Pengembangan soal HOTS yang bisa dijadikan pedoman dalam mengembangkan instrumen pembelajaran. Soal HOTS menjadi salah satu tolak ukur menguji kemampuan pedagogik peserta didik, soal hots juga dikembangkan sebagai evaluasi belajar baik untuk guru ataupun peserta didik. Soal HOTS menjadi trend dikalangan pendidikan dikarenakan variasi soal yang masih sangat terbatas.
1. 1
PENGEMBANGAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILL(HOTS)
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA(SMP)
Herawati1)
1)
Mahasiswa Profesi Pendidikan Guru Dalam Jabatan
E-mail : heraw4315@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan soal berbasis berpikir tingkat tinggi yang
bertujuan untuk menghasilkan soal-soal IPA dalam bentuk uraian untuk kelas VII SMP/MTS
pada materi IPA yang valid, reliabel dan mengetahui tingkat kesukaran serta daya pembedanya.
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini model pengembangan Mc.Intire
dengan 10 tahapan prosedur pengembangan. Pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan
wawancara. Berdasarkan hasil tes yang menghasilkan 5 butir soal berbasis berpikir tinggi materi
IPA kelas VII SMP/MTS yang valid. Tujuan pengembangan soal yang ditujukan kepada siswa
adalah meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan mendorong siswa untuk belajar
menalar dalam belajar.
Kata Kunci : penelitian dan pengembangan, soal IPA, berpikir tingkat tinggi.
PENDAHULUAN
Di era abad 21, semua upaya alternatif untuk
memenuhi kebutuhan hidup dalam berbagai
konteks lebih berbasis pengetahuan. Salah satunya
adalah upaya pemenuhan kebutuhan sektor
pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge-based
education). Perubahan kurikulum dalam sistem
pendidikan di Indonesia dilakukan dengan tujuan
menghasilkan sumber daya manusia yang produktif
dalam menghadapi perkembangan global di
berbagai bidang, dalam kurun waktu 17 tahun
kurikulum pendidikan yang digunakan di Indonesia
telah mengalami 4 kali perubahan , mulai sejak
diterapkannya kurikulum berbasis keterampilan
pada tahun 2004, kurikulum KTSP tahun 2006,
kurikulum 2013 pada tahun 2013 dan kurikulum
terbaru yaitu kurikulum nasional yang
diperkenalkan dan mulai diterapkan pada tahun
2016.
Kurikulum Pendidikan ialah suatu
rangkaian pembelajaran yang berisikan
berbagai mata pelajaran yang harus ditempuh
peserta didik dalam rangka tujuan pembelajaran
Pada hakikatnya kurikulum memiliki peranan
yang sangat penting dalam mendistribusikan
pengetahuan kepada peserta didik.
sebagaimana telah tercantum dalam Undang-
Undag Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Pasal 3 yang menyatakan bahwa
2. fungsi Pendidikan adalah pengembangan
kognitif yang disertai dengan pembentukan
karakter,berkebangsaan bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa.
Tujuan dari Pendidikan ialah mengembangkan
minat serta potensi peserta didik terhadap
pengembangan diri berlandaskan asas Tuhan
Yang Maha Esa, mencerminkan pribadi yang
baik,kreatif dan memiliki jiwa kebangsaan yang
tinggi disertai tanggung jawab.
Penilaian Pendidikan seperti
yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 20
Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan, memiliki arti proses saat
pengumpulan dan pengolahan informasi yang
menjadi penentu pencapaian hasil belajar
peserta didik. Penilaian yang dilakukan
bertujuan untuk memeroleh hasil gambaran
proses dan hasil berlajar peserta didik. Penilaian
memiliki pengaruh penting dalam
pembelajaran, hal ini terlihat dari tujuan
penilaian ialah memberikan umpan balik yang
konstruktif bagi guru maupun peserta didik
(Agus & Jailani : 2014) serta sebagai tolak ukur
pemahaman siswa terhadap pembelajaran.
Disamping itu, penilaian dapat memengaruhi
proses pembelajaran dikarenakan peserta didik
cenderung mengikuti pola pembelajaran yang
merujuk pada penilaian guru. Adapun prosedur
penilaian meliputi aspek sikap, pengetahuan
serta keterampilan. Ketiga aspek tersebut adalah
rangkaian proses selama pembelajaran, dalam
hal ini aspek pengetahuan masih menjadi
perhatian dikarenakan dalam aspek pengetahuan
sejalan dengan kurikulum Pendidikan
menghendaki peserta didik memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi dimulai dari
bangku dasar yang diharapkan agar peserta
didik memiliki kecerdasan dalam memecahkan
masalah.
Sesuai dengan tujuan kurikulum Tahun
2013 ialah siswa dituntut dapat
menganalisis,mengevaluasi bahkan
mencipta yang termasuk kedalam C4 hingga
C6 dalam standar Pendidikan, sehingga
relativitas soal Higher Order Thinking Skill
(HOTS) dengan keseusaian kurikulum
Tahun 2013 sangat erat. Menurut
Sumaryanta (2018) soal untuk mengukur
Higher Order Thinking Skill (HOTS). tidak
dapat sembarang soal, tetapi soal-soal yang
memiliki kekompleksan yang tinggi,
memiliki penyelesaian soal yang mungkin
lebih dari satu serta siswa dapat menyusun
ketidakteraturan yang dibuat dalam soal
bertujuan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Merujuk pada
pernyataan tersebut Taksonomi Bloom edisi
revisi menyebutkan bahwa proses kognitif
terbagi menjadi Low Order Thingking
Skill(LOTS) atau disebut dengan
kemampuan tingkat rendah dan Higher
3. Order Thinking Skill (HOTS). atau disebut
dengan kemampuan tingkat tinggi. Adapun
kemampuan tingkat rendah meliputi aspek
C1, C2, C3 yakni kemampuan mengingat,
memahami, dan menerapkan. Sedangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi
aspek C4, C5,dan C6 yakni kemampuan
menganalisis, mengevaluasi dan
menciptakan. Soal yang tergolong Higher
Order Thinking Skill (HOTS) diharuskan
memiliki ketiga aspek tersebut.
METODE
Jenis penelitian yang diterapkan dalam
penelitian ini ialah penelitian dan
pengembangan. Tujuan dari penelitian ini ialah
mengembangkan bahan ajar yang digunakan
guru dalam bentuk soal Higher Order Thinking
Skill (HOTS) yang berguna dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik dalam menjawab soal berbasis
berpikir tingkat tinggi.
Penelitian dan pengembangan
menurut sukmadinata (2010 : 164) ialah
metode dalam mengembangkan produk
yang belum pernah ada sebelumnya atau
metode yang digunakan sebagai
penyempurna produk sebelumnya yang
bersifat dapat dipertanggung jawabkan.
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Sekayu.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah tata cara
dalam pengumpulan data-data hasil penelitian
baik data dalam bentuk kualitatif ataupun
kuantitatif. Data penelitian dikumpulkan
dengan Teknik berikut :
Wawancara
Dalam tahap ini validasi ahli digunakan
sebagai pengukur kelayakan butir soal tes yang
mencakup materi, konstruksi
dan Bahasa. Adapun prosedur yang
digunakan ialah:
a Guru memberikan 2 soal uji coba kepada 5
peserta didik secara acak
b Peserta didik memahami soal dan
menjawab soal
c Setelah menjawab soal peserta didik
diwawancara terkait materi dan Bahasa
yang digunakan
d Guru mencatat hasil wawancara
Uji Lapangan
Uji lapangan digunakan untuk
mengetahui apakah soal-soal yang
dikembangkan valid, reliabel, daya pembeda,
dan menyajikan tingkat kesukaran dengan
menganalisis data eksperimen. Dalam Teknik
pengumpulan data pada uji lapangan ini
dilakukan dengan memberikan soalsoal tes
pada peserta didik sebanyak 5 butir soal dengan
jumlah peserta didik sebanyak 35 peserta didik.
4. Setelah peserta didik menjawab soal tersebut
kemudian dikoreksi berdasarkan pedoman
penskoran dan didapat data kuantitatif untuk
menentukan validitas,reliabilitas,daya pembeda
dan tingkat kesukaran. Data tersebut di hitung
menggunakan aplikasi Anates versi.4.0.5 dan
SPSS 26.
Teknik Analisis Data
Analisis Butir Soal Kualitatif
Pada analisis kualitatif soal Higher
Order Thinking Skill (HOTS) yang
dihasilkan dari lembar validasi yang
dilakukan dengan deskriptif kualitatif.
Adapun data yang dianalisis adalah saran
dan komentar dari setiap butir penilaian
yang dilakukan Rater. Teknik yang
digunakan untuk menguji kevalidan produk
yakni secara kualitatif yang ditelaah
berdasarkan penilaian dari segi
materi,konstruk,dan Bahasa.
Analisis Butir Soal Kuantitatif
Teknik Analisa secara kuantitatif
digunakan bertujuan untuk mengidentifikasi
soalsoal Higher Order Thinking Skill
(HOTS) yang digolongkan baik, kurang baik
dan soal yang jelek. Teknik yang digunakan
untuk analisis kuantitatif soal adalah dengan
menggunakan software SPSS 26 dan
ANATES versi 4.0.5. Analisis pertanyaan
kuantitatif untuk mengidentifikasi
pertanyaan yang baik, kurang baik dan
sangat kurang baik. Analisis pertanyaan
memberikan informasi tentang tingkat
kesukaran, daya pembeda,
1. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Soal
yang terlalu mudah tidak mengajarkan
siswa untuk meningkatkan upaya
pemecahan masalahnya. Sebaliknya soal
yang terlalu sulit akan membuat siswa
bosan dan tidak semangat untuk mencoba
lagi karena terlalu sulit. Angka-angka
yang menunjukkan kesukaran dan
kemudahan suatu soal disebut indeks
kesukaran (Daryanto: 2010). Tingkat
kesukaran adalah suatu peluang dalam
menjawab soal dengan benar pada
tingkatan kemampuan tertentu yang
dinyatakan dalam bentuk rentan nilai.
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan
untuk mengetahui soal tersebut tergolong
pada soal yang mudah atau sukar. Rumus
mencari tingkat kesukaran soal uraian
ialah :
TK = β π
πππ
Keterangan :
TK = Tingkat Kesukaran
β X = Banyaknya peserta tes yang menjawab
benar
5. ,00 β€ TK β€ 0,
0 30 Sukar
Sm = Skor maksimum
N = jumlah peserta Tes
Dari Hasil perhitungan dengan rumus
tersebut didapatkan tingkat kesukaran soal
tersebut. Adapun kriteria indeks kesukaran
soal sebagai
berikut :
Table kriteria Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran Keterangan
0,31 β€ TK β€ 0,70
0,71 β€ TK β€ 1,00
Sedang
Mudah
(PSMA : 2010)
2. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda suatu pertanyaan adalah
kemampuan suatu pertanyaan untuk
membedakan antara peserta didik yang
pandai (berkemampuan lebih tinggi) dan
peserta didik yang kurang pandai
(berkemampuan rendah).semakin tinggi
koefisien daya beda pada butir soal, artinya
soal tersebut semakin mampu membedakan
peserta didik yang menguasai kompetensi
dengan yang kurang menguasai (zulaiha :
2008)
kompeensi. Angka yang menunjukkan derajat
daya pembeda disebut inde ks diskriminasi.
Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 hingga
1,00 (Daryanto, 2010). Tujuan menganalisis
daya pembeda pada soal adalah untuk
mueningkatkan mutu pada setiap soal
berdasarkan kategori yang dianalisis, sehingga
diketahui soal tersebut dinyatakan baik,direvisi
atau ditolak. Rumus mencari daya pembeda
soal uraian adalah:
DP = πππππ΄ β
πππππ΅
ππππ ππππ πππ’π
Keterangan:
DP = Daya pembeda
MeanB = Rata-rata skor siswa pada kelompok
bawah
Skor Maksimum = Skor maksimum yang ada
pada pedoman penskoran.
(Zulaiha, 2008)
3. Uji Validitas
Perhitungan dengan menggunakan
rumus-rumus di atas dapat menggambarkan
tingkat kemampuan suatu soal yang
membedakan siswa yang sudah memahami
materi yang diujikan dengan yang belum
memahami atau tidak memahami materi
yang diujikan. Butir tes yang memiliki daya
beda dengan kategori cukup,baik dan baik
sekali tetap dipertahankan dan dapat diujikan
lagi pada tes hasil belajar yang akan datang.
Berbeda dengan soal dengan daya beda
MeanA = Rata-rata skor siswa pada kelompok
atas
6. kurang yang memiliki dua kemungkinan
yakni dibuang dan tidak akan di ujicobakan
Kembali atau direvisi ulang dan di
ujicobakan Kembali. Berikut kriteria
klasifikasi objek yang tercantum pada Tabel
dibawah ini
Tabel Kriteria Indeks Daya Beda Butir
Soal
Pengujian validasi dilakukan untuk
memastikan bahwa alat ukur tersebut akurat
saat melakukan pengukuran, yaitu alat ukur
tersebut benar-benar dapat mengukur apa
yang hendak diukurnya (Arikunto, 2010).
Pada pengujian validitas meliputi aspek
validitas konten dan konstruk,serta validitas
kriterion. Metode penilaian reliabilitas alat
ukur adalah dengan mengkorelasikan skor
yang diperoleh untuk setiap item dengan
skor total. Skor total adalah jumlah skor
semua item.
Rumus yang digunakan untuk menguji
validitas soal uraian menggunakan rumus
korelasi product moment, dengan angka
kasar sebagai berikut:
π π₯π¦ β ( π₯) ( π¦)
ππ₯π¦
=
2 β ( π₯)2)] [( 2 β ( π¦)2)]
Keterangan:
ππ₯π¦ = koefisien korelasi antara variabel
x dan variabel y N = jumlah Siswa
x = jumlah skor siswa pada setiap butir
soal
y = jumlah total skor siswa
xy = jumlah hasil perkalian skor siswa
pada setiap butir dengan total skor siswa
Validitas digunakan sebagai tolak ukur
penilaian dalam menentukan suatu
instrument telah dinilai baik atau belum.
Untuk menginterpretasikan tingkat
validitas, maka koefisien kolerasi
dikategorikan pada kriteria sebagai berikut:
Tabel Kriteria Validitas Instrumen Tes
Koefisien Korelasi
(rxy)
Keterangan
0,800 - 1,000 validitas sangat tinggi
0,600 - 0,800 validitas tinggi
0,400 - 0,600 validitas cukup
Daya Pembeda Keterangan
0,71 β 1,00 Baik Sekali
0,41 β 0,70 Baik
0,21 β 0,40 Cukup
0,00 β 0,20 Kurang
Negatif
Semuanya tidak
baik, buang
7. 0,200 - 0,400 validitas rendah
0,000 - 0,200 validitas sangat rendah
(Arikunto, 2007)
4. Uji Reliabilitas
Menurut Aricunto, S. (2007) yang dimaksud
dengan reliabilitas adalah pengertian bahwa
suatu alat cukup dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpulan data karena alat
tersebut sudah baik. Sebuah tes yang dapat
memberikan hasil yang relatif identik atau
tetap ketika diukur berulang kali pada objek
yang berbeda pada waktu yang berbeda
Untuk menguji reliabilitas soal uraian dapat
menggunakan rumus Alfa Cronbach.
π π΄ππ2
π11= (( πβ1)) (1 - ππ‘2 )
(Arikunto, 2014)
Keterangan:
r11 = Reliabilitas yang dicari
π΄ππ2 = Jumlah variansi skor tiap-tiap item
ππ‘2 = Variansi total
K = Banyak butir soal tes
Adapun nilai korelasi reliabilitas di atas di
lihat dari tabel kriteria korelasi koefisien
yang terdapat pada tabel. Berikut:
Tabel Kriteria Hasil Analisis Reliabilitas
Koefisien Korelasi Keterangan
πππππ‘ππ β 0,20 Korelasi sangat rendah
0,21 β 0,40 Korelasi rendah
0,41 β 0,70 Korelasi cukup
0,71 β 0,90 Korelasi tinggi
0,91 β 1,00 Korelasi sangat tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengembangan soal materi IPA
berbasis berpikir tingkat tinggi dengan 5
soal uraian yang telah dilakukan 10 tahapan
berdasarkan model pengembangan tes dari
Mc.Intire untuk menghasilkan soal yang
memenuhi 4 kriterianya yakni soal yang
valid, reliabel dan mengetahui daya
pembeda serta tingkat kesukarannya.
Adapun soal-soal yang dikembangkan
bersumber pada buku-buku IPA SMP, buku
bank soal dan kumpulan soalsoal Ujian
Nasional ,soal-soal tersebut dikembangkan
dari Kompetensi dasar yang kemudian
dijabarkan melalui indikator soal. Soal-soal
IPA ini kemudian diteliti dan dimodifikasi
sehingga menghasilkan bentuk soal dengan
stimulus serta pertanyaan yang memuat
pertanyaan dengan kognitif tingkat tinggi.
Penggunaan tes secara subjektif dengan
tipe soal uraian bertujuan untuk mengukur
kemampuan siswa yang lebih kompleks,
8. menekankan pada pengaplikasian kemampuan
berpikir dalam memecahkan masalah, serta tes
uraian dapat memberikan motivasi belajar
peserta didik sehingga penggunaan tes
subjektif cocok digunakan dalam
pengembangan soal-soal berpikir tingkat
tinggi.
Hasil Validasi Ahli
Validitas butir soal ditujukan untuk melihat
kevalidan soal secara empiris dengan kriteria
soal yang valid dengan penerjemahan angka
korelasi product moment yang didapatkan.
Validasi ini dilakukan oleh 6 orang ahli disebut
juga dengan Rater, ke 6 Rater tersebut
memvalidasi 3 aspek yakni aspek
Materi,konstruksi dan Bahasa dengan total 15
deskripsi indikator. Adapun penilaian yang
dilakukan adalah kisi-kisi soal IPA, soal-soal
IPA dengan jumlah 5 butir soal uraian dengan
materi IPA serta pedoman penskoran. Dalam
proses validasi tersebut dilakukan saran dan
komentar hingga soal dinyatakan layak.
Berdasarkan hasil validasi
diatas dinyatakan bahwa seluruh butir soal
dinyatakan valid dengan 7 soal dikategorikan
soal dengan valid yang sangat tinggi dan 1 soal
dengan kategori soal yang tinggi.
Hasil Test
Analisis data kuantitatif dilakukan
sebanyak dua kali, Adapun pada tahap
pertama dilakukan untuk uji coba pada
peserta didik dalam ruang lingkup yang
sedikit, hasil yang diperoleh kemudian
diperbaiki berdasarkan komentar peserta
didik terhadap soal. Pada tahap kedua yakni
ujicoba peserta didik dengan jumlah yang
lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang
valid,reliabel serta mengetahui daya
pembeda dan tingkat kesukarannya. Adapun
hasil test yang telah dianalisis sebagai
berikut:
1. Tingkat Kesukaran
Uji coba yang telah dilakukan
dilapangan kemudian dikoreksi sesuai
dengan pedoman penskoran yang telah
dibuat dan dikembangkan, kemudian hasil
yang diperoleh dianalisis menggunakan
Anates versi 4.0.5 yang dapat dilihat tingkat
kesukaran pada soal berpikir tinggi bentuk
uraian yang disajikan dalam tabel dibawah
ini:
Tabel Hasil Tingkat Kesukaran
No Butir Tingkat Keterangan
Soal Kesukaran
1 0,5633 Sedang
2 0,1567 Sukar
9. 3 0,6633 Sedang
4 0,4233 Sedang
5 0,5467 Sedang
6 0,4467 Sedang
No
Butir
Soal
Tingkat
Kesukaran
Keterangan
7 0,4600 Sedang
8 0,5000 Sedang
Berdasarkan analisis tabel
diatas diketahui bahwa dari 5 soal yang
dikembangkan diperoleh 7 soal dengan tingkat
kesukaran yang sedang dan 1 soal dengan
tingkat kesukaran yang sukar.
Jika membandingkan dengan analisis
butir soal pada uji coba pertama peroleh data
kedua pada aspek tingkat kesukaran memiliki
perbedaan yang signifikan. Telihat pada data
sebelumnya pada nomor soal 2 dan 5 dengan
kategori βsukarβ dan pada uji coba kedua soal
nomor 5 menjadi kategori sedang dengan angka
0,1944 menjadi 0,5467. Hal ini diketahui bahwa
soal sebelumnya memiliki tingkat stimulus
yang belum dipahami peserta didik serta
terdapat konsep-konsep pembelajaran yang
belum dipahami peserta didik. Sedangkan pada
uji coba test kedua peserta didik sudah mampu
memahami data-data pada stimulus yang
diberikan serta konsep-konsep pembelajaran
yang telah dipahami. Pada soal nomor 5 soal
yang telah direvisi ini ditambahkan stimuls
yang membantu peserta didik dalam memahami
soal dan materi.
2. Daya Pembeda
Pada analisis daya pembeda butir soal
dilakukan menggunakan Anates versi 4.0.5
Soal digolongkan baik ialah soal
yang dapat membedakan kemampuan
siswa yang berkemampuan tinggi atau
berkemampuan rendah. Pada Analisa daya
pembeda ini peserta didik dikel ompokkan
menjadi kelas atas dan kelas bawah. Dari
hasil ujicoba yang dilakukan dengan Anates
versi 4.0.5 didapatkan daya pembeda soal
seperti pada tabel berikut ini :
Tabel Hasil Daya Pembeda
No Butir Soal Daya Pembeda Keterangan
1 0,3400 Cukup
2 0,8600 Sangat Baik
3 0,5667 Baik
4 0,4733 Baik
5 0,5933 Baik
6 0,8667 Sangat Baik
7 0,9533 Sangat Baik
8 0,7600 Sangat Baik
Berdasarkan hasil Analisa
diatas diketahui bahwa daya pembeda pada 8
butir soal yang telah dikembangkan terdapat 4
butir soal yang sangat baik, 3 butir soal yang
baik dan 1 butir soal lainnya cukup.
Berdasarkan data tersebut
jika dibandingkan dengan hasil uji test pertama
10. 1
dimana soal nomor 3 dan 5 yang terdapat daya
pembeda yang cukup pada uji test hasil kedua
soal nomor 3 dan 5 sudah mengalami kenaikan
dimana kategori soal sudah digolongkan
menjadi baik, hal tersebut dilihat pada hasil
yang dikerjakan peserta didik dinilai sudah
mampu memahami soal dengan baik sehingga
angka yang didapatkan cukup signifikan naik.
Begitupun halnya pada soal nomor 2,6,7,dan 8
dengan kategori pada tes pertama yakni baik,
setelah di revisi dan diujikan Kembali soal
tersebut dikategorikan dengan sangat baik, hal
ini menandakan bahwa soal dengan kategori
tersebut sudah mampu membedakan dengan
baik kemampuan siswa dengan kompetensi
yang tinggi dan kemampuan siswa dengan
kompetensi yang rendah. berbeda halnya
dengan soal nomor 1 yang dikategorikan dengan
cukup, hal ini menandakan bahwa soal nomor 1
belum mampu dengan baik dalam membedakan
kemampuan siswa dengan kompetensi tinggi
atau rendah,
3. Validitas
Validitas butir soal ditujukan untuk
melihat kevalidan soal secara empiris dengan
kriteria soal yang valid dengan penerjemahan
angka korelasi product moment yang
didapatkan. Hasil validasi soal dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel Hasil Analisis Validitas
No Soal Nilai
rtabel
Nilai
rhitung
Keterangan
1 0,258 0,773 Tinggi
2 0,258 0,807 Sangat Tinggi
3 0,258 0,659 Tinggi
4 0,258 0,731 Tinggi
5
6
7
8
0,258
0,258
0,258
0,258
0,715
0,582
0,428
0,750
Tinggi
Cukup
Cukup
Tinggi
Berdasarkan tabel diatas dari 8 butir
soal yang diuji diketahui bahwa 1 soal
memiliki validitas sangat tinggi, 5 soal
memiliki validitas tinggi dan 2 soal
memiliki validitas cukup. Soal nomor 6 dan
7 memiliki validitas soal yang cukup.
Dengan angka terendah yang diperoleh
adalah 0,428 dan angka tertinggi yakni
0,807. Dari hasil uji test kedua diketahu
bahwa seluruh butir soal dinyatakan valid
dikarenakan nilai rhitung lebih besar dari pada
rtabel (0,266). Untuk nilai rtabel nya adalah
0,266. Nilai pada rtabel diambil pada tabel
distribusi nilai r tabel 5% dengan jumlah(N)
peserta didik yang di ujicobakan adalah 55
Namun perbedaan angka pada uji test
pertama dan uji test kedua signifikan.
Dimana pada uji test pertama rata-rata nilai
validasi adalah 0,629 sedangkan pada uji
test kedua rata-rata nilai yang diperoleh
0,681. Dalam kategori validitas yang tinggi.
11. 1
4. Reliabilitas
Setelah pelaksanaan uji
validitas,kemudian dilakukan uji realibilitas
soal. Tujuan uji realibilitas ini adalah
mengetahui konsistensi soal tersebut sebelum
dan setelah divalidasi ahli. Uji realibilitas ini
dilakukan menggunakan aplikasi SPSS versi 26.
Adapun hasil dari realibilitas soal dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel Hasil Analisis Reliabilitas
No Butir Soal Cronbachβs
Alpha
Keterangan
1 0,734 Korelasi tinggi
2 0,683 Korelasi tinggi
3 0,734 Korelasi tinggi
4 0,716 Korelasi tinggi
5 0,716 Korelasi tinggi
6 0,766 Korelasi tinggi
7 0,764 Korelasi tinggi
8 0,703 Korelasi tinggi
Berdasarkan tabel diatas dari 8 butir
soal yang diuji diketahui bahwa 8 butir soal
tersebut memiliki reliabilitas korelasi tinggi.
Dilihat pada perolehan uji test pertama
diketahui bahwa seluruh soal memiliki korelasi
yang tinggi semua begitu pla dengan uji test
kedua didapatkan hasil korelasi yang tinggi
pada ke 8 butir soal. hal ini dapat diartikan
bahwa seluruh soal telah konsisten dikarenakan
soal tersebut telah diujikan pada subjek yang
berbeda dengan rentan waktu yang berbeda
namun menghasilkan data yang sama yakni
korelasi yang tinggi. pada data diatas data
terendah didapatkan pada angka 0,683 pada
soal nomor 2 dan angka tertinggi pada soal
nomor 6 dengan angka 7,66. Kedua soal
tersebut masih digolongkan pada korelasi
tinggi .
SIMPULAN
Pada penelitian berbasis berpikir tingkat
tinggi yang telah dikembangkan dengan
sepuluh tahapan tes model Mc. Intire
menghasilkan soalsoal dengan kriteria
HOTS yang dapat digunakan guru dalam
meningkatkan kemampuan kognitif peserta
didik. Adapun hasil penelitian yang telah
dilakukan yaitu:
1. Dalam penelitian ini dihasilkan 8 soal
uraian yang bersifat subjektif pada
materi Hidrolisis Garam. Soal-soal
tersebut dilakukan validasi sebanyak 2
kali sehingga dinyatakan layak
digunakan,serta memenuhi aspek-aspek
penilaian yakni daya pembeda, tingkat
kesukaran, validitas dan reliabilitas.
2. Soal-soal yang dihasilkan memiliki rata-
rata tingkat kesukaran 0,557 dengan
kategori (sedang), rata-rata daya
12. 1
pembeda 0,412 Dengan kategori (baik),
rata-rata validitas 0,629 Dengan
kategori (tinggi), rata-rata reliabilitas
0,727 dengan kategori (tinggi).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, P. D. 2007. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Budiman, Agus dan Jailani. 2014.
Pengembangan Instrumen Asesmen
Higher Order Thainking Skill (HOTS)
Pada Mata Pelajaran Matematika SMP
Kelas VIII Semester 1. Jurnal Riset
Pendidikan Matematika. Volume 1-
Nomor 2.
Depdiknas . 2003. Undang β undang nomor 20
tahun 2003 tentang system Pendidikan
nasional. Jakarta : Depdiknas.
Devi, P. K. (2012). Pengembangan Soal Higher
Order Thinking Skill dalam Pembelajaran
IPA
SMP/MTs. Jurnal Pendidikan, 03 (1): 12-22.
Dewi, P., Rina E., Elvinawati. 2021.
Pengembangan Butir Soal Hots Untuk
Menguji Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa Di Ma Negeri 2 Kota
Bengkulu.ISSN 2252-8075. Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Kimia 5(2):
141148.
Futhonah, A. (2016). Pengembangan Kumpulan
Soal Pengayaan Kimia Berbasis Higher
Order thinking Skill (HOTS) Materi Asam-
Basa, Hidrolisis, Larutan Penyangga.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Kemendikbud. 2012. Kurikulum SMA 2013 dan
Kompetensi Dasar SMA. Jakarta:
Kemendikbud
Kemendikbud. 2017. Modul Penusunan Soal
Higher order Thinking Skill (HOTS).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemendikbud. 2017. Modul Penyusunan Soal
Hingher Order Thinking Skill (HOTS).
Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kristianto, P.D dan Paula, G.F.S. 2020.
Pengembangan Soal HOTS
(HIGHER ORDER THINKING
SKILLS) Terkait Dengan Konteks
Pedesaan. ISSN 26139189.
Mujib, M. (2019). Modul Penyusunan Soal
Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi (Higher Order Thinking
Skills): KIMIA. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah
Atas.
Mulyatiningsih, E. 2011. Riset Terapan
Bidang Pendidikan & Teknik.
Yogyakarta: UNY Press.
Pamungkasih, R.S.N dan Effendi, N. 2021.
Analisis Kualitas Butir Soal Ujian
Akhir Semester Ganjil Pada Mata
Pelajaran Kimia Kelas X di SMA
Negeri 8 Palembang Tahun AJaran
2020/2021. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan IPA Tahun
2021 βredesain Pembelajaran IPA
yang Adaptif di Maa Pandemi
Covid19β. Palembang : Universitas
Sriwijaya.
13. 1
PSMA, D. (2010). Juknis Analisis Butir Soal di
SMA. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMA.
PSMA, D. 2010. Juknis Analisis Butir Soal
di SMA. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.
Sarinah. 2015. Pengantar kurikulum .
Yogyakarta : Deepublish.
Shabrina, N.,Hidayat, I., dan Sukaryawan,
M.
2020. Pengembangan Soal-Soal Kimia
Materi Stoikiometri Berbasis Berpikir
Tingkat Tinggi. Skripsi. Palembang :
FKIP UNSRI.
Sudijono A.2008. Pengantar
Evaluasi Pendidikan Ed.1-8. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono, P. 2015. Metode Penelitian &
Pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kombinasi. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Surapranata, S. 2009. Analisis,
Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi
Hasil Tes Implementasi Kurikulum
2004. Bandung:
PT. Remaja Rosdyakarya.
Widana, I. W. (2017). Penyusunan Soal Higher
Order Thinking Skill (HOTS). Jakarta:
Kemendikbud.
Zulaiha, R. 2008. Analisis Soal Secara Manual.
Jakarta: PUSPENDIK.