Berdasarkan penjelasan di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa:Pengertian model pengembangan bahan ajar adalah suatu kerangka konseptual atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan dan menyusun bahan ajar secara sistematis agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pengembangan bahan ajar bertujuan untuk mengorganisasikan pengalaman belajar secar
Similar to Berdasarkan penjelasan di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa:Pengertian model pengembangan bahan ajar adalah suatu kerangka konseptual atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan dan menyusun bahan ajar secara sistematis agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pengembangan bahan ajar bertujuan untuk mengorganisasikan pengalaman belajar secar
Similar to Berdasarkan penjelasan di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa:Pengertian model pengembangan bahan ajar adalah suatu kerangka konseptual atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan dan menyusun bahan ajar secara sistematis agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pengembangan bahan ajar bertujuan untuk mengorganisasikan pengalaman belajar secar (20)
Berdasarkan penjelasan di atas, saya mengambil kesimpulan bahwa:Pengertian model pengembangan bahan ajar adalah suatu kerangka konseptual atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan dan menyusun bahan ajar secara sistematis agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pengembangan bahan ajar bertujuan untuk mengorganisasikan pengalaman belajar secar
1. MODEL – MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar
Dosen Pengampu: Yayan Andrian, S.Ag.,M.ED.MGMT.
Disusun oleh :
1. Maya Sofia Fatima Azzahra (213111157)
2. Apriani Muyasaroh Yasin (213111165)
3. Maulana Rizaq Ba’alwy (213111185)
4. Fidela Bahirotun Ni’am (213111186)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-
baiknya.Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW
yang telah menjadi tauladan bagi kita semua di muka bumi ini. Makalah ini kami susun untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah pengembangan bahan ajar.
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Allah
SWT, atas berkat rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan juga
kepada Bapak Yayan Andrian, S.Ag.,M.ED.MGMT selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Bahan Ajar yang telah membimbing kami.
Demikian pula penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini penyusun masih
banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam segi substansi maupun tata bahasa, oleh karena
itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam
perbaikan karya ini. Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih dan berharap makalah ini bisa
menambah pengetahuan dari pembaca.
Surakarta,17 Oktober 2023
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3
A. Pengertian Model-Model Pengembangan Bahan Ajar............................................ 3
B. Macam- Macam Model Pengembangan Bahan Ajar .............................................. 4
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 22
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 22
B. Saran ...................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 23
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media dan sumber pembelajaran merupakan suatu bagian integral dari
keseluruhan proses pembelajaran, salah satu persyaratan untuk menjadi guru
profesional yaitu guru dapat mengembangkan sumber belajar atau bahan ajar agar
pembelajaran tidak berjalan monoton dan membosankan. Dengan media atau bahan
ajar yang bagus di harapkan standar kompetensi ataupun kompetensi dasar dapat
tercapai. Usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada dasarnya merupakan
kesatuan dalam proses pembelajaran, tidak hanya dalam pemilihan dan penerapan
srategi yang tepat, namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu
pemilihan bahan ajar dalam menyajikan proses pembelajaran agar hasil yang
didapatkannya optimal dan mencapai target belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Dalam kaitan ini, bahan ajar merupakan salah satu komponen
penting dalam pembelajaran, terlebih bahan ajar merupakan sarana pendukung dalam
proses pembelajaran. Salah satu komponen dalam perencanaan pengajaran yang dibuat
oleh guru adalah sumber belajar yang didalamnya termasuk bahan ajar yang sering diisi
dengan buku-buku atau sumber tertulis lainnya.
Dalam pembelajaran, guru harus bisa menyampaikan bahan ajar yang di
dalamnya terdapat unsur keterampilan, sikap serta norma, dan pengetahuan yang bisa
dipraktekkan oleh peserta didiknya. Bahan ajar tersebut bisa dirasakan kegunaannya
bagi siswa apabila bisa dipraktekkan dalam kehidupannya. Artinya, bahan ajar
tersebut memiliki nilai praktis bagi siswa, tentu nilai praktis tersebut sesuai dengan
tingkat dan kemampuan anak didik. Menurut Majid, bahan ajar yang disampaikan
oleh guru harus bisa dipelajari oleh siswa secara sistematis terutama yang berkaitan
dengan kompetensi dasarnya, sehingga siswa akan mampu menguasai seluruh
kompetensi secara komprehensif. Maka dari itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran
harus menentukan terlebih dahulu bahan ajar yang benar-benar sesuai.
Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum
yang digunakan dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditentukan. 1
Untuk mencapai kompetensi perlu ada pengukuran / penilaian.
1
Abdullah Aydin and Cahit Aytekin, ‘Teaching Materials Development and Meeting the Needs of the Subject: A
Sample Application’, International Education Studies, 11.8 (2018), 27 <https://doi.org/10.5539/ies.v11n8p27>.
5. 2
Penilaian hasil belajar memerlukan sebuah pengolahan dan analisis yang akurat. Bahan
ajar berguna membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bagi
pendidik bahan ajar digunakan untuk mengarahkan semua aktivitasnya dan yang
seharusnya diajarkan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan bagi siswa
akan dijadikan sebagai pedoman yang seharusnya dipelajari selama proses
pembelajaran. Bahan ajar dapat berfungsi dalam pembelajaran individul yang dapat
digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses pemerolehan informasi peserta
didik. Bahan ajar tersebut adalah modul yang dirancang untuk membantupeserta didik
menguasai tujuan belajar dansebagai sarana belajar siswa secaramandiri sesuai
kecepatan masing-masing.2
Inovasi dan pengembangan bahan ajar dalam proses pembelajaran sangat
diperlukan, hal ini merupakan tanggung jawab dari seorang pendidik dalam
mengembangkannya,karena yang mengetahui secara langsung keadaan siswa atau
lingkungan sekitar yaitu seorang guru dalam kaitanya ketersediaan bahan atau sarana
dan prasarana yang ada dilingkungan sekolah. Dalam mengembangkan bahan ajar perlu
diperhatikan model pengembangannya guna memastikan kualitas bahan ajar dalam
menunjang efektifitas pembelajaran, karena pengembangan bahan ajar pada dasarnya
merupakan proses yang bersifat linier dengan proses pembelajaran. Ketersediaan bahan
ajar selama ini masih minim. Bahan ajar semestinya disusun berdasarkan kebutuhan
tujuan pembelajaran.3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pengembangan bahan ajar ?
2. Apa saja macam-macam model pengembangan bahan ajar ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pengembangan bahan ajar
2. Untuk mengetahui macam-macam model pengembangan bahan ajar
2
Afif Syaiful Mahmudin, ‘Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Oleh Guru
Tingkat Sekolah Dasar’, SITTAH: Journal of Primary Education, 2.2 (2021), 95–106
<https://doi.org/10.30762/sittah.v2i2.3396>.
3
Rahmat Arofah Hari Cahyadi, ‘Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Addie Model’, Halaqa: Islamic Education
Journal, 3.1 (2019), 35–42 <https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i1.2124>.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pengembangan Bahan Ajar
Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Fungsi model pembelajaran dijadikan sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Secara umum sebuah
model pembelajaran terdiri dari beberapa tahapan dalam proses pembelajaran yang
harus dilakukan. Terkait dengan model pembelajaran sangat erat berkaitan dengan
gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style)
yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and Teaching).
Menurut Joyce & Weil dalam Mulyani Sumantri, dkk model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar. Menurut Abimanyu (2008:311) berpendapat bahwa model adalah bentuk
representasi akurat sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan
sesuai kegiatan.Menurut Suprijono(2009:45) berpendapat bahwa model adalah
bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba untuk bertindak berdasarkan model itu. Sehingga
dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa model adalah suatu pola
atau acuan yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan.
Terkait dengan bahan ajar bahwa bahan ajar tidak terlepas dalam berlangsunya
proses pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang
pembelajaran yang disusun secara sistematis yang harus ada audients. Menurut
Andi, bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Susunan materi pelajaran dan proses pembelajaran disusun secara sistematis mulai
dari tahap yang rendah menuju tahap yang lebihtinggi. dengan susunan yang
sistematis, maka akan memudahkan peserta didik untuk mengikuti tahap demi tahap
proses pembelajaran. Definisi serupa tentang bahan ajar juga dikemukakan oleh
7. 4
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas bahwa bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
tertulis.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model pengembangan bahan ajar
merupakan kerangka konseptual yang menjadi acuan dalam melakukan kegiatan
belajar-mengajar dengan bahan atau materi yang dibutuhkan pendidik yang disusun
secara sistematis.4
B. Macam-Macam Model Pengembangan Bahan Ajar
Dalam pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli.
Secara umum, desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model
berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model
prosedural dan model melingkar. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk
mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam
pelajaran atau lebih.5
Proses pengembangan bahan ajar selain dapat mengikuti langkah-langkah
umum pengembangan bahan, juga dapat mengikuti model-model pengembangan
bahan ajar. Bila mengikuti model pengembangan bahan ajar, beberapa langkah
umum pengembangan bahan ajar dapat masuk ke salah satu dari komponen-
komponen model.6
Model pengembangan bahan ajar memiliki langkah yang lebih
detail daripada langkah umum pengembangan bahan ajar. Adapun model
pengembangan yaitu model ADDIE (Analyze, Design, Development,
Implementation, evaluation), model Degeng, model Bregman and Moore, model
ASSSURE, model Gagne and Briggs, model Dick and Carey, model Hannafin dan
Peck, model 4D
1. Model ADDIE
Model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu: 1) analyze, 2) design, 3)
development, 4) implementation, dan 5) evaluation. Berikut diuraikan langkah-
langkah model ADDIE.7
4
Nanda Juniarsi, Uin Alauddin Makassar, Uin Alaluddin Makassar, 2019 <http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/1178/1/rezki.pdf?cv=1>.
5
Khu Andrika, ‘MODEL-MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR’, 2013.
6
Alexander Simamora, ‘PENGEMBANGAN BAHAN AJAR’, UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA, 2021.
7
Cahyadi.
8. 5
a. Tahap Analisis (Analyze)
Tahap analisi meliputi kegiatan: 1) melakukan analisis kompetensi,
2)melakukan analisis karakteristik peserta didik tentang kapasitas belajar
pengetahuan, keterampilan, sikap serta aspek lain yang terkait, 3)
melakukan,analisis materi sesuai dengan tuntutan kompetensi. Tahap
analisis menyangkut tiga pertanyaan yang harus dijawab yaitu: 1)
kompetensi apa saja yang harus dikuasai (hasil analisis kurikulum), 2)
bagaimana karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar,
3) analisis materi berupa materi-materi pokok, sub-subbagian dari materi
pokok, anak subbagian dan seterusnya.
b. Tahap Desain (Design)
Menurut Tegeh dan Kirna (2010) tahap perancangan (design) dilakukan
dengan kerangka acuan sebagai berikut. (a) Untuk siapa pembelajaran atau
bahan pembelajaran dirancang? (berhubungan dengan peserta didik),
(b)Kemampuan apa yang diinginkan untuk dipelajari? (berhubungan dengan
kompetensi), (c) Bagaimana materi pelajaran atau keterampilan dapat
dipelajari dengan baik? (berhubungan dengan strategi pengorganisasian isi),
(d) Bagaimana menentukan tingkat penguasaan pelajaran yang sudah
dicapai? (berhubungan dengan asesmen dan evaluasi).
c. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap pengembangan adalah menterjemahkan spesifikasi desain ke
dalam bentuk fisik, sehingga langkah ini menghasilkan prototype produk
pengembangan. Kompetensi, materi, soal-sola latihan, dan sumber belajar
yang telah ditentukan pada tahap desain, diramukan pada tahap
pengembangan menjadi bahan ajar.
d. Tahap Implementasi (Implementation)
Hasil pengembangan (bahan ajar) diterapkan dalam pembelajaran untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi
kemenarikan, keefektifan, dan efisiensi pembelajaran.
e. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Tahap evaluasi meliputi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada setiap tahap
pengembangan yang digunakan untuk memperbaiki bahan ajar. Evaluasi
9. 6
sumatif dilakukan pada akhir pengembangan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik.
2. Model Degeng (1990)
Model Degeng merupakan salah satu model yang dapat digunakan
mengembangkan bahan ajar.
a. Analisis Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi
Analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi perlu dilakukan pada awal
kegiatan desain pembelajaran. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui
tujuan pembelajaran apa yang diharapkan. Lebih khusus lagi untuk,
mengetahui tujuan orientatif pembelajaran: apakah konseptual, prosedural,
ataukah teoretik.
Analisis karakteristik isi bidang studi dilakukan untuk mengetahui tipe isi
bidang studi apa yang akan dipelajari siswa apakah berupa fakta, konsep,
prinsip ataukah prosedur. Demikian juga, untuk mengetahui bagaimana
struktur isi bidang studinya. Maksudnya, bagaimana struktur orientasi dan
struktur pendukung isi bidang studi yang akan dipelajari siswa.
b. Analisis Sumber Belajar
Analisis sumber belajar dilakukan segera setelah langkah analisis tujuan
dan karakteristik isi bidang studi. Langkah ini dimaksudkan untuk
mengetahui sumber-sumber belajar apa yang tersedia dan dapat digunakan
untuk menyampaikan isi pembelajaran. Hasil dari kegiatan ini akan berupa
daftar sumber belajar yang tersedia yang dapat mendukung pengembangan
isi bahan ajar.
c. Analisis KarakteristikSi -Belajar
Menganalisis karakteristik si belajar dimaksudkan untuk mengetahui ciri-
ciri perseorangan si belajar. Beberapa yang termasuk di dalamnya adalah
bakat, kematangan tingkat berpikir, motivasi, dan kemampuan awalnya.
Hasil dari langkah ini akan berupa daftar yang memuat pengelompokan
karakteristik si belajar. Hasil analisis karakteristik selanjutnya digunakan
sebagai acuan mendesain materi bahan ajar. Misalnya, diketahui bahwa
motivasi belajar siswa cenderung rendah, maka setidaknya bahan ajar yang
dikembangkan didesain untuk menumbuhkan motivasi belajar dengan cara
menyajikan contoh-contoh, cerita, kejadian-kejadian nyata, maupun
penyajian gambar yang relevan.
10. 7
d. MenetapkanTujuan dan Isi Pembelajaran
Langkah keempat adalah menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran.
Langkah ini sebenarnya sudah bisa dilakukan segera setelah melakukan
analisis tujuan dan karakteristik isi bidan studi. Hasil dari langkah ini akan
berupa daftar yang memuat rumusan tujuan khusus pembelajaran (sekarang
disebut tujuan pembelajaran) dan tipe serta struktur isi yang akan dipelajari
siswa untukmencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
e. Menetapkan Strategi Pengorganisasian
Menetapkan strategi pengorganisasian isi segera bisa dilakukan setelah
analisis dan penetapan tipe serta karakteristik isi pembelajaran.
Pengorganisasian isi menaruh perhatian pada cara-cara memilih dan menata
isi bidang studi ke dalam suatu struktur yang bermakna. Pengorganisasian
bisa melibatkan seluruh isi bidang studi atau hanya melibatkan sebagai kecil
saja. Pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran dipengaruhi oleh
apa tipe isi bidang studi yang dipelajari dan bagaimana struktur isi tersebut.
Hasil dari langkah ini akan berupa penetapan model untuk mengorganisasi
isi bidang studi,baiktingkatmikro maupun makro. Contoh: strategi
pemaparan isi bidang studi dari umum kekhusus maupun sebaliknya dari
khusus ke umum.
f. Menetapkan Strategi Penyampaian
Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran didasarkan pada hasil
analisis sumber belajar. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa hasil
analisis sumber belajar akan berupa daftar sumber belajar yang tersedia dan
dapat digunakan dalam proses pembelajaran, pada langkah ini daftar yang
sudah dibuat tersebut dijadikan dasar memilih dan menetapkan strategi
penyampaian isi. Hasil dari kegiatan dalam langkah ini berupa penetapan
model
untuk menyampaikan isi pembelajaran. Model tersebut dapat berupa
modul, media pembelajaran, teks ajar, dll.
g. Menetapkan Strategi Pengelolaan
Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran tergantung pada hasil
analisis karakteristik peserta didik. Strategi pengelolaan menaruh perhatian
pada penataan interaksi antara siswa dengan setiap sumber belajar yang
dirancang untuk dalam pembelajaran. Klasifikasi karakteristik peserta didik
11. 8
yang dibuat dijadikan sebagai dasar memilih dan menetapkan strategi
pengelolaan. Hasil kegiatan dalam langkah ini berupa penetapan
penjadwalan penggunaan komponen strategi pengorganisasian dan
penyampaian pembelajaran, pengelolaan motivasional, pembuatan catatan
tentang kemajuan belajar siswa, dan kontrol belajar. Tahap ini sudah pada
penerapan bahan ajar dalam pembelajaran.
h. Pengukuran Hasil Pembelajaran
Langkah terakhir dalam desain pembelajaran melakukan pengukuran hasil
pembelajaran, yang mencakup pengukuran tingkat keefektifan, efisiensi,
dan daya tarik pembelajaran menggunakan bahan ajar yang telah
dikembangkan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan
proses pembelajaran dan tes hasil belajar. Hasil dari kegiatan ini akan
berupa bukti mengenai tingkat efektivitas, efisiensi, dan daya tarik
pembelajaran menggunakan bahan ajar.
3. Model Bergman and Moore (1990)
Model Bergman dan Moore (dalam Gustafson & Branch, 2002) secara
khusus digunakan sebagai panduan dan manajemen produksi produk
multimedia interaktif. Walaupun model ini secara khusus sebagai rujukan dalam
mengembangkan video dan multimedia interaktif, secara umum model ini juga
dapat digunakan untuk suatu jenis atau lebih produk pembelajaran interaktif
lainnnya seperti pembelajaran online. Model Bergman dan Moore memuat
enam aktivitas utama yaitu: (1) analisis, (2) desain, (3) pengembangan, (4)
produksi,(5) penggabungan, dan (6) validasi. Setiap langkah memiliki tiga
bagian yaitu input, output, dan evaluasi. Keluaran dari setiap langkah berfungsi
sebagai masukan untuk langkah berikutnya. Model ini menekankan evaluasi
output pada setiap langkah sebelum proses berikutnya.
a. Analisis
Seperti kebanyakan model desain instruksional lainnya, model Bergman
dan Moore (1990) mendorong desainer untuk melakukan analisis awal
secara menyeluruh dengan cara memeriksa berbagai aspek yang terlibat
dalam pengembangan produk. Model ini menunjukkan empat bidang
analisis dalam menentukan tujuan dan kebutuhan pengembangan yaitu (a)
analisis masalah (mengapa melakukan pengembangan?) (2) analisis
pengguna (siapa sasaran yang menggunakan produk pengembangan?) (3)
12. 9
analisis tugas/kebutuhan (apa yang dapat sasaran lakukan terhadap produk
yang dikembangkan? (4) analisis lingkungan (di mana produk digunakan?).
b. Desain
Tahap desain merupakan lanjutan tahap analisis. Tahap ini menggunakan
output berupa deskripsi produk yang dikembangkan dalam kegiatan analisis
dan mengelompokkannya menjadi dua tingkat desain umum dan desain
rinci. Desain umum yaitu menentukan urutan segmen program. Desain rinci
adalah menentukan unsur-unsur motivasi, strategi interaksi, jenis media
(teks, gambar,animasi, audio, video) yang cocok, dan metode penilaian.
Contoh output tahap desain umum adalah kerangka materi dan struktur
program. Output desain rinci adalah pemberian apersepsi sebagai unsur
motivasi, penyajian stimulus agar siswa mau berinteraksi, sajian materi
dengan berbagai media,dan pemberian soal-soal beserta umpan baliknya.
c. Pengembangan
Hal pokok tahap pengembangan adalah menyiapkan dokumen untuk tahap
produksi. Komponen yang dikembangkan pada tahap ini berdasarkan
output dari tahap desain. Misalnya, urutan sajian materi pada tahan desain
dapat dikembangkan menjadi flowchart dan storyboard. Struktur program
dikembangkan menjadi desain navigasi. Kebutuhan media audio pada tahap
desain dikembangkan menjadi script audio. Begitu juga kebutuhan video
pada tahap desain dikembangkan menjadi shooting scripts.
d. Produksi
Kegiatan produksi meliputi terjemahan dari dokumen kertas
(storyboard,script audio, dan shooting script) dari tahap pengembangan ke
tahap produksi yang akan memberikan kontribusi pada produk akhir.
Misalnya, storyboard pada tahap pengembangan diimplementasikan
menjadi tampilan antar muka (interface) media dan komponen-komponen
media. Script audio
diimplementasikan melalui kegiatan perekaman untuk menghasilkan media
audio. Begitu juga shooting script diimplementasikan melalui kegiatan
perekaman (shooting) untuk menghasilkan media video.
e. Penggabungan
Tahap penggabungan merupakan tahap mengintegrasikan beberapa media
menjadi satu produk yang utuh. Tahap ini milik tiga sub aktivitas yaitu
13. 10
pengkodean, pengujian, dan penyetelan. Tahap pengkodeaan yaitu untuk
mengintegrasikan unsur multimedia menggunakan kode sesuai software
yang digunakan menjadi serangkaian presentasi yang utuh. Tahap
pengujian yaitu untuk mencoba aplikasi dari perspektif pengguna akhir
yang bertujuan mengungkap kesalahan-kesalahan sebagai bahan perbaikan.
Tahap penyetelan untuk melihat kelancaran dan memperbaiki presentasi,
logika, dan interaksi menjadi produk yang siap divalidasi.
f. Validasi
Validasi merupakan tahap mengkomparasi produk dengan sasaran. Revisi
setelah validasi sebagai bahan untuk meningkat efektivitas produk.
Bergman dan Moore menyarankan tiga langkah untuk aktivitas validasi
yaitu: (1) persiapan yaitu membuat instrumen validasi, menentukan
validator (ahli), dan membangun lingkungan yang kondusif sebelum
validasi yang dilaksanakan; (2) melakukan validasi melalui: pengamatan,
wawancara, maupun rekaman; (3)
menilai hasil validasi yaitu menganalisis temuan menjadi laporan resmi
untuk diperiksa dan untuk menentukan tindakan berikutnya yang mungkin
dilakukan.
4. ASSSURE
Model ASSURE merupakan langkah merancanakan pelaksanaan
pembelajaran di ruang kelas secara sistematis dengan memadukan penggunaan
terknologi dan media.8
Model ASSURE menggunakan tahap demi tahap untuk
membuat perancangan pembelajaran yang dapat dilihat dari nama model
tersebut, yaitu ASSURE.
a. Sesuai dengan namanya, langkah-langkah dalam desain modelASSURE ini
terdiri dari enam langlah, yaitu:
1) Analyze learner characteristics (Analisis karakter siswa)
Langkah awal dalam pembelajaran adalah menganalisis siswa,
tujuannya agar guru dapat mengenali karakteristik siswa yang akan
melakukan proses pembelajaran. Setiap siswa memiliki karakter yang
berbeda – beda. Beberapa aspek karakter siswa yang harus diketahui
8
I Made Tegeh and I Made Kirna, ‘Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan Dengan ADDIE
Model’, Jurnal IKA, 11.1 (2013), 16 <https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IKA/article/view/1145>.
14. 11
oleh guru, yaitu karakteristik umum, kompetensi spesifik yang telah
dimiliki oleh siswa sebelumnya, gaya belajar siswa, dan motivasi belajar
siswa.
Setelah menganalisis aspek-aspek di atas, guru harus melakukan
assessment atau pengukuran untuk mengetahui perilaku, tingkat
perkembangan anak. Assessment ini memiliki beberapa manfaat, yaitu
mendukung belajar anak, mengidentifikasi anak apakah berkembang
dengan normal atau memiliki kebutuhan khusus, mengevaluasi program
pembelajaran, memonitor kebutuhan anak, sebagai wujud tanggung
jawab guru. Untuk itu pengukuran sangat penting dalam analisis
karakteristik siswa. Setelah guru dapat menganalisis karakter siswa,
maka guru dapat menyiapkan metode, media, bahan ajar yang sesuai
dengan karakter siswa.
2) State performance objectives (Menetapkan kompetensi)
Dalam langkah ini, guru menentukan tujuan sesuai dengan
silabus atau kurikulum. Tujuan ini merupakan penjabaran dari
kompetensi, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dimiliki
oleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran. Tujuan ini juga
mengarah pada evaluasi dan hasil belajar siswa.
3) Select methods, media, and materials (Memilih metode, media, dan
bahan ajar)
Dalam langkah ini, guru harus pintar untuk memilih metode,
media, dan bahan ajar yang sesuai untuk siswa. Kesesuaian ini dapat
dilihat dari karakteristik siswa. Kesesuaian dalam memilih dapat
mempengaruhi keefektifan, efisien dan daya tarik siswa dalam belajar.
Metode, media, bahan ajar sangat berpengaruh dalam aktivitas proses
pembelajaran.
4) Utilize materials (Pemanfaatan bahan ajar dan media pembelajaran)
Ketika guru sudah dapat memilih bahan ajar dan media yang
sesuai, guru harus dapat memanfaatkannya dengan baik dengan
menggunakan metode yang telah dipilih. Selain ketiga komponen
tersebut, guru juga harus mempersiapkan kelas, dan sarana
pendukungnya.
15. 12
5) Requires learner participation (Melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran)
Proses pembelajaran akan berlangsung efektif, efisien, dan
memiliki daya tarik ketika siswa ikut berpartisipasi dalam proses ini.
Jika siswa aktif dalam proses pembelajaran akan memudahkan siswa
untuk memahami materi yang diberikan oleh guru, serta menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
6) Evaluate and revise (evaluasi dan revisi)
Setelah melakukan proses pembelajaran, selanjutnya diadakan
evaluasi dan revisi. Tahap ini bertujuan untuk menilai efektivitas dan
efisien program pembelajaran dan menilai pencapaian hasil belajar
siswa. Dalam evaluasi untuk menilai efektivitas proses pembelajaran
yaitu terjawabnya pertanyaan apakah proses pembelajaran ini mencapai
tujuan, apakah metode, media, bahan ajar dapat membantu proses
pembelajaran, apakah siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk revisi dilakukan ketika hasil evaluasi kurang memuaskan. 9
Dalam revisi guru memperbaiki komponen-komponen pembelajaran
agar pembelajaran dapat efektif dan efisien.
a. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Assure
Kelebihan model pembelajaran Assure
1) Lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi
pembelajaran, sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan ajar.
Komponen tersebut diantaranya: analisis pembelajaran, strategi
penilaian belajar.
2) Sering diadakan pengulangan kegiatan dengan tujuan evaluasi.
3) Mengutamakan partisipasi pembelajaran dalam poin require leaner
participation sehingga diadakan pengelompokan kecil, seperti
pengelompokan belajar mandiri dan tim, serta penugasan yang
bertujuan untuk memicu keaktifan siswa. Dewi Salma Prawiradilaga,
Prinsip Desain Pembelajaran.
9
Syahril, ‘Pengembangan Desain Model Assure Pada Pembelajaran SD/MI’, Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, 8.1
(2018), 65–75 <https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alawlad/article/view/1592>.
16. 13
4) Guru wajib menyampaikan materi dan mengelola kelas, serta mampu
memanfaatkan media, metode, bahan ajar secara optimal.
5) Model pembelajaran ini sangat sederhana dan dapat diterapkan sendiri
oleh guru.
Kelemahan model pembelajaran Assure
1) Tidak mengukur dampak terhadap proses belajar karena tidak didukung
oleh komponen supra sistem.
2) Adanya penambahan tugas dari seorang pengajar.
3) Perlu upaya khusus dalam mengarahkan siswa dalam mengarahkan
kegiatan belajar mengajar.
5. Dick and Carey
Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisasi pengajaran.10
Satu
di antaranya adalah model pembelajran Dick and Carrey (1985). Adapun
langkah-langkahnya mencakup :
a. Identifikasi kebutuhan dan menentukan tujuan umum, ini merupakan tahap
awal, yaitu menentukan kebutuhan apa yang diinginkan agar siswa dapat
melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pembelajaran
serta menentukan tujuan umum yang akan dicapai;
b. Melakukan analisis instruksional, yakni menentukan kemampuan apa saja
yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan
menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari;
c. Mengidentifikasi tingkah laku awal dan karakteristik siswa, ketika
melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang dilatihkan atau
dibelajarkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga dipertimbangkan
keterampilan awal yang telah dimiliki siswa;
d. Merumuskan tujuan kinerja atau tujuan pembelajaran khusus. Berdasarkan
analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa
kemudian dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan
siswa setelah menyelesaikan pembelajaran;
10
Muhammad Zulham Munthe Irfan Fauzi, Faisal, ‘Model Pembelajaran Dick And Carey’, Universitas
Muhammadiyah Surabaya, 2020, 1–9 <https://saa.fai.um-surabaya.ac.id/model-pembelajaran-dick-and-
carey/>.
17. 14
e. Pengembangan tes acuan patokan. Pengembangan tes acuan patokan
didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan;
f. Pengembangan strategi pembelajaran. Informasi dari lima tahap sebelumnya,
dilakukan pengembangan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan
akhir;
g. Pengembangan atau memilih materi pembelajaran. Tahap ini akan digunakan
untuk memilih atau mengembangkan materi pembelajaran termasuk
petunjuk pembelajaran untuk siswa, materi, tes dan panduan guru;
h. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan
untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi data, mengolah data, dan
menganalisis data tentang program yang dikembangkan. Hasilnya untuk
mendeskripsikan apakah program yang dikembangkan sudah baik atau
belum. Jika belum harus direvisi dan jika sudah harus dipertahankan;
i. Merancang dan melaksanakan evaluasi sumatif. Tahap ini merupakan tahap
lanjutan untuk melihat kebergunaan program setelah diterapkan di lapangan;
j. Revisi pembelajaran. Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat
sistem pembelajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada
tahap sebelumnya dianalisis serta diinterpretasikan.
Penggunaan model Dick and Carrey dalam pengembangan suatu mata pelajaran
dimaksudkan agar:
a. Pada awal proses pembelajaran, anak didik atau siswa dapat mengetahui
dan mampu melakukan halhal yang berkaitan dengan materi pada akhir
pembelajaran,
b. Adanya pertautan antara tiap komponen, khususnya strategi pembelajaran
dan hasil pembelajaran yang dikehendaki,
c. Menerapkan langkah-langah yang perlu dilakukan dalam melakukan
perencanaan desain pembelajaran
6. Model Pengembangan Hannafin dan Peck
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri dari
pada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, fase pengembangan dan
implementasi (Hannafin& Peck, 1988). Dalam model ini, penilaian dan
pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini lebih berorientasi
produk, melalui tiga fase:
18. 15
a. Fase Pertama
Fase pertama adalah analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi
kebutuhankebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran
termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang
dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok
sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.
b. Fase Kedua
Fase kedua adalah fase desain, informasi dari fase analisis dipindahkan ke
dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media
pembelajaran. Fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendokumenkan kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan
pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase
ini adalah dokumen story board yang mengikut urutan aktifitas
pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media
pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan.
c. Fase Ketiga
Fase ketiga adalah fase pengembangan dan implementasi, terdiri dari
penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan
diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran.
Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan
link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Model
Hannafindan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan
harus mengikut sertakan proses-proses pengujian dan penilaian media
pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.
Kelebihan Model Hannafin & Peck
a. Menekankan proses penilaian dan pengulangan yang melibatkan ketiga fase
b. Dapat menentukan hal utama dari apa yang dibutuhkan dalam pendidikan
c. Dapat memecahkan kesenjangan dari analisis performance
19. 16
Kekurangan Model Hannafin & Peck
a. Media pembelajaran dengan bahan yang ada karena berorientasi pada
produk
b. Dalam produk atau program pembelajaran nya memerlukan uji coba dan
revisi terlebih dahulu
c. Masalah yang mungkin bisa diselesaikan adalah tentang pengembangan
bahan dan alat-alat.
7. 4D
Pada kata pengantar (foreword) oleh Maynard C. Reynolds (ketika itu dia
sebagai Director Leadership Training Institute/ Special Education University of
Minossa), bahwa model 4D tersebut dapat dijadikan sumber ide dan prosedur
pengembangan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan
penyebarannya (dissemination) pada bidang lainnya. Model 4D secara umum
dapat dipandang sebagai model untuk pengembangan instruksional (a model for
instructional development). Selanjutnya desain ini setelah melalui proses revisi
dan pengembangan dalam pelatihan-pelatihan yang dilakukan disebut model 4D
yang meliputi empat tahap: define, design, develop, dan disseminate. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Define (Pendefinisian) Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan
dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap
ini sering dinamakan analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu
membutuhkan analisis yang berbeda-beda. Secara umum, dalam
pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan,
syarat-syarat pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna serta model penelitian dan pengembangan (model R & D) yang
cocok digunakan untuk mengembangkan produk. Thiagarajan,
menganalisis lima kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu:
1) Front-end analysis (analisis awal dan akhir) Pada tahap ini, guru
melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran. Analisis awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan
dasar dalam pengembangan. Pada tahap ini dimunculkan fakta-fakta dan
20. 17
alternatif penyelesaian sehingga memudahkan untuk menentukan
langkah awal dalam pengembangan.
2) Learner analysis (analisis siswa) Analisis peserta didik sangat penting
dilakukan pada awal perencanaan. Analisis peserta didik dilakukan
dengna cara mengamati karakteristik peserta didik. Analisis ini
dilakukan dengan mempertimbangkan ciri, kemampuan, dan
pengalaman peserta didik, baik sebagai kelompok maupun individu.
Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik, misalnya:
kemampuan, motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb.
3) Task analysis (analisis tugas) Pada tahap ini guru menganalisis tugas-
tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar peserta didik dapat
mencapai kompetensi minimal. Analisis tugas terdiri dari analisis
terhadap Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) terkait
materi yang akan dikembangkan.
4) Concept analysis (analisis konsep/materi) Analisis konsep bertujuan
untuk menentukan isi materi yang akan diajarkan, menyusun langkah-
langkah yang akan dilakukan secara rasional. Analisis konsep dibuat
dalam peta konsep pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai
sarana pencapaian kompetensi tertentu, dengan cara mengidentifikasi
dan menyusun secara sistematis bagianbagian utama materi
pembelajaran
5) Specifying instructional objective (tujuan instruksional khusus) Analisis
tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan indikator pencapaian
pembelajaran yang didasarkan atas analisis materi dan analisis
kurikulum. Dengan menuliskan tujuan pembelajaran, peneliti dapat
mengetahui kajian apa saja yang akan ditampilkan, menentukan kisi-kisi
soal, dan akhirnya menentukan seberapa besar tujuan pembelajaran yang
tercapai. Menulis tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang
diharapkan setelah belajar dengan kata kerja operasional
b. Design (Perancangan) Setelah mendapatkan permasalahan dari tahap
pendefinisian, selanjutnya dilakukan tahap perancangan. Tahap
perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. 11
11
Albert Maydiantoro, ‘Model Penelitian Pengembangan’, Chemistry Education Review (CER), 3.2 (2020), 185.
21. 18
Thiagarajan (1974) membagi perancangan menjadi empat langkah yang
harus dilakukan pada tahap ini, yaitu:
1) Constructing Criterion-Referenced Test (penyusunan tes acuan patokan)
Penyusunan tes acuan patokan merupakan langkah yang
menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap
perancangan (design). Tes acuan patokan disusun berdasarkan
spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa, kemudian
selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang dikembangkan
disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif.
2) Media Selection (pemilihan media) Pemilihan media dilakukan untuk
mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik
materi. Lebih dari itu, media dipilih untuk menyesuaikan dengan
analisis konsep dan analisis tugas, karakteristik target pengguna, serta
rencana penyebaran dengan atribut yang bervariasi dari media yang
berbeda-beda. Hal ini berguna untuk membantu siswa dalam pencapaian
kompetensi dasar.
3) Format Selection (pemilihan format) Pemilihan format dalam
pengembangan perangkat pembelajaran ini dimaksudkan untuk
mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi,
pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang
dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan
membantu dalam pembelajaran.
4) Initial Design(rancangan awal) Rancangan awal yang dimaksud adalah
rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan
sebelum ujicoba dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas
pembelajaran yang terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan
praktek kemampuan pembelajaran yang berbeda melalui praktek
mengajar. Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk
awal (prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan
bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar
sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam
konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan
kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat
pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan
22. 19
penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup
kecil. Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap
berikutnya, maka rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut
perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh teman
sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang
sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada
kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan
saran validator.
c. Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan terbagi atas dua kegiatan yaitu: expert appraisal
(penilaian ahli) dan developmental testing (uji pengembangan). Expert
appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan
rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam
bidangnya. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan
produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari
data respon, reaksi atau komentar dari sasaran penggunakan produk. Hasil
uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki
kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.
Pada kegiatan pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap
pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul
atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi
rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar
tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul
atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna.
Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam
meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-soal
latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar yang
dikembangkan.
d. Disseminate (Penyebarluasan)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah
dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini terbagi atas 4 fase yaitu:
validation testing (pengujian validitas), packaging (pengemasan), diffusion
and adoption (difusi dan adopsi ). Pada tahap validation testing, produk
yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian
23. 20
diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat
implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini
dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan.
Setelah produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil
pencapaian tujuan. Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan
solusinya sehingga tidak terulang kesalahan yang sama setelah produk
disebarluaskan. Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan adalah
melakukan packaging (pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini
dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan
model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan
penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut
disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami orang lain dan
digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. Pada konteks pengembangan
bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar
melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta
didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan
balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. 12
Apabila respon
sasaran pengguna bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan
dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan oleh
sasaran yang lebih luas.
Kelebihan dari model 4D
1) Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran,
2) Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis,
3) Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum
dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan
revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli.
Kekurangan dari model 4D, Namun demikian pada model 4D ini juga
terdapat kekurangan, salah satunya adalah tidak ada kejelasan mana yang
harus didahulukan antara analisis konsep dan analisis tugas
12
Endang Mulyatiningsih, ‘PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN’, Islamic Education Journal, 2015,
35,110,114,120,121.
24. 21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi
yang pembelajaran yang disusun secara sistematis yang harus ada audients. Dapat
disimpulkan bahwa model pengembangan bahan ajar merupakan kerangka konseptual
yang menjadi acuan dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan bahan atau
materi yang dibutuhkan pendidik yang disusun secara sistematis.
Proses pengembangan bahan ajar selain dapat mengikuti langkah-langkah
umum pengembangan bahan, juga dapat mengikuti model-model pengembangan bahan
ajar. Bila mengikuti model pengembangan bahan ajar, beberapa langkah umum
pengembangan bahan ajar dapat masuk ke salah satu dari komponen-komponen model.
Model pengembangan bahan ajar memiliki langkah yang lebih detail daripada langkah
umum pengembangan bahan ajar. Adapun model pengembangan yaitu model ADDIE
(Analyze, Design, Development, Implementation, evaluation), model Degeng, model
Bregman and Moore, model ASSSURE, model Gagne and Briggs, model Dick and
Carey, model Hannafin dan Peck, model 4D
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat yang berjudul “Model-Model Pengembangan
Bahan Ajar”. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
makalah ini supaya lebih baik lagi. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
25. 22
DAFTAR PUSTAKA
Andrika, Khu, ‘MODEL-MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR’, 2013
Aydin, Abdullah, and Cahit Aytekin, ‘Teaching Materials Development and Meeting the
Needs of the Subject: A Sample Application’, International Education Studies, 11.8
(2018), 27 <https://doi.org/10.5539/ies.v11n8p27>
Cahyadi, Rahmat Arofah Hari, ‘Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Addie Model’, Halaqa:
Islamic Education Journal, 3.1 (2019), 35–42
<https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i1.2124>
Irfan Fauzi, Faisal, Muhammad Zulham Munthe, ‘Model Pembelajaran Dick And Carey’,
Universitas Muhammadiyah Surabaya, 2020, 1–9 <https://saa.fai.um-
surabaya.ac.id/model-pembelajaran-dick-and-carey/>
Juniarsi, Nanda, Uin Alauddin Makassar, Uin Alaluddin Makassar, 2019
<http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1178/1/rezki.pdf?cv=1>
Mahmudin, Afif Syaiful, ‘Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Oleh Guru Tingkat Sekolah Dasar’, SITTAH: Journal of Primary Education, 2.2
(2021), 95–106 <https://doi.org/10.30762/sittah.v2i2.3396>
Maydiantoro, Albert, ‘Model Penelitian Pengembangan’, Chemistry Education Review
(CER), 3.2 (2020), 185
Mulyatiningsih, Endang, ‘PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ’, Islamic
Education Journal, 2015, 35,110,114,120,121
Simamora, Alexander, ‘PENGEMBANGAN BAHAN AJAR’, UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA, 2021
Syahril, ‘Pengembangan Desain Model Assure Pada Pembelajaran SD/MI’, Jurnal Tarbiyah
Al-Awlad, 8.1 (2018), 65–75
<https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alawlad/article/view/1592>
Tegeh, I Made, and I Made Kirna, ‘Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan
Dengan ADDIE Model’, Jurnal IKA, 11.1 (2013), 16
<https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IKA/article/view/1145>