Gregor Mendel adalah pelopor ilmu genetika yang menemukan hukum-hukum warisan sifat melalui percobaan kacang. Ia menemukan bahwa sifat ditentukan oleh faktor keturunan (gen) yang diwariskan secara terpisah dari induk ke keturunan (hukum segregasi), dan gen-gen berpasangan secara bebas saat membentuk gamet (hukum penggabungan bebas). Walaupun demikian, interaksi antar gen d
2. HUKUM MENDEL
Gregor Johan Mendell (1822 – 1884) sang peletak prinsip
dasar ilmu genetika. Genetika adalah ilmu yang
mempelajari pewarisan dari induk kepada keturunannya.
Mendel menerangkan adanya fenomena faktor keturunan
(gen) yang secara kekal diwariskan dari induk kepada
keturunannya melalui hukum pemisahan.
3. SEJARAH MENDEL
Gregor Johann Mendel seorang botanist yang
dilahirkan di Hynčice atau Heinzendorf bei Odrau,
sebuah kota yang terletak di Kekaisaran Austria,
pada tanggal 20 Juli 1822. Beliau meninggal dunia
di Brno, Kekaisaran Austria-Hungaria, tanggal 6
Januari 1884 pada saat umurnya 61 tahun.
Mendel memilih tanaman kacang untuk
percobaannya, karena tanaman kacang memiliki
sifat mudah diidentifikasi. Misalnya, tanaman
kacang yang baik tinggi atau pendek, yang
merupakan sifat yang mudah untuk diamati.
4. GENOTIPE DAN FENOTIPE
Genotipe
Sifat dasar yang tidak tampak dan bersifat tetap pada individu yang
ditentukan oleh gen.
Contoh genotipe : Gen yang bertanggung jawab untuk warna mata,
Gen yang bertanggung jawab untuk warna rambut.
Fenotipe
Sifat yang tampak pada suatu individu dan dapat diamati dengan
panca indra.
Contoh fenotipe : warna mata, warna rambut
Perbedaan genotipe dan fenotipe
genotipe adalah himpunan gen yang bertanggung jawab untuk suatu
sifat tertentu, fenotip adalah ekspresi fisik sifat itu.
6. HUKUM I MENDEL
Hukum segregasi, menyatakan bahwa pada waktu
pembentukan gamet, terjadi segregasi atau
pemisahan alel-alel suatu gen secara bebas dari
diploid menjadi haploid.
Parental : induk
Filial : anakan
Selama meosis terjadi pemisahan pasangan gen
secara bebas sehingga setiap gamet memperoleh
satu gen dari alelnya
8. HUKUM II MENDEL
Hukum penggabungan bebas (the Mendelian law of
independent assortment)
Hukum II Mendel menyatakan bahwa pada waktu
pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah
bersegregasi bebas, akan bergabung secara bebas
membentuk genotip dengan kombinasi-kombinasi
alel yang berbeda
Setiap gen dapat berpasangan secara bebas
dengan gen lain membentuk alel
9. MACAM GAMET DAN MACAM FENOTIPE DARI
PERSILANGAN
1. Persilangan Respirok
Persilangan resiprok atau persilangan tukar
kelamin adalah persilangan dengan gamet jantan
dan gamet betina dipertukarkan sehingga
menghasilkan keturunan yang sama.
10. b. Back cross
Back cross merupakan persilangan antara anakan
F1 dengan salah satu induknya yang homozigot
dominan
11. c. Test Cross
Test cross merupakan persilangan antara suatu
individu yang tidak diketahui genotipnya dengan
induk yang genotipnya homozigot resesif.
12. PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL
Misalnya persilangan monohibrid yang
menghasilkan perbandingan fenotipe 1 : 2 : 1 dan
persilangan dihibrid yang menghasilkan 12 : 3 : 1 ;
9 : 7 ; atau 15 : 1.
Semua hasil tersebut tidak sesuai denan hukum
Mendel, peristiwa ini disebut penyimpangan semu
hukum Mendel.
Penyimpangan ini terjadi karena interaksi antar alel
dan genetik.
13. INTERAKSI GENETIK
a. Atavisme
Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai
akibat interaksi dari beberapa gen. Contoh atavisme
adalah sifat genetis pada jengger ayam. Ada empat
macam bentuk jengger ayam, yaitu walnut, rose, pea,
dan single.
14.
15. b. Polimeri
Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang
bersifat kumulatif (saling menambah). Polimeri terjadi
akibat interaksi antara dua gen atau lebih, sehingga
disebut juga sifat gen ganda. Contoh polimeri
terdapat pada percobaan yang dilakukan oleh H.
Nilsson-Ehle (l913) terhadap biji gandum. Hasil
persilangan gandum berbiji merah dengan gandum
berbiji putih.
16.
17. c. Kriptomeri
Kriptomeri adalah sifat gen dominan yang
tersembunyi, .jika gen dominan tersebut berdiri
sendiri. Contoh kriptomeri dapat dilihat pada
persilangan tumbuhan bunga Linaria maroccana
berwarna merah (AAbb) dengan bunga berwarna
putih (aaBB)
18.
19. d. Epistasis dan Hipostasis
Gen yang sifatnya mempengaruhi (menghalangi)
gen lain disebut ggn epistasis, sedangkan gen yang
dipengaruhi (dihalangi) disebut gen hipostasis.
Akibatnya, hasil perkawinan seolah- olah
menyimpang dari kaidah atau hasil yang seharusnya
berdasarkan prinsip Mendel. Padahal perkawinan
tersebut secara prinsip masih memenuhi hukum
Mendel.
20. Epistasis dominan
Pada peristiwa epistasis dominan, gen dengan alel
dominan menutupi kerja gen lain. Contohnya adalah
epistasis dominan pada labu. Jika labu putih (PPKK)
disilangkan dengan labu hijau (ppkk), akan dihasilkan
F1 labu putih heterozigot (PpKk). Namun perkawinan
sesama F1 akan menghasilkan F2 dengan
perbandingan putih : kuning : hijau = 12 : 3 : 1.
21.
22. Epistasis resesif
Pada peristiwa epistasis resesif, gen dengan alel
homozigot resesif mempengaruhi gen lain.
Contohnya adalah epistasis resesif pada warna
rambut tikus. Jika dilakukan persilangan antara tikus
wama hitam (HHaa) dengan tikus wama putih
(hhAA), akan menghasilkan F1 100% tikus wama
abu-abu agouti (HhAa). Hasil perkawinan sesama F1
menghasilkan keturunan F2 dengan komposisi wama
abu-abu agouti : hitam : putih : 9 : 3 : 4.
23.
24. Epistasis gen dominan rangkap
Epistasis gen dominan rangkap adalah peristiwa dua
gen dominan atau lebih yang bekerja untuk
munculnya satu fenotip tunggal. Salah satu gen
dominan atau bersama-sama gen dominan lain akan
menyebabkan munculnya fenotip dominan.
Sebaliknya, jika dalam genotip tidak ada gen yang
dominan satupun, fenotip resesif akan muncul.
Contoh epistasis gen dominan rangkap adalah pada
tanaman kantong gembala.
25. INTERAKSI ALEL
a. Dominansi tidak sempurna (Incomplete
Dominance)
Pada dominansi tidak sempurna, alel dominan tidak
dapat menutupi alel resesif sepenuhnya. Akibatnya,
individu yang heterozigot memiliki sifat yang
setengah dominan dan setengah resesif.
Misalnya, tanaman bunga Snapdragoti (Antirrhinum)
merah disilangkan dengan tanaman Snapdragoti
putih.
27. b. Kodominan
Kodominan adalah dua alel suatu gen yang
menghasilkan produk berbeda dengan alel yang satu
tidak dipengaruhi oleh alel yang lain.
Misalnya, ayam berbulu hitam dikawinkan dengan
ayam berbulu putih, anaknya akan berbulu biru (blue
Andalusia).
29. c. Alel Ganda
Alel ganda merupakan fenomena adanya tiga atau
lebih alel dari suatu gen. Umumnya satu gen
tersusun dari dua alel alternatifnya. Alel ganda dapat
terjadi akibat mutasi (perubahan pada struktur
molekul DNA yang sifatnya diwariskan pada
keturunannya).
Misalnya alel ganda pada hewan misalnya pada gen
yang mengatur warna rambut kelinci.
31. d. Alel Letal
Alel letal merupakan alel yang dapat menyebabkan
kematian bagi individu yang memilikinya. Kematian
karena alel letal dapat terjadi pada stadium embrio
awal atau sampai beberapa waktu setelah dilahirkan.
Alel letal dibedakan lagi menjadi alel letal resesif dan
alel letal dominan.
32. ALEL LETAL RESESIF
Alel letal resesif adalah alel yang dalam keadaan
homozigot resesif dapat menyebabkan kematian.
Pada alel letal resesif, individu yang memiliki alel
dalam keadaan heterozigot dapat hidup normal dan
tidak memperlihatkan kelainan. Contoh alel letal
resesif adalah albino pada tumbuhan dan pada sapi
bulldog.
33.
34. ALEL LETAL DOMINAN
Alel letal dominan adalah alel yang dalam keadaan
homozigot dominan dapat menyebabkan kematian.
Berbeda dengan alel letal resesif, pada alel letal
dominan, individu yang dalam keadaan heterozigot
dapat menyebabkan subletal, atau dapat hidup sehat
hingga dewasa. Contoh kasus alel letal dominan
terdapat pada ayam redep.