SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
© 2003 Digitized by USU digital library 1
PENGARUH MALARIA SELAMA KEHAMILAN
Ir. INDRA CHAHAYA S, Msi
Bagian Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
dinegara-negara seluruh dunia, baik didaerah tropis maupun sub tropis, terutama
dinegara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit malaria disebabkan oleh parasit
protozoa dari Genus plasmodium. Empat spesies yang ditemukan pada manusia
adalah Plasmodium Vivax, P. ovale, P. malariae dan P. Falciparum. Badan kesehatan
seduania (WHO) melaporkan tiga juta anak manusia meninggal setiap tahun karena
menderita malaria. Dan tiap tahun terdapat 110 juta penderita malaria, 280 juta
orang sebagai “Carrier” dan 2/5 penduduk dunia selalu kompak dengan malaria
(1,3,31).
Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin, tidak
terkecuali wanita hamil merupakan golongan yang rentan. Malaria pada kehamilan
dapat disebabkan oleh keempat spesies plasmodium, tetapi plasmodium Falciparum
merupakan parasit yang dominan dan mempunyai dampak paling berat terhadap
morbiditas dam mortalitas ibu dan janinnya (2,4,5).
Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria
dibandingkan wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan
yang menurun selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi
densitas parasit malaria berat (10).
Laporan dari berbagai negara menunjukan insidens malaria pada wanita hamil
umumnya cukup tinggi, dari El vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113 wanita hamil;
dari berbagai tempat bervariasi antara 2-76% (6,13).
Berdasarkan hal-hal diatas terlihat bahwa malaria selama kehamilan perlu
mendapat perhatian khusus. Selanjutnya pada tinjauan pustaka ini akan dibahas
pengaruh malaria terhadap ibu dan janinnya serta kontrol terhadap malaria selama
kehamilan.
II. PENGARUH MALARIA SELAMA KEHAMILAN
A. PADA IBU
Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada
tingkat kekebalan seseotrang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas (jumlah
kehamilan). Ibu hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai kekebalan dapat
menderita malaria klinis berat sampai menyebabkan kematian (4).
Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan kematian ibu hamil jarang
dilaporkan (15). Gejala klinis malaria dan densitas para sitemia dipengaruhi paritas,
sehingga akan lebuh berat pada primigravida (kehamilan pertama) daripada
multigravida (kehamilan selanjutnya) 2.
Pada ibu hamil dengan malaria, gejala klinis yang penting diperhatikan ialah
demam, anemia, hipoglikemia, edema paru, akut dan, malaria berat lainnya.
© 2003 Digitized by USU digital library 2
1. Demam
Demam merupakan gejala akut malaria yang lebih sering dilaporkan pada ibu
hamil dengan kekebalan rendah atau tanpa kekebalan, terutama pada Primigravida.
Pada ibu hamil yang multigravida dari daerah endemisitas tinggi jarang timbul gejala
malaria termasuk demam, meskipun terdapat parasitemia yang tinggi (8,26).
2. Anemia
Menurut defenisi WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar haemoglobin
(Hb) < 11 g/ dl. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa penurunan kadar Hb
dalam darah hubungannya dengan parasitemia, terbesar terjadi pada primigravida
dan berkurang sesuai dengan penyusunan peningkatan paritas (2). Van Dongen
(1983) melaporkan bahwa di Zambia, primigravida dengan infeksi P. falciparum
merupakan kelompokyang beresiko tinggi menderita anemia dibandingkan dengan
multigravida (23). Di Nigeria Fleming (1984) melaporkan bahwa malaria sebagai
penyebab anemia ditemukan pada 40% penderita anemia primigravida (24).
Anemia pada malaria terjadi karena lisis sel darah merah yang mengandung
parasit. Hubungan antara anemia dan splenomegali dilaporkan oleh Brabin (1990)
yang melakukan penelitian pada wanita hamil di Papua Neu Geuinea, dan
menyatakan bahwa makin besar ukuran limpa makin rendah nilai Hb-nya (28). Pada
penelitian yang sama Brabin melaporkan hubungan BBLR (berat badan lahir rendah)
dan anemia berat pada primigravida. Ternyata anemia yang terjadi pada trimester I
kehamilan, sangat menentukan apakah wanita tersebut akan melahirkan bayi
dengan berat badan rendah atau tidak karena kecepatan pertumbuhan maksimal
janin terjadi sebelum minggu ke 20 usia kehamilan (28).
Laporan WHO menyatakan bahwa anemia berpengaruh terhadap morbiditas ibu
hamil, dan secara tidak langsung dapat menyebabkan kematian ibu dengan
meningkatnya angka kematian kasus yang disebabkan oleh pendarahan setelah
persalinan (Post-partum hemorrhage) 15.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia juga terdapat sebagai komplikasi malaria, sering ditemukan pada
wanita hamil daripada tidak hamil. Pada wanita hamil terjadi perubahan metabolisme
karbohidrat yang cenderung menyebebkan terjadinya Hipoglikemia, terutama pada
trimester akhir kehamilan (3,21,22). Dilaporkan juga bahwa sel darah merah yang
terinfeksi parasit malaria memerlukan glukosa 75 kali lebih banyak daripada sel
darah merah yang tidak terinfeksi, sehingga pada penderita dengan hiperparasitemia
dapat terjadi hipoglikemia. Selain daripada itu, pada wanita hamil dapat terjadi
hipoglikemia karena meningkatnya fungsi sel B pankreas, sehingga pembentukan
insulin bertambah (15).
Seorang menderita hipoglikemia bila kadar glukosa dalam darah lebih rendah
dari 2, 2 m.mol perliter. Mekanisme terjadinya hipoglikemia sangat kompleks dan
belum diketahui secara pasti. Berdasarkan faktor tersebut diatas jelaslah bahwa
wanita hamil yang terinfeksi malaria cenderung untuk menderita hipoglikemia.
Migasena (1983) melaporkan bahwa wanita hamil diantara 6 kasus menderita
hipoglikemia dan White (1983) mendapatkan 50% kasus hipoglikemia yang diteliti
ternyata wanita hamil (14,27).
Gejala hipoglikemia dapat berupa gangguan kesadaran sampai koma. Bila
sebelumnya penderita sudah dalam keadaan koma karena ‘ malaria serebral’, maka
komanya akan lebih dalam lagi. Penderita ini bila diinjeksikan glukosa atau diinfus
dengan dekstrosa maka kesadarannya akan pulih kembali, tetapi karena ada hiper-
insulinemia, keadaan hipoglikemia dapat kambuh dalam beberapa hari (7).
© 2003 Digitized by USU digital library 3
4. Edema paru akut
Biasanya kelainan ini terjadi setelah persalinan bagaimana cara terjadinya
edema paru ini masih belum jelas kemungkinan terjadi karena autotransfusi darah
post-partum yang penuh dengan sel darah merah yang terinfeksi. Gejalanya, mula-
mula frekuensi pernafasan meningkat, kemudian terjadi dispenia (sesak nafas) dan
penderita dapat meninggal dalam waktu beberapa jam (3,21,22).
5. Malaria Berat Lainnya
Menurut WHO, penderita malaria berat adalah penderita yang darah tepinya
mengandung stadium aseksual palsmodium falciparum yang disertai gejala klinik
berat dengan catatan kemungkinan penyakit lain telah disingkirkan3.
Gejala klinik dan tanda malaria berat antara lain hiperparasitemia (> 5% sdm
terinfeksi), malaria otak, anemia berat (Hb < 7,1 g/ dl), hiperpereksia (suhu > 40
oC), edema paru, gaagl ginjal, hipoglikemia, syok (3,21,22). Gejala dan tanda-tanda
malaria tersebut diatas perlu diperhatikan, karena kasus ini memerlukan
penanganan khusus baik untuk keselamatan ibu maupun untuk kelangsungan hidup
janinnya.
B. PADA JANIN
Malaria Plasenta.
Plasenta (ari-ari) merupakan organ penghubung antara ibu dan janinnya.
Fungsi plasenta antara lain :
1. memberi makanan kejanin (nutrisi)
2. mengeluarkan sisa metabolisme (ekskresi)
3. memberi O2 dan mengeluarkan CO2
4. membentuk hormon dan
5. mengeluarkan anti bodi kejanin (25).
Plasenta juga berfungsi sebagai “Barrier” (penghalang) terhadap bakteri,
parasit dan virus. Karena itu ibu terinfeksi parasit malaria, maka parasit akan
mengikuti peredaran darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal
(7,29,30).
Bila terjadi kerusakan pada plasenta, barulah parasit malaria dapat
menembus plasenta dan masuk kesirkulasi darah janin, sehingga terjadi malaria
kongenital. Beberapa penelitii menduga hal ini terjadi karena adanya kerusakan
mekanik, kerusakan patologi oleh parasit, fragilitas dan permeabilitas plasenta yang
meningkat akibat demam akut dan akibat infeksi kronis @ 5.
Kekebalan ibu berperan menghambat transmisi parasit kejanin. Oleh sebab
itu pada ibu-ibu yang tidak kebal atau dengan kekebalan rendah terjadi transmisi
malaria intra-uretrin ke janin, walaupun mekanisme transplasental dari parasit ini
masih belum diketahui 20.
Abortus, kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi
pada malaria berat dan apa yang menyebabkan terjadinya kelainan tersebut diatas
masih belum diketahui 32. Malaria maternal dapat menyebabkan kematian janin,
karena terganggunya tarnsfer makanan secara transplasental, demam yang tinggi
(hiper-pireksia) atau hipoksia karena anemial5. Kemungkinan lain adalah Tumor
Necrosis Factor (TNF) yang dikeluarkan oleh makrofag bila di aktivasi oleh antigen,
merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai Kelainan pada
malaria, antara lain demam, kematian janin, abortus32.
Umumnya infeksi pada plasenta lebih berat daripada darah tepil9. Kortmann
(1972) melaporkan bahwa plasenta dapat mengandung banyak eritrosit yang
terinfeksi (sampai 65%), meskipun pada darah tepi tidak ditemukan parasit. Jadi
tidak ada hubungan antara kepdatan parasit dalam darah tepi dan plasenta pada
plasenta yang baik perkembangan kekebalannya. Sebaliknya pada wanita yang tidak
© 2003 Digitized by USU digital library 4
kebal dari daerah non endemi, sering terdapat parasit ilmiah tinggi tanpa infeksi
parasit yang berat pada plasenta. Jefile di Kampala Uganda, melaporkan dari 750
wanita hamil yang diperiksa, 5,6% di antaranya menanggung parasit malaria dalam
darah tepinya, tetapi pada pemeriksaan plasenta infeksinya mencapai 6,1%. Hal ini
mungkin terjadi karena plasenta merupakan tempat parasit berkembang biak,
seperti pada kapiler alat dalam lainnya12.
Pada semua daerah, malaria maternal dapat dihubungkan dengan
berkurangnya berat badan lahir, terutama pada kelahiran anak pertama15. Hal ini
mungkin akibat gangguan pertumbuhan intra-uretrin, persalinan prematur atau
keduanya. Selama epidemi telah dilaporkan kelahiran prematur yang tinggi, mungkin
hal ini berhubungan dengan gejala infeksi akut. Pertumbuhan lambat intra-uretrin
pada malaria maternal berhubungan dengan malaria plasenta dan hal ini disebabkan
oleh berkurangnya transfer makanan dan oksigen dari ibu ke janin15. Tetapi hal ini
biukan suatu mekanisme yang menghambat pertumbuhan intra uretrin, karena berat
badan lahir rendah (BBLR) dilaporkan pada daerah dengan pervalensi malaria
plasenta rendah. Laporan terakhir menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara BBLR dengan malaria plasenta. Hal ini berarti bahwa patofisiologi
pertumbuhan lambat intra-uretrin pada malaria adalah multifactor. Sebagai contoh,
anemia maternal berhubungan dengan BBLR baik di daerah endemi maupun pada
daerah non-endemi.
Insidens malaria plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu yaitu lebih tinggi
daripada primipara (persalinan pertama) dan makin rendah sesuai dengan
peningkatan paritas ibu. Demikain pula berat badan lahir dipengaruhi oleh paritas
ibu, ini dapat diterangkan bahwa pada multi gravida kekeblan pada ibu telah
dibentuk dan meningkat.
III. KONTROL MALARIA SELAMA KEHAMILAN
1. Kemoprofilaksis
Strategi kontrol malaria saat ini untuk kehamilan masih merupakan
pemberian kemoprofilaksis anti malaria yang rutin yaitu klorokuin pada setiap wanita
hamil dalam daerah endemi malaria. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
kemoprofilaksis dapat mengurangi anemia pada ibu dan menambah berat badan
lahir terutama pada kelahiran pertama. Resiko malaria dan konsekwensi bahayanya
tidak meningkat selama kehamilan kedua pada wanita yang menerima
kemoprofilaksis selama kehamilan pertama14.
Pada daerah endemisitas tinggi untuh P. falciparun infeksi malaria selama
kehamilan menyebabkan rendahnya berat bayi lahir merupakan faktor resiko yang
paling besar untuk mortalitas neonatal17. Kemoprofilaksis yang diberikan selama
kehamilan dapat meningkatkan berat kelahiran rata-rata, terutama pada kehamilan
pertama dn menurunkan tingkat mortalitas bayi kira-kira 20%11.
Rata-rata bayi yang dilahirkan pada kehamilan pertama bagi ibu yang
menerima kemoprofilaksis lebih tinggi daripada berat bayi yang ibunya tidak
menerima kemoprofilaksis. Kelahiran mati dan setelah mati lahir lebih kurang pada
bayi dan ibu-ibu yang menerima kemoprofilaksis dibandingkan denghan bayi dari
ibu-ibu yang tidak mendapat kemoprofilaksis11.
2. Kemoterapi
Kemoterpi tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan klinis segera.
Kecuali pada wanita yang tidak kebal, efektifitas kemoterpi pada wanita hamil
tampak kurang rapi karena pada wanita imun infeksi dapat berlangsung tanpa
gejala. Pada wanita dengan kekebalan rendah, walaupun dilakukan diagnosis dini
© 2003 Digitized by USU digital library 5
dan pengobatan segera ternyata belum dapat mencegah perkembanagan anemia
pada ibu dan juga berkurangnya berat badan lahir bayi15.
3. Mengurangi Kontak dengan Vektor
Mengurangi kontak dengan vektor seperti insektisida, pemakaian kelabu yang
dicelup dengan insektisida mengurangi prevalensi parasitemia, khususnya densitas
tinggi, insidens klinis dan mortalitas malaria. Pada wanita hamil di Thailand
dilaporkan bahwa pemakaian kelambu efektif dalam mengurangi anemia maternal
dan parasitemia densitas tinggi, tetapi tidak efektif dalam meningkatkan berat badan
lahir rendah15.
4. Vaksinasi
Target vaksin malaria antara lain mengidentifikasi antigen protektif pada
ketiga permukaan stadium parasit malaria yang terdiri dari sporozoit, merozoit, dan
gametosit31.
Kemungkinan penggunaan vaksin yang efektif selama kehamilan baru muncul
dan perlu pertimbangan yang kompleks. Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penggunaan vaksin untuk mencegah malaria selama kehamilan, yaitu :
a. Tingkat imunitas sebelum kehamilan
b. Tahap siklus hidup parasit
c. Waktu pemberian vaksin15.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang aman dan efektif untuk
penanggulangan malaria7.
IV. KESIMPULAN
1. Malaria adalah penyakit parasit yang resikonya lebih tinggi pada ibu hamil
dibandingkan dengan mereka yang tidak hamil, terutama selama kehamilan
pertama yang dapat menyebabkan infeksi plasenta, abortus, meninggal dalam
kandungan, anemia dan berat badan lahir rendah.
2. Pengaruh utama malaria selama kehamilan adalah terutama pada ibu dan
janinnya.
- Pada ibu dengan infeksi plasmodium falciparum dapat terjadi komplikasi berat
seperti demam, anemia, hipoglikemia, malaria otak, edema paru mrupakan
yang utama mempengaruhi wanita-wanita dengan kekebalan rendah.
- Pada malaria plasenta dapat menyebabkan kematian janin, abortus,
hiperpireksia, prematuritas dan berat badan lebih rendah.
3. Kontrol malaria selama kehamilan dapat dilakukan secara kemoprofilaksis,
kemoterapi, mengurangi kontak dengan vektor dan vaksinasi.
KEPUSTAKAAN
1. WHO.Weekly Epidemiological Record. 1991.
2. Mc. Gregor I. A. Epidemiology, Malaria and Pregnancy. Am. J. Trop. Med. Hyg.
(1984). 33 (4) 517-525.
3. WHO. The Clinical Management of Acute Malaria. WHO Regional Publication,
South East Asia Series No. 9. 3rd
Asia, New Delhi.
4. Mc. Gregor I. A ; Wilson M.E and Billewicz W.Z. Malaria infection of The
Placenta in the Gambia. West-Africa its incidence and relationship to still birth,
© 2003 Digitized by USU digital library 6
birth weight and placental weight. Trans. R. soc. Trop. Med. Hyg. 1983 (77)
232-244.
5. Bray R. S and Anderson M. J. Falciparum Malaria in Pregnancy. Trans. R. Soc.
Trop. Med. Hyg. 1979 (73) 4. 427-431.
6. Brabin B. J. An Analysis of Malaria in Pregnancy in africa Bulletin WHO. 1983
61(6) : 1005-1016.
7. Tjitra E. Malaria pada kehamilan. Cermin Dunia kedokteran. 1991. (68) : 48-
52.
8. Departemen kesehatan republik indonesia. Malaria. Epidemiologi I. 1991.
Direktorat Jendral PPM & PLP.
9. Brabin B. J ; Brabin L. R ; sapau J. & Alpers W.P. A Longitudinal study of
splenomegali in pregnancy in malaria endemic area in Papua New Guinea.
1998. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. (82) 677-683.
10. Mc. Gregor J. D and Avery J. G. Malaria Transmission and Fetal Growth. 1974.
British Med. Journal (3) 433-436.
11. Greenwood A. M ; J. R. M Amstrong ; P. Byass ; R. W Snow and B. M
Greenwood. Malaria Chemoprophylaxis, birth weight and child survival. Trans.
R. soc. Trop. Med. Hyg. 1992 (86) : 483-485.
12. Sutanto. I. Malaria Pada Kehamilan. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
13. Campell C. C ; J. M Martinez and W. E Collins. Seroepidemiological Studies of
Malaria in Pregnant Women and New Borns from Coastal El Salvador. Am. J.
Trop. Med. Hyg. 1980. 29 (2) : 151-157.
14. Migasena S. Hypoglicemia in falciparum malaria. Ann. Trop. Med. Parasitol.
1983. (77) 323-324.
15. Menendez C. Malaria During Pregnancy : A Priority Area of Malaria Research
and Control. Parasitology Today. 1995. May. Vol. 11 No. 5 (119) 178-183.
16. Greenwood A. M ; C. Menendez ; P. L Alonso ; S. Jaffar ; P. Langerock ; S.
Lulat ; J. Todd ; B. M Boge ; N. Francis and B. M greenwood. Can Malaria
Chemoprophylaxis be Restricted to First pregnancies. 1994. Trans. R. Soc.
Trop. Med. Hyg. (88) : 681-682.
17. Schultz L. J ; R. W Steketee ; L. Chitsulo ; J. J Wirima. Antimalarials During
Pregnancy : A cost Effectiveness Analysis. Bulletin WHO (1995) 73 (2) : 207-
214.
18. Cardoso M. A ; M. U Ferreria ; L. M Camargo and S. C Szarfac Anemia, Iron
Deficiency and malaria in A rural Community in Brazilian Amazon. Europe J.
Clinical Nutrition (1994) May ; 48 (5) 326-332.
19. Mc. Gregor I. A. Tropical Aspects of the Epidemiology of Malaria. Israel J. Med.
Sci. 1978 (14) 523-533.
20. Tjitra E. Manifestasi Klinis dan Pengobatan Malaria. P3M. BPPK Depkes RI,
jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No. 94. 1994.
21. WHO. Division of Control of Tropical deseases. Severe and Complicated Malaria.
Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 1990 ; 84 (2) : 1-65.
22. Gilles H. M. Management of Severe and Complicated Malaria. A practical
Handbook. 1991. WHO. Geneva.
23. Van Dongen P. W. J. and Van’t hof MA. Sickle cell trait, malaria and anemia in
pregnant Zambian Women. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 1983. (77) : 402-
404.
24. Fleming A. F ; Harriso K. A : Briggs N. D. Anemia in Young Primigravidae in the
Guinea Savanna of Nigeria : Sickle cell trait gives partial protection againts
Malaria. Ann. Trop. Med. Parasitol. 1984. (78) 395-404.
25. Theresia. Beberapa aspek Malaria pada plasenta. Makalah Seminar Biomedik.
Tidak publikasi.
© 2003 Digitized by USU digital library 7
26. Gilles H. M ; Lawson J. B ; Sibelas M ; Voller A and Allan N. Malaria, Anemia
and Pregnancy. Ann. Trop. Med. Parasit. 1969. (63) : 245-263.
27. White N. J ; Warrel D. A and Chantavanich. Severe hypoglicemia and
Hyperinsulinemia in facsiparum malaria. N. Engl. J. Med. 1983 (309) : 61-66.
28. Brabin B. J ; Ginny M ; Sapau J ; galme K and Paino J. Consequences of
maternal anemia on outcome of pregnancy in malaria endemic area in Papua
New Guinea. Ann. Trop. Med. Parasitol. 1990 (84) : 11-12.
29. Thomas V. and Chan W. C. A Case of Congenital malaria in Malaysia with IgM
malaria antibodies. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 1980 (74) : 73-76.
30. Hanifa W. Plasenta dan Likuor Amnii. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 1986. Jakarta.
31. Pribadi W. dan S. Sungkar. Malaria. Balai Penerbit. Fakultas Kedoketran UI.
Jakarta.
32. Calrk I. A and G. Chaudri. Tumor Necrosis Factor in Malaria-Induced Abortion.
Am. J. Trop. Med. Hyg. 1988. 39 (3) : 246-249.
-

More Related Content

Similar to Pengaruh malaria slma kehamilan

Penyakit sistemik kehamilan3
Penyakit sistemik  kehamilan3Penyakit sistemik  kehamilan3
Penyakit sistemik kehamilan3
diajengeni
 
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Malaria presentation
Malaria presentationMalaria presentation
Malaria presentation
Zilla Liani
 
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docxKEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
cinta270883
 
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
Pophy D'PRinces
 
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibuBagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Septian Muna Barakati
 

Similar to Pengaruh malaria slma kehamilan (20)

LAPKAS EKLAMPSIA
LAPKAS EKLAMPSIALAPKAS EKLAMPSIA
LAPKAS EKLAMPSIA
 
Askeb iv patologi malaria dalam kehamilan
Askeb iv patologi malaria dalam kehamilanAskeb iv patologi malaria dalam kehamilan
Askeb iv patologi malaria dalam kehamilan
 
Penyakit sistemik kehamilan3
Penyakit sistemik  kehamilan3Penyakit sistemik  kehamilan3
Penyakit sistemik kehamilan3
 
200076167 case-doc
200076167 case-doc200076167 case-doc
200076167 case-doc
 
Referat HIV/AIDS Pada Kehamilan
Referat HIV/AIDS Pada KehamilanReferat HIV/AIDS Pada Kehamilan
Referat HIV/AIDS Pada Kehamilan
 
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
ppt Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simple...
 
PROFIL KLINIS PASIEN PREEKLAMSIA PADA RUANG ICU RSUD ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM...
PROFIL KLINIS PASIEN PREEKLAMSIA PADA RUANG ICU RSUD ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM...PROFIL KLINIS PASIEN PREEKLAMSIA PADA RUANG ICU RSUD ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM...
PROFIL KLINIS PASIEN PREEKLAMSIA PADA RUANG ICU RSUD ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM...
 
epid gizi kematian pada bumil
epid gizi kematian pada bumilepid gizi kematian pada bumil
epid gizi kematian pada bumil
 
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Malaria presentation
Malaria presentationMalaria presentation
Malaria presentation
 
Status gizi-Malaria
Status gizi-MalariaStatus gizi-Malaria
Status gizi-Malaria
 
Malaria pada ibu hamil.pptx
Malaria pada ibu hamil.pptxMalaria pada ibu hamil.pptx
Malaria pada ibu hamil.pptx
 
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docxKEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
 
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docxKEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
 
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docxKEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
KEGAWATDARURATAN_MATERNAL_DAN_NEONATAL.docx
 
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
asuhan kebidanan patologi dengan malaria 2
 
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
497629023-PENYAKIT-INFEKSI-Dlm-Kehamilan-Biu.pptx
 
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibuBagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu
 
Yellow fever
Yellow feverYellow fever
Yellow fever
 
Yellow fever
Yellow feverYellow fever
Yellow fever
 

Recently uploaded

KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
DwiDamayantiJonathan1
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
ssuserbb0b09
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
YosuaNatanael1
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
cheatingw995
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 

Recently uploaded (20)

KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
FARMAKOLOGI TBC. tugas kelompok farmasi klinis dan komunitas smk kesehatan ka...
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 

Pengaruh malaria slma kehamilan

  • 1. © 2003 Digitized by USU digital library 1 PENGARUH MALARIA SELAMA KEHAMILAN Ir. INDRA CHAHAYA S, Msi Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dinegara-negara seluruh dunia, baik didaerah tropis maupun sub tropis, terutama dinegara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit malaria disebabkan oleh parasit protozoa dari Genus plasmodium. Empat spesies yang ditemukan pada manusia adalah Plasmodium Vivax, P. ovale, P. malariae dan P. Falciparum. Badan kesehatan seduania (WHO) melaporkan tiga juta anak manusia meninggal setiap tahun karena menderita malaria. Dan tiap tahun terdapat 110 juta penderita malaria, 280 juta orang sebagai “Carrier” dan 2/5 penduduk dunia selalu kompak dengan malaria (1,3,31). Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin, tidak terkecuali wanita hamil merupakan golongan yang rentan. Malaria pada kehamilan dapat disebabkan oleh keempat spesies plasmodium, tetapi plasmodium Falciparum merupakan parasit yang dominan dan mempunyai dampak paling berat terhadap morbiditas dam mortalitas ibu dan janinnya (2,4,5). Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria dibandingkan wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang menurun selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi densitas parasit malaria berat (10). Laporan dari berbagai negara menunjukan insidens malaria pada wanita hamil umumnya cukup tinggi, dari El vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113 wanita hamil; dari berbagai tempat bervariasi antara 2-76% (6,13). Berdasarkan hal-hal diatas terlihat bahwa malaria selama kehamilan perlu mendapat perhatian khusus. Selanjutnya pada tinjauan pustaka ini akan dibahas pengaruh malaria terhadap ibu dan janinnya serta kontrol terhadap malaria selama kehamilan. II. PENGARUH MALARIA SELAMA KEHAMILAN A. PADA IBU Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada tingkat kekebalan seseotrang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas (jumlah kehamilan). Ibu hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai kekebalan dapat menderita malaria klinis berat sampai menyebabkan kematian (4). Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan kematian ibu hamil jarang dilaporkan (15). Gejala klinis malaria dan densitas para sitemia dipengaruhi paritas, sehingga akan lebuh berat pada primigravida (kehamilan pertama) daripada multigravida (kehamilan selanjutnya) 2. Pada ibu hamil dengan malaria, gejala klinis yang penting diperhatikan ialah demam, anemia, hipoglikemia, edema paru, akut dan, malaria berat lainnya.
  • 2. © 2003 Digitized by USU digital library 2 1. Demam Demam merupakan gejala akut malaria yang lebih sering dilaporkan pada ibu hamil dengan kekebalan rendah atau tanpa kekebalan, terutama pada Primigravida. Pada ibu hamil yang multigravida dari daerah endemisitas tinggi jarang timbul gejala malaria termasuk demam, meskipun terdapat parasitemia yang tinggi (8,26). 2. Anemia Menurut defenisi WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar haemoglobin (Hb) < 11 g/ dl. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa penurunan kadar Hb dalam darah hubungannya dengan parasitemia, terbesar terjadi pada primigravida dan berkurang sesuai dengan penyusunan peningkatan paritas (2). Van Dongen (1983) melaporkan bahwa di Zambia, primigravida dengan infeksi P. falciparum merupakan kelompokyang beresiko tinggi menderita anemia dibandingkan dengan multigravida (23). Di Nigeria Fleming (1984) melaporkan bahwa malaria sebagai penyebab anemia ditemukan pada 40% penderita anemia primigravida (24). Anemia pada malaria terjadi karena lisis sel darah merah yang mengandung parasit. Hubungan antara anemia dan splenomegali dilaporkan oleh Brabin (1990) yang melakukan penelitian pada wanita hamil di Papua Neu Geuinea, dan menyatakan bahwa makin besar ukuran limpa makin rendah nilai Hb-nya (28). Pada penelitian yang sama Brabin melaporkan hubungan BBLR (berat badan lahir rendah) dan anemia berat pada primigravida. Ternyata anemia yang terjadi pada trimester I kehamilan, sangat menentukan apakah wanita tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau tidak karena kecepatan pertumbuhan maksimal janin terjadi sebelum minggu ke 20 usia kehamilan (28). Laporan WHO menyatakan bahwa anemia berpengaruh terhadap morbiditas ibu hamil, dan secara tidak langsung dapat menyebabkan kematian ibu dengan meningkatnya angka kematian kasus yang disebabkan oleh pendarahan setelah persalinan (Post-partum hemorrhage) 15. 3. Hipoglikemia Hipoglikemia juga terdapat sebagai komplikasi malaria, sering ditemukan pada wanita hamil daripada tidak hamil. Pada wanita hamil terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang cenderung menyebebkan terjadinya Hipoglikemia, terutama pada trimester akhir kehamilan (3,21,22). Dilaporkan juga bahwa sel darah merah yang terinfeksi parasit malaria memerlukan glukosa 75 kali lebih banyak daripada sel darah merah yang tidak terinfeksi, sehingga pada penderita dengan hiperparasitemia dapat terjadi hipoglikemia. Selain daripada itu, pada wanita hamil dapat terjadi hipoglikemia karena meningkatnya fungsi sel B pankreas, sehingga pembentukan insulin bertambah (15). Seorang menderita hipoglikemia bila kadar glukosa dalam darah lebih rendah dari 2, 2 m.mol perliter. Mekanisme terjadinya hipoglikemia sangat kompleks dan belum diketahui secara pasti. Berdasarkan faktor tersebut diatas jelaslah bahwa wanita hamil yang terinfeksi malaria cenderung untuk menderita hipoglikemia. Migasena (1983) melaporkan bahwa wanita hamil diantara 6 kasus menderita hipoglikemia dan White (1983) mendapatkan 50% kasus hipoglikemia yang diteliti ternyata wanita hamil (14,27). Gejala hipoglikemia dapat berupa gangguan kesadaran sampai koma. Bila sebelumnya penderita sudah dalam keadaan koma karena ‘ malaria serebral’, maka komanya akan lebih dalam lagi. Penderita ini bila diinjeksikan glukosa atau diinfus dengan dekstrosa maka kesadarannya akan pulih kembali, tetapi karena ada hiper- insulinemia, keadaan hipoglikemia dapat kambuh dalam beberapa hari (7).
  • 3. © 2003 Digitized by USU digital library 3 4. Edema paru akut Biasanya kelainan ini terjadi setelah persalinan bagaimana cara terjadinya edema paru ini masih belum jelas kemungkinan terjadi karena autotransfusi darah post-partum yang penuh dengan sel darah merah yang terinfeksi. Gejalanya, mula- mula frekuensi pernafasan meningkat, kemudian terjadi dispenia (sesak nafas) dan penderita dapat meninggal dalam waktu beberapa jam (3,21,22). 5. Malaria Berat Lainnya Menurut WHO, penderita malaria berat adalah penderita yang darah tepinya mengandung stadium aseksual palsmodium falciparum yang disertai gejala klinik berat dengan catatan kemungkinan penyakit lain telah disingkirkan3. Gejala klinik dan tanda malaria berat antara lain hiperparasitemia (> 5% sdm terinfeksi), malaria otak, anemia berat (Hb < 7,1 g/ dl), hiperpereksia (suhu > 40 oC), edema paru, gaagl ginjal, hipoglikemia, syok (3,21,22). Gejala dan tanda-tanda malaria tersebut diatas perlu diperhatikan, karena kasus ini memerlukan penanganan khusus baik untuk keselamatan ibu maupun untuk kelangsungan hidup janinnya. B. PADA JANIN Malaria Plasenta. Plasenta (ari-ari) merupakan organ penghubung antara ibu dan janinnya. Fungsi plasenta antara lain : 1. memberi makanan kejanin (nutrisi) 2. mengeluarkan sisa metabolisme (ekskresi) 3. memberi O2 dan mengeluarkan CO2 4. membentuk hormon dan 5. mengeluarkan anti bodi kejanin (25). Plasenta juga berfungsi sebagai “Barrier” (penghalang) terhadap bakteri, parasit dan virus. Karena itu ibu terinfeksi parasit malaria, maka parasit akan mengikuti peredaran darah sehingga akan ditemukan pada plasenta bagian maternal (7,29,30). Bila terjadi kerusakan pada plasenta, barulah parasit malaria dapat menembus plasenta dan masuk kesirkulasi darah janin, sehingga terjadi malaria kongenital. Beberapa penelitii menduga hal ini terjadi karena adanya kerusakan mekanik, kerusakan patologi oleh parasit, fragilitas dan permeabilitas plasenta yang meningkat akibat demam akut dan akibat infeksi kronis @ 5. Kekebalan ibu berperan menghambat transmisi parasit kejanin. Oleh sebab itu pada ibu-ibu yang tidak kebal atau dengan kekebalan rendah terjadi transmisi malaria intra-uretrin ke janin, walaupun mekanisme transplasental dari parasit ini masih belum diketahui 20. Abortus, kematian janin, bayi lahir mati dan prematuritas dilaporkan terjadi pada malaria berat dan apa yang menyebabkan terjadinya kelainan tersebut diatas masih belum diketahui 32. Malaria maternal dapat menyebabkan kematian janin, karena terganggunya tarnsfer makanan secara transplasental, demam yang tinggi (hiper-pireksia) atau hipoksia karena anemial5. Kemungkinan lain adalah Tumor Necrosis Factor (TNF) yang dikeluarkan oleh makrofag bila di aktivasi oleh antigen, merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan berbagai Kelainan pada malaria, antara lain demam, kematian janin, abortus32. Umumnya infeksi pada plasenta lebih berat daripada darah tepil9. Kortmann (1972) melaporkan bahwa plasenta dapat mengandung banyak eritrosit yang terinfeksi (sampai 65%), meskipun pada darah tepi tidak ditemukan parasit. Jadi tidak ada hubungan antara kepdatan parasit dalam darah tepi dan plasenta pada plasenta yang baik perkembangan kekebalannya. Sebaliknya pada wanita yang tidak
  • 4. © 2003 Digitized by USU digital library 4 kebal dari daerah non endemi, sering terdapat parasit ilmiah tinggi tanpa infeksi parasit yang berat pada plasenta. Jefile di Kampala Uganda, melaporkan dari 750 wanita hamil yang diperiksa, 5,6% di antaranya menanggung parasit malaria dalam darah tepinya, tetapi pada pemeriksaan plasenta infeksinya mencapai 6,1%. Hal ini mungkin terjadi karena plasenta merupakan tempat parasit berkembang biak, seperti pada kapiler alat dalam lainnya12. Pada semua daerah, malaria maternal dapat dihubungkan dengan berkurangnya berat badan lahir, terutama pada kelahiran anak pertama15. Hal ini mungkin akibat gangguan pertumbuhan intra-uretrin, persalinan prematur atau keduanya. Selama epidemi telah dilaporkan kelahiran prematur yang tinggi, mungkin hal ini berhubungan dengan gejala infeksi akut. Pertumbuhan lambat intra-uretrin pada malaria maternal berhubungan dengan malaria plasenta dan hal ini disebabkan oleh berkurangnya transfer makanan dan oksigen dari ibu ke janin15. Tetapi hal ini biukan suatu mekanisme yang menghambat pertumbuhan intra uretrin, karena berat badan lahir rendah (BBLR) dilaporkan pada daerah dengan pervalensi malaria plasenta rendah. Laporan terakhir menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara BBLR dengan malaria plasenta. Hal ini berarti bahwa patofisiologi pertumbuhan lambat intra-uretrin pada malaria adalah multifactor. Sebagai contoh, anemia maternal berhubungan dengan BBLR baik di daerah endemi maupun pada daerah non-endemi. Insidens malaria plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu yaitu lebih tinggi daripada primipara (persalinan pertama) dan makin rendah sesuai dengan peningkatan paritas ibu. Demikain pula berat badan lahir dipengaruhi oleh paritas ibu, ini dapat diterangkan bahwa pada multi gravida kekeblan pada ibu telah dibentuk dan meningkat. III. KONTROL MALARIA SELAMA KEHAMILAN 1. Kemoprofilaksis Strategi kontrol malaria saat ini untuk kehamilan masih merupakan pemberian kemoprofilaksis anti malaria yang rutin yaitu klorokuin pada setiap wanita hamil dalam daerah endemi malaria. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kemoprofilaksis dapat mengurangi anemia pada ibu dan menambah berat badan lahir terutama pada kelahiran pertama. Resiko malaria dan konsekwensi bahayanya tidak meningkat selama kehamilan kedua pada wanita yang menerima kemoprofilaksis selama kehamilan pertama14. Pada daerah endemisitas tinggi untuh P. falciparun infeksi malaria selama kehamilan menyebabkan rendahnya berat bayi lahir merupakan faktor resiko yang paling besar untuk mortalitas neonatal17. Kemoprofilaksis yang diberikan selama kehamilan dapat meningkatkan berat kelahiran rata-rata, terutama pada kehamilan pertama dn menurunkan tingkat mortalitas bayi kira-kira 20%11. Rata-rata bayi yang dilahirkan pada kehamilan pertama bagi ibu yang menerima kemoprofilaksis lebih tinggi daripada berat bayi yang ibunya tidak menerima kemoprofilaksis. Kelahiran mati dan setelah mati lahir lebih kurang pada bayi dan ibu-ibu yang menerima kemoprofilaksis dibandingkan denghan bayi dari ibu-ibu yang tidak mendapat kemoprofilaksis11. 2. Kemoterapi Kemoterpi tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan klinis segera. Kecuali pada wanita yang tidak kebal, efektifitas kemoterpi pada wanita hamil tampak kurang rapi karena pada wanita imun infeksi dapat berlangsung tanpa gejala. Pada wanita dengan kekebalan rendah, walaupun dilakukan diagnosis dini
  • 5. © 2003 Digitized by USU digital library 5 dan pengobatan segera ternyata belum dapat mencegah perkembanagan anemia pada ibu dan juga berkurangnya berat badan lahir bayi15. 3. Mengurangi Kontak dengan Vektor Mengurangi kontak dengan vektor seperti insektisida, pemakaian kelabu yang dicelup dengan insektisida mengurangi prevalensi parasitemia, khususnya densitas tinggi, insidens klinis dan mortalitas malaria. Pada wanita hamil di Thailand dilaporkan bahwa pemakaian kelambu efektif dalam mengurangi anemia maternal dan parasitemia densitas tinggi, tetapi tidak efektif dalam meningkatkan berat badan lahir rendah15. 4. Vaksinasi Target vaksin malaria antara lain mengidentifikasi antigen protektif pada ketiga permukaan stadium parasit malaria yang terdiri dari sporozoit, merozoit, dan gametosit31. Kemungkinan penggunaan vaksin yang efektif selama kehamilan baru muncul dan perlu pertimbangan yang kompleks. Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan vaksin untuk mencegah malaria selama kehamilan, yaitu : a. Tingkat imunitas sebelum kehamilan b. Tahap siklus hidup parasit c. Waktu pemberian vaksin15. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang aman dan efektif untuk penanggulangan malaria7. IV. KESIMPULAN 1. Malaria adalah penyakit parasit yang resikonya lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan mereka yang tidak hamil, terutama selama kehamilan pertama yang dapat menyebabkan infeksi plasenta, abortus, meninggal dalam kandungan, anemia dan berat badan lahir rendah. 2. Pengaruh utama malaria selama kehamilan adalah terutama pada ibu dan janinnya. - Pada ibu dengan infeksi plasmodium falciparum dapat terjadi komplikasi berat seperti demam, anemia, hipoglikemia, malaria otak, edema paru mrupakan yang utama mempengaruhi wanita-wanita dengan kekebalan rendah. - Pada malaria plasenta dapat menyebabkan kematian janin, abortus, hiperpireksia, prematuritas dan berat badan lebih rendah. 3. Kontrol malaria selama kehamilan dapat dilakukan secara kemoprofilaksis, kemoterapi, mengurangi kontak dengan vektor dan vaksinasi. KEPUSTAKAAN 1. WHO.Weekly Epidemiological Record. 1991. 2. Mc. Gregor I. A. Epidemiology, Malaria and Pregnancy. Am. J. Trop. Med. Hyg. (1984). 33 (4) 517-525. 3. WHO. The Clinical Management of Acute Malaria. WHO Regional Publication, South East Asia Series No. 9. 3rd Asia, New Delhi. 4. Mc. Gregor I. A ; Wilson M.E and Billewicz W.Z. Malaria infection of The Placenta in the Gambia. West-Africa its incidence and relationship to still birth,
  • 6. © 2003 Digitized by USU digital library 6 birth weight and placental weight. Trans. R. soc. Trop. Med. Hyg. 1983 (77) 232-244. 5. Bray R. S and Anderson M. J. Falciparum Malaria in Pregnancy. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 1979 (73) 4. 427-431. 6. Brabin B. J. An Analysis of Malaria in Pregnancy in africa Bulletin WHO. 1983 61(6) : 1005-1016. 7. Tjitra E. Malaria pada kehamilan. Cermin Dunia kedokteran. 1991. (68) : 48- 52. 8. Departemen kesehatan republik indonesia. Malaria. Epidemiologi I. 1991. Direktorat Jendral PPM & PLP. 9. Brabin B. J ; Brabin L. R ; sapau J. & Alpers W.P. A Longitudinal study of splenomegali in pregnancy in malaria endemic area in Papua New Guinea. 1998. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. (82) 677-683. 10. Mc. Gregor J. D and Avery J. G. Malaria Transmission and Fetal Growth. 1974. British Med. Journal (3) 433-436. 11. Greenwood A. M ; J. R. M Amstrong ; P. Byass ; R. W Snow and B. M Greenwood. Malaria Chemoprophylaxis, birth weight and child survival. Trans. R. soc. Trop. Med. Hyg. 1992 (86) : 483-485. 12. Sutanto. I. Malaria Pada Kehamilan. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 13. Campell C. C ; J. M Martinez and W. E Collins. Seroepidemiological Studies of Malaria in Pregnant Women and New Borns from Coastal El Salvador. Am. J. Trop. Med. Hyg. 1980. 29 (2) : 151-157. 14. Migasena S. Hypoglicemia in falciparum malaria. Ann. Trop. Med. Parasitol. 1983. (77) 323-324. 15. Menendez C. Malaria During Pregnancy : A Priority Area of Malaria Research and Control. Parasitology Today. 1995. May. Vol. 11 No. 5 (119) 178-183. 16. Greenwood A. M ; C. Menendez ; P. L Alonso ; S. Jaffar ; P. Langerock ; S. Lulat ; J. Todd ; B. M Boge ; N. Francis and B. M greenwood. Can Malaria Chemoprophylaxis be Restricted to First pregnancies. 1994. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. (88) : 681-682. 17. Schultz L. J ; R. W Steketee ; L. Chitsulo ; J. J Wirima. Antimalarials During Pregnancy : A cost Effectiveness Analysis. Bulletin WHO (1995) 73 (2) : 207- 214. 18. Cardoso M. A ; M. U Ferreria ; L. M Camargo and S. C Szarfac Anemia, Iron Deficiency and malaria in A rural Community in Brazilian Amazon. Europe J. Clinical Nutrition (1994) May ; 48 (5) 326-332. 19. Mc. Gregor I. A. Tropical Aspects of the Epidemiology of Malaria. Israel J. Med. Sci. 1978 (14) 523-533. 20. Tjitra E. Manifestasi Klinis dan Pengobatan Malaria. P3M. BPPK Depkes RI, jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No. 94. 1994. 21. WHO. Division of Control of Tropical deseases. Severe and Complicated Malaria. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 1990 ; 84 (2) : 1-65. 22. Gilles H. M. Management of Severe and Complicated Malaria. A practical Handbook. 1991. WHO. Geneva. 23. Van Dongen P. W. J. and Van’t hof MA. Sickle cell trait, malaria and anemia in pregnant Zambian Women. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 1983. (77) : 402- 404. 24. Fleming A. F ; Harriso K. A : Briggs N. D. Anemia in Young Primigravidae in the Guinea Savanna of Nigeria : Sickle cell trait gives partial protection againts Malaria. Ann. Trop. Med. Parasitol. 1984. (78) 395-404. 25. Theresia. Beberapa aspek Malaria pada plasenta. Makalah Seminar Biomedik. Tidak publikasi.
  • 7. © 2003 Digitized by USU digital library 7 26. Gilles H. M ; Lawson J. B ; Sibelas M ; Voller A and Allan N. Malaria, Anemia and Pregnancy. Ann. Trop. Med. Parasit. 1969. (63) : 245-263. 27. White N. J ; Warrel D. A and Chantavanich. Severe hypoglicemia and Hyperinsulinemia in facsiparum malaria. N. Engl. J. Med. 1983 (309) : 61-66. 28. Brabin B. J ; Ginny M ; Sapau J ; galme K and Paino J. Consequences of maternal anemia on outcome of pregnancy in malaria endemic area in Papua New Guinea. Ann. Trop. Med. Parasitol. 1990 (84) : 11-12. 29. Thomas V. and Chan W. C. A Case of Congenital malaria in Malaysia with IgM malaria antibodies. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 1980 (74) : 73-76. 30. Hanifa W. Plasenta dan Likuor Amnii. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1986. Jakarta. 31. Pribadi W. dan S. Sungkar. Malaria. Balai Penerbit. Fakultas Kedoketran UI. Jakarta. 32. Calrk I. A and G. Chaudri. Tumor Necrosis Factor in Malaria-Induced Abortion. Am. J. Trop. Med. Hyg. 1988. 39 (3) : 246-249. -