2. Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi
buahnya manis (Aristoteles)
Pendidikan mengembangkan kemampuan,
tetapi tidak menciptakannya (Voltaire)
3. Pendidikan yang ideal
Pendidikan yang Ideal itu seperti apa?
Mengacu pd tujuan pendidikan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional: “membentuk manusia yg
beriman,bertaqwa, berakhlak
mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri,demokratis
serta bertanggungjawab”. Itulah pendidikan ideal yang
menjadi harapan dan cita cita bangsa Indonesia.
4. Dari tujuan tersebut ,pendidikan kita mencakup 4
aspek,yaitu: spiritual,sosial, pengetahuan,
ketrampilan sehingga pendidikan kita bercorak
Integralistik, yaitu mengandung komponen
komponen kehidupan,meliputi: Tuhan,Manusia
dan alam yg diharapkan dpt menghasilkan output
yg memiliki integritas tinggi,tdk hanya humanistik
atau pragmatik
5. Kondisi nyata pendidikan Kota
Pekalongan
1. Hasil susenas Jawa Tengah tahun 2014
a. Prosentase penduduk usia 13 – 15 tahun
Tidak pernah sekolah = 0 %
Masih sekolah = 89,34 %
Tidak bersekolah lagi = 10,66 % (peringkat 33 dari 35 kab/kota)
b. Prosentase penduduk usia 15 – 18 tahun
Tidak pernah sekolah = 0,51%
Masih sekolah = 50,64%
Tidak sekolah lagi = 48,8% (peringkat 33 dari 35 kab/kota)
2. Pekalongan dalam angka tahun 2013
Angka lama sekolah : 8,68 tahun
6. Data tersebut menunjukkan ada permasalahan pendidikan
di Kota Pekalongan. Yang harus disadari oleh kita
semua,setiap permasalahan pendidikan akan berakibat
pada permasalahan bidang yang lain,seperti ekonomi
(tenaga kerja yang tidak terdidik, tidak terampil dan tidak
sesuai dengan kebutuhan pasar kerja,dll), kesehatan
(penyalahgunaan narkoba,pernikahan dini,kesehatan
reproduksi,dll), sosial (kekerasan, kriminal,dll), budaya
(kemampuan memilih,menghargai, melestarikan budaya),
masalah lingkungan,dan berbagai permasalahan lainnya.
7. Permasalahan
Setidak tidaknya ada 2 permasalahan pokok pendidikan di
kota Pekalongan,yaitu akses dan mutu pendidikan.
1. Akses
Masalah akses terhadap pendidikan,setidaknya berkaitan
langsung dengan:
a.Mahalnya biaya pendidikan.
Untuk mendapatkan pendidikan yang kualitasnya baik,
memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi
bagi
mereka yang miskin harus diprioritaskan untuk tidak
membayar/gratis, dan menjadi tanggung jawab negara.
8. Namun urusan pendidikan tidak dapat diserahkan
tanggungjawabnya hanya kepada negara,ada 4
pilar pendidikan:
keluarga,masyarakat,sekolah/lembaga,negara.
Untuk mewujudkan pendidikan yg ideal memerlukan
dukungan dan tanggungjawab 4 pilar,tidak adil
kalau hanya dibebankan kepada salah satunya,
kota Pekalongan harus dapat mewujudkan
pendidikan yang berkeadilan.
9. b.Anak berkebutuhan khusus
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang
setara,oleh sebab itu pendidikan inklusif harus
mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah. Namun
demikian, konsep pendidikan inklusif tidak lah mudah.
Pendidikan inklusif memerlukan persiapan, perencanaan
yang detail dan lengkap, meliputi seluruh faktor terkait.
Diperlukan kematangan sistem dan kesiapan tenaga
profesional lapangan dan kesiapan masyarakat untuk
membantu suksesnya penyelenggaraan pendidikan
inklusif,kota pekalongan harus mampu menyediakan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus agar mereka
mendapatkan pendidikan yang setara.
10. 2. Mutu
Kesesuaian kualifikasi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja
Sebagai kota vokasi, jumlah siswa SMK lebih besar dibanding
jumlah siswa SMA Pendidikan menengah kejuruan kita,harus
mempertimbangkan aspek kesesuaian kompetensi lulusan
dengan kebutuhan dunia kerja. Lulusan SMK harus memiliki
kesesuaian kualifikasi dengan dunia usaha dan dunia industri
agar tidak menghasilkan lulusan yang menganggur(mencetak
pengangguran).
11. Dunia usaha dan dunia industri harus diajak untuk turut serta
mengembangkan kompetensi siswa SMK. SMK juga harus
mengetahui perkembangan dunia industri dan dunia usaha
baik lokal,regional,nasional maupun internasional.
Siswa SMK juga harus dibekali dengan pendidikan
kewirausahaan(entrepreunership) yang memadai agar ketika
lulus tidak hanya mencari pekerjaan tetapi dapat menciptakan
lapangan pekerjaan.
12. Sistem pendidikan Indonesia lebih menonjolkan aspek
keilmuan, dan kurang memberikan pengajaran yang
seimbang dalam pembentukan akhlaq mulia (akhlaqul
karimah), padahal tujuan pendidikan yang ideal adalah
membentuk anak-anak didik menjadi insan yang
beriman,bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap,
kreatif, mandiri,demokratis serta bertanggungjawab,tetapi
dari unsur-unsur itu yang paling banyak dihabiskan hanyalah
berkaitan dengan ilmu, memikirkan rangking satu, ikut
olimpiade fisika, matematika, tidak memberikan pelayanan
yang cukup dalam pengembangan akhlaq mulia.
13. Membiasakan anak untuk hidup berakhlaq, berbudi pekerti
serta bertaqwa penting dilakukan, dimulai dengan
mengajarkan hal hal sederhana kepada mereka untuk selalu
senyum, salam, sapa, syukur,mencintai
kebersihan,mencintai lingkungan. Apabila hal kecil itu bisa
diterapkan akan tumbuh generasi yang memiliki kepribadian
yang stabil, optimis, pantang mengeluh, dan selalu
bersyukur.
14. Menurut Alaydroes (2002), pada sektor pendidikan umum
terjadi sekularisasi pendidikan, yang memisahkan pendidikan
umum dari pendidikan agama yang sesungguhnya sarat
dengan pesan-pesan moral. Sementara di sektor pendidikan
agama yang banyak diselenggarakan di madrasah atau
pesantren terjadi sakralisasi pendidikan, yakni muatan-
muatan agama yang tidak mempertimbangkan hal-hal yang
terjadi dan berkembang di dunia. Sehingga murid-murid yang
dihasilkan adalah murid-murid yang mengetahui ilmu agama
tetapi “gagap” dalam dalam beradaptasi dengan kehidupan
sehari-hari yang sarat dengan perubahan dan
perkembangan ilmu dan teknologi.
15. Adapun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) yang sangat pesat, di satu sisi telah mengantarkan
manusia untuk meningkatkan kesejahteraan materiilnya.
Namun di sisi lain, paradigma iptek modern dengan berbagai
pendekatannya yang empiris, obyektif dan bebas etik, telah
membawa manusia pada kehampaan nilai-nilai spiritual.
Fenomena ini ditandai dengan terkikisnya nilai-nilai
kemanusiaan manusia dan hilangnya semangat religius
dalam segala aktivitas kehidupannya. Nilai-nilai ketuhanan
semakin mengalami pergeseran yang berarti, dan nilai-nilai
cinta kasih terlihat berganti menjadi nilai individualistik.
16. Ilmu membuat hidup menjadi mudah,seni membuat hidup
menjadi indah,agama membuat hidup menjadi terarah dan
barokah
Ilmu membuat orang jadi pandai, teknologi memberi
kemudahan, namun semuanya tidak membawa bahagia dan
hanya sepi karena masing-masing pengetahuan itu terpisah
satu sama lain. Ilmu terpisah dari moral, moral terpisah dari
seni, senipun terpisah dari ilmu. Pengetahuan kita hanya
memiliki sepotong-sepotong, tidak utuh. (Jujun S. Sumantri,
1992). Kota Pekalongan harus dapat mewujudkan
pendidikan yang seimbang dan integral.
17. Simpulan
Membangun pendidikan berkemajuan berarti membangun
pendidikan yang berkeadilan, berkesetaraan,
berkesesuaian dan berkeseimbangan