belajar siswa. Rancangan penelitian randomized control
group only design dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2.
Rancangan penelitian
Kelas Treatment Post-test
Eksperimen X T
Kontrol - T
Sumber : Sumadi (2006: 105)
Keterangan:
38. 24
X = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu
penggunaan handout IPA-Fisika berbasi STS
T = Tes akhir yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas
24
kontrol
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Riduwan (2006: 54) populasi merupakan objek atau subjek
penelitian yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
yang berkaitan dengan penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa
Kelas VIII SMP 1 Canduang yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran
2012-2013. Jumlah populasi pada SMP N 1 Canduang dapat dilihat pada tabel 3 :
Tabel 3.
Jumlah Siswa Kelas VIII Tahun Ajaran 2012/2013 SMPN 1 Canduang
Kelas Jumlah
VIII1 25
VIII2 21
VIII3 19
VIII4 22
VIII5 22
VIII6 19
Jumlah 128
Sumber : Tata Usaha SMP N 1 Canduang
2. Sampel
Menurut Riduwan (2006: 56) sampel adalah sebagian dari karakteristik dan
jumlah yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel harus memenuhi syarat
yang representatif, artinya sampel yang diambil benar-benar mewakili populasi
yang ada. Pengambilam sampel secara cluster random sampling merupakan
39. 25
pengambilan sampel pada kelompok individu yang ada di sekolah yaitu kelas.
Agar sampel representatif maka pengambilan sampel dilakukan dengan cara
25
berikut:
a. Mengumpulkan data hasil ulangan harian IPA-Fisika dari seluruh kelas
populasi.
b. Menganalisis skor hasil ulangan harian dengan menghitung skor rata-rata
(푥) dan standar deviasinya (s) yang disajikan pada tabel 4.
Tabel 4.
Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Populasi
Kelas Rata-rata Standar Deviasi
VIII1 79 15,73
VIII2 67,95 11,89
VIII3 58,94 16,21
VIII4 72,25 10,06
VIII5 61,56 19,60
VIII6 63,26 16,51
c. Mengambil dua kelas sampel secara random dari populasi.
d. Melakukan uji normalitas kedua kelas sampel untuk melihat distribusi
populasi kelas sampel normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas
dan homogenitas, didapatkan dua kelas sampel yaitu kelas VIII5 dan kelas
VIII6. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas Data Awal Kelas Sampel
Kelas N L0 Lt Keterangan
VIII5 22 0,05 0,087 0,190 Normal
VIII6 19 0,05 0,084 0,195 Normal
40. 26
Dari Tabel 5 dapat dilihat nilai L0 < Lt untuk kedua kelas sampel. Hal ini
berarti populasi pada kedua kelas sampel terdistribusi normal. Perhitungan
uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
e. Melakukan uji homogenitas pada kedua kelas sampel. Uji homogenitas
dilakukan untuk melihat varians pada kedua kelas sampel. Hasil uji
homogenitas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Hasil Uji Homogenitas Data Awal Kelas Sampel
Kelas N S2 Fh Ft Keterangan
VIII5 22 384,16
0,05 1,49 2,19 Homogen
X
26
VIII6 19 257,28
Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai Fh < Ft untuk kedua kelas sampel.
Hal ini berarti varians pada kedua kelas sampel homogen. Perhitungan uji
homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 1.
f. Mengetahi kemampuan awal dari kedua kelas melalui uji kesamaan dua rata-rata.
Hasil perhitungan dapat dirangkum pada Tabel 7.
Tabel 7.
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Kelas N S ttabel
thi tung
VIII5 22 61,6 19,60
2,02 0,30
VIII6 19 63,2 16,04
Melalui hasil perhitungan diperoleh thitung = 0,30 sedangkan nilai ttabel dengan
taraf nyata 0,05 dan dk = 39 diperoleh t(0,975)(39) = 2,02 . Dari data diperoleh
thitung terletak diantara nilai ttabel, hal ini berarti bahwa kedua kelas sampel
41. 27
memiliki kemampuan yang sama sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis
uji kesamaan dua rata-rata dapat dilihat pada Lampiran 1.
Menentukan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan secara random, yaitu
dengan teknik pengundian mata uang dan terpilih kelas VIII5 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII6
sebagai kelas kontrol.
27
D. Variabel dan Data
1. Variabel
Menurut Arikunto (2006:89) variabel adalah objek penelitian, atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Variabel bebas yaitu variabel penyebab yang dapat dimanipulasi. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah pemberian handout IPA-Fisika berbasis
STS.
b. Variabel terikat merupakan variabel yang menerima akibat dari veriabel
bebas. Variabel terikat dari penelitian ini adalah pencapaian kompetensi
siswa dalam bentuk hasil belajar pada kelas VIII SMP 1 Canduang pada
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Variabel kontrol atau kendali adalah:
1) Materi yang digunakan sesuai dengan KTSP.
2) Kemampuan awal siswa pada kedua kelas sama
3) Guru yang mengajar dan buku sumber yang digunakan sama.
4) Jumlah dan jenis soal yang diujikan pada kedua kelas sama.
42. 28
28
2. Data
Data dalam penelitian ini adalah hasil belajar Fisika siswa setelah diberikan
perlakuan yang meliputi ranah kognitif melalui tes tertulis dalam bentuk pilihan
ganda, ranah afektif melalui format penilaian afektif, dan ranah psikomotor
melalui format penilaian psikomotor.
E. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
a. Menetapkan jadwal penelitian yaitu tanggal 1 April sampai 10 Juni 2013 dan
mempersiapkan surat izin penelitian. Surat izin penelitian dapat dilihat pada
lampiran 19.
b. Menentukan populasi dan sampel dalam penelitian. Sampel pada penelitian
ini terdiri atas kelas VIII5 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII6 sebagai
kelas kontrol.
c. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, yaitu: mempersiapkan bahan ajar,
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran pada kedua kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 2,
sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada kelas eksperimen dapat
dilihat pada lampiran 3
d. Menyiapkan handout IPA-Fisika berbasi STS yang akan diberikan selama
pembelajaran pada kelas eksperimen yang dapat dilihat pada lampiran 4.
43. 29
e. Membuat kisi-kisi soal uji coba yang dapat dilihat pada lampiran 5 dan
menyusun soal uji coba sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat yang dapat
29
dilihat pada lampiran 6.
f. Mempersiapkan instrumen pengumpul data, berupa soal tes akhir yang
divalidasi sebelumnya, format penilaian afektif untuk ranah afektif, dan
ranah psikomotor melalui format penilaian psikomotor.
2. Tahap Pelaksanaan
Skenario pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada
penelitian ini terlihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8.
Skenario pembelajaran pada kedua kelas sampel
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pendahuluan (± ퟏퟓ 퐦퐞퐧퐢퐭)
a) Guru menyiapkan siswa secara
fisik dan psikis untuk mengikuti
proses pembelajaran.
b) Guru mengajukan pertanyaan
untuk mengaitkan pengetahuan
yang telah didapatkan siswa
pada pertemuan sebelumnya,
sehingga siswa dapat
menghubungkan dengan materi
yang akan dipelajari.
c) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
d) Guru menyampaikan cakupan
materi pelajaran
Kegiatan Inti (±90 menit)
Eksplorasi
Pendahuluan (± ퟏퟓ 퐦퐞퐧퐢퐭)
a) Guru menyiapkan siswa secara
fisik dan psikis untuk mengikuti
proses pembelajaran.
b) Guru mengajukan pertanyaan
untuk mengaitkan pengetahuan
yang telah didapatkan siswa
pada pertemuan sebelumnya,
sehingga siswa dapat
menghubungkan dengan materi
yang akan dipelajari.
c) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
d) Guru menyampaikan cakupan
materi pelajaran
Kegiatan Inti (±90 menit)
Eksplorasi
44. 30
30
a) Guru meminta siswa
memperhatikan panduan
simulasi, gambar, atau
persoalan yang terdapat pada
handout IPA-Fisika diberikan
oleh guru (panduan simulasi,
gambar atau persoalan
merupakan kejadian yang dapat
ditemui siswa dalam kehidupan
sehari-hari).
b) Guru meminta siswa
memberikan contoh yang lain
mengenai gejala fisika yang
terdapat dalam kehidupan
sehari-hari dan siswa diminta
memikirkan gejala-gejala
tersebut.
c) Guru memberikan pertanyaan
mengenai masalah tersebut
untuk menuntun siswa dalam
memberikan contoh yang
relevan terhadap fenomena
IPA-Fisika yang ada dalam
keseharian siswa (tahap
pendahuluan)
Elaborasi
d) Guru menggali pengetahuan
siswa tentang gejala fisika
melalui handout berbasis STS
yang memuat rangkaian
pertanyaan yang membuat
siswa mampu menemukan
sendiri konsep dasar dari
jawaban-jawaban yang
dikemukannya.
e) Guru meminta siswa
menjelaskan jawaban awal
a) Guru meminta siswa
memperhatikan simulasi yang
diberikan oleh guru.
b) Guru meminta siswa
memberikan contoh yang lain
mengenai gejala fisika yang
terdapat dalam kehidupan
sehari-hari dan siswa diminta
memikirkan gejala-gejala
tersebut.
c) Guru memberikan pertanyaan
mengenai masalah tersebut.
Elaborasi
d) Guru menggali pengetahuan
siswa tentang gejala fisika yang
membuat siswa mampu
menemukan sendiri konsep
dasar dari jawaban-jawaban
yang dikemukannya.
e) Guru meminta siswa
menjelaskan jawaban awal
mereka terhadap rangkaian
pertanyaan dari guru tadi.
f) Guru meminta siswa
45. 31
31
mereka terhadap rangkaian
pertanyaan dari guru (Guru
menuntun siswa untuk
menghubungkan konsep IPA-Fisika
dengan aplikasinya)
f) Guru meminta siswa
melakukan diskusi untuk
memecahkan masalah sehingga
siswa dapat menyadari
hubungan konsep IPA-Fisika
dalam keseharian (tahap
pembentukan konsep)
g) Guru menuntun siswa
mengambil keputusan untuk
solusi dalam pemecahan
masalah.
h) Guru meminta siswa
menjelaskan hasil diskusi
kelompok dan menjelaskan
bentuk lain dari pengaplikasian
konsep IPA-Fisika yang
dipelajari (aplikasi konsep)
Konfirmasi
i) Guru memberikan penghargaan
dan mengoreksi kelemahan
siswa.
j) Guru memberikan penguatan
dan penekanan konsep terhadap
diskusi dan jawaban dari
pertanyaan yang dikemukakan
oleh siswa (pemantapan
konsep).
k) Guru memberikan informasi
tambahan mengenai materi
pembelajaran
melakukan diskusi untuk
memecahkan masalah.
g) Guru menuntuk siswa
mengambil keputusan untuk
solusi dalam pemecahan
masalah.
h) Guru meminta siswa
menjelaskan hasil diskusi
kelompok.
Konfirmasi
i) Guru memberikan penghargaan
dan mengoreksi kelemahan
siswa.
j) Guru memberikan penguatan
dan penekanan konsep terhadap
jawaban yang dikemukakan
oleh siswanya.
k) Guru memberikan informasi
tambahan mengenai materi
pembelajaran
46. 32
32
Penutup (±15 menit)
a) Guru membimbing siswa
membuat kesimpulan
pembelajaran.
b) Guru memberikan tes kecil
berupa pertanyaan lisan maupun
tulisan untuk mengetahui
pemahaman siswa (evaluasi).
c) Guru memberikan tugas untuk
membantu meningkatkan
pemahaman siswa.
d) Guru memberikan handout IPA-Fisika
Berbasis STS yang berisi
materi untuk pertemuan
selanjutnya.
Penutup (±15 menit)
a) Guru membimbing siswa
membuat kesimpulan
pembelajaran.
b) Guru memberikan tes kecil
untuk mengetahui pemahaman
siswa.
c) Guru memberikan tugas untuk
membantu meningkatkan
pemahaman siswa.
d) Guru memberikan informasi
tentang materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
3. Tahap Penyelesaian
a. Melakukan uji coba soal tes akhir yang telah divalidasi pada SMP Negeri 1
IV Angkek.
b. Menganalisis 40 butir soal hasil uji coba dengan menentukan daya beda,
reliabilitas soal dan indeks kesukaran, kemudian mengambil 30 butir soal
sebagai soal tes akhir. Hasil analisis soal uji coba dapat dilihat secara
lengkap pada Lampiran 7.
c. Melakukan tes akhir pada kedua kelas sampel untuk mendapatkan nilai pada
ranah kognitif.
d. Mengumpulkan data hasil belajar afektif siswa melalui format penilaian
afektif yang dapat dilihat pada lampiran 11.
e. Mengumpulkan data hasil belajar psikomotor siswa dengan format penilaian
psikomotor yang dapat dilihat pada Lampiran 13.
47. 33
f. Menganalisis hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor melalui uji
33
statistik.
g. Menyusun laporan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pengumpul data. Dengan adanya instrumen, data yang
diinginkan dapat dikumpulkan untuk kemudian dianalisis. Instrumen yang digunakan
pada penelitian ini adalah mencakup pada ketiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif
dan psikomotor.
1. Instrumen Ranah Kognitif
Instrumen dalam penelitian ini adalah tes objektif yang dilaksanakan di
akhir penelitian. Langkah-kangkah yang dilakukan agar tes menjadi alat ukur yang
baik adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi soal tes akhir yang dapat dilihat pada lampiran 5
b. Menyusun tes akhir berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat (lampiran 6).
c. Melakukan uji coba soal tes akhir di SMP Negeri 1 IV Angkek yaitu pada
kelas VIII2.
d. Melakukan analisis statistik hasil uji coba tes untuk melihat apakah soal
tersebut valid, reliabel, memiliki daya beda, dan tingkat kesukaran.
e. Menganalisis hasil uji coba tes dengan analisis statistik berikut:
1) Validitas
Suatu soal dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
48. 34
validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi tes sebagai
alat pengukur hasil belajar peserta didik yang isinya telah dapat mewakili
secara representatif terhadap keseluruhan materi/bahan pelajaran yang
seharusnya diujikan. Soal tes akhir yang disusun disesuaikan dengan
ketercapaian indikator untuk mata pelajaran IPA-Fisika Kelas VIII SMP N 1
Canduang pada materi getaran, gelombang dan optika.
34
2) Reliabilitas tes
Realibilitas menyatakan kestabilan skor yang diperoleh oleh orang
yang sama ketika diuji dengan tes yang sama dalam waktu yang berbeda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat
keajegan atau kemantapan hasil dari dua pengukuran terhadap hal yang
sama. Salah satu cara untuk mengukur reliabilitas adalah menggunakan
persamaan Kuder-Richardson (KR-20) yang dikemukan oleh Surapranata
(2004: 114):
푟11 = ( 푘
) (푆2−Σ 푝푞
푘− 1
푆2 ) ................................................................. (1)
Keterangan :
r11 : reliabilitas menggunakan persamaan KR-20
p : proporsi peserta tes menjawab benar
q : proporsi peserta tes menjawab salah (푞 = 1 − 푝)
Σ pq : banyak perkalian antara p dan q
49. 35
35
k : banyak soal
S : standar deviasi atau simpangan baku merupakan akar
varians yang dapat dicari dengan persamaan :
푠 = √Σ 푥2
푁
.................................................................................... (2)
Keterangan :
N : jumlah peserta tes
Σ x2 : jumlah deviasi dari rerata kuadrat
Untuk menentukan tingkat reliabilitas soal digunakan skala yang
dikemukakan pada Tabel 9:
Tabel 9.
Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal
No Indeks Releabilitas Klasifikasi
1 0,00 –0,20 Sangat rendah
2 0,21 – 0,40 Rendah
3 0,41 – 0,60 Sedang
4 0,61 – 0,80 Tinggi
5 0,81 – 1,00 Sangat tinggi
Berdasarkan Tabel 9 maka soal yang akan digunakan dalam
penelitian adalah soal yang memiliki nilai reliabilitas 0,41-0,60 dengan
klasifikasi reliabilitas soal sedang.
3) Tingkat kesukaran soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar bagi siswa. Bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu
50. 36
soal di sebut tingkat kesukaran (P). Menurut Surapranata (2004: 12) tingkat
kesukaran soal dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
36
푝 =
Σ 푥
푆푚 푁
.................................................................................. (3)
Keterangan :
p : proprosi jawaban benar atau tingkat kesukaran
Σ x : banyaknya peserta tes yang menjawab benar
Sm : skor maksimum
N : jumlah peserta tes
Tingkat kesukaran soal dapt diklasifikasikan menurut Tabel 10:
Tabel 10.
Kategori Tingkat Kesukaran Soal
Nilai p Kategori
p < 0.3 Sukar
0.3 ≤ p ≤ 0.7 Sedang
p > 0.7 Mudah
Sumber : Surapranata (2004: 13)
Hasil uji coba yang telah dilakukan diperoleh 4 soal kategori mudah, 17 soal
kategori sedang, dan 9 soal kategori sukar. Soal yang digunakan pada
penelitian ini adalah soal yang memiliki nilai p 0,21 sampai 1 yang dapat
dilihat pada lampiran 7.
4) Daya beda
Menurut Arikunto (2008: 211) “Daya beda soal merupakan
kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa dengan kemampuan tinggi
dan siswa yang berkemampuan rendah”. Indeks yang digunakan untuk
51. 37
membedakan kemampuan siswa tersebut disebut indeks daya pembeda (item
discrimination). Penentuan daya pembeda soal dapat dilakukan dengan
mengurutkan seluruh skor hasil tes dari nilai tertinggi sampai terendah.
selanjutnya Membagi anggota menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas
yang berkemampuan tinggi dan kelompok bawah yang berkemampuan
rendah. Proporsi pembagian kelompok yang paling stabil yaitu 27 %. Daya
pembeda menurut indeks daya beda dapat ditentukan menggunakan
37
persamaan :
퐷 =
Σ 퐴
푛퐴
−
Σ 퐵
푛퐵
.......................................................................... (4)
Keterangan
D : indeks daya pembeda
Σ A : jumlah peserta tes yang menjawab benas pada kelompok
kelas atas
Σ B : jumlah peserta tes yang menjawab benas pada kelompok
kelas bawah
nA : peserta tes kelompok atas
nB : peserta tes kelompok bawah
Indeks daya beda dapat diklasifikasikan menurut Tabel 11 :
Table 11.
Kategori Indeks Daya Beda
Daya Beda (D) Kriteria
> 0.3 Diterima
0.10 푠. 푑 0.29 Direvisi
< 0.10 Ditolak
Sumber : Surapranata (2004: 47)
52. 38
Berdasarkan Tabel 11 dilakukan analisis terhadap soal yang akan digunakan
dalam penelitian. Berdasarkan hasil analisis soal tes akhir yang digunakan
dalan penelitian berjumlah 30 soal. Berdasarkan hasil analisis dari 40 soal
uji coba, 16 soal dapat dipakai, 14 soal direvisi, dan 10 soal tidak dapat
digunakan. Analisis soal uji coba dapat dilihat pada Lampiran 7.
38
2. Instrumen Ranah Afektif
Instrumen pada ranah afektif mengacu pada pengembangan instrumen
penilaian ranah afektif Aspek afektif yang dinilai dalam penelitian ini adalah
antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, interaksi siswa dengan guru,
aktifitas siswa, partisipasi siswa dalam menyampaikan hasil kesempulan. Format
penilaian ranah afektif tergambar dalam tabel 12:
Format Penilaian Ranah Afektif Siswa
Mata Pelajaran : IPA-Fisika
Kelas / Semester :
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Materi Pokok :
Sub-materi Pokok :
Hari / Tanggal :
Tabel 12.
Lembar Penilaian Ranah Afektif Siswa
NO NAMA
INDIKATOR
1 2 3 4
a b c d a b c d a b c d a b c d
1
2
3
Sumber : Direktorat Pembinaan SMA (2010: 57)
Keterangan:
53. 39
Skor 0: apabila tidak ditampilkan peserta didik
Skor 1: apabila ditampilkan peserta didik
Berdasarkan Tabel 12 maka pedoman observasi aktivitas belajar peserta didik
adalah sebagai berikut:
Tabel 13.
Indikator Aspek Afektif
39
Aspek yang
dinilai
Indikator yang dilihat
1. Antusias
siswa dalam
mengikuti
pembelajaran
a. Siswa memperhatikan penjelasan guru
b. Siswa tidak mngerjakan pekerjaan lain
c. Siswa spontan bekerja apabila diberi tugas
d. Siswa tidak terpengaruh situasi di luar kelas
2. Interaksi
siswa dengan
guru
a. Siswa bertanya kepada guru
b. Siswa menjawab pertanyaan guru
c. Siswa mengemukakan pertanyaan yang berbeda dari
biasanya
d. Siswa memanfaatkan guru sebagai fasilitator dan narasumber
3. Aktifitas
siswa
a. Siswa mengemukakan pendapatnya
b. Siswa menanggapi pertanyaan atau pendapat dari teman
c. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
d. Siswa menjelaskan pendapat atau pekerjaannya
4. Partisipasi
siswa dalam
menyampaika
n hasil
kesempulan
a. Siswa mengacungkan tangan untuk ikut menyimpulkan
b. Siswa merespon pernyataan atau simpulan temannya
c. Siswa menyempurnakan simpulan yang dikemukakan oleh
temannya
d. Siswa menghargai pendapat temannya
Sumber : Direktorat Pembinaan SMA (2010 : 58)
Skor minimal = 0
Skor maksimal =16
Rumus yang digunakan untuk perhitungan aspek afektif adalah
100%
JPS
NP
JSM
Keterangan
NP : Nilai Proses
JPS : Jumlah Perolehan Skor
54. 40
JSM : Jumlah Skor Maksimum
NO NAMA INDIKATOR
40
3. Instrumen Ranah Psikomotor
Penilaian pada ranah psikomotor dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung ketika melakukan percobaan dengan mengacu pada rubrik
penskoran.
Format Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa
Mata Pelajaran : IPA-Fisika
Kelas / Semester :
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Materi Pokok :
Sub-materi Pokok :
Hari / Tanggal :
Tabel 14.
Lembar Penilaian Ranah Psikomotor Siswa
Sumber: Juknis Penyusunan Perangkat Penilaian Psikomotor di SMA (2010)
Keterangan:
Skor 0 : apabila tidak ditampilkan peserta didik
Skor 1 : apabila ditampilkan peserta didik
Persiapan percobaan
a. Memeriksa kelengkapan alat dan bahan
b. Menyusun peralatan sesuai dengan instruksi yang diberikan
Pelaksanaan selama proses percobaan
1 2 3
a b a b c d e a b c d
1
2
55. 41
41
a. Mengatur jarak benda
b. Mengatur letak bayangan
c. Memfokuskan perhatian pada kegiatan dan tidak mengerjakan hal-hal lain
d. Terlibat aktif dalam kegiatan praktikum
e. Mengamati hasil praktikum dengan cermat
Kegiatan Akhir
a. Menafsirkan hasil pengamatan dengan benar
b. Menyajikan data secara sistematis dan komunikatif
c. Menganalisis data secara induktif
d. Membuat kesimpulan yang sesuai dengan hasil praktikum
Penilaian ini dilakukan pada saat siswa melakukan percobaan di
laboratorium. Rumus yang digunakan untuk perhitungan adalah
100%
JPS
NP
JSM
Ket:
NP : Nilai Proses
JPS : Jumlah Perolehan Skor
JSM :Jumlah Skor Maksimum
G. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis dalam penelitian ini
diterima atau ditolak. Berikut ini akan di bahas teknik analisis hasil belajar siswa :
56. 42
42
1. Ranah kognitif
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel yang berasal dari
populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors
sesuai dengan langkah-langkah yang dikemukakan Sujdana (2002: 466) sebagai
berikut :
1) Data X1, X2, X3,... Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga data
yang terbesar.
2) Data X1, X2, X3,... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ..., Zn dengan
rumus
Zi = Xi −X̅
S
...................................................................................... (5)
Keterangan :
Xi : skor yang diperoleh siswa ke-i
푋̅ : skor rata-rata
S : simpangan baku
3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian hitung
peluang F(Zi) = P(Z<Zi)
4) Dengan menggunakan proporsi Z1, Z2, Z3, ..., Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi), maka
S(Zi) = Banyaknya Z1,Z2,Z3,…Zn yang ≤ Zi
n
.......................................... (6)
57. 43
5) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) yang kemudian ditentukan harga
2 .......................................................................................... (7)
43
mutlaknya.
6) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut
yang disebut dengan L0.
7) Membandingkan nilai L0 dengan nilai kritis Lt yang terdapat dalam taraf
nyata α = 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
a) Jika L0 < Lt, maka sampel terdistribusi normal.
b) Jika L0 > Lt, maka sampel tidak terdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelas sampel
memiliki varians yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya digunakan uji F
dengan langkah sebagai berikut:
1) Menghitung varians masing-masing kelompok data kemudian dihitung
harga F sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana (2002:
249):
2
퐹 = 푆1
푆2
Keterangan :
F : varians kelompok data
S1
2 : varians hasil belajar terbesar
S2
2 : varians hasil belajar terkecil
58. 44
c. Berdasarkan perhitungan didapatkan harga Fhitung = 1,49 sedangkan harga
Ftabel =2,19 pada taraf signifikan 0,05 dan dkpembilang = n1 – 1 dan dkpenyebut =
n2 – 1. Harga Ftabel > Fhitung, hal ini berarti kedua kelas sampel mempunyai
44
varians yang homogen.
d. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata
berdasarkan kemungkinan yang diperoleh dari uji normalitas dan uji
homogenitas. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sampel terdistribusi
normal dan homogen, sehingga uji kesamaan dua rata-rata pada ranah kognitif
menggunakan uji t.
Menurut Sudjana (2002: 239) rumus uji t adalah :
푡 = 푋1 ̅̅̅̅− 푋2 ̅̅̅̅
1
푛1
푆√
1
푛2
+
...................................................................................... (8)
Dimana 푆2 =
2 +(푛2−1) 푆2
(푛1−1)푆1
2
푛1+푛2−2
...................................................... (9)
Keterangan :
X1 ̅̅̅ : nilai rata-rata kelas eksperimen
X2 ̅̅̅ : nilai rata-rata kelas kontrol
S1 : standar deviasi kelas eksperimen
S2 : standar deviasi kelas kontrol
S : standar deviasi gabungan
n1 : jumlah siswa kelas eksperimen
59. 45
45
n2 : jumlah siswa kelas kontrol
Berdasarkan pengujian hipotesis secara statistik, jika Ho ditolak berarti
hipotesis kerja (H1) diterima. Hal ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan
yang berarti antara hasil belajar ranah kognitif siswa yang menggunakan
handout IPA-Fisika berbasis STS.
2. Ranah Afektif
Analisis data pada ranah afektif dilakukan melalui langkah-langkah
berikut:
a. Menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh siswa dari pengamatan pada
setiap pertemuan.
b. Mengkonversikan skor total yang diperoleh menjadi nilai dengan rumus
yang terdapat dalam Juknis Penyusunan Perangkat Afektif di SMA (2010)
yaitu :
100%
JPS
NP
JSM
Keterangan
NP : Nilai Proses
JPS : Jumlah Perolehan Skor
JSM : Jumlah Skor Maksimum
Pada penelitian ini skor maksimum yang dapat diperoleh siswa setiap
pertemuan adalah 11 dan skor minimum adalah 0. Skor yang diperoleh siswa
60. 46
dikonversikan ke nilai. Analisis data untuk hasil belajar ranah afektif
meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.
c. Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan uji normalitas dan
homogenitas untuk kedua kelas sampel, hasilnya didapatkan distribusi kedua
46
sampel normal dan homogen.
d. Menjumlahkan skor total yang diperoleh siswa.
e. Mengkonversikan skor total yang diperoleh menjadi nilai dengan rumus
yang terdapat dalam Ngalim (2009: 112) yaitu :
푠 = 푅
푁
× 100 ................................................................................... (10)
Keterangan :
S : nilai afektif siswa
R : skor total siswa
N : skor maksimum
3. Ranah Psikomotor
Dalam menganalisis data hasil observasi dilakukan langkah-langkah
berikut:
a. Menjumlahkan skor total yang diperoleh siswa pada praktikum yang
dilakukan.
b. Mengkonversikan skor total yang diperoleh menjadi nilai dengan rumus
yang terdapat dalam Ngalim (2009: 112) :
푆 = 푅
푁
× 100 ................................................................................... (11)
61. 47
................................................................................. (12)
S .............................................. (13)
47
Keterangan :
S : nilai psikomotor siswa
R : skor yang diperoleh
N : skor maksimum
Berdasarkan nilai yang diperoleh tersebut dilakukan uji normalitas dan
homogenitas. Hasil uji normalitas dan homogenitas didapatkan populasi
kedua kelas sampel tersebut terdistribusi normal dan mempunyai varians
yang homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis statistik uji t.
1 2
1 1
n n
1 2
S
x x
t
dan
n S n S
( 1) (
1)
2
1 2
2
2 2
2
2 1 1
n n
Keterangan:
x1 : nilai rata-rata kelas eksperimen.
x2 : nilai rata-rata kelas kontrol.
S1
2 : varians kelas eksperimen.
S2
2 : varians kelas kontrol.
S : standar deviasi gabungan.
n1 : jumlah siswa kelas eksperimen.
n2 : jumlah siswa kelas kontrol.
62. 48
Harga thitung dibandingkan dengan ttabel yang ada pada tabel distribusi t.
Kriteria pengujian hipotesis adalah tidak terdapat pengaruh yang berarti jika
thitung berada di dalam daerah −t1−1
⁄2α < 푡 < t1−1
48
⁄2α pada taraf signifikasi
0,05. Sedangkan untuk harga lain terdapat pengaruh yang berarti.
63. 49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
49
A. Deskripsi Data
Penelitian dilakukan pada tanggal 1 April sampai dengan 10 Juni 2013 di
SMP Negeri 1 Canduang. Pada kedua kelas sampel, diperoleh data tentang
pencapaian kompetensi Fisika siswa yang meliputi penilaian pada ketiga ranah yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor pada kedua kelas sampel. Data hasil belajar ranah
kognitif diperoleh melalui tes tertulis di akhir pembelajaran. Data ranah afektif dan
psikomotor diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung melalui format
penilaian afektif dan psikomotor. Data hasil belajar Fisika siswa pada masing-masing
ranah akan dijelaskan berikut
1. Deskripsi Data Hasil Belajar IPA-Fisika Ranah Kognitif
Data penilaian hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari tes akhir
dengan teknik tes tertulis berbentuk soal objektif sebanyak 30 buah soal. Tes akhir
diberikan kepada kedua kelas sampel pada akhir kegiatan penelitian. Perbedaan
hasil tes akhir antara kedua kelas sampel dapat diketahui melalui uji kesamaan dua
rata-rata, dengan syarat terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Hasil perhitungan secara statistik, diperoleh nilai rata-rata ( x ), simpangan baku
(S), dan varians (S2) kelas eksperimen dan kontrol seperti pada Tabel 15:
64. 50
Tabel 15.
Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, Simpangan Baku, dan Varians
Kelas Sampel
50
Kelas N Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
X S2 S
Eksperimen 22 90 43 58,52 116,21 10,78
Kontrol 19 67 43 53,18 50,16 7,08
Tabel 15 menampilkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada ranah
kognitif kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai
simpangan baku kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai
simpangan baku kelas kontrol, artinya nilai setiap siswa pada kelas eksperimen
memiliki rentang yang lebih besar terhadap nilai rata-rata kelas dibanding dengan
nilai pada kelas kontrol.
Data varians pada kelas eksperimen lebih besar dari varians data kelas
kontrol, seperti terlihat pada Tabel 15. Varians kelas eksperimen memiliki nilai
116,21 dan kelas kontrol memiliki nilai 50,16. Hal ini berarti bahwa nilai kelas
kontrol terdistribusi disekitar nilai rata-rata, sedangkan kelas eksperiment
terdistribusi lebih jauh dari nilai rata-rata. Kelas eksperimen mempunyai nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 56 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh nilai
tertinggi sebesar 96 dan nilai terendah 48.
Hasil tes akhir memiliki perbedaan yang dapat diketahui melalui uji
kesamaan dua rata-rata, dengan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
homogenitas. Distribusi nilai pada ranah kognitif secara lebih rinci dapat dilihat
pada Lampiran 10.
65. 51
2. Deskripsi Data Hasil Belajar IPA-Fisika Ranah Afektif
Data hasil belajar afektif didapatkan selama kegiatan pembelajaran. Data
ini diambil dengan menggunakan format penilaian ranah afektif. Penilaian ranah
afektif dilakukan terhadap empat aspek penilaian yang disesuaikan dengan materi
dan kemampuan belajar siswa. Deskripsi data hasil belajar ranah afektif ini
ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh setiap siswa setelah tujuh kali
51
pertemuan tatap muka di kelas.
Hasil penelitian diperoleh bahwa hasil belajar pada ranah afektif siswa
kelas ekperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Perolehan nilai
kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 16:
Tabel 16.
Data Hasil Belajar Fisika Ranah Afektif Kelas Sampel
Kelas N Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
X S2 S
Eksperimen 22 65 17 37,5 254,08 15,94
Kontrol 19 54 16 28,6 133,40 11,55
Nilai simpangan baku kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan
dengan nilai simpangan baku kelas kontrol, hal ini bermakna bahwa nilai setiap
siswa pada kelas kontrol masih berada direntang nilai rata-rata kelas dibanding
dengan nilai pada kelas eksperimen.
Data varians kelas eksperimen memiliki nilai lebih besar dari kelas kontrol,
seperti terlihat pada Tabel 16. Varians kelas eksperimen memiliki nilai 254,08 dan
kelas kontrol memiliki nilai 133,40. Hal ini berarti bahwa nilai kelas eksperimen
terdistribusi lebih jauh dari rentang nilai rata-rata sedangkan kelas kontrol
66. 52
terdistribusi disekitar nilai rata-rata. Distribusi nilai pada ranah afektif lebih rinci
52
dapat dilihat pada Lampiran 12.
3. Deskripsi Data Hasil Belajar IPA-Fisika Ranah Psikomotor
Data penelitian pada ranah psikomotor ini diperoleh melalui hasil
pengamatan selama proses pembelajaran dan penilaian pada akhir penelitian
melalui tes unjuk kerja ketika siswa melakukan percobaan di laboratorium
sekolah.
Data hasil belajar ranah psikomotor ini dilakukan analisis sehingga
didapatkan nilai rata-rata ( x ), simpangan baku (S), dan variansi (S2) kedua
kelas eksperimen dan kontrol seperti pada Tabel 17:
Tabel 17.
Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, Simpangan Baku, dan
Variansi Kelas Sampel Ranah Psikomotor
Kelas N Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
X S2 S
Eksperimen 22 82 18 50 329,42 18,15
Kontrol 19 64 18 36,78 274,42 16,56
Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa ranah
psikomotor pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Nilai simpangan baku kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan
nilai simpangan baku kelas kontrol, artinya nilai setiap siswa pada kelas
eksperimen memiliki sebaran yang jauh dari nilai rata-rata kelas dibanding
dengan nilai siswa pada kelas kontrol.
67. 53
Varians data kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Hal
ini berarti nilai siswa kelas eksperimen terdistribusi lebih jauh nilai rata-rata
dibandingkan nilai siswa kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata digunakan
untuk mengetahui apakah perbedaan nilai antara kedua kelas sampel ini berarti
atau tidak, setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas. Hasil tes ranah
psikomotor kedua kelas sampel dapat dilihat pada Lampiran 14.
53
B. Analisis Data
1. Analisis Data Hasil Belajar IPA-Fisika Ranah Kognitif
Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-rata
dilakukan untuk mengambil kesimpulan dari data yang ada agar terlihat apakah
perbedaan rata-rata kedua kelas sampel tersebut signifikan. Sebelum melakukan
uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap
data tes akhir. Kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan
menggunakan uji statistik yang sesuai yaitu uji t.
a. Uji Normalitas Tes Akhir
Uji Lilliefors digunakan untuk melihat apakah data pada kedua kelas
sampel terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji normalitas yang
dilakukan, maka didapatkan harga Lo dan Ltabel pada taraf nyata 0,05 seperti
terlihat pada Tabel 18:
Tabel 18.
Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif
68. 54
Kelas Α N Lo Lt Distribusi
Eksperimen 0,05 22 0,172 0,190 Normal
Kontrol 16 0,141 0,213 Normal
Tabel 18 menunjukkan bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo <
Lt pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti data hasil tes akhir kelas kedua kelas
terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada
54
Lampiran 10.
b. Uji Homogenitas Tes Akhir
Uji homogenitas dugunakan untuk mengetahui apakah data pada kedua
kelas sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang
dilakukan terhadap data tes akhir kedua kelas sampel memperoleh Fhitung = 2,32
dan Ftabel dengan taraf nyata α = 0,05 pada dkpembilang 21 dan dkpenyebut 15 adalah
2,33. Nilai Fh < F(0,05);(21,15), hal ini berarti kelompok data mempunyai varians
yang homogen. Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada
Tabel 19:
Tabel 19.
Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif
Kelas N S2 Fh Ft Keterangan
Eksperimen 22 116,21 2,32 2,33 Homogen
Kontrol 16 50,16
Untuk lebih lengkapnya uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 10.
c. Uji Hipotesis (Uji Kesamaan Dua Rata-Rata)
Uji kesamaan dua rata-rata dapat dilakukan setelah diperoleh hasil uji
normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan homogenitas terhadap data
69. 55
tes akhir kedua kelas sampel menunjukkan bahwa data pada kedua kelas sampel
terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Uji hipotesis
penelitian mengunakan uji t. Hasil uji t kedua kelas sampel dapat dilihat pada
55
Tabel 20:
Tabel 20.
Hasil Uji t Ranah Kognitif
Kelas N Mean S2 th tt
Eksperimen 22 58,54 116,21 2,35 2,02
Kontrol 16 53,19 50,16
Dari Tabel 20 terlihat bahwa thitung = 2,35 sedangkan ttabel = 2,02 dengan
kriteria pengujian tidak terdapat perbedaan yang berarti jika −푡(1−
1
2
훼)< t <
푡(1−
1
2
훼) dan terdapat perbedaan yang berarti jika mempunyai harga lain pada
taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2. Harga thitung
adalah 2,35 yaitu berada berada di luar daerah rentang ttabel sehingga dikatakan
terdapat pengaruh dari perbedaan perlakuan pada kedua kelas sampel.
Perhitungan secara lengkap mengenai uji kesamaan dua rata-rata pada
ranah kognitif dapat dilihat pada Lampiran 10. Kurva daerah perbedaan yang
berarti pada ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar 2.
70. 56
α=0,025
Daerah tidak terdapat
perbedaan yang berarti
-2,02 0 2,02
α = 0,025
2,35
Daerah terdapat perbedaan yang
berarti
Gambar 2. Kurva Daerah Perbedaan yang Berarti Ranah Kognitif
Pada gambar dapat dilihat bahwa thitung berada di dalam daerah terdapat
berbedaan yang berarti. Jadi hipotesis kerja yang berbunyi terdapat pengaruh
yang berarti dari penggunaan handout IPA-Fisika berbasis STS terhadap
pencapaian hasil belajar siswa SMP N 1 Canduang pada ranah kognitif
56
diterima pada taraf nyata 0,05.
2. Analisis Data Hasil Belajar IPA-Fisika Ranah Afektif
Penilaian ranah afektif dilakukan pada setiap kali pertemuan. Observasi
terhadap tujuh kali pertemuan. Aspek yang diamati terdiri dari empat sikap, yaitu
antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, interaksi siswa dengan guru,
aktifitas peserta didik, partisipasi peserta didik dalam menyampaikan hasil
kesempatan yang masing-masing terdiri dari empat indikator penilaian.
Peneliti dan observer mengamati keempat aspek afektif pada setiap kali
pertemuan yang menjadi tujuan utama pengamatan. Perolehan nilai untuk setiap
71. 57
aspek pengamatan didapatkan dari jumlah perolehan skor setiap siswa untuk setiap
57
indikator pada satu aspek penilaian.
a. Uji Normalitas Tes Akhir
Uji Normalitas tes akhir dilakukan dengan uji lilliefors yang digunakan
untuk melihat apakah data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal atau
tidak. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, maka didapatkan harga Lo
dan Ltabel pada taraf nyata 0,05 seperti terlihat pada Tabel 21:
Tabel 21.
Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif
Kelas Α N Lo Lt Distribusi
Eksperimen 0,05 22 0,1368 0,190 Normal
Kontrol 19 0,1817 0,195 Normal
Tabel 21 dapat menunjukkan bahwa kedua kelas sampel mempunyai
nilai Lo < Lt pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti data hasil tes akhir kedua
kelas sampel terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kedua kelas sampel
dapat dilihat pada Lampiran 12.
b. Uji Homogenitas Apek Afektif
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pada kedua
kelas sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas
dilakukan terhadap data tes akhir kedua kelas sampel. Nilai Fhitung = 1,59 dan
nilai Ftabel pada taraf nyata α = 0,05, dkpembilang 21 dan dkpenyebut 18 adalah 2,19.
Nilai Fh < F(0,05);(21,18), hal ini berarti kelompok data mempunyai varians yang
72. 58
homogen. Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel
58
22:
Tabel 22.
Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif
Kelas N S2 Fh Ft Keterangan
Eksperimen 22 254,08
1,59 2,19 Homogen
Kontrol 19 133,47
Berdasarkan uji homogenitas pada tabel 22 dapat disimpulkan bahwa
data mempunyai varians yang homogen. Uji homogenitas dapat dilihat pada
Lampiran 12.
c. Uji Hipotesis (Uji Kesamaan Dua Rata-Rata)
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
yang berarti pada perlakuan yang diberikan. Uji normalitas dan homogenitas
terhadap data tes akhir kedua kelas sampel menunjukkan data pada kedua kelas
sampel terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Uji hipotesis
penelitian menggunakan uji t. Hasil uji t kedua kelas sampel dapat dilihat pada
Tabel 23:
Tabel 23.
Hasil Uji t Ranah Afektif
Kelas N Mean S2 th tt
Eksperimen 22 37,5 254,08
2,03 2,02
Kontrol 19 31,6 133,47
Tabel 23 menunjukkan bahwa thitung = 2,03 sedangkan ttabel = 2,02
dengan kriteria pengujian tidak terdapat perbedaan yang berarti jika −푡(1−
1
2
훼)< t
73. 59
-2,02 0 2,02
59
< 푡(1−
1
2
훼)dan terdapat perbedaan yang berarti jika mempunyai harga lain pada
taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2.
Berdasarkan Hasil analisis data dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang berarti antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Perbedaan pada kelas eksperimen disebabkan oleh perlakukan yang diberikan
yaitu penggunaan handout IPA-Fisika berbasis STS pada proses pembelajaran.
Perhitungan secara lengkap mengenai uji hipotesis pada ranah afektif dapat
dilihat pada lampiran 12. Kurva daerah perbedaan yang berarti pada ranah
afektif dapat dilihat pada Gambar 3.
α=0,025
Gambar 3. Kurva Daerah Perbedaan yang Berati Ranah Afektif
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai thitung berada pada daerah
terdapat perbedaan yang berarti, yang bermakna perbedaan perlakuan pada
kedua kelas sampel memberikan pengaruh. Jadi, terdapat pengaruh yang berarti
penggunaan handout IPA-Fisika berbasis STS terhadap hasil belajar fisika
siswa pada ranah afektif.
α = 0,025
Daerah tidak terdapat
perbedaan yang berarti
Daerah terdapat perbedaan yang
berarti
2,03
74. 60
3. Analisis Data Hasil Belajar IPA-Fisika Ranah Psikomotor
Uji statistik dilakukan dengan uji normalitas dan homogenitas terhadap
data tes akhir terlebih dahulu, kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata yang
sesuai dengan hasil uji normalitas dan homogenitas tersebut.
a. Uji Normalitas Ranah Psikomotor
Uji Lilliefors digunakan untuk melihat apakah data pada kedua kelas
sampel terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan,
mendapatkan harga Lo dan Ltabel pada taraf nyata 0,05, seperti terlihat pada
60
Tabel 24.
Tabel 24.
Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor
Kelas Α N Lo Lt Distribusi
Eksperimen
0,05
22 0,12 0,19 Normal
Kontrol 18 0,17 0,20 Normal
Tabel 24 menunjukkan bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo <
Lt pada taraf nyata 0,05. Artinya data hasil tes akhir kedua kelas sampel
terdistribusi normal. Data hasil uji normalitas kedua kelas sampel dapat dilihat
pada Lampiran 14.
b. Uji Homogenitas Aspek Psikomotor
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui data pada kedua kelas
sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas kedua
sampel memperoleh Fhitung = 1,20 dan Ftabel dengan α = 0,05 pada dkpembilang 21
dan dk penyebut 17 adalah 2,23. Nilai Fh < F(0,975);(21,17), hal ini berarti kelompok
75. 61
data mempunyai varians yang homogen. Hasil uji homogenitas kedua kelas
61
sampel dapat dilihat pada Tabel 25:
Tabel 25.
Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor
Kelas N S2 Fh Ft Keterangan
Eksperimen 22 329,42
1,20 2,23 Homogen
Kontrol 18 274,42
Untuk lebih lengkapnya uji homogenitas kedua kelas sampel pada ranah
psikomotor dapat dilihat pada Lampiran 14.
c. Uji Hipotesis (Uji Kesamaan Dua Rata-Rata)
Uji hipotesis dapat dilakukan setelah diketahui nilai uji normalitas dan
homogenitas data psikomotor. Hasilnya diperoleh data pada kedua kelas sampel
terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen, untuk menguji
hipotesis penelitian digunakan uji t. Hasil uji t kedua sampel dapat dilihat pada
Tabel 26:
Tabel 26.
Hasil Uji t Ranah Psikomotor
Kelas N Mean S2 th tt
Eksperimen 22 50 329,42
2,38 2,02
Kontrol 18 36,78 274,42
Tabel 26 menunjukkan bahwa thitung = 2,38 sedangkan ttabel = 2,02.
Kriteria pengujian tidak terdapat perbedaan yang berarti jika t −푡(1−
1
2
훼)< t <
푡(1−
1
2
훼) dan terdapat perbedaan yang berarti pada harga lain pada taraf
signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2. Hasil perhitungan
76. 62
diperoleh nilai th > -t(1-1/2α) dan th > t(1-1/2α), hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dari penggunaan handout IPA-Fisika berbasis STS
α=0,025
Daerah tidak terdapat
perbedaan yang berarti
-2,02 0 2,02
α = 0,025
2,38
Daerah terdapat perbedaan yang
berarti
Gambar 4. Kurva Daerah Perbedaan yang Berarti Ranah Psikomotor
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
berarti dari perbedaan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu pemberian
handout IPA-Fisika berbasis STS. Jadi hipotesis kerja yang berbunyi terdapat
pengaruh yang berarti penggunaan handout IPA-Fisika berbasis STS terhadap
pencapaian hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Canduang pada ranah
psikomotor diterima pada taraf nyata 0,05 Analisis data secara lengkap dapat
62
dilihat pada lampiran 14.
C. Pembahasan
Hasil analisis data tes akhir belajar didapat menunjukkan bahwa penggunaan
handout IPA-Fisika berbasi STS dalam pembelajaran Fisika dapat meningkatkan
pencapaian hasil belajar fisika siswa. Hal ini terlihat dari tingginya hasil belajar siswa
yang belajar siswa dengan menggunakan handout IPA-Fisika berbasis Science
Technology and Society dalam pembelajaran dibandingkan dengan hasil belajar siswa
77. 63
yang tidak menggunakan handout IPA-Fisika berbasis Science Technology and
63
Society dalam pembelajaran.
Uji statistik yang dilakukan pada ketiga ranah penilaian menunjukkan bahwa
harga thitung berada di dalam daerah terdapat perbedaan berarti. Ranah kognitif
memperoleh nilai thitung sebesar 2,35 dan ttabel sebesar 2,02. Ranah afektif memperoleh
nilai thitung sebesar 2,03 dan ttabel 2,02. Begitu juga dengan ranah psikomotor yang
memperoleh nilai thitung sebesar 2,38 dan ttabel 2,02 pada taraf nyata 0,05. Nilai rata-rata
hasil belajar kedua kelas sampel berbeda secara signifikan dan menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang berarti dari penggunaan handout IPA-Fisika berbasi
STS pada ketiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini karena
penggunaan handout IPA-Fisika berbasis STS mampu menuntun siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan sendiri dan menggunakan konsep
IPA-Fisika yang diperoleh selama pembelajaran di dalam kehidupan sehari-hari.
Data penilaian afektif melalui tujuh kali pertemuan menunjukkan bahwa hasil
belajar pada ranah afektif kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Analisis data mendapatkan hasil bahwa harga t berada di dalam daerah terdapat
pengaruh yang berarti dari perlakukan yang diberikan yaitu penggunaan handout
IPA-Fisika berbasis Science Technology and Society selama proses pembelajaran.
Selama proses pembelajaran diperoleh hasil pengamatan yang lebih tinggi pada ranah
afektif siswa yang berada di kelas eksperimen. Sebagian besar siswa terlihat
menikmati proses pembelajaran melalui tahapan yang menuntun siswa untuk berfikir
kreatif dan aplikatif. Perhatian siswa lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran
78. 64
karena didukung oleh penggunaan bahan ajar yang membantu siswa untuk
memahami setiap konsep yang diberikan oleh guru.
Popham dalam Depdiknas (2006:2) tentang penilaian afektif dalam KTSP
menyatakan bahwa “ranah afektif menentukan keberhasilan belajar siswa”. Siswa
yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu akan sulit untuk mencapai
keberhasilan belajar secara optimal. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap
positif terhadap suatu pelajaran akan merasa senang dan butuh mempelajari mata
pelajaran tersebut sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Untuk
itu guru harus mampu membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa terlebih
dahulu sebelum memasuki kegiatan pembelajaran untuk mencapai pencapaian
kompetensi belajar yang optimal. Siswa akan lebih termotivasi untuk mempelajari
suatu ilmu jika siswa tahu kegunaan dari ilmu yang akan dipelajarinya. Pemberian
motivasi di awal pembelajaran didapatkan siswa pada tahap pendahuluan yang ada
pada handout IPA-Fisika berbasis Science Technology and Society. Penggunaan
handout IPA-Fisika berbasis STS pada siswa merupakan salah satu cara untuk
memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran karena didukung oleh tahapan-tahapan
yang melibatkan siswa secara aktif.
Guru membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan Dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA-Fisika dengan menggunakan handout berbasis
Science Technology and Society. Penggunaan handout pada proses pembelajaran
memungkinkan siswa untuk memahami materi pembelajaran dengan lebih baik
karena struktur handout yang diawali dengan pengamatan atau pertanyaan mengenai
64
79. 65
pembelajaran yang akan dilakukan. Guru juga memberikan sebuah masalah, gambar
atau gambaran umum mengenai permasalahan yang dekat dengan kehidupan siswa.
Hal ini membuat siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan lebih
65
antusias.
Penggunaan handout IPA-Fisika diawali dengan pendahuluan yaitu contoh
penggunaan konsep fisika yang dihubungkan dengan keseharian siswa. Selanjutnya
pada tahap pembentukan konsep guru membantu siswa untuk membangun atau
mengkontruksi pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi. Pada
tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk melakukan observasi atau diskusi
mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan konsep IPA-Fisika.
Pada tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah siswa diminta untuk
menganalisis isu/masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan
konsep yang telah dipahami siswa. Hal ini memungkinkan siswa untuk berfikir lebih
tinggi mengenai kegunaan konsep IPA-Fisika yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan keseharian siswa. Pada tahap pemantapan konsep, guru
memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan tes akhir kepada siswa pada tahap
evaluasi, penilaian dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Berdasarkan perhitungan statistik penggunaan handout IPA-Fisika berbasis
STS mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika serta