SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
PRODUKTIVITAS GETAH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) PADA
POLA PERTANAMAN MONOKULTUR DAN AGROFORESTRI DENGAN
    TANAMAN MERANTI (Shorea sp.) DI KABUPATEN BUNGO,
                       PROPINSI JAMBI




                                                                 Oleh :
                                               Hananto Maryan Wiguna
LATAR BELAKANG

 Laju kerusakan hutan Indonesia mancapai 2,8 juta Ha/tahun (Awang,
  2008), salah satu penyebabnya adalah pembangunan sektor
  perkebunan (CIFOR, 2008).
 Dibutuhkan upaya rehabilitasi untuk meningkatkan hasil hutan baik kayu
  maupun non kayu, salah satu pola yang digunakan adalah agroforestri
  karet.




Page  2
PERMASALAHAN

 produktivitas kebun karet milik masyarakat belum menunjukkan hasil
  maksimal (CIFOR, 2008), salah satu upaya meningkatkan hasil adalah
  dengan pola pencampuran tanaman karet dan meranti.
 Melalui upaya pencampuran jenis-jenis meranti kedalam kebun karet
  rakyat, diharapkan akan meningkatan produktivitas getah hasil sadapan
  dan penghasilan petani melalui hasil kayu.




Page  3
Page  4
METODE PENELITIAN

   a. Tempat dan Waktu


               • Penelitian ini dilakukan di
                 Desa Lembah Kuamang,
Tempat           Kecamatan Pelepat Ilir,
                 Kabupaten Bungo, Propinsi
                 Jambi.


               • Waktu untuk pengambilan
                 data lapangan dilakukan
  Waktu          mulai Juni-Desember 2011.




Page  5
PROSEDUR PENELITIAN
                                                                 Alat
                                Rol meter
                                  untuk
                               pembuatan
                                plot ukur      Timbangan/
           Alat tulis untuk                   neraca untuk
           mencatat data                     menimbang getah
                                              hasil sadapan         Cat untuk
                               Tally sheet                         penomoran
                                blangko                             pohon dan
                              pengamatan                          penanda batas     Pita meter
                                                                     plot ukur         untuk
                                                GPS (Global
                                              Position System)                     menghitung
                                                                                  keliling pohon
                                                                    Hagameter           karet
                                                                 untuk mengukur
                                                                   tinggi pohon




Page  6
Bahan


           Monokultur
            (karet)

                         Karet umur
                          15 tahun
                         dan Meranti
                           umur 6
                            tahun
           Campuran
            (Meranti
           dan Karet)




Page  7
Langkah Kerja
                          Lahan Tanaman Karet




     Monokultur (3 PU)     PU 40 x 40 meter           Agroforestri (15 PU)



                                                     -Dekat rawa : 7 PU
                                                     -Jauh dari rawa : 8 PU

                         Kondisi Umum Tegakan




                         Produksi getah/pohon/hari




                          Produktivitas tegakan




Page  8
Cara Kerja
           Survey dan pembuatan rancangan penelitian


               Pembuatan plot ukuran 40x40 m pada
               lahan karet monokutur dan agroforestri
               karet

                  Penentuan PU pada masing-masing kondisi
                  tempat tumbuh (dekat rawa dan jauh dari rawa)

                      Pengambilan data : Produksi getah (gram)/hari/pohon,
                      Jumlah pohon (N/Ha), Tinggi dan Diameter karet,
                      intensitas cahaya, TBBC, TTL, Lebat Tajuk (U,T,S,B),
                      dan kordinat pohon dalam PU


                           Titik koordinat PU dan tinggi tempat

                               Pengumpulan data sekunder berupa data di petani
                               pemilik lahan yang diamati, data statistik kecamatan
                               Pelepat Ilir 2009, dan data statistik Kabupaten Bungo
                               2010 dan data pertumbuhan meranti.

Page  9
ANALISIS DATA
 Produksi getah pada masing-masing kondisi tempat tumbuh :
 Produksi getah (gr)/pohon/hr = total produksi getah (gr/hari)
                                 jumlah batang karet yang disadap
 Produksi getah pada kelas diameter batang :
                      0-10 cm    = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 0-10 cm
                                   jumlah batang karet yang disadap
                      10-20 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 10-20 cm
                                   jumlah batang karet yang disadap
                      20-30 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 20-30 cm
                                   jumlah batang karet yang disadap
                      30-40 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 30-40 cm
                                   jumlah batang karet yang disadap
 Produktivitas getah karet pada masing-masing pola pertanaman :
 Produktivitas (gr/Ha/hari)      = Produksi getah(gr/pohon/hr) x jumlah pohon yg disadap (n/Ha)




Page  10
1.   Kondisi Umum Tegakan                                                       HASIL DAN PEMBAHASAN
                                                   Monokultur Karet
                  Rata-rata Diameter   Ketinggian Tempat     Intensitas Cahaya
       No PU                                                                      Lokasi Tumbuh    Nama Pemilik Lahan
                         (cm)                (mdpl)                 (%)
         1              18.47                95                     6.76          jauh dari rawa      Pak Paimin
         2              18.82                92                    15.21          jauh dari rawa      Pak Jumadi
         3              17.41                94                     9.04          jauh dari rawa       Pak Paijo
                                           Agroforestri Karet dan Meranti
         1              24.18                88                     9.78            dekat rawa        Pak Paimin
         2              21.22                115                    8.20          jauh dari rawa      Pak Paimin
         3              20.42                105                    4.17          jauh dari rawa      Pak Sarnun
         4              17.29                99                     8.25            dekat rawa        Pak Sarnun
         5              16.63                47                     5.45            dekat rawa        Pak Waris
         6              16.60                68                     3.05            dekat rawa         Pak Cipto
         7              17.60                94                     1.91          jauh dari rawa       Pak Cipto
         8              15.92                108                    4.41          jauh dari rawa      Pak Kaimin
         9              15.60                70                    11.22            dekat rawa        Pak Marni
         10             15.59                73                    12.32            dekat rawa        Pak Ponidi

         11                                   76                                  jauh dari rawa   Pak Kadikun/Zaini
                        14.88                                         3.36
         12             14.06                 52                      5.82         dekat rawa           Pak Jari
         13                                   80                                  jauh dari rawa     Pak Talut/Asni
                        17.25                                      11.65
         14             17.88                 80                    6.27            dekat rawa         Pak Slamet
         15             19.18                 90                    7.45          jauh dari rawa       Pak Slamet



Ketinggian tempat antara 47-115 Mdpl,
Samsulbahri (1996) menyebutkan bahwa karet tumbuh optimal pada ketinggian sampai 200 Mdpl,
  Page  11
lebih dari ketinggian itu akan mengalami penundaan masa panen awal selama sekitar 6 bulan.
Produksi Getah Pada Masing-masing Kondisi Tempat Tumbuh


                                Rerata produksi getah        Standar
             Tegakan                                                      N/PU     N/ha
                                   (gr/pohon/hari)           deviasi
            Monokultur                  16,79                  2,72       67,67    422,92
      Agroforestri jauh dari
                                        12,23                  4,18      100,57    628,57
              rawa
       Agroforestri dekat
                                        12,06                  4,33       96,88    605,47
             rawa


 Perbedaan produksi getah pada dua kondisi tempat tumbuh di tegakan agroforestri karet
 rakyat hanya sebesar 0,17 gram/pohon/hari.

 Syamsulbahri(1996) menyebutkan bahwa untuk bisa tumbuh maksimal, karet tidak memerlukan persyaratan khusus
 pada kondisi tempat tumbuhnya. Tanaman karet tidak cocok tumbuh untuk lokasi yang memiliki bulan kering sepanjang
 tahun.




Page  12
Produksi Getah Karet Berdasarkan Kelas Diameter




 • Rerata produksi getah karet tertinggi terdapat pada kelas diameter 30-40 cm
          dengan rata-rata produksi berkisar antara 29 sampai 31 gram/pohon/hari.
 • Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kelas diameter batang karet
          maka produksi getahnya semakin tinggi.

Page  13
Produktivitas Getah Karet



                                  Monokultur            Agroforestri
            N/Ha awal             625 batang            625 batang

       *Enrichmen Meranti              -                625 batang

       Jumlah batang karet
            sekarang              433 batang            617 batang
             (15 th)


      Produksi getah/ha/hari        7,1 Kg                 7,5 Kg


       % jadi tanaman karet
                                    69,28 %               98,72 %
               (15 th)


 1.      Tegakan monokultur memiliki % kematian pohonnya mencapai 30,72 % atau lebih tinggi
 jika dibandingkan dengan tegakan agroforestri karet (1,28 %).
 2.      Produktivitas tegakan dg umur yang sama : lebih tinggi AF dari pada monokultur.


Page  14
Prospek Pengembangan
Sistem Agroforestri Karet dan Meranti



                         Pengelolaan agroforestri karet yang dilakukan secara lestari diharapkan
                         memberikan prospek yang baik untuk pengembangan hutan di masa depan.
                         Pola agroforestri karet dan meranti memberi nilai ganda pada petani berupa
                         kayu di masa datang dan hasil getah karet sebagai pendapatan utama
                         (ICRAF, 2008).


                         Di Pelepat Ilir, meranti yang ditanam didalam jalur tanaman karet dengan
                         tahun tanam meranti 2006 telah mencapai rata-rata diameter 9,4 cm atau rata-
                         rata pertumbuhan meranti sebesar 1,5 cm/tahun.


                        Prospek peningkatan produksi getah melalui penggunaan indukan unggul,
                        rekomendasi individu unggul dalam tegakan yang diteliti :

                       monokultur

                      PU    No. Pohon    Tinggi (m)   Diameter (cm)    Produksi (gr/hari)     Standar Deviasi
                       1        10           19           39,04             32,35                  1,36
                       3         3           18           29,20             28,63                  3,78
                       1        21           15           30,89             25,58                  1,04
                       agroforestri
                      PU    No. pohon    Tinggi (m)   Diameter cm)     Produksi (gr/hari)     Standar Deviasi
                       1        22           16           32,32             34,06                  4,95
                       7       140          19.5          29,43             32,62                  1,11
                       8        24           18           22,99             31,87                  2,94
                      14         3           18           38,28             30,16                  3,75



 Page  15
KESIMPULAN
            Faktor tegakan memiliki keterkaitan terhadap produksi getah seperti
            berikut :

            • Semakin besar kelas diameter diameter batang maka produksi getah karet semakin
              tinggi. Produksi getah karet tertinggi pada pola monokultur karet dan agroforestri karet
              pada umur 15 tahun didapat pada kelas diameter batang 30-40 cm dengan produksi
              sebesar 29-31 gr/pohon/hari.

            • Kondisi tempat tumbuh (dekat rawa dan jauh dari rawa) tidak berpengaruh terhadap
              produksi getah.


            Sampai umur 15 tahun produktivitas getah karet pada tegakan
            agroforestri karet rakyat lebih tinggi dari pada produktivitas getah
            karet di tegakan monokultur karet rakyat dengan hasil getah
            mencapai 7,5 Kg/Ha/hari.




Page  16
Saran

 Perlu adanya tindakan pemuliaan tanaman dalam perkembangan AF karet
 dengan tujuan keseragaman pertumbuhan dan produksi hasil getah.

 Perlu adanya penelitian yang membahas fungsi ekologi dari kawasan
 agroforestri sebelum penerapan sistem ini dalam tahap lebih lanjut.

 Perlu adanya riset lebih lanjut tentang intensitas serangan dan luas serangan
 penyakit tanaman karet pada dua pola pertanaman (mono dan AF).

 Inventarisasi hasil kayu dari tegakan AF dan tindakan silvikultur tegakan AF
 karet dan meranti (ex : pola penjarangan dan jarak tanam ideal).




Page  17
Daftar Pustaka
Adhy B. P. 2008. Potret Karet Alam Indonesia. Economic Review No. 213. Jakarta

Adnan H., Djuhendi T., Yuliani E.L., Komarudin H., Lopulalan D., Siagian Y.L., Munggoro D.W. 2008. Belajar Dari Bungo :
Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi. Center For International Forestry Research (CIFOR). Bogor.

Anonim. 2009. Pelepat Ilir Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo. Muara Bungo.


Anonim. 2010. Statistik Daerah Kabupaten Bungo 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo. Muara Bungo.

Awang. S. A. 2008. Deforestasi Hutan RI Capai 2,8 Juta Ha/Tahun. http://www.ugm.ac.id/koran/files/4463/SMI%2019-06-
08.jpg. (Diakses tanggal 5 Oktober 2011).

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.


William. D. 1997. Laju dan Penyebab Deforestasi di Indonesia : Penelaah Kerancuan dan Penyelesaiannya. CIFOR. Bogor.




Page  18
TERIMA KASIH




Page  19

More Related Content

What's hot

Hama dan penyakit penting tanaman jeruk
Hama dan penyakit penting tanaman jerukHama dan penyakit penting tanaman jeruk
Hama dan penyakit penting tanaman jeruk
Fauzia Hidayati
 
Pengembangan Hotikultura Indonesia
Pengembangan Hotikultura IndonesiaPengembangan Hotikultura Indonesia
Pengembangan Hotikultura Indonesia
lodzi
 
Budidaya cabai rawit
Budidaya cabai rawitBudidaya cabai rawit
Budidaya cabai rawit
Muto Sn
 
penanaman bibit kelapa sawit
penanaman bibit kelapa sawitpenanaman bibit kelapa sawit
penanaman bibit kelapa sawit
jonberlinson
 

What's hot (20)

Tanaman Hortikultura
Tanaman HortikulturaTanaman Hortikultura
Tanaman Hortikultura
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
 
Resume + review jurnal.pdf
Resume + review jurnal.pdfResume + review jurnal.pdf
Resume + review jurnal.pdf
 
Kakao
KakaoKakao
Kakao
 
Hama dan penyakit penting tanaman jeruk
Hama dan penyakit penting tanaman jerukHama dan penyakit penting tanaman jeruk
Hama dan penyakit penting tanaman jeruk
 
Folder Jagung 2021.pdf
Folder Jagung 2021.pdfFolder Jagung 2021.pdf
Folder Jagung 2021.pdf
 
Pengembangan Hotikultura Indonesia
Pengembangan Hotikultura IndonesiaPengembangan Hotikultura Indonesia
Pengembangan Hotikultura Indonesia
 
Ppt Budidaya Jagung.pptx
Ppt Budidaya Jagung.pptxPpt Budidaya Jagung.pptx
Ppt Budidaya Jagung.pptx
 
Budidaya jagung
Budidaya jagungBudidaya jagung
Budidaya jagung
 
Desain perkebunan Kelapa Sawit
Desain perkebunan Kelapa SawitDesain perkebunan Kelapa Sawit
Desain perkebunan Kelapa Sawit
 
BUDIDAYA KARET.ppt
BUDIDAYA KARET.pptBUDIDAYA KARET.ppt
BUDIDAYA KARET.ppt
 
TEKNIK BUDIDAYA UBI JALAR DI BAWAH TEGAKAN
TEKNIK BUDIDAYA UBI JALAR DI BAWAH TEGAKANTEKNIK BUDIDAYA UBI JALAR DI BAWAH TEGAKAN
TEKNIK BUDIDAYA UBI JALAR DI BAWAH TEGAKAN
 
Budidaya cabai rawit
Budidaya cabai rawitBudidaya cabai rawit
Budidaya cabai rawit
 
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...
 
Budidaya tomat ptt
Budidaya tomat pttBudidaya tomat ptt
Budidaya tomat ptt
 
Panduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit
Panduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawitPanduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit
Panduan Perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit
 
Angka kredit n dupak online pak ersad
Angka kredit n dupak online pak ersadAngka kredit n dupak online pak ersad
Angka kredit n dupak online pak ersad
 
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
 
Budidaya padi lebak
Budidaya padi lebakBudidaya padi lebak
Budidaya padi lebak
 
penanaman bibit kelapa sawit
penanaman bibit kelapa sawitpenanaman bibit kelapa sawit
penanaman bibit kelapa sawit
 

Viewers also liked

Presentasi Karet
Presentasi KaretPresentasi Karet
Presentasi Karet
Agam Real
 
Persentasi tanaman karet
Persentasi tanaman karetPersentasi tanaman karet
Persentasi tanaman karet
Herry Mulyadie
 
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
Herry Mulyadie
 
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan panganPeranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Herry Mulyadie
 
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukanPenjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
Niko Utomo
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
edhie noegroho
 
1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam
Niko Utomo
 
Persiapan lahan dan penanaman kelapa sawit
Persiapan lahan dan penanaman kelapa sawitPersiapan lahan dan penanaman kelapa sawit
Persiapan lahan dan penanaman kelapa sawit
Ilham Johari
 

Viewers also liked (20)

Presentasi Karet
Presentasi KaretPresentasi Karet
Presentasi Karet
 
Ppt proses pengolahan karet menta firman ahyuda
Ppt proses pengolahan karet menta firman ahyudaPpt proses pengolahan karet menta firman ahyuda
Ppt proses pengolahan karet menta firman ahyuda
 
Presentasi karet ^ ^
Presentasi karet ^ ^Presentasi karet ^ ^
Presentasi karet ^ ^
 
Persentasi tanaman karet
Persentasi tanaman karetPersentasi tanaman karet
Persentasi tanaman karet
 
8. karet
8. karet8. karet
8. karet
 
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembuProses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
 
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
 
Konsep belajar petani
Konsep belajar petaniKonsep belajar petani
Konsep belajar petani
 
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan panganPeranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
 
Peran penyuluh
Peran penyuluhPeran penyuluh
Peran penyuluh
 
Laporan 2
Laporan 2Laporan 2
Laporan 2
 
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukanPenjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
 
Laporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARETLaporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARET
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
Proses pengolahan karet
Proses pengolahan karetProses pengolahan karet
Proses pengolahan karet
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGANLAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
 
Karet
KaretKaret
Karet
 
1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam
 
Menghitung harga pokok penjualan (hpp)
Menghitung harga pokok penjualan (hpp)Menghitung harga pokok penjualan (hpp)
Menghitung harga pokok penjualan (hpp)
 
Persiapan lahan dan penanaman kelapa sawit
Persiapan lahan dan penanaman kelapa sawitPersiapan lahan dan penanaman kelapa sawit
Persiapan lahan dan penanaman kelapa sawit
 

Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanaman monokultur dan agroforestri dengan tanaman meranti (shorea sp.) di kabupaten bungo, propinsi jambi

  • 1. PRODUKTIVITAS GETAH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) PADA POLA PERTANAMAN MONOKULTUR DAN AGROFORESTRI DENGAN TANAMAN MERANTI (Shorea sp.) DI KABUPATEN BUNGO, PROPINSI JAMBI Oleh : Hananto Maryan Wiguna
  • 2. LATAR BELAKANG  Laju kerusakan hutan Indonesia mancapai 2,8 juta Ha/tahun (Awang, 2008), salah satu penyebabnya adalah pembangunan sektor perkebunan (CIFOR, 2008).  Dibutuhkan upaya rehabilitasi untuk meningkatkan hasil hutan baik kayu maupun non kayu, salah satu pola yang digunakan adalah agroforestri karet. Page  2
  • 3. PERMASALAHAN  produktivitas kebun karet milik masyarakat belum menunjukkan hasil maksimal (CIFOR, 2008), salah satu upaya meningkatkan hasil adalah dengan pola pencampuran tanaman karet dan meranti.  Melalui upaya pencampuran jenis-jenis meranti kedalam kebun karet rakyat, diharapkan akan meningkatan produktivitas getah hasil sadapan dan penghasilan petani melalui hasil kayu. Page  3
  • 5. METODE PENELITIAN a. Tempat dan Waktu • Penelitian ini dilakukan di Desa Lembah Kuamang, Tempat Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Propinsi Jambi. • Waktu untuk pengambilan data lapangan dilakukan Waktu mulai Juni-Desember 2011. Page  5
  • 6. PROSEDUR PENELITIAN Alat Rol meter untuk pembuatan plot ukur Timbangan/ Alat tulis untuk neraca untuk mencatat data menimbang getah hasil sadapan Cat untuk Tally sheet penomoran blangko pohon dan pengamatan penanda batas Pita meter plot ukur untuk GPS (Global Position System) menghitung keliling pohon Hagameter karet untuk mengukur tinggi pohon Page  6
  • 7. Bahan Monokultur (karet) Karet umur 15 tahun dan Meranti umur 6 tahun Campuran (Meranti dan Karet) Page  7
  • 8. Langkah Kerja Lahan Tanaman Karet Monokultur (3 PU) PU 40 x 40 meter Agroforestri (15 PU) -Dekat rawa : 7 PU -Jauh dari rawa : 8 PU Kondisi Umum Tegakan Produksi getah/pohon/hari Produktivitas tegakan Page  8
  • 9. Cara Kerja Survey dan pembuatan rancangan penelitian Pembuatan plot ukuran 40x40 m pada lahan karet monokutur dan agroforestri karet Penentuan PU pada masing-masing kondisi tempat tumbuh (dekat rawa dan jauh dari rawa) Pengambilan data : Produksi getah (gram)/hari/pohon, Jumlah pohon (N/Ha), Tinggi dan Diameter karet, intensitas cahaya, TBBC, TTL, Lebat Tajuk (U,T,S,B), dan kordinat pohon dalam PU Titik koordinat PU dan tinggi tempat Pengumpulan data sekunder berupa data di petani pemilik lahan yang diamati, data statistik kecamatan Pelepat Ilir 2009, dan data statistik Kabupaten Bungo 2010 dan data pertumbuhan meranti. Page  9
  • 10. ANALISIS DATA Produksi getah pada masing-masing kondisi tempat tumbuh : Produksi getah (gr)/pohon/hr = total produksi getah (gr/hari) jumlah batang karet yang disadap Produksi getah pada kelas diameter batang : 0-10 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 0-10 cm jumlah batang karet yang disadap 10-20 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 10-20 cm jumlah batang karet yang disadap 20-30 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 20-30 cm jumlah batang karet yang disadap 30-40 cm = total produksi getah (gr/hari) pada kelas 30-40 cm jumlah batang karet yang disadap Produktivitas getah karet pada masing-masing pola pertanaman : Produktivitas (gr/Ha/hari) = Produksi getah(gr/pohon/hr) x jumlah pohon yg disadap (n/Ha) Page  10
  • 11. 1. Kondisi Umum Tegakan HASIL DAN PEMBAHASAN Monokultur Karet Rata-rata Diameter Ketinggian Tempat Intensitas Cahaya No PU Lokasi Tumbuh Nama Pemilik Lahan (cm) (mdpl) (%) 1 18.47 95 6.76 jauh dari rawa Pak Paimin 2 18.82 92 15.21 jauh dari rawa Pak Jumadi 3 17.41 94 9.04 jauh dari rawa Pak Paijo Agroforestri Karet dan Meranti 1 24.18 88 9.78 dekat rawa Pak Paimin 2 21.22 115 8.20 jauh dari rawa Pak Paimin 3 20.42 105 4.17 jauh dari rawa Pak Sarnun 4 17.29 99 8.25 dekat rawa Pak Sarnun 5 16.63 47 5.45 dekat rawa Pak Waris 6 16.60 68 3.05 dekat rawa Pak Cipto 7 17.60 94 1.91 jauh dari rawa Pak Cipto 8 15.92 108 4.41 jauh dari rawa Pak Kaimin 9 15.60 70 11.22 dekat rawa Pak Marni 10 15.59 73 12.32 dekat rawa Pak Ponidi 11 76 jauh dari rawa Pak Kadikun/Zaini 14.88 3.36 12 14.06 52 5.82 dekat rawa Pak Jari 13 80 jauh dari rawa Pak Talut/Asni 17.25 11.65 14 17.88 80 6.27 dekat rawa Pak Slamet 15 19.18 90 7.45 jauh dari rawa Pak Slamet Ketinggian tempat antara 47-115 Mdpl, Samsulbahri (1996) menyebutkan bahwa karet tumbuh optimal pada ketinggian sampai 200 Mdpl, Page  11 lebih dari ketinggian itu akan mengalami penundaan masa panen awal selama sekitar 6 bulan.
  • 12. Produksi Getah Pada Masing-masing Kondisi Tempat Tumbuh Rerata produksi getah Standar Tegakan N/PU N/ha (gr/pohon/hari) deviasi Monokultur 16,79 2,72 67,67 422,92 Agroforestri jauh dari 12,23 4,18 100,57 628,57 rawa Agroforestri dekat 12,06 4,33 96,88 605,47 rawa Perbedaan produksi getah pada dua kondisi tempat tumbuh di tegakan agroforestri karet rakyat hanya sebesar 0,17 gram/pohon/hari. Syamsulbahri(1996) menyebutkan bahwa untuk bisa tumbuh maksimal, karet tidak memerlukan persyaratan khusus pada kondisi tempat tumbuhnya. Tanaman karet tidak cocok tumbuh untuk lokasi yang memiliki bulan kering sepanjang tahun. Page  12
  • 13. Produksi Getah Karet Berdasarkan Kelas Diameter • Rerata produksi getah karet tertinggi terdapat pada kelas diameter 30-40 cm dengan rata-rata produksi berkisar antara 29 sampai 31 gram/pohon/hari. • Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kelas diameter batang karet maka produksi getahnya semakin tinggi. Page  13
  • 14. Produktivitas Getah Karet Monokultur Agroforestri N/Ha awal 625 batang 625 batang *Enrichmen Meranti - 625 batang Jumlah batang karet sekarang 433 batang 617 batang (15 th) Produksi getah/ha/hari 7,1 Kg 7,5 Kg % jadi tanaman karet 69,28 % 98,72 % (15 th) 1. Tegakan monokultur memiliki % kematian pohonnya mencapai 30,72 % atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tegakan agroforestri karet (1,28 %). 2. Produktivitas tegakan dg umur yang sama : lebih tinggi AF dari pada monokultur. Page  14
  • 15. Prospek Pengembangan Sistem Agroforestri Karet dan Meranti Pengelolaan agroforestri karet yang dilakukan secara lestari diharapkan memberikan prospek yang baik untuk pengembangan hutan di masa depan. Pola agroforestri karet dan meranti memberi nilai ganda pada petani berupa kayu di masa datang dan hasil getah karet sebagai pendapatan utama (ICRAF, 2008). Di Pelepat Ilir, meranti yang ditanam didalam jalur tanaman karet dengan tahun tanam meranti 2006 telah mencapai rata-rata diameter 9,4 cm atau rata- rata pertumbuhan meranti sebesar 1,5 cm/tahun. Prospek peningkatan produksi getah melalui penggunaan indukan unggul, rekomendasi individu unggul dalam tegakan yang diteliti : monokultur PU No. Pohon Tinggi (m) Diameter (cm) Produksi (gr/hari) Standar Deviasi 1 10 19 39,04 32,35 1,36 3 3 18 29,20 28,63 3,78 1 21 15 30,89 25,58 1,04 agroforestri PU No. pohon Tinggi (m) Diameter cm) Produksi (gr/hari) Standar Deviasi 1 22 16 32,32 34,06 4,95 7 140 19.5 29,43 32,62 1,11 8 24 18 22,99 31,87 2,94 14 3 18 38,28 30,16 3,75 Page  15
  • 16. KESIMPULAN Faktor tegakan memiliki keterkaitan terhadap produksi getah seperti berikut : • Semakin besar kelas diameter diameter batang maka produksi getah karet semakin tinggi. Produksi getah karet tertinggi pada pola monokultur karet dan agroforestri karet pada umur 15 tahun didapat pada kelas diameter batang 30-40 cm dengan produksi sebesar 29-31 gr/pohon/hari. • Kondisi tempat tumbuh (dekat rawa dan jauh dari rawa) tidak berpengaruh terhadap produksi getah. Sampai umur 15 tahun produktivitas getah karet pada tegakan agroforestri karet rakyat lebih tinggi dari pada produktivitas getah karet di tegakan monokultur karet rakyat dengan hasil getah mencapai 7,5 Kg/Ha/hari. Page  16
  • 17. Saran Perlu adanya tindakan pemuliaan tanaman dalam perkembangan AF karet dengan tujuan keseragaman pertumbuhan dan produksi hasil getah. Perlu adanya penelitian yang membahas fungsi ekologi dari kawasan agroforestri sebelum penerapan sistem ini dalam tahap lebih lanjut. Perlu adanya riset lebih lanjut tentang intensitas serangan dan luas serangan penyakit tanaman karet pada dua pola pertanaman (mono dan AF). Inventarisasi hasil kayu dari tegakan AF dan tindakan silvikultur tegakan AF karet dan meranti (ex : pola penjarangan dan jarak tanam ideal). Page  17
  • 18. Daftar Pustaka Adhy B. P. 2008. Potret Karet Alam Indonesia. Economic Review No. 213. Jakarta Adnan H., Djuhendi T., Yuliani E.L., Komarudin H., Lopulalan D., Siagian Y.L., Munggoro D.W. 2008. Belajar Dari Bungo : Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi. Center For International Forestry Research (CIFOR). Bogor. Anonim. 2009. Pelepat Ilir Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo. Muara Bungo. Anonim. 2010. Statistik Daerah Kabupaten Bungo 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bungo. Muara Bungo. Awang. S. A. 2008. Deforestasi Hutan RI Capai 2,8 Juta Ha/Tahun. http://www.ugm.ac.id/koran/files/4463/SMI%2019-06- 08.jpg. (Diakses tanggal 5 Oktober 2011). Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. William. D. 1997. Laju dan Penyebab Deforestasi di Indonesia : Penelaah Kerancuan dan Penyelesaiannya. CIFOR. Bogor. Page  18