Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan peningkatan sensitivitas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang mencakup penjelasan mengenai alat pelindung diri (APD), cakupan, jenis, dan manajemennya. Dokumen tersebut juga membahas faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja seperti faktor fisika, kimia, biologi, fisiologi, dan psikososial serta target organ yang terkena dampakny
3. ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective
Equipment (PPE) adalah alat-alat atau perlengkapan yang
wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga
keselamatan pekerja saat melakukan pekerjaan yang
memiliki potensi bahaya atau resiko kecelakaan kerja.
Dikarenakan setiap pekerjaan memiliki resiko yang
berbeda, maka Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang
digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya dan
resiko pekerjaannya masing-masing sehingga efektif
melindungi pekerja sebagai penggunanya.
4. (1)Pengusaha wajib menyediakan APD
bagi pekerja/buruh di tempat kerja.
(2)APD harus sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau
standar yang berlaku.
(3)APD wajib diberikan oleh
pengusaha secara GRATIS
PERENCANAAN DAN
PENGGUNAAN APD
5. CAKUPAN ALAT
PELINDUNG DIRI
1
• Alat Pelindung Kepala
2
• Alat Pelindung Mata dan Muka
3
• Alat Pelindung Pernapasan
4
• Alat Pelindung Telinga
5
• Alat Pelindung Tangan
6
• Alat Pelindung Kaki
7
• Alat Pelindung Badan
6. Dalam pekerjaan apapun, kepala adalah bagian tubuh yang sangat wajib mendapat
perlindungan. Maka dalam daftar Alat Pelindung Diri (APD), pelindung kepala memiliki
peruntukkan agar kepala terhindar dari benturan, kejatuhan benda, terpapar radiasi panas,
terpercik api, hingga untuk melindungi rambut pekerja agar tidak terjerat saat mesin
berputar.
7. ALAT PELINDUNG
MATA DAN MUKA
Alat Pelindung Mata dan Muka (safety
glass) ialah melindungi mata dan muka
dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang
diudara dan dibadan air, percikan
benda-benda kecil, uap panas, radiasi
gelombang elektromagnetik
8. Alat pelindung pernapasan berfungsi untuk melindungi
organ pernafasan pekerja dari cemaran bahan kimia,
mikroorganisme, partikulat, kabut (aerosol), uap, gas dan
lain sebagainya. Alat pelindung pernapasan memastikan
udara yang dihirup oleh seseorang berkualitas baik.
9. Alat pelindung telinga merupakan alat pelindung yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi alat pendengaran terhadap
kebisingan atau tekanan. Dampak penggunaan mesin produksi
adalah kebisingan yang mengakibatkan gangguan pendengaran,
psikologis, dan fisiologis sehingga dapat mengganggu kenyamanan
dan produktifitas pekerja.. Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan yang
diperkenankan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13
Tahun 2011 adalah 85 dB dengan waktu maksimum 8 jam perhari.
Apabila pemaparan bising secara terus menerus di tempat kerja 85
dB maka akan menimbulkan berbagai keluhan kesehatan dan
gangguan pendengaran
10. ALAT PELINDUNG
KAKI
Alat pelindung kaki berfungsi
untuk melindungi kaki pekerja
dari bahaya yang ada di
lingkungan kerjanya seperti
tertimpa atau berbenturan
dengan benda-benda berat,
tertusuk benda tajam, terkena
cairan panas atau dingin, uap
panas, terpajan suhu yang
ekstrim, tumpahan bahan
kimia berbahaya dan jasad
renik, dan terpleset.
Jenis alat pelindung kaki
berupa sepatu keselamatan
pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, industri,
kontruksi bangunan,
pekerjaan yang berpotensi
bahaya peledakan, bahaya
listrik, tempat kerja yang
basah atau licin, bahan
kimia dan jasad renik, serta
bahaya binatang.
11. Alat pelindung tangan (sarung tangan) berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-
jari tangan dari bahaya bahan kimia yang mudah terabsorbsi oleh kulit, bahan kimia
yang mudah terbakar, bahan kimia korosif, benda tajam, tersengat listrik, suhu tinggi
dan rendah. Pemilihan yang tepat untuk bahan sarung tangan sangat penting untuk
kinerja sarung tangan. Dalam memilih sarung tangan harus diperhatikan
permeabilitas bahan sarung tangan, waktu pemakaian bahan kimia, suhu bahan
kimia, ketebalan bahan sarung tangan, dan jumlah bahan kimia yang dapat diserap
oleh bahan sarung tangan (efek kelarutan).
Bahan sarung tangan sangat bervariasi.
Neoprene yang baik untuk perlindungan
terhadap semua jenis minyak, hidrokarbon
alifatik, dan pelarut tertentu lainnya, tetapi
tidak cocok untuk digunakan saat bekerja
dengan hidrokarbon aromatik, hidrokarbon
terhalogenasi, keton, dan pelarut lainnya.
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung
12. Pakaian pelindung digunakan untuk
melindungi badan sebagian atau seluruh
bagian badan dan pakaian yang
dikenakan pekerja dari bahaya
temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajanan api dan benda-benda
panas, percikan bahan-bahan kimia,
cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi,
zat kimia dan mikrobiologi.
Jenis alat pelindung tubuh terdiri dari
apron, jaket, rompi (Vests), celemek
(Apron/ Coveralls), jas lab, full body suits.
13.
14. 1
• Konvensi ILO No. 120
• (UU No. 3 Tahun 1969 )
2
• UU No. 1 Tahun 1970
tentang K3
3
• Permenakertrans No.Per-
01 / MEN / 1981
4
• Permenakertrans
No.Per.03 / Men / 1982
5
• Permenakertrans No. Per.
08 / Men / VII / 2010
6
• Permenaker No. 05 Tahun
2018
15. PEMANTAUAN
PENGGUNAAN APD
Umum :
Persiapan personil
Perilaku personil
Tempat kerja
Khusus
Informasi memuat penggunaan APD
secara tepat
Inspeksi dan monitoring
Pemeliharaan
Hal lain :
Labeling dan penyimpanan
identifikasi
16. MANAJEMEN ALAT
PELINDUNG DIRI
Identifikasi kebutuhan dan syarat APD
Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya
dan kebutuhan/kenyamanan pekerja
Pelatihan
Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan
Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan
Pembinaan
Inspeksi
Evaluasi dan pelaporan
17. PEMUSNAHAN
ALAT PELINDUNG DIRI
APD yang rusak, retak atau tidak dapat
berfungsi dengan baik harus dibuang
dan/atau dimusnahkan.
APD yang habis masa
pakainya/kadaluarsa serta
mengandung bahan berbahaya, harus
dimusnahkan sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan.
Pemusnahan APD yang mengandung
bahan berbahaya harus dilengkapi
dengan berita acara pemusnahan.
18. KESIMPULAN
Penggunaan APD adalah hirarki pengendalian bahaya yang
terakhir. Oleh karenanya identifikasi dan penilaian risiko
harus dilakukan sebelum memutuskan penggunaan APD di
tempat kerja.
Untuk optimalisasi dan efektifitas Pelaksanaan K3, maka
manajemen APD harus dikelola dengan baik.
22. FAKTOR FISIKA
Suara tinggi/bising : Ketulian
Temperatur/suhu tinggi : Heat Cramp, Heat
Exhaustion,
Heat Stroke.
Temperatur rendah : Frosbite
Radiasi Non Mengion : Infra merah
(katarak),
ultraviolet (konjungtivitis).
23. FAKTOR KIMIA
ASAL MUASAL
Bahan baku
Bahan tambahan
Hasil antara
Hasil samping
Hasil (produk)
Sisa produksi atau
Bahan buangan.
Bentuk :
Padat
Cair
Gas
Uap
Partikel.
Jalan masuk :
Inhalasi = rute paling sering
Penelanan = tidak lazim
Penyerapan kulit dan selaput lendir = lebih
sering terjadi
27. FAKTOR FISIOLOGI
Penyebab : cara kerja, posisi kerja,
alat kerja, lingkungan kerja , kontruksi
tidak ergonomis.
Efek thd tubuh : kelelahan fisik,
nyeri otot, deformitas tulang,
perubahan bentuk, dislokasi
28. FAKTOR
PSIKOSOSIAL
Penyebab : Organisasi kerja
(type kepemimpinan,
Hubungan kerja, Komunikasi,
keamanan, Type kerja
(monoton, berulang-ulang,
kerja
berlebihan, kerja kurang,
kerja shif,
terpencil)
Akibat : Stress, Psikosomatis,
Somatis