1. PROFIL DESTINASI WISATA DANAU TOBA
Danau Toba adalah danau kaldera terbesar di dunia yang terletak di
Provinsi Sumatera Utara, berjarak 176 km ke arah Barat Kota Medan sebagai ibu kota
provinsi. Danau Toba (2,88o N–98,5o 2E dan 2,35o N–99,1o E) adalah danau terluas di
Indonesia (90 x 30 km2) dan juga merupakan sebuah kaldera volkano-tektonik (kawah
gunungapi raksasa) Kuarter terbesar di dunia.
Sebagaidanau volcano tektonik terbesar di dunia, Danau Toba mempunyai
ukuran panjang 87 km berarah BaratlautTenggara dengan lebar 27 km dengan
ketinggian 904 meter dpl dan kedalaman danau yang terdalam 505 meter. Kawasan
Danau Toba merupakan bagian dari WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan
Tebing Tinggi Dumai Pekanbar yang memiliki luas 369.854 Ha .
Secara administratif Kawasa Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara
dan secara geografis terletak di antara koordinat 2°10’3°00’ Lintang Utara dan 98°24’
Bujur Timur. Kawasan ini mencakup bagian dari wilayah administrasi dari 8 (delapan)
kabupaten yaitu Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Dairi,
Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hansudutan, Kabupaten Tapanuli Utara dan
Kabupaten Simalungundan Kabupaten Pak Pak Barat. Secara fisik, Kawasan Danau
Toba merupakan kawasan yang berada di sekitar Danau Toba dengan deliniasi batas kawasan
didasarkan atas deliniasi Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) dan CAT.
Kondisi Fisik dan Sumber Daya Alam
Topografi. Kondisi topografi Kawasan Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan
pegunungan,dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan (0–8 %),
landai (8–15 %), agak curam (15–25%), curam (25–45 %), sangat curam sampai dengan
terjal (> 45 %).
Iklim. Menurut klasifikasi iklim Oldeman maka Kawasan Danau Toba termasuk ke dalam
tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan E2. Dengan demikian bulan basah (Curah Hujan ≥ 200
mm/bulan) berturut-turutpada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7-9
bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan ≤ 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3
bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmidt dan Ferguson maka Kawasan Danau
Toba ini termasuk ke dalam tipe iklim A,B dan C.
Hidrologi. Air yang masuk ke dalam Danau Toba berasal dari air hujan yang langsung
jatuh ke Danau Toba dan air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke dalam danau. Di
sekelilingdanau terdapat 19 Sub DTA yang merupakan daerah tangkapan air 19 sungai yang
masuk ke dalam danau. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Sigubang, Bah Bolon,
Sungai Guloan, Sungai Arun, Sungai Tomok, Sungai Pulau Kecil/Sibandang, Sungai Halian,
Sungai Simare, Sungai Aek Bolon, Sungai Mandosi, Sungai Gongpan, Sungai Bah
Tongguran, Sungai Mongu, Sungai Kijang,Sungai Sinabung, Sungai Ringo, Sungai
Prembakan, Sungai Sipultakhuda, dan Sungai Silang.
2. Kependudukan dan Sosial Budidaya
Jumlah penduduk di Kawasan Danau Toba Tahun 2013 lebih kurang 951.711 Jiwa
yang tersebar di 8Kabupaten dan 61 Kecamatan. Jumlah penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Sidikalang,Kabupaten Dairi dengan jumlah 47.272 Jiwa dan terendah berada di
Kecamatan Muara, KabupatenTapanuli Utara dengan jumlah 1.355 Jiwa.Kepadatan rata-rata
penduduk di Kawasan Danau Toba Tahun 2013 adalah 110 jiwa/km2. Kepadatan tertinggi
berada di Kecamatan Kecamatan Sidikalang,Kabupaten Dairi yaitu 669jiwa/km2, sedangkan
kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Muara, KabupatenTapanuli Utara yaitu
17 jiwa/km2.
Infrastruktur Eksisting
Panjang jalan nasional di Kawasan Danau Toba adalah 542,98 Km, panjang jalan
provinsi 172,74 Km, panjang jalan kabupaten 4.170,59 Km dan panjang jalan lingkar dalam
Kawasan Danau Toba 277,08 Km.Jaringan jalan yang ada di Kawasan Danau Toba sebagian
besar cukup bagus, terutama jalan yang menghubungkan antar ibu kota kabupaten, namun
ruas jalan kolektor lokal di sepanjang pesisir pulau Samosir beberapa ruas jalannya buruk
yang menghubungkan antara kecamatan, namun di beberapa ruas jalan yang menghubungkan
antara kecamatan cukup baik.
3. POTENSI GEOPARK KALDERA TOBA
1. Potensi Keragaman Hayati
Danau Toba adalah potensi keanekaragaman hayati daratan yang dimilikinya.
Berbagai jenis tumbuhan terdapat di sekitar Danau Toba dan hanya bisa ditemukan di
sana. Sesuai dengan keragaman komponen hayati dan budaya yang terdapat di deliniasi
kawasan, situs-situs non geologi di kawasan Geopark yang diusulkan terkelompok
menjadi situs hayati dan situs budaya. situs keanekaragaman hayati yang terdapat di
Geopark Kaldera Toba antara lain :
1. Kebun Raya Samosir
Kebun Raya Samosir merupakan kebun raya daerah yang memiliki tujuan untuk
mengkonservasi tumbuhan dataran tinggi sumatera khususnya Tapanuli. Kebun Raya
Samosir ini berada di Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Letak
geografis Kebun Raya Samosir ini berada pada koordinat 20
37'54" Lintang Utara dan
980
52'07" Bujur Timur. Kebun Raya Samosir ini berada di ketinggian kurang lebih
1.000 meter di atas permukaan laut. Pada tahun 2008 dijumpai 75 jenis tumbuhan, dan
dari 75 jenis tersebut, 4 jenis diantaranya merupakan jenis anggrek, 5 jenis tumbuhan
paku dan 2 jenis tumbuhan liar. Kebun Raya Samosir sendiri beberapa kali telah
menemukan spesies spesies tanaman menarik seperti
Cimbidiumhartinahianum (Anggrek Tien Suharto) yang dapat dijumpai di habitat
alaminya di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir. Anggrek ini termasuk
anggrek endemic yang langka karena hanya dapat dijumpai pada dataran tinggi di
sumatera bagian utara di beberap titik saja.
2. Rafflesiameijerii
Rafflesiameijerii atau biasa disebut bunga raflesia ini merupakan salah satu jenis
raflesia yang ukurannya kecil. Rafflesiameijerii ditemukan pertaman kali di sicike-cike
tahun 2005 dan berhasil diidentifikasi keberadaannya di Kabupaten Samosir pada
tahun 2010. Accanthepepium scriptum, termasuk Orchidaceae (anggrek-anggrekan) ini
merupakan temuan terakhir yang menjadi catatan baru / new record untuk pulau
sumatera, karena anggrek jenis ini sebelumnya belum pernah ditemukan di Pulau
Sumatera dan di Kabupaten Samosir. Keberadaan anggrek ini sudah berhasil
ditemukan di Kecamatan Ronggu Nihuta. Anggrek ini merupakan endemik sumatera
yang sudah semakin sulit ditemukan, dalam 3 (tiga) tahun kegiatan eksplorasi baru
satu kali ditemukan di tebing pinggiran danau toba.
3. Botanical Garden Taman Eden
Sumatera Utara kini telah memiliki sebuah taman konservasi anggrek yang pertama
yaitu berada di lokasi Taman Eden 100. Taman konservasi (penangkaran) anggrek
khas Toba pertama ini diresmikan pada Sabtu, 14 Pebruari 2009. Tamana anggrek
(Toba Orchid Park) seluas 1.000 meter persegi itu pada tahap pertama sudah
mengumpulkan dan memamerkan 100 jenis anggrek hutan dari perbukitan Taman
Eden 100 Kecamatan Lumban Julu. Koleksi itu diturunkan dari perbukitan dengan
ketinggian antara 1.000 dan 2.000 meter di atas permukaan laut. Pada area Taman
4. Eden 100 juga terdapat gua kelelawar yang dihuni oleh ribuan kelelawar. Taman Eden
100 memiliki flora yang sangat indah seperti jenis-jenis pohon, anggrek, nepenthes
(kantong semar), dan banyak lagi tumbuhan asli, bahkan jenis anggrek yang masih
langka di dunia ada di sini. Taman Eden 100 memiliki fauna yang sangat beragam
jenis seperti burung, dan binatang-binatang lainnya, dan harimau sumatera juga ada di
lokasi ini.
4. Monkey Forest Sibaganding
Lokasinya di desa Batu Lubang Sibaganding lintas Siantar - Parapat dekat tugu
Marsuse, 40 kilometer dari Pematang Siantar. Luas area ini lebih kurang 50 hektare
(hutan lindung Sibaganding). Habitat asli monyet-monyet ini berada di hutan lindung
Sibatuloting, yang hingga kini masih terjaga. Pada tahun 1986, hewan mamalia ini
masih terdapat tiga kelompok: kera, beruk dan siamang. Seiring dengan menyempitnya
lahan hutan, sekarang tinggal kera dan beruk saja. Hutan lindung Sibaganding hanya
dihuni oleh monyet dan sesuai informasi dari pengelola dan pawang monyet (kera) ada
13 kelompok, yang satu kelompok berjumlah kurang lebih 100 ekor dan setiap
kelompok terdiri dari 5 ekor babon (induk) atau sebagai pemimpin kelompok. Pawang
akan memanggila monyet dengan alat tiup seperti terompet terbuat dari tanduk kerbau.
Jenis keragaman hayati lainnya yang ada di Kaldera Toba ini adalah Ikan Batak. Ikan
Batak ini memiliki nama Neolissochilus thienemanni, tetapi sayang populasinya saat
ini sangat jarang sekali ditemukan dan cukup langka. Jenis ikan ini biasanya hidup di
sungai dengan arus deras, dangkal dengan air yang jernih. Selain itu yang tak kalah
penting dan menjadi salah satu ciri khas hayati di Kaldera Toba adalah tanaman
andaliman. Tanaman ini merupakan jenis rempah yang biasa digunakan masyarakat
Batak mengolah makanan terutama dalam membuat arsik ikan mas maupun bumbu
ayam panggang. Andaliman sangat pedas dan cukup membuat lidah bergetar.
Andaliman ini juga dikenal dengan sebutan merica batak. Tentunya masih banyak
keragaman hayati yang terdapat di Kaldera Toba ini sebagai sumber daya yang
tersedia untuk dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan masyarakat yang berada
di Kaldera Toba dengan tetap memperhatikan dan menjaga kelestariannya.
2. Potensi Keragaman Budaya
Geopark Kaldera Toba yang merupakan hasil dari peritiwa letusan Gunung Toba
pada akhirnya turut membentuk suatu budaya yang tertatan secara alamiah dan turun
temurun. Budaya yang dihasilkan merupakan budaya yang dihasilkan oleh manusia
modern dimasa lalu dan budaya masa lalu yang ditatan oleh manusia sebelumnya sebagai
manusia prasejarah.
1. Geoarea Balige.
A. (Parmalim)
Menurut pemaparan (Horsting, 1914; Tichelman, 1937; Helbing, 1935) bahwa
parmalim merupakan suatu budaya dan agama yang dibawa oleh datu yang bernama
Guru Somaliang yang bermarga Pardede.Guru Somaliang Pardede ini mempunyai
hubungan yang erat dengan Sisingamangaraja XII.
5. Mereka para penganut kepercayaan Parmalim ini meyakini bahwa 'debata mula jadi
nabolon' adalah Tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya
yang harus selalu disembah. Bagi umat parmalim terdapat dua ritual besar yang
diperingati setiap tahunnya. Parningotan Hatutubu ni Tuhan atau Sipaha Sada
merupakan peringatan yang diselenggarakan di awal tahun baru dalam perhitungan
kalender batak yang biasanya jatuh pada awal maret. Peringatan lainya adalah
Pemeleon Bolon atau disebut juga dengan Sipaha Lima. Peringatan Sipaha Lima
biasanya diadakan pada bulan Juni atau Juli yang dalam perhitungan kalender batak
merupakan bulan kelima. Tujuannya adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil
panen yang telah mereka dapatkan sekaligus juga sebagai kesempatan bersedekah yang
hasilnya digunakan untuk warga yang memang benar-benar membutuhkan.
Dalam pelaksanaan ritual kepercayaan parmalim ini, mereka menggunakan rumah
ibadah yang dinamakan Bale Parsaktian yang terdapat sebanyak 4 (empat) buah di
Kabupaten Samosir: dua terdapat di Kecamatan, satu di Kecamatan Palipi dan satu
berada di Kecamatan Tomok. Uniknya dalam ritual parmalim ini duduk antara
perempuan dan laki-laki dipisahkan, tidak bercampur. Para penganut parmalim ini tidak
memakan daging babi, daging anjing maupun darah.
B. (Legenda Batu Basiha)
Legenda ini merupakan cerita rakyat yang hidup di desa Aek Bolon Kecamatan Balige.
Konon ceritanya Batu Basiha adalah seperangkat kayu bahan bangunan yang akan
digunakan untuk mendirikan satu rumah ada batak. Namun tiba-tiba kayu tersebut
disambar oleh petir sehingga berubah menjadi batu.
C. (Tortor Sipitu Cawan)
Tortor sipitu cawan merupakan salah satu tortor batak / batak dance yang telah
terkenal diseantero nusantara. Bahkan tarian ini sudah terdengar dan terkenal secara
mendunia. Tortor ini memperlihatkan ragam makna yang dilukiskan dalam keindahan
gerak tariannya. Berdasarkan legenda yang ada dan berkembang di masyarakat batak,
tortor sipitu cawan ini konon bermula dari adanya mimpi raja batak yang merupakan
keturunan Guru Tatea Bulan yang berdiam di Pusuk Buhit. Dalam mimpinya dia
melihat bahwa pusuk buhit sebagai tempat keturunan raja batak pertama akan runtuh.
Kemudian sang raja menceritakan mimpinya kepada para pengawal setianya dan ahli
nujum kerajaan. Menurut sang ahli nujum harus diadakan pembersihan desa dari
pengaruh buruk. Maka selanjutnya sang raja memerintahkan diadakan pembersihan
desa secara ritual melalui tortor yang dilaksanakan oleh tujuh gadis yang masing-
masing penari membawakan 7 (tujuh) cawan berisi air jeruk purut. Secara eksotis,
tarian/tortor sipitu cawan ini memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi, sehingga
tortor ini hanya digelar pada upacara-upacara tertentu saja seperti pada saat
pengukuhan seorang raja.
2. Geoarea Parapat.
A. (Batu Gantung)
Batu gantung yang terletak di Parapat Danau Toba ini merupakan salah satu objek
wisata yang selalu ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Parapat. Batu
gantung ini terletak salah satu dinding sekitar Danau Toba yang cukup curam dan
terjang. Namun batu gantung ini dapat dilihat dan dinikmati dengan menyisiri
pinggiran Danau Toba menggunakan boat yang tersedia. Tentu saja dengan membayar
6. biaya perjalanan yang cukup terjangkau.
Menurut cerita rakyat yang berkembang di sana, alkisah batu gantung ini merupakan
jelmaan seorang wanita batak toba yang sedang dirundung kegalauan antara menuruti
kata hatinya atau menuruti kehendak kedua orang tua sebagai baktinya. Konon sang
wanita ini yang telah memiliki seorang kekasih hati, tiba-tiba dijodohkan kedua
orangtuanya kepada seorang lelaki yang masih sepupunya. Di tengah kebimbangannya
ini lantas sang wanita tersebut pergi ke pinggiran danau toba berusaha untuk
mengakhiri hidupnya sendiri. Sebelum hal itu terjadi, secara tiba-tiba dan disadari,
sang wanita ini justru terperosok ke dalam sebuah lubang batu yang sangat gelap
sekali. Kemudian sang wanita tersebut berteriak sembari mengucapkan
'parapat...parapat batu...parapat'. Tiba-tiba batu tersebut bergerak dan merapat.
Akhirnya bagian bawah batu itu berpatahan dan berjatuhan ke dalam Danau Toba,
sementara batu yang dipercaya masyarakat toba merupakan jelmaan sang wanita
menggantung sehingga terkenal dengan sebutan batu gantung.
3. Geoarea Tongging
Kehidupan masyarakat karo memiliki tatanan yang padu serasi sejak dahulu yang
dikenal dengan sebutan 'Merga Silima'. Namun di daerah Tongging, berkumpul dan
hidup bersama masyarakat dengan suku budaya yang terbilang heterogen yang terdiri
dari suku karo, simalungun, batak toba dan pakpak / dairi. Meskipun tatanan
masyarakat di daerah Tongging ini didiami beberapa suku sebagaimana telah
dijalesakan tadi, kehidupan bermasyarakat di daerah Tongging terbilang cukup indah
dan harmonis. Mereka memaduselaraskan masing-masing budaya menjadi satu
kesatuan yang saling melengkapi dengan menghargai masing-masing perbedaan yang
ada. Sehingga tidaklah mengherankan jika dalam acara budaya pesta menggunakan
tortor sementara dalam budaya perkawinan mereka menggunakan budaya adat karo.
Keindahan panorama yang disajikan di Geoarea Tongging ini seakan melengkapi
keharmonisan kehidupan masyarakatnya dan menambah kesejukan sejauh pandangan
mata memandang. Ditambah lagi dengan keindahan air terjun sipisopiso yang sudah
cukup terkenal, seakan turut memberikan kesejukan dengan pancaran airnya yang
jernih.
4. Geoarea Haranggaol
Pesta Rondang Bintang atau pesta panen merupakan suatu budaya yang berlaku di
suku simalungun yang berada di daera Haranggaol. Budaya ini merupakan bentuk
manifestasi perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
limpahan panen yang didapatkan.
5. Geoarea Silalahi
A. (Batu Sigadap)
Di kawasan geoarea Silalahi ini terdapat batu pengadilan atau yang biasa disebut
dengan batu sigadap. Batu ini terdiri dari dua buah batu, dimana salah satu batunya
berada dengan posisi rebah di tanah. Batu inilah yang disebut dengan nama batu
sigadap. Sedangkan batu yang satunya berada dengan posisi berdiri / vertikal, disebut
juga dengan batu sijonjong. Batu ini berdimensi panjang 50 centimeter dengan
diameter sekitar 15 centimeter. Pada zaman dahulu kala, batu ini
merupakan mahkamah pengadilan yang digunakan oleh Raja Silahi Sabungan dalam
mengadili suatu perkara yang terjadi dimasyarakat. Ketika terjadi pertikaian dalam
kepemilikan tanah antara orang yang mengaku memiliki tanah padahal pemilik
7. sebelumnya masih ada, maka pihak yang bertikai tersebut dibawa ke batu ini dan siapa
yang benar akan terbukti. Mereka yang bertikai kemudian diminta untuk bersumpah
dan mengatakan hal yang sebenarnya. Bagi siapa yang berdusta maka kebenaran akan
muncul, sebab yang berbohong akan jatuh (gadap) dan meninggal dunia. Sedangkan
bagi yang benar dia akan tetap berdiri (jonjong) dan tidak terjadi apa-apa padanya.
Batu ini terletak di daerah Sidabariba Toruan Desa Silalahi I.
Batu ini dipercayai masyarakat sekitar sebagai batu keramat yang memiliki kekuatan
mistik. Apabila terjadi suatu perselisihan dan mereka ingin membuktikan siapa yang
benar, maka orang yang berselisih tadi dibawa ke batu sigadap ini. Seseorang yang
berani meletakkan sirih di kedua batu ini dan ingin mengetahui kebenaran atas
perselihan yang mereka perselisihkan, maka apabila dia benar akan selamat seperti
batu yang berdiri, namun apabilan dia bersalah akan gadap alias mati.
B. ( Aek Sipahula Hosa)
Aek dalam bahasa batak mengandung arti sebagai air. Air merupakan sumber utama
kehidupan makhluk yang ada di dunia ini. Tanpa adanya air maka makhluk hidup yang
ada akan sulit untuk berjuang dan bertahan hidup. Dari segi bahasa, aek sipaulak hosa
mengandung makna sebagai air pelepas dahaga.
Lokasi Aek Sipaulak Hosa ini berada di perbukitan desa Silalahi. Menurut cerita
rakyat yang berkembang (dalam bahasa batak: turi-turian), aek sipaulak hosa ini
bermula dari adanya permohonan yang disampaikan oleh raja silahisabungan kepada
debata mula jadi nabolon (Tuhan) karena sang istri raja yang bernama Pinggan Matio
boru Padangbatanghari merasakan haus serta letih yang sangat melelahkan sembari
menancapkan tongkatnya ke batu. Seketika air memancar dan langsung diminum oleh
istri sang raja. Setelah meminum air tersebut, istri sang raja berkata 'mulak do hape
hosa loja' yang artinya rasa haus dan letih telah hilang. Sejak itulah air tersebut
dinamakan sebagai aek sipaulak hosa.
6. Geoarea muara
Geoarea Sibandang ini juga terkenal buah mangganya. Biasanya sekali dalam
setahun, antara bulan november dan desember diadakan pesta mangga di Pulau
Sibandang, karena dibulan tersebut merupakan musim panen buah mangga, sejenis
mangga udang yang terkenal dengan buahnya yang ranum dan manis. Tak heran jika
Pulau Sibandangi ini disebut sebagai pulau mangga, karena rata-rata penduduk di
pulau ini memiliki kebun mangga masing-masing.
7. Geoaraea bakkara
A. (Batu Hundul-Hundulan)
Di desa Sinambela Kecamatan Bakti Raja Kabupaten Humbang Hasundutan terdapat
sebuah batu yang dikenal dengan sebutan batu hundul-hundulan yang konon menurut
riwayat dari masyarakat batak dipercaya pernah digunakan oleh Raja
Sisingamangaraja sebagai tempat duduknya sewaktu beristirahat. Menurut beberapa
tulisan ada yang menduga bahwa Raja Sisingamangaraja ini beragama Islam. Beberapa
bukti yang mendekati kebenaran ini seperti, salah satu pengawal daripada Raja
Sisingamangaraja XII adalah seorang muslim yang berasal dari Kerajaan Aceh yang
sampai akhir hayatnya tetap berada di tanah batak mendampingin Raja
Sisingamangaraja XII. Kemudian juga perawakan Raja Sisingamangaraja XII yang
memelihara jenggot sebagaimana kaum muslimin pada umumnya. Raja
Sisingamangaraja XII juga tidak memakan makanan yang diharamkan dalam Islam.
Dan apabilan kita perhatikan, bahwa perlawanan yang dilakukan pahlawan terdahulu
8. terhadap belanda dilakukan oleh umat islam secara umum, sebab ini merupakan
bentuk perlawanan terhadap kaum kafir yang ingin menjajah di tanah air kita ini.
Pangeran Antasari, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura dan lain sebagainya merupakan
pejuang Islam yang menentang penjajajahan. Untuk hal ini silahkan kita mencari kilas
baliknya dan merenungkannya.
B. (Aek Sipangolu)
Menurut cerita rakyat, aek sipangolu ini berasal dari kesaktian Raja Sisingamangaraja,
dimana Raja Sisingamangaraja selalu berkunjung ke rumah namborunya di
Panduaman Baktiraja dengan menunggangi seekor kuda yang bernama Gajah Putih.
Suatu hari saat Raja Sisingamangaraja dalam perjalanan dari rumah namborunya,
ditengah perjalanan beliau merasakan haus. Sementara sumber air tidak ada dan air
Danau Toba berada jauh. Kemudian Raja Sisingamangaraja menancapkan tongkatnya
ke batu cadas dan keluar air yang memancar dari sela-sela batu cadas tersebut. Air
tersebut langsung diminum dengan mulut Raja Sisingamangaraja sehingga air
dinamakan juga dengan aek bibir. Mata air yang berada di puncak bukit ini terus
mengalir menjadi sebuah sungai kecil yang bermuara sampai ke Danau Toba.
Aek Sipangolu ini terletak di Desa Simangulampe Kecamatan Baktiraja Kabupaten
Humbang Hasundutan. Air ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit
seperti kusta dan penyakit kulit lainnya. Karena khasiat aek bibir ini yang mampu
menyembuhkan berbagai macam penyakit maka berubahlah namanya menjadi aek
sipangolu.
8. Geoarea “Resurgent Doming” Samosir
Geoarea Samosir merupakan bagian dari Kaldera Toba yang memperlihatkan sekuen
geologi yang fenomenal terutama yang berkaitan dengan jejak-jejak terjadinya erupsi
kaldera "supervolcano", terbentuknya Kaldera Toba, terbongkarnya batuan dasar dan
proses terbentuknya Pulau Samosir dari pengangkatan dasar danau (Kaldera) Toba
(Resurgent Doming), sampai dengan proses-proses geologi yang masih berlangsung
hingga saat ini sebagai aktivitas vulkanik pasca - kaldera (ubahan hidrotermal).
Dinamika bumi kawasan ini terekam dengan baik melalui panorama bentang alam
yang sangat indah dan langka (unik), singkapan-singkapan struktur geologi, stratigrafi
dan juga variasi jenis batuan yang berkaitan dengan proses geo - vulkanologi tersebut
di atas dapat teramati dengan baik dan jelas, sehingga pantas untuk dijadikan kawasan
yang bernilai Warisan Geologi (Geoheritage). Daerah ini merupakan bagian dari jejak
pembentukan Pulau Samosir dari dasar danau yang terjadi sejak 33.000 tahun yang
lalu, mencakup kawasan seluas 1.481 km2
yang merupakan bagian dari wilayah
Kabupaten Toba Samosir.
Geoarea Samosir dapat dikelompokkan dalam sekuen-sekuen geo - vulkanologi
produk erupsi kaldera super vulcano Toba, terbentuknya Kaldera Toba
(collpasecaldera), batuan dasar gunung api Toba, terbentuknya Pulau Samosir dan
proses geologi yang menyertainya.
Keterdapatan seri endapan sedimen danau dengan ketebalan hingga puluhan meter
yang menempati hampir dua pertiga permukaan Pulau Samosir, mencirikan bahwa
daerah ini sebelumnya merupakan dasar danau yang kemudian terangkat
kepermukaan. Konsep geo-volkanologi fenomena ini dikenal sebagai manifestasi dari
9. "resurgent doming", yaitu suatu pengangkatan dasar kawah atau kaldera sebagai akibat
dari desakan magma dalam proses pencapaian kesetimbangan baru pasca erupsi.
Endapan danau yang terdapat di Pulau Samosir umumnya tersusun oleh runtuhan atau
rombakan batuan vulkanik yang berlapis baik, disertai oleh keterdapatan fragmen-
fragmen batuan dasar yang terdiri dari batuan meta - sedimen, pluton dan vulkanik
yang terbongkar akibat erupsi kaldera atau "super volcano" yang terjadi 74.000 tahun
yang lalu.
Pada bagian-bagian tertentu dari susunan endapan ini, terutama yang berasosiasi
dengan endapan abu vulkanik (tuff) yang sangat halus, dijumpai endapan yang
mengandung fosil ganggang (diatom) dan kadang-kadang ditemukan juga fosil daun
yang tersisip diantaranya, sebaran endapan mini cukup luas, sehingga dengan mudah
dikenali, atau dikenal dengan sebutan "tanah diatom". Keterdapatan fosil ganggang
dalam endapan yang cukup tebal (> 2 meter) seperti tersebut diatas, mengindikasikan
bahwa kualitas lingkungan dan juga air yang terdapat dalam Danau Toba adalah sangat
sesuai dengan pertumbuhan ganggang tersebut pada masa lalu.
Terdapat beberapa sekuen endapan danau yang dapat diikuti dengan baik, dengan
urutan sebagai berikut: endapan runtuhan (debris), breksi volkanik dan konglomerat,
ditutupi oleh pasir tufaan berlapis tipis (laminar) dan lumpur dengan tebal lebih dari 30
meter, lempung / tanah diatom, diatomit yang hampir murni
a. PanoramaDanauToba
Panorama Danau Toba yang Indah, Sebagai Jejak Peristiwa Letusan Supervolcano Toba
Sebagai Kaldera Gunung Api
10. Panorama Bentang Alam Kaldera Toba dari Panatapan Tele, Desa Turpuk, Limbong,
Kecamatan Harian, Samosir
Menara Pandang Panatapan Tele
b.Batu Lumpur Gondwana
11. Batu Lumpur Gondwana di Turpuk Limbong Kecamatan Sianjur Mula Yang Berumur 300
Juta Tahun
c. Kubah Lava Dasitik
Batu Hobon Yang Dilestarikan Berada di Kecamatan Sianjur Mula-mula, Samosir
12. Panorama di Sekitar Batu Hodon di Kecamatan Sianjur Mula-mula, Samosir
Panorama Bentang Alam Lembah Sihotang (Rura Sihotang), Samosir