Dokumen tersebut membahas tentang munculnya progresivisme dalam dunia pendidikan yang dipengaruhi oleh pemikiran John Dewey. Aliran ini menekankan pada learning by doing, pemecahan masalah, dan kerja kelompok."
2. Munculnya Progresivisme
Kelanjutan dari Pragmatisme
Pengaruh pemikiran John Dewey (1859-1952) dalam
dunia pendidikan, khususnya pengaruhya dalam dunia
pendidikan modern.
John Dewey dikenal sebagai bapak dari gerakan
progresivisme.
Aliran ini muncul sebagai reaksi penolakan terhadap
pendidikan yang ada (pendidikan menekankan metode
formal, pembelajaran instruksional dan teacher oriented).
3. Keyakinan utama, Nilai, Praktek
Penekanan pada learning by doing
Penekanan pada pemecahan masalah dan berpikir kritis
Mengutamakan Kerja kelompok
Penilaian kelompok dengan evaluasi proyek dan produksi
anak.
Kurikulum terpadu difokuskan pada unit tematik
4. Progresivisme (menurut Dewey, Kilpatrick)
Pendidikan harus hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk
hidup
Peran guru bukan untuk mengarahkan tetapi untuk
menyarankan
Belajar harus langsung berhubungan dengan kepentingan
anak
Sekolah harus mendorong kerjasama dibanding kompetisi
5. Doktrin Dewey
Doktrin Dewey dalam berbagai teori dan program instruksional yang
dikembangkan di sekolah seperti child centered school, activity
school, the project method, cooperative learning, self-esteem,
problem solving, social context dengan spesifikasi dalam proses
pembelajaran berupa:
Menolak teori dualistik manusia terdiri dari roh dan fisik, dengan
menganggap manusia sebagai organisme biologi yang
keseluruhan perkembangannya ditentukan dengan stimulus
eksternal.
Menolak konsep-konsep tradisional, progresif menganggap
kebenaran, etika dan moral adalah relatif dan situasional.
Merupakan kesia-siaan bagi manusia untuk mencari dasar
keyakinan dalam standard of conduct, etika dan kebenaran,
karena akan berubah menurut situasi kondisi
6. John Dewey (1859 – 1952)
• John Dewey adalah ahli filsafat, ahli pendidikan dan
bapak aliran progresivisme. Dewey juga mengajar para
pendidik yang belajar di Chicago University dan
Columbia University. Pada tahun 1894 John Dewey
menjadi kepala departemen filsafat, psikologi, dan
pedagogi pada University of Chicago dan membuka
laboratorium sekolah dengan nama Lincoln School.
• Tahun 1904 Dewey mengabungkan pedagogi pada
filsafat dan pemikiran sosial di University of Colombia.
Tahun 1905 John Dewey menjadi presiden American
Philosophical Association, mengembangkan filsafat
instrumentalisme dengan pragmatisme dengan doktrin-
doktrin materialistik.
• Dewey menulis buku sebanyak 36 judul seperti The
School and Society, Democracy and Education, Experience
and Education. Dia juga menulis 815 artikel filsafat dan
pendidikan selama pengajarannya.
7. • Dewey adalah pelopor dari teori progresivisme, dengan posisi lainnya
dalam aliran pragmatisme, instrumentalisme, fungsionalisme, dan
eksperimentalisme.
• Dalam bukunya How We Think (1910) Dewey mengunakan metode
epistemologis pragmatis, pencarian pengetahuan dari interaksi dan
pengalaman. Pengaruh progresivisme pada pendidikan dipengaruhi oleh
dua doktrin yang besar yaitu doktrin evolusi dan doktrin materialistik.
• Untuk menentukan “bagaimana bekerjanya sebuah sekolah”, Dewey
membangun Sekolah laboratorium di University of Chicago, pola belajar
murid berperan aktif dalam proses pembelajaran, sekolah menyediakan
proyek-proyek yang mengintegrasikan kemampuan akademik dalam
pengalaman bekerja sama (cooperative learning). Murid saling
berkolaborasi dan bekerja sama untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan permasalahan dengan situasi yang membandingkan
kejadian di luar kelas.
8. Prinsip progresif dalam pendidikan
Berpusat pada murid (child centered)
Siswa yang aktif, murid adalah anak yang aktif belajar.
Peran guru sebagai fasilitator, penasihat dan pemandu
Sekolah kelas sosial dari yang lebih besar
Berfokus pada pemecahan masalah.
Label-label dalam proses pembelajaran kaum progresif
learning by doing, problem solving, active learning,
problem solving, critical thinking
Konstruksi sosial sekolah yang kooperatif dan
demokratis.
9. Landasan yang bertentangan
Pengaruh dari evolusi dan pragmatisme mengilhami kaum progresif
untuk tidak menyentuh natur manusia sebagai ciptaan terdiri dari roh
dan fisik yang telah jatuh ke dalam dosa dan ditebus oleh kasih Allah.
Dalam pemikiran Dewey, aplikasi dari teori natural selection Darwin
diimplimentasikan dalam proses pembelajaran dalam bentuk
experience-oriented learning.
John Dewey telah meletakkan dasar-dasar pendidikan yang tidak lagi
mengakui kedaulatan Allah dalam proses pendidikan “There is no God
and there is no soul. Hence, there are no needs for the propos of
traditional religion. With dogma and creed excluded, then immutable
truth is also dead and buried, there is no room for fixed natural law and
moral absolute” .
Menurut Alkitab, natur manusia telah jatuh dalam dosa, menurut
romantisme (Rousseau) natur manusia adalah baik adanya, menurut
behaviorisme natur manusia adalan netral (Blankslate – dipelopori oleh
John Locke). Menurut Dewey berasal dari bagian evolusi.
10. Mazmur 58:3
Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak
dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.
The Christian educator asserts that God is the center of education because “in Him are found all the
treasures of wisdom and knowledge.” the Christian rejects both content-centered education and child-
centered education as non-Christian styles that deify the creation and not the Creator. Yet, Dewey, writing in
1915 and advocating his new progressive education, says that in the ideal school, “…the child becomes the
sun about which the appliances of education revolve; he is the center about which they are organized.” Thus
Dewey reveals his strongly atheistic secular humanistic world view that is the very heart of his educational
philosophy and which has been so influential in directing modern public education. For the Christian,
children are not the sun about which the educational process revolves. Neither is the content material our
focus or central point. God is! If our educational endeavors do not place God at the center and as the
touchstone for educational decision-making and practice, then these endeavors are non-Christian. Education
is not religiously neutral. It never has been, and it never will be. Education is always the expression of the
beliefs about life and living that are held by those who determine the educational process. The myth of
religious neutrality in education is dead.
Richard J. Edlin, The Cause of
Christian Education
11. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Rousseau adalah seorang ahli filsafat dan pemikir
Perancis pada era pencerahan yang idenya banyak
dipengaruhi revolusi Perancis, perkembangan teori-
teori liberal dan sosialis. Karya novelnya, Emile atau
On Education (1762) yang dinilai merupakan
karyanya yang terpenting bagi filsafat pendidikan
seorang anak.
Pada tahun yang sama juga menerbitkan Du
Contract sosial yang menekankan kebebasan
manusia, namun terkungkung ketika berada dalam
lingkungan sosial. Pandangan pendidikan terkenal
dengan aliran romantisisme yaitu bersumber pada
natur seorang anak pada dasarnyanya baik, dan
membiarkan anak hidup dalam lingkungannya
secara alamiah.
12. romantisme
Pendidikan dan buku sebaiknya tidak diberikan sampai usia dua belas
tahun.
Pengajaran pada anak yang sifatnya menekankan nilai-nilai mutlak
sebaiknya dihindarkan.
Pemikiran romantisme menganjurkan lingkungan alamiah agar anak
dapat tumbuh sesuai naturnya dalam lingkungannya.
Dalam pandangan pendidikan Kristiani seorang anak lahir dalam kondisi
yang berdosa dan mereka harus diajarkan nilai, moral, dan kebenaran
mutlak berdasarkan firman Tuhan yang harus disampaikan oleh para
orang tua dan guru.
13. William Heard Kilpatrick (1871–1965)
William Kilpatrick adalah pendidik progresif Amerika,
menyelesaikan doktornya tahun 1912 di teacher college,
Columbia University.
Teori pembelajaran Kilpatrick menekankan "purposeful
activity" melibatkan murid-murid untuk berkolaborasi dalam
berbagai proyek. Pandangan metodologis pembelajaran
Kilpatrcik berasal dari penelitian "The Project Method",
esainya dikembangkan menjadi buku “The Foundations of
Method” (1925).
Kilpatrick berkolaborasi dengan Dewey mengembangkan
kurikulum yang merefleksikan minat, keinginan, tujuan, dan
menempatkan problem solving sebagai inti dari proses
pendidikannya.
Fokus perhatian Kilpatrick adalah corporate learning agar
tidak menimbulkan nilai individu yang berlebihan. Kilpatrick
berhasil menjembatani kesenjangan pemahaman antara
child-centered dan the society-centered bagi pendidikan
progresif.
14. Warisan progresif
Patricia A. Graham guru besar emeritus pendidikan dari
Universitas Harvard (lahir tahun 1935) dalam tulisannya
Progressive education: from Arcady to Academe: A History of
Progressive Education Association menyatakan bahwa
Pendidikan progresif bergerak dan berproses dari suatu
anugerah menjadi suatu kutukan. Dari tahun 1919 semua
pendidikan publik yang ada sepertinya berjalan dengan baik,
namun setelah tiga puluh lima tahun berselang. Pendidikan
di Amerika Serikat mengalami kesakitan dan keterpurukkan,
dan hampir semuanya disalahkan karena sistem pendidikan
dengan filsafat progresif.
15. Aspek Paradigma Tradisional
dalam perspektif Kristen
Paradigma Progresif
Pengajar Guru , berotoritas Rekan pembelajar, fasilitator
Murid Pembelajar Konstruktor, penemu, tranformasi
pengetahuan
Pengetahuan objektif, disampaikan pada
siswa, fakta sesuai dengan
konsep
Subjektif, opini atau nilai bersama-
sama dibentuk bersama antara
fasilitator dengan siswa
Konteks Kompetititif, penilaian
individualistik
Kooperatif, Penilaian kelompok
Penilaian Akuntabilitas personal,
berstandar
Penilaian alternatif – catatan yang
tidak jelas, portofolio dari master
learning.
Perbandingan paradigma tradisional dan paradigma progresif