2. Definisi Sindrom Ovarium Polikistik
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah
kumpulan gejala yang menyerang indung telur
(ovarium) dan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Penderita PCOS memiliki tiga hal di dalam
tubuhnya, yaitu
- Banyak kista pada ovarium
- Kadar hormon laki-laki lebih tinggi
- Siklus menstruasi yang tidak reguler atau
bolong-bolong
3. Banyak kista yang timbul pada ovarium sebenarnya
adalah folikel yang mengandung sel telur yang
belum matang. Sel-sel telur tersebut tidak pernah
menjadi matang sehingga tidak merangsang
ovulasi. Penderita sindrom ovarium polikistik
mengalami ketidakseimbangan hormon karena
memiliki kadar hormon pria lebih tinggi dari
normalnya. Hal ini menyebabkan wanita tidak
mengalami menstruasi dan sulit untuk hamil atau
bahkan infertilitas.
4. Faktor Penyebab Sindrom Ovarium Polikistik
Sebenarnya, penyebab pasti kondisi ini belum diketahui. Namun, terdapat teori
beberapa faktor yang mungkin menyebabkan PCOS, yakni:
• Genetik
Penyakit sindrom ovarium polikistik terjadi di dalam keluarga. Banyak gen
yang memengaruhi kondisi ini.
• Resistensi Insulin
Hampir 70 persen penderita PCOS mengalami resistensi insulin. Hal ini
membuat tubuh memproduksi lebih banyak insulin. Akibatnya, ovarium juga
memproduksi hormon laki-laki lebih banyak. Orang yang obesitas biasanya juga
mengalami resistensi insulin.
• Peradangan
Penderita PCOS biasanya memiliki kadar peradangan yang tinggi. Peradangan
juga membuat produksi hormon laki-laki meningkat. Kondisi ini mencegah
ovarium untuk membuat hormon dan memproduksi sel telur secara normal.
5.
6. Faktor Resiko Sindrom Ovarium Polikistik
• Kelebihan Insulin. Insulin adalah hormon yang
diproduksi di pankreas yang memungkinkan sel
untuk menggunakan gula yang merupakan
pasokan energi utama tubuh. Bila sel-sel menjadi
resistensi terhadap aksi insulin, maka kadar gula
darah dapat naik dan tubuh mungkin
menghasilkan lebih banyak insulin. Kelebihan
insulin ini dapat meningkatkan produksi androgen
yang menyebabkan kesulitan ovulasi.
7. • Memiliki Androgen Berlebih. Wanita dengan PCOS
juga biasanya memiliki indung telur yang menghasilkan
androgen dalam kadar tinggi yang tidak normal.
Androgen adalah hormon yang mengendalikan
perkembangan fitur-fitur maskulin, seperti pola
kebotakan pada laki-laki. Hormon androgen yang
diproduksi lebih banyak dari kadar normal dapat
menyebabkan hirsutisme (pertumbuhan rambut tidak
normal) dan jerawat pada wanita. Selain itu, wanita
juga tidak dapat melepaskan ovum dari ovarium setiap
menstruasi.
8. • Faktor Genetik. Penelitian menunjukkan bahwa gen
tertentu mungkin terkait dengan terjadinya PCOS.
Faktor genetik ini dikaitkan dengan tingginya kadar
pada wanita pengidap PCOS.
• Mengalami Peradangan Tingkat Rendah. Penelitian
telah menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS
memiliki jenis peradangan tingkat rendah yang
merangsang ovarium polikistik untuk menghasilkan
androgen yang dapat menyebabkan masalah jantung
dan pembuluh darah.
9. Pengobatan Farmakologi Dan Non Farmakologi
• Kondisi PCOS dapat ditangani dengan melakukan beberapa
terapi farmakologi (dengan obat-obatan), yang ditunjang
dengan adanya terapi non-farmakologi untuk mengontrol
beberapa faktor risiko PCOS. Hal tersebut dilakukan dengan
rutin berolahraga untuk mencegah obesitas serta
mengonsumsi makanan yang sehat. Hal ini ditujukan untuk
mencegah adanya masalah kesehatan lain, seperti diabetes dan
kesehatan jantung yang memperparah kondisi PCOS.
• Terapi farmakologi ditujukan untuk mengontrol hormon
reproduksi, kadar insulin, atau masalah sindrom metabolik
lainnya. Terapi pengobatan PCOS sering kali dilakukan untuk
memperbaiki siklus menstruasi dan fertilitas.
10. Beberapa terapi yang diberikan antara lain:
• Kombinasi hormon estrogen dan progestin dalam
sediaan pil KB, vaginal rings, atau sediaan patches
(transdermal)
• Terapi hormonal progestin tunggal
• Pemberian androgen-lowering spironolactone
yang merupakan diuretik
• Mengonsumsi metformin
• Selain pengobatan untuk PCOS, pasien juga sering
diberikan obat anti jerawat
11. Pencegahan Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
• Rutin melakukan olahraga untuk mencegah terjadinya
obesitas.
• Mengonsumsi makanan yang sehat, seperti memperbanyak
konsumsi buah dan sayur.
• Tidak merokok. Wanita yang merokok memiliki level
hormon androgen lebih tinggi dibandingkan dengan yang
tidak merokok. Hal tersebut merupakan pemicu kondisi
PCOS.
• Obesitas. Wanita perlu menurunkan berat badan untuk
membantu penyeimbangan hormon dan regulasi siklus
menstruasi
12. Kesimpulan
• PCOS harus dipertimbangkan pada gadis remaja dengan keluhan utama
hirsutisme, pola menstruasi yang tidak teratur, obesitas, acanthosis nigricans,
jerawat yang tidak sembuh dengan pengobatan dan kerontokan rambut
kepala. PCOS terutama ditandai oleh disfungsi ovulasi dan hiperandrogenisme.
Diagnosis PCOS memiliki dampak seumur hidup dengan peningkatan risiko
infertilitas, sindroma metabolic, diabetes melitus tipe 2 dan implikasi
kesehatan lainnya termasuk kemungkinan penyakit kardiovaskuler dan
karsinoma endometrium.
• Pengobatan untuk PCOS pada usia remaja terutama bersifat simptomatik dan
diarahkan pada gejala klinis yang utama, seperti perdarahan uterus abnormal
(ketidakteraturan menstruasi atau perdarahan berlebihan), hiperandrogenisme
kulit terutama hirsutisme dan jerawat persisten, obesitas dan resistensi insulin.
Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu usaha atau cara yang relative
sederhana dan mudah untuk dilakukan oleh pasien remaja dengan PCOS,
sehingga dapat membantu mengurangi gejala penyakit terkait PCOS.