3. Strategi berasal dari turunan kata di dalam BahasaYunani yakni Strategos, yang
maksudnya ‘Komandan Militer’ pada zaman demokrasi Athena.
Strategi Menurut David (2006: 17)
Strategi ini adalah sebuah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi
tersebut juga dapat diartikan yakni sebagai tindakan potensial yang membutuhkan
keputusan manajemen tingkat atas serta juga sumber daya perusahaan di dalam
jumlah yang besar.
Strategi Menurut Djamarah & Zain (2015: 5)
Suatu garis besar Haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan
4. Mois L. Bigge, “belajar
adalah perubahan yang
menetap dalam kehidupan
seseorang yang tidak
diwariskan secara genetis”
James O. Whittaker, “belajar
didefinisikan sebagai proses
yang menimbulkan atau
merubah perilaku melalui
latihan atau pengalaman”
Belajar
7. Strategi Belajar Mengajar
Pola-pola umum kegiatan
guru dengan peserta didik
dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang
digariskan
Strategi Dihubungkan dengan Belajar Mengajar
8. EMPAT
STRATEGI
DASAR
DALAM
BELAJAR
MENGAJAR
Mengidentifikasi
serta menetapkan
spesifikasi dan
kualifikasi
perubahan tingkah
laku dan
kepribadian anak
didik sebagaimana
yang diharapkan.
Memilih sistem
pendekatan belajar
mengajar
berdasarkan
aspirasi dan
pandangan hidup
masyarakat.
Memilih dan
menetapkan prosedur,
metode dan tehnik
belajar mengajar yang
dianggap paling tepat
dan efektif sehingga
dapat dijadikan
pegangan oleh guru
dalam menunaikan
kegiatan
mengajarnya.
Menetapkan /
menerapkan norma –
norma dan batas minimal
keberhasilan atau kritria
serta standar
keberhasilan sehingga
dapat dijadikan pedoman
oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil
kegiatan belajar mengajar
yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik
9. EMPAT
STRATEGI
DASAR
DALAM
BELAJAR
MENGAJAR
Perubahan tingkah
laku bagaimana
yang diinginkan
sebagai hasil
belajar
(TUJUAN
PEMBELAJARAN)
Memilih cara
pendekatan belajar
mengajar paling
tepat dan efektif
(PENDEKATAN
PEMBELAJARAN)
Memilih dan
menetapkan
prosedur, metode dan
tehnik penyajian yang
tepat dan efektif.
(PROSEDUR,
METODE,TEKNIK
PEMBELAJARAN)
Menetapkan norma
– norma dan batas
minimal
keberhasilan atau
kritria serta standar
keberhasilan
proses
pembelajaran
(SISTEM
PENILAIAN)
11. KLASIFIKASI STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Entering
behaviour siswa
Pola-pola belajar
siswa
Memilih sistem
belajar mengajar
Pengorganisasian
kelompok belajar
Implementasi
proses belajar
mengajar
12. KONSEP DASAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
•Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku
•Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan
terhadap masalah belajar mengajar
•Memilih prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar
•Menerapkan norma dan kriteria keberhasilan
kegiatan belajar mengajar.
13. Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran tujuan yang
bertahap mulai dari yang operasional dan yang konkret
– Tujuan Pembelajaran
– Kompetensi dasar ( KD )
– Standar kompetensi ( SK ) / Kompetensi Inti (KI)
– Tujuan kurikuler
– Tujuan nasional,
– Tujuan yang bersifat universal.
Manusia yang diidamkan harus memiliki kualifikasi sbb :
• Pengembangan bakat yang optimal
• Hubungan antar manusia
• Efisiensi ekonomi
• Tanggung jawab sebagai warga negara.
2. Sasaran kegiatan belajar
14. • Belajar mengajar sebagai suatu sisten intruksional
mengandung pengertian sebagai seperangkat
komponen yang saling bergantung satu sama lain
untuk mencapai tujuan.
Sedang sebagai sutu sistem belajar mengajar
meliputi suatu komponen antara lain tujuan,
bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi.
3. Belajar mengajar sebagai sistem
15. • Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan
sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dngan
masyarakat, administrator dll. Untuk itu guru perlu memahami
dengan segala aspek pribadi anak didik seperti :
– Kecerdasan dan bakat khusus
– Prestasi sejak permulaan sekolah
– Perkembangan jasmani dan kesehatannya
– kecendrungan emosi dan karakternya
– Sikap dan minat belajar
– Cita – cita
– kebiasaan belajar dan bekerja
– hobi dan penggunaan waktu senggang
– Hubungan sosial di sekolah dan di rumah
– L;atar belakang keluarga
– Lingkungan tempat tinggal
– Sifat – sifat khusus dan kesulitan anak didik.
16. • Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan.
• Maksudnya tujuan kegiatan adalah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan
( Kognitif ), ketrampilan ( Psikomotorik ) maupun
sikap ( Afektif ).
4. Hakikat proses belajar
17. • Entering behavior siswa adalah karakteristik perilaku anak didik saat
mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan belajar
mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku anak
didik yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
Menurut ABIN SYAMSUDIN Entering behavior siswa dapat di
identifikasikan dengan cara :
a. Cara tradisional, yaitu guru mulai dengan pertanyaan mengenai
bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
b. Cara Inovatif, yaitu guru tertentu diberbagai lembaga pendidikan
yang memiliki / mampu mengembangkan instrumen pengukuran
prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pretes
sebelum mereka mulai mengikuti program belajar mengajar.
5. Entering behavior siswa
18. ROBERT M. GAGNE membedakan pola – pola belajar siswa
menjadi 8 type, yaitu :
1. SIGNAL LEARNING
• Signal lerning yaitu proses penguasaan pola – pola dasar
perilaku yang bersifat involuntary atau tidak disengaja dan
tidak disadari tujuannya.
Contoh : Aba – aba “siap “ merupakan suatu signal atau
isyarat untuk mengambil sikap tertentu.
6. Pola – pola belajar siswa
19. • Type ini digolongkan kedalam Instrumental conditioning yaitu
belajar dengan Trial and Error (Mencoba – coba) termasuk
proses belajar bahasa pada anak – anak.
• Kondisi yang dperlukan untuk berlangsungnya type belajar ini
adalah faktor inforcement. Waktu antara stimulus pertama
dqan berikutnya amat penting. Makin singkat S – R denga S – R
berikutnya, semakin kuat Reinforcementnya.
Contoh : Burung Beo dpat diajar memberi salam dengan
mengangkat kaki, bila kita katakan “kasih tangan atau salam”.
Ucapan kasih tangan merupakan stimulus yang menimbulkan
respons memberi salama burung itu.
• Jadi jelaslah bahwa kemampuan itu tidak diperoleh secara tiba
– tiba, akan tetapi melalui latihan – latihan. Respon dapat diatur
dan dikuasai, respons bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.
20. • Chaining adalah belajar menghubungkan satuan
ikatan S – R yang satu dengan yang lain.
• Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya type
beljar ini antara lain secara internal anak didik sudah
harus terkuasai sejumlahsatua S – R , baik
psikomotorik maupun verbal.
21. 5. DISCRIMINATION LEARNING
• Discrimination learning yaitu belajar mengadakan
pembeda. Dalam type ini anak didik mengadakan
seleksi dan pengujian diantara dua perangsang atau
sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian
memilih pola – pola respon yang diaggap paling
sesuai. Anak didik dalam pola ini sudah mempunyai
kemahiran melakukan chaining, association dan
pengalaman (pola S–R )
Contoh : Anak dapat mengenal berbagai merek
mobil besrta namanya, walaupun mobil itu banyak
bersamaan.
22. • Concept learning adalah belajar poengertian. Dengan
berdasarkan kesamaan ciri – ciri dari sekumpulan
stimulus dan obyek – obyeknya, ia membentuk suatu
pengertian/ konsep, kondisi utama yang diperlukan
adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses
kognitif fundamental sebelumnya.
• Contoh : Ia dapat menggolongkan dunia skitarnya
menurut konsep, misalnya menurut warna ,
bentuk,jumlah. Ia dapat menggolongkan manusia
menurut hubungankeluarga seperti: bapak, ibu,
paman, saudara.
23. 7. RULE LEARNING ( BELAJAR ATURAN )
• Rule learning adalah belajar membuat generalisasi, hukum dan
kaidah.
• Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi berbagai
konsep dengan mengoperasikan kaidah – kaidah logika formal (
induktif, kondukti, analisis, sintesis, asosiasi, diferiensi,
komparasi dan kausalitas ) sehingga anak didik dapat
menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dapat
dipandang senagai “ Rule “.
• Belajar aturan adalah Type belajar yang banyak terdapat dalam
pelajaran sekolah. Aturan ini terdapat dalam tiap mata pelajaran,
misalnya, benda yang dipanaskan memuai, angin berhembus
dari daerah yang maksimum ke daerah minimum, (a+b) (a-b) =
a2 – b2, untuk menjamin keselamatan negara harus diadakan
pertahanan yang ampuh
24. • Ada dua cara dalam metode ini :
– Anak menemukan sendiri aturan – aturan itu
– Anak diberitahukan atuaran – aturan yang dipelajari dengan memberikan
contoh – contoh, dan cara ini lebih efektif.
• Mengenal aturan tanpa memahaminya akan merupakan “ verbal
chain “ saja dan ini hanya menunjukkan cara belajar yang salah.
• Kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar seperti ini
adalah :
• Kepada anak didik diberitahukan bentuk performance yang
diharapkan, kalau yang bersangkutan menjalani proses belajar
• Anak didik diberikan sejumlah perntanyaan yang merangsang,
mengingatkannya ( recall ) terhadap konsep yang dipelajarinya dan
dimilikinya untuk mengungkapkan perbendaharaan pengetahuannya.
• Anak didik diberitahukan kata kunci yang menyarankan anak didik ke
arah pembentukan kaidah tertentu yang diharapkan.
• Diberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengekspresikan dan
menyatakan kaidah tersebut dengan kata – katanya sendiri.
• Anak didk diberikan kesempatan untuk menyusun rule dalam bentuk
statement formal.
25. 8. PROBLEM SOLVING ( PEMECAHAN MASALAH )
• Problem solving adalah belajar memecahkan
masalah.
• Langkah – langkah pemecahan masalah
adalah sbb :
• Merumuskan dan megaskan masalah
• Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis.
• Mengevaluasi alternatif pemecahan yang di
kembangkan.
• Mengadakan pengujian dan verifikasi.
26. 7. Memilih sistem belajar mengajar.
• Para ahli teori belajar mengembangkan berbagai
cara pendekatan atau sistem pengajaran atau
proses belajar mengajar antara lain :
a. INQUIRY – DISCOVERY LEARNING
Adalah belajar mencari dan menemukan
sendiri. Dalam sistem belajar ini guru menyajikan
bahan prngajaran tidak dalam bentuk final, tetapi
anak diberi peluang untuk mencari dan
menemukannya sendiri dengan mempergunakan
teknik pendekatan pemecahan masalah.
27. • Prosedur INQUIRY – DISCOVERY LEARNING sebagai
berikut :
– Simulation, Guru bertanya dengan mengajukan persoalan/ anak disuruh
membaca, mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
– Problem statement.Anak didik diberi kesempatan untuk mengidentifikasi
berbagai permasalahan. Permasalahan yang dipilih harus dirimuskan dalam
bentuk pentanyaan/hipotesis yakni penyataan sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang diajukan.
– Data Collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis anak diberi kesempatan untuk mengumpulkan (
collection ) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
obyek, wawancara dengan nara sumber, melakukanuji cobasendiri dan
sebagainya.
– Data processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi
diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingakatr kepercayaan tertentu.
– Verification/pembuktian. Berdasarkan hasil pengolaan dan tafsiran atau
informasi yang ada, penyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan, di
cek, apakah terjawab/tidak, apakah terbukti/tidak.
– Generalization. Berdasarkan hasil verifikasi, anak didik belajar menarik
kesimpulan/ generalisasi tertentu.
28. b. EKP0SITORY LEARNING.
• Sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang
telah dipersiapkan secara rapi, siematis dan
lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak
dan mencernanya secara tertib dan teratur.
Prosedurnya sebagai berikut :
– Preparasi. Guru mempersiapkan (bahan) selengkapnya secara sistematis
dan rapi
– Appersepsi. Guru bertanya atau memberikan uaraian singkat untuk
mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan.
– Presentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan
ceramah/menyuruh anak didik membacabahan yang telah dipersiapkan
– Resitasi. Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan
yang dipelajari / anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata –
katanya sendiri tentang pokok masalah yang telah dipelajari secara lisan
maupun tulisan.
29. c. MASTERY LEARNING
• Dalam sistem balajar ini guru harus
mengusahakan upaya – upaya yang dapat
mengantarkan kegiatan anak didik ke arah
tercapainya penguasaan penuh terhadap bahan
pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini ada dua
buah kegiatan antara lain :
– Kegiatan Pengayaan, yaitu kegiatan yang diberikan siswa –siswa
kelompok cepat sehingga siswa tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan
dan ketrampilan /lebih mendalami bahan pelajaran yang dipelajari.
– Kegiatan Perbaikan, yakni kegiatan yang diberikan kepada sisw – siswa
yang belum menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru dengan
mahsud mempertinggi tingkat penguasaan terhadap bahan pelajaran
tersebut.
30. • Kegiatan pengayaan dibagi menjadi dua macam :
– Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topik
madul pokok.
– Kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan
topik modul pokok.
Langkah – langkahnya :
• Memberikan kegiatan yang tidak berhubungan
dengan topik modul tetapi masih dalam ruang
lingkup bidang study yang sama.
• Memberikan kegiatan lain yang tidak
berhubungan dengan topik modul dan juga tidak
dalam bidang study yang sama.
31. Sedang kegiatan perbaikan dapat dilakukan dengan jalan :
1. Mengganti metode mengajar dengan metode mengajar yang lain
2. Menyuruh membaca buku – buku sumber yang mengandung konsep
yang sama.
3. Peer tutor ( tutor sebaya ).
• Dalam pelaksanaan program perbaikan kadangkala guru disibukkan
dengan berbagai kegiatan di kelas karena banyaknya siswa yang gagal
menguasai bahan pelajaran. Akan tetapi karena banyanya siswa yang di
tangani, maka guru dapat meminta bantuan kepada siswa yang
semestinya ikut pengayaan untuk menjadi tutoring, manfaatnya :
• Ada kalanya hasilnya lebih baik bagi anak yang enggan/ takut kepada
gurunya.
• Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat
konsep yang sedang dibahas.
• Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung
jawab dalam mengemban tugas dan melatih kesabaran.
• mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal
perasaan sosial.
32. d. HUMANISTIK EDUCATION
• Karakteristik pokok dalam metode ini antara
lain bahwa guru hendaknya jangan membuat
jarak terlalu tajam dengan siswanya. Ia harus
menempatkan diri berdampingan dengan
siswa sebagai siswa senior yang selalu siap
menjadi sumber/ konsultan berbicara. Taraf
akhir dari proses ini adalah Self actualization.
33. e. PENGORGANISASIAN KELOMPOK BELAJAR.
• Pengorganisasian kelompok belajar anak didik
disarankan :
– Kelompok belajar tunggal ( N 1 ), metode yang
sesuai adalah tutorial, pengajaran berprogram,
studi individual ( independent study)
– Kelompok kecil ( N 2 – 20 ) metode belajarnya :
Diskusi, seminar, klasikal (class room teaching)
dengan teknik bervariasi sesuai dengan kempuan
guru.
– Kelompok belajar besar ( N Lebih 40 orang ),
metode belajarnya : Kuliah/ceramah