Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang hukum diyat dalam Islam, khususnya diyat yang harus dibayar oleh Satinah karena dinyatakan membunuh majikannya di Arab Saudi. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa diyat yang diminta keluarga korban kepada Satinah jauh melebihi batas maksimum menurut hukum Islam.
1. 11/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Harga Diyat Satinah
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/11/harga-diyat-satinah/ 1/6
Harga Diyat Satinah
April 11th, 2014 by kafi
Oleh: Hafidz Abdurrahman
Pendahuluan
Sebelum membahas lebih jauh tentang diyat Satinah, yang dibayar oleh pemerintahan
Indonesia, karena Satinah divonis oleh Mahkamah Kerajaan Arab Saudi membunuh
majikannya, dengan nilai 22 Milyar Rupiah, maka penting dipahami fakta diyat itu sendiri dalam
fikih Islam.
Diyat, dalam Mu’jam Lughat al-Fuqaha’, artinya uang tebusan yang wajib dibayar karena
menghilangkan nyawa, atau salah satu anggota badan secara utuh.[1] Sedangkan tebusan
untuk sebagian anggot badan yang dihilangkan disebut Arsy.[2] Diyat ini ada dua macam,
yaitu Diyat Mughalladhah (Diyat Berat), dan Diyat Mukhaffafah (Diyat Ringan).[3]
Diyat Mughalladhah, yaitu tebusan yang dibayar dengan sejumlah 100 unta, 40 dari unta
tersebut bunting. Diyat ini diberlakukan untuk pembunuhan yang disengaja (qatl ‘amd).
Sedangkan Diyat Mukhaffafahadalah tebusan yang dibayar lebih ringan, yaitu 100
unta. Diyat ini diberlakukan untuk kasus pembunuhan yang salah (qatl khatha’), atau yang
disamakan statusnya dengan qatl khatha’.[4]
Membunuh dengan sengaja (qatl ‘amd) ini ada dua kategori: Pertama, membunuh yang
dilakukan dengan alat atau senjata yang lazim digunakan untuk membunuh, seperti pisau,
pedang, senjata api dan sebagainya.Kedua, membunuh dengan alat yang tidak lazim
digunakan untuk membunuh, tetapi dilapisi, diisi atau disepuh dengan sesuatu yang bisa
digunakan untuk membunuh, seperti tongkat yang dilapisi, diisi atau disepuh dengan besi yang
berat, atau tongkat yang dipukulkan berulang-ulang hingga korban meninggal dunia. Ini semua
merupakan bentuk kesengajaan, sehingga dihukumi membunuh dengan sengaja (qatl ‘amd).[5]
Sedangkan membunuh dengan tidak sengaja (qatl syibh ‘amd), membunuh yang dilakukan
dengan alat yang tidak lazim digunakan untuk membunuh, seperti dengan tongkat, cambuk,
batu kecil, dan lain-lain yang lazimnya memang bukan untuk membunuh. Tujuannya juga untuk
memberi pelajaran, bukan untuk membantai. Tetapi, korban meninggal, karena pukulan
tersebut.[6]
Sedangkan membunuh dengan salah (qatl khatha’), bisa dipilah menjadi dua: Pertama,
pembunuhan yang terjadi bukan karena kesengajaan, seperti menembak burung, lalu pelurunya
nyasar terkena orang, lalu orang tersebut meninggal dunia. Kedua, membunuh orang di Negeri
Kafir, seperti di Eropa atau Amerika, yang diduga kuat orang tersebut adalah Kafir Harbi,
2. 11/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Harga Diyat Satinah
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/11/harga-diyat-satinah/ 2/6
ternyata orang tersebut sudah masuk Islam, maka pembunuhan seperti ini dihukumi qatl
khatha’.[7]
Bagaimana Hukuman Dieksekusi?
Bagi orang yang membunuh dengan sengaja (qatl ‘amd), baik kategori pertama maupun
kedua, semuanya wajib dibunuh, atau disebut Qawad, sebagai balasan atas tindak kejahatan
yang telah dilakukannya. Dengan catatan, jika wali korban pembunuhan tersebut tidak
memberikan pengampunan. Allah SWT berfirman:
[179 :]اﻟﺑﻘرة ٌةﺎَﯾَﺣ ِﺎصَﺻِﻘْاﻟ ﻲِﻓ ْمُﻛَﻟَو
“Bagi kalian di dalam hukuman qishash itu terdapat kehidupan.” (Q.s. al-Baqarah [02]: 179)
Nabi bersabda:
وﻣﺎ ،ﺧﻠﻔﺔ وأرﺑﻌون ،ﺟذﻋﺔ وﺛﻼﺛون ،ﺣﻘﺔ ﺛﻼﺛون وھﻲ ،اﻟدﯾﺔ أﺧذوا ﺷﺎؤوا وإن ،ﻗﺗﻠوا ﺷﺎؤوا ﻓﺈن ،اﻟﻣﻘﺗول أوﻟﯾﺎء إﻟﻰ دﻓﻊ ﻣﺗﻌﻣدا ﻗﺗل ﻣن
.ﻟﮭم ﻓﮭو ﻋﻠﯾﮫ ﺻوﻟﺣوا
“Siapa saja yang membunuh dengan sengaja, maka diserahkan kepada wali korban. Jika
mereka mau, maka mereka bisa membunuhnya. Jika mereka mau, maka mereka bisa
mengambil diyat, yaitu 30 hiqqah, 30 jadza’ah, dan 40 khalifah. Apa mereka sepakati (untuk
damai) maka itu merupakan hak mereka.” (H.r. at-Tirmidzi dari ‘Amru bin Syu’aib) [8]
Namun, jika wali memberikan pengampunan, maka pembunuhnya bisa dibebaskan. Karena itu,
eksekusi hukumannya tidak boleh disegerakan, tetapi bisa ditangguhkan, dengan harapan ada
pengampunan yang diberikan oleh wali korban.
Adapun pihak yang berhak memilih hukuman, antara membunuh, diyat atau pengampunan,
mereka adalah ahli waris korban. Orang yang berhak atas darah korban adalah seluruh ahli
warisnya, tak terkecuali pria, wanita, baik karena nasab atau sebab. Qishash (membunuh)
adalah hak mereka semua. Karena itu, pengampunan merupakan hak ahli warisnya. Siapapun
dari salah seorang ahli warisnya yang memberikan pengampunan, makaqishash tersebut bisa
dibatalkan.[9]
Jika ahli waris memilih diyat, maka diyat itu merupakan hak mereka. Adapun diyat bagi orang
yang membunuh dengan sengaja (qatl ‘amd) adalah 100 unta, dengan 40 di antaranya bunting.
Rinciannya, sebagaimana disebutkan dalam hadits at-Tirmidzi di atas, yaitu 30 Hiqqah(umur 3
tahun), 30 Jadz’ah (4 tahun), dan 40 sisanya Khalifah (bunting).
Jika ahli waris memilih diyat, maka yang wajib membayar diyat adalah pembunuhnya. Karena
kasus pembunuhan ini dilakukan dengan sengaja (qatl ‘amd). Ini berbeda dengan kasus
pembunuhan yang tidak disengaja (syibh ‘amd), atau salah (qatl khatha’). Bagi orang yang
tidak sengaja membunuh, atau salah, maka diyat-nya dibayar oleh ‘aqilah, yaitu saudara
3. 11/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Harga Diyat Satinah
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/11/harga-diyat-satinah/ 3/6
paman dan anak-anak paman pembunuh tersebut, termasuk cucu-cicitnya. Mereka ini dalam
ilmu waris juga disebut ‘ashabah.[10]
Diyat Unta atau Emas?
Hukum asal diyat ini adalah unta. Menurut al-‘Allamah Syaikh al-Muhami ‘Abdurrahman al-
Maliki, diyat ini tidak bisa digantikan dengan yang lain. Nilainya tidak bisa dikonversi, misalnya
dibayar dengan kambing, sapi maupun yang lain. Unta harus dibayar dengan unta, tidak boleh
dikonversi dengan uang. Karena tidak ada satu nash pun yang menyatakan kebolehan konversi
tersebut. Karena ini statusnya merupakan diyat asal, bukan kompensasi.
Namun, ada juga diyat yang dibayar dengan Dinar dan Dirham. Untuk Dinar emas, kadarnya
seberat 1000 Dinar, sedangkan untuk Dirham perak, kadarnya seberat 12,000 Dirham.
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i:
دﯾﻧﺎر أﻟف اﻟذھب أھل وﻋﻠﻰ
“Bagi orang yang mempunyai emas, wajib membayar 1000 Dinar.”
Dalam riwayat lain:
أﻟﻔﺎ ﻋﺷر اﺛﻧﻰ دﯾﺗﮫ وﺳﻠم ﻋﻠﯾﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ اﻟﻧﺑﻲ ﻓﺟﻌل ،ﻗﺗل رﺟﻼ أن
“Seseorang pria telah membunuh, maka Nabi saw. menetapkan kepadanya Diyat sebesar
12,000 Dirham.”
1 Dinar secara syar’i beratnya 4,25 gram emas, sehingga 1000 Dinar sama dengan 4,250
gram emas. Adapun 1 Dirham secara syar’i beratnya 2,975 gram perak, sehingga 12,000
Dirham sama dengan 35,700 gram perak. Jika kita menggunakan Dinar, 1000 Dinar atau
setara dengan 4,250 gram, dengan harga 1 gram emas Rp. 480,000, maka nilai diyat yang
harus dibayar adalah Rp. 2,040,000,000 (Dua milyar empat puluh juta rupiah).
Inilah diyat yang harus dibayarkan untuk orang yang sengaja membunuh (qatl ‘amd), dan itupun
tidak boleh dibayarkan oleh orang lain, baik keluarga maupun pemerintah, kecuali harta
pelakunya sendiri. Meski juga tidak ada laranga, jika pelakunya tidak mempunyai harta, bisa
diampuni, atau harta yang dibayarkan oleh keluarga atau pemerintah, diberikan kepadanya,
baru setelah itu pelakunya membayarkan diyat tersebut sebagai hartanya.
Diyat Satinah
Mengenai diyat Satinah, ada yang menarik. Pertama, karena nilai diyattersebut tidak wajar.
4. 11/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Harga Diyat Satinah
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/11/harga-diyat-satinah/ 4/6
Pihak keluarga ngotot, menetapkan SAR 7,5 juta, atau senilai Rp 21 milyar, sebagai syarat
negosiasi diberikan dan tidaknya pengampunan. Kedua, diyat ini tidak dibayar sendiri oleh
Satinah, sebagai pembunuhnya, tetapi dibayar oleh pemerintah Indonesia.
Dalam kasus pertama, yaitu kewajaran diyat, jika merujuk kepada nash-nash hadits, maupun
Ijmak Sahabat, maka diyat yang paling berat, yaituDiyat Mughalladhah sekalipun tetap atas
batasnya. 100 unta, dengan rincian 30 Hiqqah, 30 Jadz’ah dan 40 Khalifah. Itu kalau dibayar
dengan unta. Jika dibayar dengan Dinar, nilainya 1000 Dinar. Kalau dikonversi dengan rupiah,
nilainya setara dengan Rp. 2,040,000,000 (Dua milyar empat puluh juta rupiah). Inilah yang
seharusnya dibayar untuk membebaskan Satinah. Tidak lebih dari itu. Karena, jumlahnya oleh
nash telah ditetapkan dengan angka 100 unta, atau 1000 Dinar.
Dalam konteks ini, bisa ditarik Mafhum Mukhalafah-nya, bahwa diyattersebut tidak boleh
kurang dari angka tersebut, dan juga tidak boleh lebih. Masalahnya, pihak mujna ‘alai (korban
pembunuhah) atau wali ad-dam(keluarga korban) tidak mau memberikan pengampunan,
kecuali dengan kompensasi sebesar Rp. 21 milyar itu. Dalam kasus seperti ini, semestinya
Mahkamah Arab Saudi yang bisa menengahi, atau membuat keputusan yang tegas, bahwa
batas maksimal diyat yang dibayarkan tidak lebih dari 1000 Dinar atau 100 unta. Keputusan ini
mengikat kedua belah pihak, sehingga tidak bisa dieksploitasi oleh keluarga korban untuk
melakukan pemerasan.
Nah, apa yang terjadi dalam kasus ini jelas pemerasan. Karena permintaannya tidak wajar.
Pemerintah Saudi sendiri tidak melakukan tindakan apapun untuk menghentikan praktik
pemerasan ini. Semestinya, dalam kasus seperti ini, keluarga korban bisa dijerat dengan pasal
pemerasan terhadap pelaku. Karena, yang ada justru sebaliknya, keluarga korban seharusnya
bisa meringankan beban diyat, bukan malah sebaliknya. Terlebih, beban yang dimintai jauh
melampaui batas yang ditetapkan oleh syariah. Karena itu, dalam kasus ini, baik pemerintah
Saudi maupun keluarga korban, sama-sama melakukan penyimpangan.
Adapun kasus kedua, pembayaran yang dilakukan pemerintah Indonesia, meski hukum asalnya
merupakan kewajiban pelaku, yaitu Satinah, dan tidak boleh ditanggung oleh yang lain, namun
jika keluarga Satinah bersedia menanggungnya dengan suka rela, secara syar’i diperbolehkan.
Jika keluarga Satinah tidak berada, maka keluarga korban bisa memaafkan, dengan tanpa
kompensasi. Namun, jika tetap ngotot minta kompensasi, maka Baitul Mal bisa membantu
pembayaran kompensasi tersebut. Dalam konteks ini, apa yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia terhadap Satinah sah. Meski, tentu tidak sebesar yang harus dibayarkan
sebagaimana klaim keluarga korban.
Hanya saja, apa yang dilakukan pemerintah Indonesia, jika dilakukan bukan karena
pertimbangan hukum syara’, tetapi lebih karena faktor politik, menjelang Pemilu, tentu nilainya
di hadapan Allah berbeda. Wallahu a’lam.[]
5. 11/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Harga Diyat Satinah
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/11/harga-diyat-satinah/ 5/6
[1] Prof. Dr. Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughat al-Fuqaha’, Dar an-Nafais, Beirut, cet. I,
1996, hal. 188.
[2] Prof. Dr. Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughat al-Fuqaha’, Dar an-Nafais, Beirut, cet. I,
1996, hal. 189.
[3] Al-‘Allamah Syaikh al-Muhami, ‘Abdurrahman al-Maliki, Nidzam al-‘Uqubat, Dar al-
Ummah, Beirut, cet. II, 1990, hal. 111.
[4] Al-‘Allamah Syaikh al-Muhami, ‘Abdurrahman al-Maliki, Nidzam al-‘Uqubat, Dar al-
Ummah, Beirut, cet. II, 1990, hal. 111.
[5] Al-‘Allamah Syaikh al-Muhami, ‘Abdurrahman al-Maliki, Nidzam al-‘Uqubat, Dar al-
Ummah, Beirut, cet. II, 1990, hal. 89-90.
[6] Al-‘Allamah Syaikh al-Muhami, ‘Abdurrahman al-Maliki, Nidzam al-‘Uqubat, Dar al-
Ummah, Beirut, cet. II, 1990, hal. 99.
[7] Al-‘Allamah Syaikh al-Muhami, ‘Abdurrahman al-Maliki, Nidzam al-‘Uqubat, Dar al-
Ummah, Beirut, cet. II, 1990, hal. 100.
[8] Unta Hiqqah adalah unta yang berusia 3 tahun, dan memasuki usia 4 tahun.
Unta Jadza’ah adalah unta yang usianya telah 4 tahun sempurna, dan memasuki usia 5 tahun.
Sedangkan Unta Khalifah adalah unta betina yang sedang bunting.
[9] Al-‘Allamah Syaikh al-Muhami, ‘Abdurrahman al-Maliki, Nidzam al-‘Uqubat, Dar al-
Ummah, Beirut, cet. II, 1990, hal. 110.
[10] Al-‘Allamah Syaikh al-Muhami, ‘Abdurrahman al-Maliki, Nidzam al-‘Uqubat, Dar al-
Ummah, Beirut, cet. II, 1990, hal. 118.
Baca juga :
1. Ukuran Diyat Merupakan Hukum Syara‘, Tidak Seorang pun Memiliki Hak Merubah
Hukum Syara
2. Jawab Soal Ekonomi Berkaitan dengan Emas Bersama Amir Hizbut Tahrir : Apa
yang Mempengaruhi Harga Emas, Kenapa Harga Emas Jatuh, Hukum Menyimpan
Emas
3. Cara Khilafah Menanggulangi Terorisme
4. Menimbang Moratorium Remisi untuk Koruptor dan Terorisme
5. DPR Minta Pemerintah Berani Naikkan Harga BBM
6. 11/4/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Harga Diyat Satinah
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/04/11/harga-diyat-satinah/ 6/6